Anda di halaman 1dari 7

PERBANDINGAN UUD 1945

PRA DAN PASCA AMANDEMEN


PENDAHULUAN
Berdirinya Negara Indonesia tidak hanya ditandai oleh Proklamasi dan
keinginan untuk bersatu bersama, akan tetapi hal yang lebih penting adalah adanya
UUD 1945 yang merumuskan berbagai masalah kenegaraan. Atas dasar UUD 1945
berbagai struktur dan unsur Negara mulai ada1. Walaupun secara jelas pada masa itu
belum ada lembaga-lembaga yang diamanatkan oleh UUD. Akan tetapi hal ini dapat
diatasi dengan adanya Aturan Tambahan dan Aturan Peralihan dalam UUD 1945.2
UUD 1945 merupakan konstitusi Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan
UUD 1945 memenuhi unsur-unsur konstitusi, baik ditinjau dari pengertian, substansi
dan wewenang pembentukannya serta hubungannya dengan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Seiring perjalanannya, Indonesia telah mengalami beberapa pergantian
konstitusi, diawali dengan UUD 1945 yang berlangsung selama 4 tahun, diganti
dengan Konstitusi RIS pada tahun 1949, kemudian diganti lagi dengan UUDS 1950.
Hingga akhirnya kembali lagi ke UUD 1945 dengan adanya Dekrit Presiden 1959.
Pada tahun 1998 dimulailah tonggak sejarah baru di Indonesia, karena sejak
tahun 1998 sudah mulai muncul tuntutan-tuntutan akan perubahan mendasar di
Republik Indonesia. Dan hal terpenting itu Supremasi Hukum dan Amandemen atau
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Tuntutan masyarakat pun akhirnya
diakomodir dengan mengamandemen UUD 1945 secara bertahap dan yang terakhir,
amandemen ke-empat pada tahun 2002.
Perubahan tersebut yang mendasari analisis UUD 1945 ini. Adapun
pembahasan analisis ini hanya menitikberatkan pada faktor-faktor sebagai berikut :
a. Rigid atau Flexsible

1
Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan, CV Armico, Bandung, 1987, h. 36
2
Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta, 1984, h. 17

dwi_anggani
Bersifat rigid berdasarkan kesatuan pemikiran dari mayarakat untuk memilih
sesuatu yang ideal dalam hal-hal tertentu yang direfleksikan dalam konstitusi
tersebut dan juga sebagai pertimbangan ketika Konstitusi memiliki kandungan
rigiditas, yaitu untuk menunjukkan wibawa daripada suatu bentuk Hukum
tertinggi dari suatu negara. Sedangkan bersifat fleksibel dimana Konstitusi
selalu diharapkan terus hidup dan berkembang dalam masyarakat menjadi
“The Living Constitution”, sehingga selalu memenuhi kebutuhan dan rasa
keadilan dari masyarakat itu sendiri.
b. Conditional atau Unconditional
Perbandingan ini menitikberatkan pada prosedur amandemen konstitusi dan
dikaitkan dengan kedudukannya dengan peraturan perundang-undangan
lainnya. Dikatakan conditional apabila terdapat prosedur yang khusus tentang
amandemen konstitusi. Hal ini dikaitkan dengan kewenangan pembentukan
konstitusi dan kedudukan yang lebih tinggi (superior) dengan peraturan
perundang-undangan lainnya. Sedangkan unconditional, prosedurnya tidak
diatur secara khusus.
c. Superior atau Subordinat.
Perbandingan ini menitikberatkan pada kedudukan konstitusi dengan
peraturan perundang-undangan lainnya dan lembaga pembentuknya.
Dikatakan subordinat apabila kewenangan untuk membentuk atau
mengamandemen konstitusi terletak pada lembaga legislatif, sedangkan
superior, lembaga legislatif tidak memiliki kewenangan untuk membentuk
atau mengamandemen konstitusi dan kewenangan tersebut diberikan kepada
parlemen, di Indonesia dikenal dengan MPR.

dwi_anggani
UUD 1945 PRA AMANDEMEN
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD 1945) bermula dari janji Jepang
untuk memberikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Jepang membentuk Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang bertugas
merancang Undang-Undang Dasar 1945.
Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 merupakan Ikrar Kemerdekaan Bangsa
Indonesia dan lahirlah Negara Indonesia. Sehari setelah itu, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil
dari Rancangan Undang-Undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal
22 Juni 1945;
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya
diambil dari RUU yang disusun oleh Panitia Perancang UUD tanggal 16 Juni
1945;
3. Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai Presiden
dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil Presiden;
4. Pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi Komite Nasional.
Pengertian pokok tentang Undang-Undang Dasar 1945 yang dimaksudkan
adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari :
a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;
b. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 yang terdiri 16 Bab berisi 37 pasal, 4
pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan;
c. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945.
Konsekuensinya, UUD 1945 sebagai konstitusi itu melingkupi keseluruhan naskah
tersebut.
Pada Penjelasan Umum, jelas-jelas disebutkan bahwa UUD 1945 merupakan
hukum dasar. Dikaitkan dengan teorinya Hans Kelsen, “Stufentheorie”, atau theorie

dwi_anggani
vom Stufenaufbau-nya Hans Nawiasky Pembukaan mengandung sejumlah tujuan
negara dan dasar falsafah bernegara yaitu Pancasila. Posisi Pancasila dalam UUD
adalah sebagai norma dasar suatu negara (Staatsfundamentalnorm), yang memberikan
landasan bagi Aturan Dasar. Sedangkan materi yang terdapat dalam pasal-pasal
UUD 1945 merupakan Grundgezetze, norma dasar yang memiliki kekuatan mengikat
kepada norma-norma hukum peraturan perundang-undangan, atau menggariskan
tatacara membentuk peraturan perundang-undangan secara Umum. Dengan
demikian, UUD 1945 memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada peraturan
perundang-undangan yang lainnya.
Pembentukan UUD 1945 pada awalnya bersifat sementara saja karena proses
pembentukannya yang relatif singkat. Hal ini dapat diketahui melalui ayat (2) Aturan
Tambahan. Secara jelas disebutkan bahwa akan dibentuk MPR yang memiliki
wewenang untuk menetapkan UUD. MPR yang terbentuk akan mengadakan siding
untuk membahas dan menetapkan UUD sebagai konstitusi Indonesia. Kenyataannya,
samapi dikeluarkannya Dekrit Presiden, baik itu MPR atau MPRS atau Lembaga
Konstituante tidak menghasilkan apa pun, sehingga diberlakukannya kembali UUD
1945 sebagai UUD. Padahal, BPUPKI bukanlah lembaga perwakilan karena
BPUPKI merupakan badan bentukan Jepang. Meskipun demikian, BPUPKI dapat
dikatakan sebagai lembaga perwakilan yang dapat dipersamakan dengan parlemen.
Dalam pasal 3, mengatur tentang kewenangan MPR namun hanya terdapat
tentang kewenangan menetapkan UUD bukan mengamandemen. Namun, dalam
pasal 37 diatur tentang prosedur amandemen UUD. Pengaturan tentang amandemen
tersebut juga sebatas posedur umum. Sedangkan untuk prosedur khususnya diatur
lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan di bawahnya. Itu pun sebatas
merubah/mengamandemen batang tubuh dan penjelasan. Khusus untuk pembukaan
UUD 1945 mutlak tidak dapat diubah/diamandemen, karena didalamnya terdapat
falsafah negara yang merupakan dasar Negara.
Meskipun demikian, UUD 1945 pada dasarnya lebih bersifat fleksibel, karena
para pendiri bangsa sesungguhnya menghendaki adanya perubahan UUD 1945

dwi_anggani
dengan tujuan UUD 1945 lebih diharapkan terus hidup dan berkembang dalam
masyarakat menjadi “The Living Constitution”, sehingga selalu memenuhi kebutuhan
dan rasa keadilan dari masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, UUD 1945 pra amandemen bersifat conditional,
superior dan fleksibel.

UUD 1945 PASCA AMANDEMEN


Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari
:pembukaan dan pasal-pasal (sesuai pasal II Aturan Tambahan UUD 1945.
Konsekuensinya, penjelasan tidak lagi menjadi bagian dari UUD.
Meskipun demikian, penjelasan memiliki fungsi yang penting dalam rangka
menjelaskan tentang norma yang terdapat dalam UUD 1945 sehingga seharusnya
mengandung norma yang baru.
Penjelasan Umum, disebutkan bahwa UUD 1945 merupakan hukum dasar.
Dikaitkan dengan teorinya Hans Kelsen, “Stufentheorie”, atau theorie vom
Stufenaufbau-nya Hans Nawiasky Pembukaan mengandung sejumlah tujuan negara
dan dasar falsafah bernegara yaitu Pancasila. Posisi Pancasila dalam UUD adalah
sebagai norma dasar suatu negara (Staatsfundamentalnorm), yang memberikan
landasan bagi Aturan Dasar. Sedangkan materi yang terdapat dalam pasal-pasal
UUD 1945 merupakan Grundgezetze, norma dasar yang memiliki kekuatan mengikat
kepada norma-norma hukum peraturan perundang-undangan, atau menggariskan
tatacara membentuk peraturan perundang-undangan secara Umum. Hal ini
ditunjukkan dalam pasal 7 UU No. 10 Tahun 2004. Dengan demikian, UUD 1945
memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada peraturan perundang-undangan yang
lainnya.
Dalam pasal 3, mengatur tentang kewenangan MPR baik tentang kewenangan
mengubah dan menetapkanUUD. Meskipun MPR bukan lembaga tertinggi Negara
lagi namun MPR merupakan lembaga perwakilan (parlemen) yang oleh konstitusi
diberi wewenang untuk mengubah dan menetapkan UUD. Pembentukan UUD

dwi_anggani
kewenangannya tidak diberikan kepada lembaga legislatif karena lembaga legislatif
hanya memiliki kewenangan dalam membentuk UU dan kedudukan UU di bawah
UUD.
Sedangkan untuk prosedur amandemen yang diatur dalam pasal 37 terdapat
prosedur khusus dengan ketentuan yang lebih kompleks. Dalam hal substansi
perubahan/amandemen masih terdapat kesamaan dengan UUD 1945 pra amandemen,
yaitu mutlak tidak diperbolehkan untuk merubah/mengamandemen pembukaan UUD
1945, karena didalamnya terdapat falsafah negara yang merupakan dasar Negara.
Selain itu, ada hal lain yang tidak boleh diganti yaitu bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia (pasal 37 ayat 5)). Dan ketentuan yang lebih spesifik diatur
dengan peraturan perundang-undangan lainnya.
UUD 1945 pasca amandemen lebih bersifat rigid. Hal ini dikarenakan
persepsi penguasa yang sepakat untuk lebih mengkultuskan UUD 1945 sebagai
kesatuan pemikiran dari mayarakat untuk memilih sesuatu yang ideal dalam hal-hal
tertentu yang direfleksikan didalamnya. Selain itu, nilai historis yang terkandung
dalam UUD 1945 membuatnya sebagai konstitusi memiliki kandungan rigiditas.
UUD 1945 tidak lg dipandang sebagai peraturan perundang-undangan saja melainkan
merupakan wibawa daripada suatu bentuk Hukum tertinggi dari suatu negara.
Berdasarkan uraian di atas, UUD 1945 pra amandemen bersifat conditional,
superior dan rigid.

KESIMPULAN
UUD 1945 merupakan konstitusi karena ditinjau dari materi muatannya,
prosedur dan wewenang pembentukannya serta bentuknya sesuai dengan pengertian
konstitusi. Lebih dari itu, konstitusi mencerminkan tingkat peradaban dari pada suatu
bangsa. Hal ini dikarenakan substansi/materi muatan yang terkandung didalamnya.
UUD 1945 pra amandemen bersifat conditional, superior dan fleksibel
sedangkan UUD 1945 pasca amandemen bersifat conditional, superior dan rigid.

dwi_anggani
DAFTAR PUSTAKA

______, “TIGA UUD REPUBLIK INDONESIA”, Asa Mandiri, Jakarta, 2007


Leslie Wolf-Philips, “Comparative Constitutions”, The Macmillan Press LTD,
London, 1972
Manan, Bagir.,”Konvensi Ketatanegaraan”, CV Armico, Bandung, 1987
Joeniarto, “Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia”, PT Bina Aksara, Jakarta,
1984
Asshiddiqie, Jimmly dan safa’at, M. Ali., “Teori Hans Kelsen Tentang Hukum”,
Sekretariat Jenderal&Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
Jakarta, 2006

dwi_anggani

Anda mungkin juga menyukai