Anda di halaman 1dari 7

1.

Pengertian ADVOKAT/PENGACARA (Advocates/Lawyer)


Advokat dalam Bahasa Indonesia sehari-hari lebih sering/populer
disebut sebagai Pengacara atau Konsultan Hukum. Namun, sejak
diundangkannya UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat,
sebagai undang-undang pertama yang lahir sejak kemerdekaan
Republik Indonesia yang khusus mengatur tentang keberadaan
Advokat sebagai suatu profesi yang yang bebas, mandiri, dan
bertanggung jawab dalam menegakkan hukum dan perlunya
untuk dijamin dan dilindungi oleh undang-undang demi
terselenggaranya upaya penegakan supremasi hukum, istilah
yang dipergunakan hanya Advokat, tidak lagi mengenal istilah
“Pengacara”. Undang-undang No. 18 Tahun 2003 telah
mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi beberapa
peraturan lama produk zaman kolonial yang mengatur tentang
keberadaan Advokat/Pengacara yaitu Reglement op de
Rechterlijke Organisatie en het Beleid der Justitie in Indonesie
(Stb. 1847 Nomor 23 jo. Stb. 1848 Nomor 57), Pasal 185
sampai Pasal 192 dengan segala perubahan dan
penambahannya, Bepalingen betreffende het kostuum der
Rechterlijke Ambtenaren dat der Advokaten, procureurs en
Deuwaarders (Stb. 1848 Nomor 8), Bevoegdheid departement
hoofd in burgelijke zaken van land (Stb. 1910 Nomor 446 jo.
Stb. 1922 Nomor 523), dan Vertegenwoordiging van de land in
rechten (K.B.S 1922 Nomor 522).
Namun, karena istilah Pengacara masih sangat melekat dalam
benak dan kehidupan masyarakat sehari-hari, maka dalam
konteks penulisan ini, kami telah memakai istilah Pengacara
untuk mendampingi kata Advokat. Advokat/Pengacara
memberikan jasa hukum kepada kliennya dengan penuh
dedikasi, tanggungjawab dan profesionalitas, berupa konsultasi
hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain
untuk kepentingan hukum klien, baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
Berdasarkan hasil verifikasi tahun 2004, saat ini jumlah
Advokat/Pengacara yang terdaftar pada PERADI (Perhimpunan
Advokat/Pengacara Indonesia) berjumlah lebih kurang 16.600
orang, dan masih banyak yang belum melakukan verifikasi atau
telah melakukan verifikasi namun data-datanya tidak lengkap,
dan dalam waktu dekat juga akan bertambah lagi
Advokat/Pengacara baru hasil ujian calon Advokat/Pengacara
yang telah dilaksanakan pada tanggal 9 September 2006 yang
lalu, sehingga saat ini tidak sulit untuk mencari dan menemukan
Advokat/Pengacara di Indonesia, terutama di kota-kota besar
bahkan hingga tingkat Kabupaten dan Kecamatan. Justru, yang
terkadang terasa sulit adalah untuk memilih atau menentukan
Advokat/Pengacara sesuai dengan kebutuhan hukumnya. Sebab
yang kita inginkan bukanlah semata-mata Advokat/Pengacara
yang memiliki papan nama beken atau Advokat/Pengacara
Selebritis yang sering muncul di televisi atau media massa
lainnya. Advokat/Pengacara yang dibutuhkan adalah yang
profesional dan memiliki reputasi baik, ulet, jujur dan memiliki
integritas moral yang baik, tidak seperti pisau bermata dua.
Kebutuhan akan jasa Advokat/Pengacara dewasa ini terasa
penting seiring dengan peningkatan keasadaran hukum
masyarakat maupun pertumbuhan bisnis yang sangat pesat dan
kompleks.
2. Tips Memilih (Advokat/Pengacara) Yang Profesional
Proses memilih Advokat/Pengacara sesuai dengan kebutuhan
hukumnya adalah hampir sama dengan proses memilih Dokter,
Akuntan, Notaris, Arsitek dan pekerja profesional lainnya. Tentu
dengan menjamin profesionalisme dalam pekerjaannya, seorang
Advokat/Pengacara harus mampu memberikan pelayanan yang
terbaik bagi klien, sehingga klien dapat menilai dan percaya
akan kwalitas kerja si Advokat/Pengacara. Perlu kehati-hatian
dan ketelitian klien dalam memilih dan menentukan
Advokat/Pengacara untuk menangani urusan hukumnya. Agar
tidak keliru dalam memilih Advokat/Pengacara yang dibutuhkan,
perlu ditempuh beberapa tips di bawah ini :
1. Pastikan bahwa si Advokat/Pengacara tersebut benar-
benar nerupakan Advokat/Pengacara resmi yang memiliki
izin praktek yang masih berlaku, bukan pengcara
“gadungan” atau ”Pokrol”.
2. Pastikan bahwa si Advokat/Pengacara memiliki kwalifikasi
yang baik dalam bidang hukum tersebut.
3. Pastikan bahwa si Advokat/Pengacara tidak memiliki
konplik kepentingan (conflict interest) dalam kasus yang
ditangani.
4. Pastikan bahwa si Advokat/Pengacara tidak akan
melakukan kongkalikong dengan pihak lawan atau
Advokat/Pengacara pihak lawan.
5. Pastikan bahwa si Advokat/Pengacara tersebut memiliki
track record yang baik dalam keAdvokat/Pengacaraan,
termasuk menyangkut etika, moral dan kejujurnnya.
6. Pastikan bahwa si Advokat/Pengacara tersebut tidak
pernah terlibat dalam malpraktek hukum.
7. Pastikan bahwa si Advokat/Pengacara adalah type pekerja
keras dan berdedikasi tinggi akan profesinya serta benar
berkerja demi kepentingan kliennya, bukan
Advokat/Pengacara yang hanya pintar bicara lalu minta
bayaran tetapi tidak becus membela kepentingan kliennya.
8. Jika anda ragu akan kredibiltas seorang
Advokat/Pengacara, mintakanlah foto copy Izin Praktek
Advokat yang bersangkutan (berwarna merah) yang
diterbitkan oleh Komite Kerja Advokat Indonesia (dalam
waktu dekat akan diganti dengan diterbitkan oleh
PERADI), bukan kop suratnya, atau mintalah informasi
tentang si Advokat/Pengacara tersebut lagsung kepada
asosiasi-asosiasi Advokat/Pengacara resmi yang diakui
oleh undang-undang yaitu : Ikatan Advokat Indonesia
(IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan
Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat dan
Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara Indonesia
(SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI),
Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM) dan
Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI).
9. Bahwa, jika anda diperlakukan tidak sepatutnya oleh
oknum Advokat/Pengacaraa, maka anda dapat melaporkan
yang bersangkutan kepada Dewan Kehormatan Profesi
Advokat yang telah ditetapkan oleh Ikatan Advokat
Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI),
Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan
Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat
Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum
Indonesia (AKHI), dan Himpunan Konsultan Hukum Pasar
Modal (HKHPM).
3. Tips Menghindari Konflik Antara Klien Dengan
Advokat/Pengacara.
Belakangan ini sering kita mendengar atau membaca di berbagai
mas media perselisihan antara di klien dengan si
Advokat/Pengacara, baik menyangkut proses penanganan kasus
maupun menyangkut soal pembayaran fee atau success fee si
Advokat/Pengacara. Bahkan ada klien yang melaporkan si
Advokat/Pengacara ke Kepolisian dengan tuduhan
menggelapkan uang si klien atau meminta uang dari klien untuk
upaya memenangkan perkara namun tidak berhasil atau tidak
dilakukan sama sekali oleh si Advokat/Pengacara, yang
berakibat si Advokat/Pengacara ditahan. Untuk menghindari hal
yang demikian ini perlu diantisipasi di awal kesepakan sebelum
menandatangani Surat Kuasa bagi si Advokat/Pengacara,
dengan melakukan berberapa hal, diantaranya :
a. Membicarakan secara detail dan tuntas mengenai besarnya
Lawyer Fee maupun Success Fee-nya jika berhasil
memenangkan perkara yang ditangani.
b. Kesepakatan tersebut di atas (point a) ini sebaiknya
dituangkan dalam suatu perjanjian tersendiri tentang
“honorariun” yang menyangkut besarnya operasional cost
maupun success fee yang harus diberikan oleh klien bagi si
Advokat/Pengacara maupun tatacara pembayarannya.
c. Perlu diatur secara jelas dan tegas tentang ada atau
tidaknya “hak substitusi” bagi Advokat/Pengacara
tersebut, yaitu hak untuk menguasakan kembali baik
sebagian maupun seluruhnya dari yang dikuasakan Klien
kepadanya tersebut kepada orang lain lagi.
d. Perlu diatur secara jelas dan tegas tentang ada atau
tidaknya “hak retensi” bagi Advokat/Pengacara tersebut,
yaitu hak untuk menahan surat-surat atau barang-barang
milik Klien yang berada dalam pengusaan
Advokat/Pengacara selama hak-haknya sesuai dengan
yang telah diperjanjikan belum atau tidak dipenuhi oleh
Klien, untuk menghindari tuntutan hukum kepada
Advokat/Pengacara dari Klien dengan tuduhan telah
melakukan tindak pidana penggelapan harta milik/barang
milik si Klien.
e. Klien tidak boleh terlalu mencampuri masalah teknik dan
taktik berperkara baik di dalam maupun di luar pengadilan.
f. Klien tidak boleh melakukan deal-deal termasuk
perdamaian dengan pihak lawan tanpa
memberitahukannya terlebih dahulu kepada si Advokat/
Pengacara.
2. Fee Advokat/Pengacara.
Masyarakat perlu mengetahui bagaimana Lawyer Fee
(honorarium Advokat/Pengacara) yang harus kita berikan atas
jasa Advokat/Pengacara. Tidak ada suatu standar penentuan
lawyer fee di kalangan Advokat/Pengacara. Besar kecilnya
honorarium yang akan diterima oleh Advokat/Pengacara sangat
tergantung kepada kesepakatan kedua belah pihak, klien dan
Advokat/Pengacara yang didasarkan kepada beberapa hal,
antara lain :

 Profesionalitas si Advokat/Pengacara (semakin terkenal


berarti semakin mahal)
 Besar kecilnya kasus yang ditangani.
 Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
perkara tersebut.
 Kemampuan financial si klien
 Lokasi kasus/perkara yang ditangani (kalau di luar
daerah/pulau berarti semakin mahal dengan penambahan
biaya akomodasi dan transportasi)

Menurut AMS Law Firm (ANNER MANGATUR SIANIPAR, SH, MH &


Partners), setidaknya ada 5 (lima) kriteria dan metode pembayaran
dalam memanfaatkan jasa Advokat/Pengacara antara lain :

a. Pembayaran borongan (Contract Fees), dimana


Advokat/Pengacara memperoleh bayaran yang sudah ditentukan
besarnya hingga perkara tersebut tuntas ditangani, di luar
success fee. Jadi, kalah atau menang dalam menangani suatu
perkara, si Advokat/Pengacara tetap menerima fee sebesar yang
telah diperjanjikan semula, yang tatacara dan termin
pembayarannya telah disepakati bersama, dimana pada saat
penandatangan Surat Kuasa biasanya sudah dilakukan
pembayaran sekitar 30% hingga 50% dari total fee yang harus
diterima dan selanjutnya diseuaikan dengan porsi pekerjaan
yang sudah dilakukan, yang umunya pembayaran tersebut
dilakukan antara 2 (dua) hingga 4 (empat) termin, dimana
biasaya sekitar 5% hingga 10% dibayarkan setelah perkara
selesai. Jika, sebelumnya telah diperjanjikan, maka si
Advokat/Pengacara masih dimungkinkan untuk mendapatkan
success fee selain dari fee/ honorariumnya tersebut. Namun,
dalam sistem ini biasanya sudah digabung menjadi satu paket
( all in ) dengan success fee-nya.
b. Pembayaran berdasarkan porsi (Contingent Fees) pada sistem ini
Advokat/Pengacara menerima bagian dari hasil yang diperoleh
dari klien yang dimenangkan dalam suatu sengketa hukum.
Namun, Advokat/ Pengacara disini hanya akan menerima bagian
jika ia berhasil memenangkan perkara tersebut (success fee).
Jika tidak berhasil, maka dia hanya akan menerima penggantian
untuk biaya operasianal yang telah dikeluarkannya. Pembayaran
berdasarkan porsi seperti ini tidak dilakukan dalam masalah–
masalah bisnis rutin. Sistem seperti ini umumnya dipergunakan
dalam hal Advokat/Pengacara bekerja dan mewakili klien untuk
kasus sengketa melalui proses litigasi (sengketa yang
penyelesaiannya melalui proses di
pengadilan/kepolisian/kejaksaan), mediasi atau arbitrase seperti
dalam suatu peristiwa dimana terjadinya tuntutan (gugatan)
atas kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak lain yang
klien alami.
c. Pembayaran perjam (Hourly Rate), biasanya cara pembayaran
seperti ini dilakukan untuk jasa dalam lingkup bisnis kecil.
Penting diketahui bahwa setiap aktifitas seorang
Advokat/Pengacara dalam mewakili kepentingan klien termasuk
dalam jasa telepon untuk konsultasi dan hal-hal lain seperti
surat menyurat untuk kepentingan legal advise, mempersiapkan
dan menyusun suatu rancangan kontrak juga termasuk dalam
perhitungan “Jam“ jasa yang harus dibayarkan. Jika metode ini
yang digunakan, maka saat calon Klien mengadakan
pembicaraan dengan calon Advokat/Pengacara yang dipilih harus
terlebih dahulu ditanyakan berapa tarif per jam si
Advokat/Pengacara dan waktu minimum pemakaian jasanya.
Kebanyakan Advokat/Pengacara menggunakan waktu minimum
untuk pemakaian jasanya adala 15 (lima belas) menit. Dalam
suatu contoh, apabila seorang klien menelepon selama tujuh
menit maka akan dibebankan biaya atas pemakaian jasa 15
(lima belas ) menit. Di kota-kota besar biasanya tarif per jamnya
ditentukan dengan standard US$, yang saat ini di Jakarta rata-
rata berkisar antara US$ 250 hingga US$ 600 per jam untuk
seorang Advokat/Pengacara senior dan terkenal, dan antara US$
75 hingga US$ 250 per jam untuk seorang Advokat/Pengacara
junior dan menengah. Metode ini kurang cocok untuk perkara
litigasi (sengketa yang penyelesaiannya melalui proses di
pengadilan/kepolisian/kejaksaan) yang besar dan membutuhkan
waktu yang lama untuk penanganannya.
d. Pembayaran ditetapkan (Fixed Rate) Advokat/Pengacara yang
akan menangani suatu tugas atau proyek biasanya menentukan
sistem pembayaran tetap (Fixed Rate). Namun sistem ini tidak
dipakai pelayanan jasa dalam lingkup litigasi (sengketa yang
penyelesaiannya melalui proses di
pengadilan/kepolisian/kejaksaan). Sistem ini biasanya
diterapkan pada pemanfaatan jasa oleh bisnis skala kecil
Contohnya, seorang Advokat/Pengacara menetapkan fixed rate
untuk menghasilkan suatu kontrak atau dokumen.
e. Pembayaran berkala (Retainer) jika seorang Advokat/Pengacara
menggunakan sistem pembayaran berkala, maka klien
membayar secara bulanan atau bisa juga dirancang untuk
pembayaran secara per triwulan, semester atau tahunan
sebelum berbagai jasa Advokat/Pengacara diterima klien
(pembayaran di depan) dan harus didefinisikan (dirinci) untuk
disepakati bersama. Sistem ini sangat menguntungkan bagi
klien, terutama jika klien tahu bahwa mereka akan sering
menbutuhkan Advokat/Pengacara dalam suatu periode tertentu.
Pembayaran model ini biasanya di luar perkara, biasanya untuk
jasa konsultasi saja. Metode ini lebih mudaj, effisien dan effektif.

5. Penutup
Setelah memilih Advokat/Pengacara dan besarnya biaya yang
harus ditanggung serta menentukan cara pembayarannya
yakinkan bahwa untuk menghindari masalah yang mungkin
muncul dikemudian hari untuk itu sebaiknya senantiasa meminta
salinan (copy) dari surat kuasa, perjanjian honorarium dan
dokumen penting lainnya sehingga Klien dapat secara langsung
menilai dan mengarahkannya dengan tetap memperhatikan
nasihat dan pertimbangan hukum dari Advokat/Pengacara ini,
tanpa harus mencampuri urusan teknik dan taktik berperkara
yang dijalankan Advokat/Pengacara untuk kepentingan Kliennya.

AMS Law Firm


(ANNER MANGATUR SIANIPAR, SH, MH & PARTNERS

MANGATUR SIANIPAR, SH, MH

Anda mungkin juga menyukai