PENDAHULUAN
Definisi aborsi berbeda-beda tiap negara, tergantung kebijakan kesehatan yang berlaku di negara
tersebut. Sebagai contoh di Amerika dan Indonesia, aborsi di definisikan sebagai berhentinya
proses kehamilan sebelum usianya mencapai 22 minggu dari hari pertama haid terakhir atau bila
berat janin kurang dari 500gram. Sedangkan di ngara lain, bila berat janin kurang dari 1000gram.
Aborsi dapat terjadi secara spontan/alami karena komplikasi kehamilan atau disengaja. Aborsi
dapat terjadi secara spontan pada saat janin belum mampu hidup di luar rahim (biasanya < 22
minggu), lebih dikenal dengan istilah ‘kelahiran prematur’.
Aborsi yang disengaja di kategorikan berdasarkan dua alasan yaitu: pertama, aborsi terapetik
yaitu aborsi yang dilakukan karena alasan keselamatan ibu dan/atau janin. Kedua, aborsi elektif
yaitu aborsi yang dilakukan karena alasan selain indikasi ibu dan/atau janin. Diantara alasan
yang sering dikemukan pelaku aborsi efektif adalah:
5. Anggapan bahwa memiliki anak akan merusak karir atau mengganggu sekolah
Aborsi yang sengaja dipicu dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Teknik yang dilakukan
dipilih berdasarkan usia janin dalam kandungan, ketersediaan alat pada klinik, dan pilihan
dokter-pasien. Legalitas, pravalensi, dan pandangan budaya terhadap aborsi berlain-lainan pada
negara-negara di dunia. Pada banyak negara, perdebatan publik tentang aborsi merupakan topik
yang popular dan tidak jarang memicu konflik antar paham pro-life dan pro-choice.
Perbedaan legalitas aborsi di beberapa negara ternyata tidak mempengaruhi jumlah kasus aborsi
yang terjadi. Sebagai contoh: di Amerika dan India, yang keduanya merupakan negara yang
melegalkan aborsi, secara berturut-turut pada tahun 2005 terjadi sebanyak 12,1 juta dan 11 juta
kasus. Sedangkan di Indonesia sendiri setiap tahun 2,6juta aborsi, dan di dunia internasional 19-
20juta, 97% di negara berkembang. Aborsi mencapai 68.000 kematian. Budaya kematian suatu
kondisi dimana kehidupan manusia dimusnahkan. Orang tidak dapat melihat mana yang baik dan
salah
Namun, legalitas aborsi memberikan dampak yang signifakan terhadap dilakukannya aborsi
secara aman atau tidak. Selain kurangnya ketersediaan fasilitas serta tenaga professional di
negara berkembang juga berpengaruh. Dengan demikian pada negara berkembang yang memiliki
hokum yang sangat keras terhadap tindakan aborsi, biasanya terjadi tingkat kematian yang tinggi
karena komplikasi aborsi. Contohnya adalah di Afrika, yang diperkirakan mencapai 650
kematian per 100.000 aborsi tidak aman, dibandingkan dengan 10 kematian per 100.000 di
negara maju
• ASPEK MEDIS
Aborsi berarti berakhirnya kehamilan di usia kurang dari 22 minggu. Aborsi yang terjadi
secara spontan sering dikenal sebagai keguguran. Sedangkan aborsi yang disengaja
dibagi lagi menjadi dua, yaitu yang pertama aborsi terapetik yang dilakukan karena
keselamatan sang ibu dan/atau janin yang tidak mendukung, dan yang kedua adalah
aborsi elektif atau aborsi yang dikarenakan alasan alasan lainnya. Di antaranya jumlah
anak dalam keluarga sudah cukup, ketidaksiapan menjadi orangtua baik secara financial
maupun emosional, ketidaksiapan menjadi orang tua tunggal, pandangan negative
masyarakat terhadap wanita yang hamil diluar nikah, dan anggapan bahwa memiliki anak
akan merusak karir atau mengganggu sekolah. Aborsi elektif dilakukan dengan berbagai
teknik. Teknik yang dipilih tergantung atas usia janin, ketersediaan alaat, dan atas
kesepekatan dokter dan pasien. Legalitas, prevalensi, dan pandangan atas aborsi berbeda
di tiap Negara. Legalitas aborsi memberikan dampak yang signifikan terhadap
dilakukannya aborsi secara aman atau tidak.
• Aborsi Spontan/Keguguran
Lebih dari 80% aborsi spontan terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. Penyebab
terjadinya keguguran, diantaranya:
Abortus Aneuploid
Abortus Euploid
Rata-rata aborsi euploid terjadi pada usia kehamilan 13 minggu. Aborsi ini
terjadi meningkat secara dramatis pd usia ibu hamil lebih dari 35 tahun.
Penyebabnya diantara lain adalah abnormalitas genetik, seperti mutasi atau
factor poligenik dan beragam factor maternal.
2. Faktor Maternal
Infeksi
Penyakit Kronis
Nutrisi
Faktor Imunologis
Laparotomy
Kelainan Rahim
Faktor Paternal
• Aborsi Terapetik
• Aborsi Elektif
• ASPEK HUKUM
Jaman dahulu, sebelum peradaban semua hal adalah milik bersama. Sejak peradaban,
milik pribadi dikenal hidup bersama dalam ikatan. Sex dan peradaban secara umum
dikenal hubungan intim adalah dosa. Jika dalam perkawinan yang sah, tujuan prokreasi
(mendapat keturunan) maka sex bukan dosa melainkan perbuatan mulia tapi bias dosa
jika tanpa tujuan prokreasi, menghambat sex juga tabu, menghambat dalam sex di kawin
yang sah dosa, dan menghambat diluar nikah adalah sebuah dosa besar. Aborsi
merupakan dosa sangat besar dan aborsi diluar nikah adalah dosa yang sangat besar
sekali. Berdasarkan KUH Pidana, aborsi dengan dalih apapun adalah perbuatan melawan
hokum yang diancam dengan pidana penjara dan orang yang membantu melakukan
aborsi dan pelaku hukum.
2. Janin cacat: aborsi terhadap janin menderita cacat kehamilan apabila tetap dilahirkan,
dia tidak dapat hidup mandiri kemudian hari
3. Korban perkosaan: dalam keadaan depresi dan tidak ingin kehamilan dilanjutkan
dapat dilakukan aborsi
4. Persetujuan: tetap ada pilihan bagi si ibu untuk aborsi atau tidak, suami harus setuju,
anak dibawah umur, orangtua, dan orangtua harus setuju
1. Aborsi illegal: tanpa indikasi medis adalah illegal dan pelakunya akan di penjara 10
tahun dan juga di denda 1 M
2. Unsave abortion: walaupun tindak aborsi dilarang tapi tetap dilakukan, sebagian
dibantu tenaga medis tapi banyak dilakukan orang tanpa pengetahuan
3. Save abortion: aborsi tidak aman dilakukan dan disediakan rumah aman bagi
perempuan untuk konseling agar tidak moral
Pasal 84
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan:
a. Indikasi medis yang terbukti secara klinis mengancam nyawa ibu dan/atau
janin yang menderita penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan yang tidak
dapat di perbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan
dan harus mendapat izin dari ibu dan ayah janin setelah diberikan penjelasn
yang lengkap
(3) Tindakan sebagaimana ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling
dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang serta ditetapkan
oleh panel ahli/tokoh agama setempat yang diangkat Menteri
(4) Ketentuan lebih lanjut ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Menteri
Pasal 85
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari haid pertama haid
terakhir kecuali dalam hal kedaruratan medis
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang di tetapkan oleh Menteri
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri
Dari sudut pandang etis dan moral, kematian dipandang sebagai cara pandang melawan
kehidupan yang sudah merasuki pikiran dimana lebih baik mati sebelum waktunya.