Purnama Di Puncak Mutis
Purnama Di Puncak Mutis
Jeksin Hema
Sahabat, tak tahan aku menahan hawa dingin seperti ini. Belum pernah terbersit
sebelumnya akan kekuatan suhu di bawah nol derajat. Aku kalah. Aku ingin selimut
malam yang membentang terbakar hangatnya sinar matahari pagi. Sahabat, aku ingin ia
ada di sini, menghangatkan sekujur tubuh yang kaku, menguapkan rasa cinta yang hanya
ada dalam mimpi-mimpi. Namun, saat ini hanya mimpi yang menjadi satu-satunya
sumber panas yang mengokohkan malam-malamku di bawah kaki gunung Mutis. Tak
lupa aku katakan, sahabat, di sini aku bersama pujaan hatiku yang berhawa dingin plus
memiliki kabut tebal di lubuk hatinya. Aku tidak pernah tahu apa isi hatinya.
Sahabat, aku berada di Eban, Kabupaten TTU dalam kegiatan kuliah lapangan
dan bina akrab mahasiswa baru. Aku hanyalah sekretaris panitia, sahabat. Dan lucunya
pujaan hatiku adalah sekretaris HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Kimia FST
Undana........... Jadi, secara organisatoris, aku sangat dekat dengan dia. Aku selalu
mendukung, menopang dan menjaganya. Namun, sifat protektifku sangat teremplisit dan
terbungkus rapi oleh satu garis komando. Jujur bahwa aku tulus melakukannya. Aku
bukanlah laki-laki yang suka menunjukkan kebolehjadianku sebagai seseorang yang
perkasa di hadapan bakal calon kekasih. Aku hanya ingin ia tetap kokoh di atas singasana
bersama pemimpin yang salah dan tidak diharapkan. Hal ini menjadi mendasar, ketika
kutatap dalam matanya yang perlahan-lahan berair dan menyembulkan kerapuhan
seorang pemimpin wanita. Sejak saat itu, aku selalu memperhatikannya dengan perhatian
yang tak pernah terucapkan
Kamu tahu, sahabat, aku tidak pernah tidur malam selama lima hari kegiatan.
Kamu tahu apa yang membuat aku kuat? Aku mengganti energi panas dari mimpi-mimpi
dengan menatapnya saat ia tertidur pulas. Aku mendapatkan kebahagiaan tersendiri.
Setidaknya waktu ia bermimpi, aku tengah menatapnya dengan durasi tujuh jam.
Bayangkan sahabat, tujuh jam sehari !”-”!
Wahai sahabat, kegiatan kami sukses besar. Kami berhasil mencuri hati
masyarakat dan fraternitas di antara kami. Ada banyak kegiatan yang kami buat, di
antaranya: demo sains untuk murid SD dan SMP, jejak ilmiah ke lokasi tambang
Mangan, nonton film bareng masyarakat, seminar tentang lingkungan hidup dan malam
budaya yang meriahnya minta ampun Seluruh panitia pelaksana diliputi sukacita, badan
pengurus bangga dan mahasiswa baru terharu. Namun, semuanya itu membuatku sedih
memendam rindu. Rindu akan kedatangan waktu tujuh jam sehari menatap wajah terbalut
mimpi.
Sebuah Sukacita
Dan,
Jangan pernah menangis di dadaku lagi.
Sebab kemanusiaanmu tak pantas ditangisi.
Bersukacitalah karena engkau berhasil
D’shine
Senja di Haulasi
Sahabat, dengarkan isi hatiku. Semenjak peristiwa itu aku semakin mencintainya,
walau hanya pada tapal batas hubungan, yakni sahabat. Ia tetap menjadi puncak Mutis,
kokoh tak tergapai dan berselimuti kabut cinta tak bertuan, Ia tetap menjadi purnama
dalam mimpi-mimpiku selanjutnya. Tetapi, andai ia mengijinkan, kan kubuktikan bahwa
aku memiliki rasa cinta terpendam yang tak sempat kunyatakan karena dia telah memilih
menutup pintu hatinya.
Kamu harus tahu ini, sahabat. Pada pukul tujuh malam, ketika bus dan bayang-
bayang menghilang, samar-samar kulihat Purnama bertengger di pucak Mutis. Kamu tahu
apa artinya, Sahabatku??? (untuk Gusti Fahik di puncak Ledalero)