Lapkas 3
Lapkas 3
Laporan Kasus
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : by. M
Tempat, Tgl. Lahir : Tangerang, 14 Februari 2010
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Lahir : 2330 gram
Panjang Lahir : 44 cm
Lingkar kepala lahir : 32 cm
Agama : Budha
Kebangsaan : Indonesia
Tgl/ jam masuk : 14 Februari 2010 / 22.30
a. KELUHAN UTAMA
Penurunan kadar glukosa darah.
menangis kencang. Tidak ditemukan gelisah, pucat atau biru setelah kelahiran.
Pasien tidak kejang dan muntah.
c. ANTE NATAL
Lama kehamilan 38-39 minggu. Ibu melahirkan dengan cara SC, dengan
indikasi ketuban pecah dini (4 jam 15 menit sebelumnya) dan oligohidramnion.
Golongan darah ibu O/+. Golongan darah ayah A/+. Golongan darah pasien
A/+. Riwayat infeksi selama kehamilan disangkal. Apgar skor setelah 1-5 menit
kelahiran adalah 9-10.
e. RIWAYAT IMUNISASI
Dasar Ulangan
I II III I II III
1 BCG -
2 Hepatitis B 14/02/2010
3 Polio 14/02/2010
f. ANAMNESA KELUARGA
i. IKHTISAR KETURUNAN
Tidak ada kelainan
Keterangan:
: Pria
: Wanita
4. PEMERIKSAAN PERTAMA
Tanggal : 14 Februari 2010
Umur : 0 tahun o bulan 0 hari
RIWAYAT KESEHATAN
Berat Badan
Lahir : 2330 gram
Sekarang : 2335 gram
Panjang Badan
Lahir : 44 cm
Sekarang : 44 cm
Metode persalinan : Sectio Caesaria
Golongan darah ibu : O/+
Golongan darah bayi : A/+
Riwayat keluarga : Tidak ada kelainan
KEADAAN UMUM
KULIT
Pigmentasi : Coklat
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Ada
Jaringan parut : Tidak ada
Lapisan lemak : Tidak diukur
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Normal
Oedema : Tidak ada
Lain-lain : Eksema (-), purpura/petekie (-), eritema (-)
KEPALA
Bentuk : Normocephaly
Ubun-ubun Besar : Datar
Rambut : Lebat dan hitam
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, pupil isokor, sekret (-)
Telinga : Bentuk, besar dan posisi normal
Hidung : Bentuk normal, secret (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut :
Bibir : Merah muda, labioskisis (-)
Lidah : Merah muda, higiene baik
Gigi : Belum tumbuh
Selaput mulut : Tidak ada kelainan
Gusi : Merah muda
Tenggorokan
Tonsil : T0/T0
Pharynx : Hiperemis(-), edema (-), abses (-)
Leher
Kelenjar : Tiroid tidak membesar
Massa : tidak ditemukan
THORAX
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba intercosta 4 midklavikula kiri
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1S2 murni, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris
Palpasi : Simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular, Rhonki -/-, Wheezing -/-
ABDOMEN
Inspeksi : Agak cembung
Palpasi : Supel, hepar tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. LABORATORIUM (tgl. 14 Februari 2010 – 14:48)
6. DIAGNOSA KERJA
Neonatus Cukup Bulan – Kecil Masa Kehamilan
Hipoglikemia
7. PENATALAKSANAAN
IVFD D10% 0,18 NS 60 mL/kgBB/ hari
Feeding 8 x 20 – 30 cc ( Enfamil A+ 20 mL per oral)
cek GDS setiap 3 jam (2x) selanjutnya setiap 6 jam.
Observasi ketat tanda-tanda vital
Cendofenikol eyedrop
Neo K 0,5 mL
8. PERAWATAN/ PENGOBATAN/ MAKANAN
Tgl. 14 Februari 2010
S : pasien lahir secara SC, dengan indikasi KPD dan oligohidramnion, setelah
diperiksa kadar gula darah rendah tapi bayi masih ada keinginan minum
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Susu
Suckin
Pukul Jmlh Vomit BAB BAK
Jenis g
(cc)
01.00 Enfamil A+® 20 + - + +
06.00 Enfamil A+® 20 + - + +
09.00 Enfamil A+® 20 + - + +
12.00 Enfamil A+® 20 + - + +
14.00 Enfamil A+® 20 + - + +
16.00 Enfamil A+® 20 + - + +
18.00 Enfamil A+® 20 + - + +
20.00 Enfamil A+® 20 + - + +
22.00 Enfamil A+® 20 + - + +
24.00 Enfamil A+® 20 + - + +
HEMATOLOGY
µL
Differential Count
Basophil 2 % 0 - 1
Eosinophil 0 % 1 - 3
Band Neutrophil 3 % 2 - 6
Segment Neutrophil 49 % 50 - 70
Lymphocyte 43 % 25 - 40
Monocyte 3 % 2 - 8
Susu
Suckin Vomi
Pukul Jenis Jmlh BAB BAK
g t
(cc)
02.00 Enfamil A+® 20 + - + +
04.00 Enfamil A+® 20 + - + +
06.00 Enfamil A+® 20 + - - +
08.00 Enfamil A+® 20 + - - +
10.00 Enfamil A+® 20 + - - +
12.00 Enfamil A+® 20 + - + +
14.00 Enfamil A+® 20 + - + +
16.00 Enfamil A+® 20 + - + +
18.00 Enfamil A+® 20 + - + +
20.00 Enfamil A+® 20 + - + +
22.00 Enfamil A+® 20 + - + +
24.00 Enfamil A+® 20 + - + +
A : Neonatus Cukup Bulan – Kecil Masa Kehamilan
Hipoglikemia
P : IVFD D10% 0,18 NS 80 ml/kgBB/hari
feeding 12 x 20-25 ml
GDS 08.00 : 37 g/dL bolus Dextrosa 10% 10 ml.
GDS 12.00 : 36 g/dL
BB : 2365 gr
A : NCB-KMK, Hipoglikemia
P : IVFD Dekstrosa 10% 80 ml/kgBB/hari
Feeding 8 x 25 ml
GDS jam 15.00 : 36 g/dL bolus Dextrosa 10 cc/30 menit.
jam 16.00 : IVFD dinaikkan menjadi 10 ml/jam
bila tetap tidak stabil : ganti menjadi Dextrosa 12%
Cek ulang GDS jam 19.00, hasil baik : GDS per 12 jam
total cairan : 180 cc/hari
Susu
Pukul Sucking Vomit BAB BAK
Jenis Jmlh (cc)
02.00 Enfamil A+® 25 + - + +
05.00 Enfamil A+® 25 + - + +
08.00 Enfamil A+® 25 + - + +
11.00 Enfamil A+® 25 + - + +
14.00 Enfamil A+® 25 + - + +
17.00 Enfamil A+® 25 + - + +
20.00 Enfamil A+® 25 + - + +
23.00 Enfamil A+® 25 + - + +
A : NCB-KMK, Hipoglikemia
P : IVFD Dextrosa 10% 100ml/kgBB/hari
Feeding 8 x 25 ml
GDS tiap 8 jam
Susu
Suckin
Pukul Jenis Jmlh Vomit BAB BAK
g
(cc)
03.00 Enfamil A+® 35 + - + +
06.00 Enfamil A+® 40 + - + +
09.00 Enfamil A+® 35 + - + +
12.00 Enfamil A+® 35 + - + +
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
A : NCB-KMK, Hipoglikemia
P : IVFD ↓ 8 ml/jam (D10% 0,18 NS 8 mL/jam)
glukose level = 5-8 mg/kg/hari
Feeding 8x35-40 cc
GDS tiap 12 jam
Awasi tanda rebound hipoglikemia
9. PROGNOSIS
Ad Bonam
10. RESUME
Hipoglikemia
PENDAHULUAN
PATOFISIOLOGI2
Setelah kelahiran, suplai glukosa dari ibu terhenti. Penyimpanan glikogen fetal terhenti
sementara dan glikogen fosforilase memecahkan penyimpanan glikogen hepatik untuk
mensuply kadar glukosa. Bayi aterm diperkirakan hanya memiliki glikogen hepatik yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik untuk sekitar 10 jam tanpa sumber energi
eksogen. Pada saat yang sama, sintesis enzim yang terlibat dalam glukoneogenesis
meningkat dan kadar katekolamin menjadi tinggi (menstimulasi pelepasan substrat dalam
bentuk asam lemak bebas dan asam amino bebas). Kadar glukosa darah pada semua bayi
menurun pada 30-60 menit pertama kehidupan dan kemudian meningkat menjadi level
stabil setelah kira-kira 1,5-3 jam setelah kelahiran.
Glukosa memainkan peran sentral pada pengaturan bahan bakar manusia dan
merupakan sumber penyimpanan energy dalam bentuk glikogen, lemak dan protein.
Glukosa merupakan sumber energi cepat karena memberikan 38 molekul ATP/mol glukosa
yang dioksidasi. Glukosa penting untuk metabolisme energy serebral yaitu merupakan
substrat yang lebih disukai dan memerlukan semua konsumsi O 2 dalam otak. Ambilan
glukosa otak tidak terjadi melalui proses difusi yang dipermudah, diperantarai (carrier-
mediated), yang tergantung pada kadar glukosa darah. Defisiensi pengangkutan glukosa
otak dapat menyebabkan kejang karena kadar glukosa cairan serebrospinal rendah sedang
glukosa darah normal. Tidak ada glukosa yang masuk ke dalam sel otak atau metabolisme
selanjutnya tidak tergantung pada insulin. Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dan
mencegahnya dari penurunan yang cepat sampai kadar yang mengganggu fungsi otak, telah
dikembangkan system pengaturan yang rinci.
Pertahanan terhadap hipoglikemia diintegrasikan oleh sistem saraf otonom dan oleh
hormone yang bekerja bersama dengan pembesaran produksi glukosa melalui pengaturan
enzim glikogenolisis dan glukoneogenesis sementara secara serentak membatasi
penggunaan glukosa perifer. Pada keadaan ini hipoglikemia dianggap sebagai defek pada
salah satu atau beberapa interaksi kompleks yang secara normal mengintegrasikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
homeostasis glukosa selama makan dan puasa. Proses ini terutama penting pada neonates,
yang memiliki transisi mendadak dari kehidupan intrauterin, yang ditandai dengan
ketergantungan glukosa transplasenta, ke kehidupan ekstrauterin yang ditandai akhirnya
dengan kemampuan autonom untuk mempertahankan keseimbangan glukosa yang tepat.
Karena faktor-faktor prematuritas atau plasenta dapat membatasi penyimpanan nutrient
jaringan, dan kelainan genetik pada enzim atau hormon dapat menjadi nyata pada
neonates, hipoglikemia merupakan penyebab penting morbiditas neonatus.
Sebenarnya pengaturan homeostasis pada janin dan bayi tidak sepenuhnya dapat
dibuktikan, karena sebagian besar kesimpulan yang diambil adalah dari penelitian binatang
percobaan. Walaupun demikian, pada anak dan dewasa memiliki substrat dan pengaturan
metabolisme hormonal yang sama, namun homeostasis glukosa pada bayi gambarannya
berbeda.
Bila seorang ibu hamil mendapatkan nutrisi yang adekuat, maka pada janin tidak
akan terjadi glukoneogenesis dan ketogenesis. Selama dalam kandungan, energi pokok yang
digunakan janin adalah glukosa, asam amino dan laktat, glukosa merupakan 50% dari energi
yang dibutuhkan. Glukosa ibu masuk melalui plasenta ke janin dengan difusi karena adanya
perbedaan konsentrasi pada ibu dan plasma janin, kadar glukosa plasma janin 70-80% kadar
dalam vena ibu. Glukosa ibu masuk ke janin dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan
energi yang dibutuhkan janin dengan kecepatan 5-7 gram/kgBB/menit, sesuai dengan
kecepatan produksi glukosa endogen setelah lahir.
Sistem enzim yang terlibat dalam glukoneogenesis dan glukogenolisis sudah ada
dalam hepat janin namun tidak aktif, kecuali apabila terangsang oleh ibu yang sangat
kelaparan. Pada hewan, aktivitas enzim untuk glukoneogenesis (piruvat karboksilase,
fosfofenol/ piruvat karboksikinase, glukosa-6-fosfatase, dan fruktosa 1,6 difosfatase) sangat
penting, pada janin manusia sangat rendah atau tidak ada dan tidak meningkat sampai
periode perinatal yang akan mencapai kadar dewasa hanya dalam beberapa jam sampai
beberapa hari setelah kehidupan ekstrauterin. Untuk mempertahankan euglikemia, pada
saat lahir tidak ada produksi glukosa oleh janin manusia, namun produksi glukosa hepat dan
glukoneogenesis telah dibuktikan ada beberapa jam setelah lahir, walaupun pada bayi yang
sangat prematur. Enzim yang diperlukan untuk glikogenolisis dan sintesis glikogen sudah
ada pada hepar janin sejak lama sebelum terjadi akumulasi glikogen.
Pada saat lahir kadar glukosa plasma umbilikal 60-80% dari kadar glukosa vena ibu.
Pada bayi aterm sehat yang sudah lepas dari ibunya 2 jam pertama setelah lahir, kadar
glukosa darahnya tidak pernah dibawah 40 mg/dL, pada usia 4-6 jam berkisar antara 45-80
mg/dL. Kadar glukosa dipertahankan segera setelah lahir dengan pemecahan glikogen hepar
(glikogenolisis) karena pengaruh epinefrin dan glukagon, difasilitasi oleh turunnya kadar
insulin. Namun dalam waktu 8-12 jam pertama glikogen berkurang, setelah itu kadar
glukosa dipertahankan oleh sintesis glukosa dari laktat, gliserol dan alanin
(glukoneogenesis). Setelah mendapat makanan dan masukan karbohidrat adekuat,
glukoneogenesis tidak diperlukan lagi. Hipoglikemia disebabkan oleh berkurangnya suply
glukosa atau meningkatnya konsumsi glukosa. Karena euglikemia pada mulanya tergantung
dari glikogenolisis dan glikoneogenesis, bayi yang kekurangan substrat atau jalur
metaboliknya tidak normal,terjadi hipoglikemia.
INSIDENS
Di Indonesia masih belum ada data yang jelas, secara umum insidens hipoglikemia
pada bayi baru lahir berkisar antara 1-5 / 1000 kelahiran hidup. Pada bayi yang lahir dari ibu
diabetes 25%, pada bayi preterm 15%, secara umum pada bayi resiko tinggi 30% terjadi
hipoglikemia. Gutbenlet dan Coenbbath mengevaluasi hipoglikemia secara prospektif dari
tahun 1971-1973, mendapatkan insidens pada neonatus 4,4/1000 kelahiran hidup, untuk
BBLR 15,6/1000 BBLR. GuthirieR (1970) dalam penelitiannya pada bayi resiko tinggi,
mendapatkan insidens hipoglikemia asimptomatik 7,5%. Pada neonatus insidens 23% ,
sebagian besar karena berat badan lahir rendah.1
pusat. Efek neurologis ini menetap dan berhubungan dengan lamanya jaringan otak
kekurangan glukosa sehingga diagnosis dan pengobatan dini menjadi sangat penting. 4
DEFINISI
Hipoglikemia timbul bila kadar glukosa serum secara bermakna lebih rendah daripada
kisaran bayi normal sesuai usia paska lahir. Definisi hipoglikemia pada neonatus masih tidak
ditemukan kesesuaian sehingga definisinya dibuat dari berbagai sudut pandang. Secara
statistik disebut nilai rendah bila dibawah 2 SD dari rerata populasi sehat. Namun dengan
pendekatan ini ternyata banyak kendala bila diterapkan untuk menentukan hipoglikemia,
seperti :4
1. Hasil tergantung pada sampel darah, metoda pemeriksaan dan sampel diambil dari
plasma atau perifer.
2. Dalam penelitian Sexson (1984) mendapatkan jadwal “early feeding” sangat
berpengaruh pada kadar gula darah, dan hal ini sangat bervariasi dari rumah sakit
satu ke rumah sakit yang lain, dan jumlah Asi yang diberikan juga bervariasi.
3. Hawdon,dkk (1992) dalam salah satu penelitiannya menentukan bayi sehat sangat
sulit karena 72% bayi baru lahir mempunyai satu atau lebih resiko hipoglikemia.
Karena itu, pendekatan berdasarkan gejala klinis diperlukan agar dapat menentukan
diagnosa secepatnya dan melakukan terapi yang lebih tepat. Manifestasi klinis yang dapat
terlihat pada bayi dengan hipoglikemia antara lain manifestasi neurologis (lesu, koma,
apnea, kejang)dan manifestasi simpatomimetik (pucat, palpitasi, diaforesis) yang responsif
terhadap pemberian glukosa. Namun gejala-gejala ini tidak spesifik karena banyak dari
gejala tersebut juga terjadi bersamaan dengan keadaan lain seperti infeksi terutama sepsis
dan meningitis; anomali sistem saraf pusat, perdarahan atau edema, hipokalsemia dan
hipomagnesemia, asfiksia, gejala putus obat, apnea prematuritas, penyakit jantung
kongenital atau polisitemia. Pada neonatus tidak selalu ada korelasi yang jelas antara kadar
glukosa darah dan manifestasi klinis hipoglikemia klasik. Tidak adanya gejala tidak
menunjukkan bahwa kadar glukosa normal dan tidak turun dibawah kadar optimal untuk
mempertahankan metabolisme otak. Konsekuensinya, batas bawah normalitas kadar
glukosa darah yang diterima pada bayi baru lahir yang mengganggu metabolisme otak
belum ditentukan. Dan karena beberapa keadaan tersebut dapat ditemukan pada bayi sehat
normoglikemia, insidens hipoglikemia yang pasti sukar ditegakkan. 2
telah mencapai titik terendahnya, selanjutnya kadar glukosa darah mulai naik dan mencapai
50 mg/dL (2,8mM) atau lebih tinggi sesudah 12-24 jam. Pada bayi dan anak yang lebih tua,
kadar glukosa darah kurang dari 40 mg/dL (10-15% lebih tinggi untuk serum atau plasma)
menggambarkan hipoglikemia yang berarti.2
ETIOLOGI1
1. bayi prematur
2. bayi kecil untuk masa kehamilan / wasted infants
3. Stressed infants , seperti infeksi atau hipoksia. Dalam keadaan hipoksia
pembentukan energy tidak efisien. Dalam keadaan normal 1 gram glukosa
menghasilkan 38 ATP, sedangkan dalam keadaan hipoksia hanya 2 ATP.
4. bayi dengan kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis sering mempunyai
cadangan glikogen yang rendah sehingga tidak ada cadangan energy yang dapat
diubah menjadi glukosa.
Cadangan energi tubuh terdapat dalam hati, protein otot, dan lemah dibawah kulit. Selain
itu terdapat benda keton yang dapat diubah menjadi energy (umumnya ditemukan pada
neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan dan sehat).
Intra Uterin Growth Retardation (IUGR) karena insufisiensi plasenta dengan ukuran kepala
normal menurunkan kadar penyimpanan glikogen karena adanya peningkatan rasio otak
dan berat badan. Bayi postterm dan bayi gemelli juga merupakan kelompok resiko tinggi
karena adanya insufisiensi plasenta.5
FAKTOR RESIKO
Empat kelompok patofisiologi neonatus yang beresiko tinggi untuk menderita hipoglikemia
adalah6 :
1) Bayi-bayi dari ibu yang menderita diabetes melitus atau diabetes selama kehamilan,
bayi dengan eritroblastosis fetalis berat, insulinoma, nesidioblastosis sel β,
hiperplasia sel β.
2) Bayi-bayi dengan retardasi pertumbuhann intrauterin (intrauterine growth
retardation IUGR) atau bayi preterm, mungkin mengalami malnutrisi intrauterin
sehingga mengakibatkan penurunan penyimpanan glikogen hati dan lemak tubuh
total. Faktor-faktor lain yang menimbulkan hipoglikemi pada kelompok ini meliputi
gangguan glukoneogenesis, berkurangnya oksidasi asam lemak bebas, kecepatan
produksi kortisol rendah dan kemungkinan kenaikan kadar insulin dan penurunan
curah epinefrin dalam responsnya terhadap hipoglikemia.
3) Bayi yang amat imatur atau sakit berat dapat menderita hipoglikemia karena
kenaikan kebutuhan metabolik yang tidak seimbang dalam menyimpan substrat dan
kalori yang tersedia; bayi-bayi dengan berat badan lahir rendah, distres pernapasan,
asfiksia perinatal, hipotermia dan infeksi sistemik.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
MANIFESTASI KLINIS
- Dapat asimptomatik
- Simptomatik dengan gejala tidak spesifik :
o depresi fungsi otak : letargi, hipotoni, malas minum, menangis lemah,, apnea,
sianosis, reflex moro (-), dan hipotermia.
o Over stimulation otak : jittery, menangis dengan suara tinggi, a fixed stare
and fisting, pergerakan bola mata abnormal, dan kejang.
o Aktivasi sistem saraf autonom dan pengeluaran adrenalin : keringat
berlebihan, palpitasi, pucat, lemah, lapar, tremor, mual dan muntah. 1
Mulainya gejala bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa minggu setelah lahir.
Perkiraan urutan kekerapan adalah kecemasan atau tremor, apatis, episode sianosis,
konvulsi, serangan apnea intermitten atau takipnea, menangis lemah atau dengan frekuensi
tinggi, lemas atau lesu, dan sukar makan. Episode berkeringat, pucat mendadak, hipotermia,
dan henti serta gagal jantung juga terjadi. Karena manifestasi klinis ini dapat disebabkan
oleh berbagai penyebab maka penting untuk mengukur kadar glukosa serum dan
menentukan apakah hipoglikemia menghilang dengan pemberian glukosa yang cukup untuk
menaikkan kadar gula darah menjadi normal, jika tidak diagnosis lain harus dipikirkan. 2
Penentuan glukosa darah harus selalu dilakukan pada neonatus yang sakit, yang harus
diobati jika kadar glukosa darah dibawah 40 mg/dL (2,2 mM). Pada setiap tingkat umur
pediatri, hipoglikemia harus selalu dipikirkan merupakan penyebab episode konvulsi awal
atau penjelekan yang mendadak pada fungsi perilaku psikologis. 2
Vertigo
Amnesia
Postur deserebrasi atau dekortikasi
DIAGNOSA
Untuk menetapkan diagnosa hipoglikemia secara benar harus dipenuhi kriteria Whipples,
yaitu :
1. Manifestasi klinis yang khas
2. Kejadian ini harus bersamaan dengan rendahnya kadar glukosa plasma yang diukur
secara akurat dengan metoda yang sensitif dan spesifik.
3. Gejala klinis yang menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah
normoglikemia.
Bila ketiganya dipenuhi maka diagnosa klinis hipoglikemia dapat ditetapkan. Untuk
menentukkan diagnosa hipoglikemia asimptomatik lebih sulit, walaupun juga merupakan
penyebab kerusakan otak.4
Dengan teknik pemeriksaan mikro untuk mengukur kadar hormon dan substrat
dalam plasma,maka menjadi mungkin untuk memperluas definisi dan pengembangan
protokol hipoglikemia dan mencari mekanisme yang mungkin menyebabkan turunnya gula
darah. Jika yang diukur adalah respons hormon yang meningkat saat terjadi hipoglikemia
epinefrin, hormon pertumbuhan, kortisol dan glukagon, bersama dengan substrat, antara
lain : asam lemak bebas, gliserol dan badan keton.2
TATALAKSANA
Tujuan penatalaksanaan hipoglikemia adalah untuk mengembalikan konsentrasi
glukosa darah secepatnya dan mencegah terjadinya episode hipoglikemia dengan
memberikan substrat adekuat sehingga homeostasis glukosa dapat tercapai.
Feeding Enteral
Pada neonatus dengan hipoglikemia asimptomatik ringan, dapat dilakukan
pemberian makanan enteral untuk meningkatkan glukosa darah. Dengan menggunakan
susu formula pada neonatus, dapat menyediakan karbohidrat dalam laktosa serta protein
dan lemak yang akan dimetabolisme secara lebih pelan. Pemberian lemak dapat
menurunkan penggunaan glukosa sel dan menstimulasi terjadinya glukoneogenesis yang
kemudian akan membantu mengembalikan homeostasis glukosa normal. Dapat
diperkirakan konsentrasi glukosa darah harus ditingkatkan 1,67 mmol/L (30 mg/dL) pada 1
jam pertama setelah pemberian 30-60 mL susu formula standart bayi. 6
Terapi Intravena
Bila tidak ditemukan serangan kejang, bolus Dekstrosa 10% intravena 200 mg/kg (2mL/kg)
efektif untuk menaikkan kadar glukosa darah. Bila ada kejang, 4mL/kg injeksi bolus glukosa
10% terindikasi.2
Paska terapi pertama harus diberikan infus glukosa 8 mg/kg/menit. Jika hipoglikemia
terjadi lagi, kecepatan infus harus ditambah sampai menggunakan glukosa 15-20%. Jika
infus glukosa 20% intravena tidak cukup untuk menghilangkan gejala dan mempertahankan
kadar glukosa serum normal, hidrokortison (2,5 mg/kg/6 jam) atau prednison (1mg/kg/24
jam) harus juga diberikan. Glukosa serum harus diukur setiap 2 jam setelah terapi dimulai
sampai 2 pengukuran berada diatas 40 mg/dL. Selanjutnya, kadar harus diperiksa setiap 4-6
jam dan pengobatan secara bertahap dikurangi dan akhirnya dihentikan bila glukosa serum
telah berada pada kisaran normal dan bayi tidak menampakan gejala selama 24-48 jam.
Pengobatan biasanya diperlukan selama beberapa hari sampai satu minggu, kadang-
kadang sampai beberapa minggu. Jika ada hiperinsulinisme neonatus, dan bayi tidak
memberikan respons terhadap steroid dan glukosa yang diberikan selama waktu yang
cukup, diazoksid atau somatostatin dengan masa kerja panjang dapat digunakan.
Bayi yang memiliki resiko untuk mengalami hipoglikemia harus diukur kadar glukosa
serumnya dalam 1 jam setelah kelahiran dan selanjutnya setiap 1-2 jam selama 6-8 jam
pertama kehidupan, kemudian setiap 4-6 jam sampai usia 24 jam. Bayi normoglikemik yang
memiliki resiko tinggi harus mendapatkan makanan oral atau melalui sonde susu formula
yang dimulai pada umur 1-3 jam dan dilanjutkan dengan interval 2-3 jam selama 24-48 jam.
Infus glukosa intravena 4 mg/kg/menit harus diberikan jika pemberian makan oral kurang
ditoleransi atau jika terjadi hipoglikemia neonatus sementara yang asimptomatik. NELSON
Koreksi secara IV bolus dekstrose 10% 2ml/kg IVFD Dekstrose Nutrisi oral/ enteral segera ASI atau PASI, maks.
10%, minimal 60ml/kg/hari (hari pertama) dengan GIR 6-8 100ml/kg/hari (hari pertama)
mg/kg/menit Bila ada kontraindikasi minum oral atau Enteral Koreksi
Oral tetap diberikan bila tidak ada kontraindikasi secara IV bolus dekstrose 20% 2 ml/kg IVFD Dekstrose 10%,
minimal 60ml/kg/hari (hari pertama) dengan GIR 6-8
mg/kg/menit
GD 36-<47mg/dl
GD < 47mg/dl GD < 36mg/dl
GD ≥ 47 mg/dl
Ulang GD tiap 2-4 jam, 15 menit sebelum jadwal minum berikut, sampai 2 kali berturut-turut normal
Hitung Glukose Indeks Rate (GIR) 6-8 mg/kg/menit untuk mencapai gula darah maksimal, dapat dinaikkan sampai 10-15
mg/kg/menit.
Bila ditemukan hasil GD 36- < 47 mg/dl 2 kali berturut-turut, nerikan IVFD Dekstrose 10%, sebagai tambahan asupan peroral.
Jangan menggunakan cairan Dextrosa 25% atau 50% intravena atau dengan volume
tinggi bolus iv karena akan mengakibatkan rebound hypoglycemia pada neonatus dengan
hiperinsulinemia. Penggunaan Dextrosa 25% atau 50% dapat menyebabkan peningkatan
osmolaritas plasma yang berbahaya.
Jika hipoglikemia tetap tidak terkontrol, konsultasikan dengan bagian endokrin untuk
evaluasi diagnostik dan tatalaksana berikutnya.
Bila kadar glukosa darah telah stabil setelah 12-24 jam, turunkan kadar infus menjadi 1-2
mL/jam selama 3-4 jam jika glukosa darah bertahan > 60 mg/dL.
Atau
Pada neonatus akan terjadi euglikemia bila kadar GIR mencapai 5-8 mg/kg/menit. Dengan
nilai maksimal GIR yang dibutuhkan untuk nutrisi optimal yaitu 14 mg/kg/menit.
Tabel alur tatalaksana pada neonatus dengan asimptomatik dan simptomatik hipoglikemia :
PROGNOSIS
Prognosis untuk hidup baik. Hipoglikemia kambuh pada 10-15% bayi sesudah
pengobatan adekuat. Beberapa bayi dilaporkan selambatnya timbul pada usia 8 bulan.
Prognosis untuk fungsi intelektual yang normal harus ditentukan dengan hati-hati karena
hipoglikemia yang lama dan berat dapat disertai dengan sekuele neurologis. Bayi
hipoglikemik simptomatik, terutama bayi dengan berat badan lahir rendah dan bayi dari ibu
diabetes mempunyai prognosis yang lebih jelek untuk kelanjutan perkembangan intelektual
yang normal daripada prognosis bayi yang asimptomatik.
Pembahasan
Hipoglikemia timbul bila kadar glukosa serum secara bermakna lebih rendah
daripada kisaran bayi normal sesuai usia paska lahir. Definisi hipoglikemia pada neonatus
masih tidak ditemukan kesesuaian sehingga definisinya dibuat dari berbagai sudut pandang.
Secara statistik disebut nilai rendah bila dibawah 2 SD dari rerata populasi sehat.
Kadar glukosa darah pada semua bayi menurun pada 30-60 menit pertama
kehidupan dan kemudian meningkat menjadi level stabil setelah kira-kira 1,5-3 jam setelah
kelahiran. Karena kekuatiran adanya sekuele neurologis, intelektual atau psikologis pada
kehidupan di kemudian hari, banyak pakar mendesak bahwa pada neonatus dengan kadar
glukosa darah di bawah 40 mg/dL (2.2 mM) harus segera ditangani dengan sungguh-
sungguh. Hal ini terutama pada bayi sesudah 2-3 jam pertama, ketika secara normal glukosa
telah mencapai titik terendahnya, selanjutnya kadar glukosa darah mulai naik dan mencapai
50 mg/dL (2,8mM) atau lebih tinggi sesudah 12-24 jam.
Kadar glukosa plasma pada bayi, anak dan dewasa kadar normalnya 70-100 mg/dL,
ditentukan kadar hipoglikemia neurofisiologik pada kadar 50-70 mg/dL, definisi hipoglikemia
berat bila kurang dari 40 mg/dL, dan terapi berhasil bila kadar glukosa lebih dari 60 mg/dL.
Pasien lahir aterm dengan usia kehamilan 38-39 minggu secara sectio caesaria atas
indikasi ketuban pecah dini dan oligohidramnion, Apgar skor 9-10 dengan berat badan lahir
2330 gram, panjang badan lahir 44 cm dan lingkar kepala 32 cm.
Menurut pembagian klasifikasi berdasarkan berat badan pasien, pasien kemudian dapat
dikategorikan dalam Neonatus Cukup Bulan- Kecil menurut Masa Kehamilan dengan
suspek adanya intrauterin growth retardation (IUGR).
Bayi juga dikategorikan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena memiliki berat
badan lahir < 2500 gram, yaitu 2330 gram. Pada pasien dengan BBLR dan Kecil Masa
Kehamilan menjadi faktor resiko terjadinya hipoglikemia, sehingga dilakukan skrining
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu setelah kelahiran kemudian ditemukan hasilnya
adalah 14 g/dL (pemeriksaan pertama) dan pasien kemudian dirawat di NICU SHLK.
Pada bayi kecil menurut kehamilan (small for gestational Age = SGA) terutama
rentan terjadi hipoglikemia, hal ini berkaitan dengan penyimpanan glikogen hati, protein
otot, dan lemak badan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan enzim yang
diperlukan untuk glukoneogenesis mungkin belum sepenuhnya berkembang. Selama awal
kehidupan 24 jam, kadar plasma asetoasetat dan β-hidroksibutirat lebih rendah pada bayi
SGA yang berarti penyimpanan lipid berkurang, mobilisasi asam lemak berkurang dam atau
ketogenesis terganggu. Penurunan penyimpanan lipid adalah paling mungkin terjadi karena
pemberian makan trigliserida bayi baru lahir mengakibatkan kenaikan kadar glukosa plasma,
asam lemak bebas (ALB) dan keton. ALB penting untuk sintesis glukoneogenesis pada
neonatus karena itu pemberian susu harus diperkenalkan sejak awal (dalam 4-6 jam
pertama kehidupan).
Pada pasien ini masih ada kemampuan untuk menghisap sehingga harus diberikan
early feeding untuk menstimulasi glukoneogenesis pada neonatus.
vena perifer max sampai dengan Dekstrosa 12,5%, umbilikal mencapai 25%. Setelah GDS <
47 g/dl, harus ulang dilakukan GDS setiap 2-4 jam, sampai 2 kali berturut-turut normal.
Pada pasien ini dengan kadar gula darah 14g/dL, diberikan infus Dekstrosa 10% 60
cc/kgBB dan dilakukan pengecekan ulang dalam 30 menit- 1 jam dengan hasil 28 g/dL.
Selanjutnya dilakukan setiap 3 jam. Bila masih < 47 g/dL maka dapat diberikan bolus
Dekstrosa 10% 10 ml. Kemudian setelah 2 hari keadaan gula darah pasien tetap tidak stabil
maka dilakukan perhitungan GIR dengan hasil 5,8 mg/kg/hari sedangkan pada pasien
dengan berat badan ± 2300 gr membutuhkan GIR 6-8 mg/kg/hari sehingga kemudian
pemberian Dekstrosa dinaikkan menjadi infus Dekstrosa 10% 10 ml/jam untuk mencapai GIR
7,2 mg/kg/hari. Dengan pemberian dekstrosa dengan GIR 7,2 mg/kg/hari, kadar glukosa
darah kemudian baru menjadi stabil.
Pasien kemudian dikatakan telah sembuh setelah dalam pengecekan gula darah memberi
hasil > 47 g/dL sampai 2 kali berturut-turut dan dengan penurunan kadar glukosa yang
diberikan intravena, tidak nampak gejala rebound phenomenon.
Daftar Pustaka
1. Buku Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUR Nasional
Dr. Ciptomangunkusumo. Hipoglikemia pada Neonatus. Hal. 357-359. 2007
2. Behrman, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics. The fetus and Neonatal
infant. Chapter 96. The Endocrine System. 17th Ed.
3. Cranmer, Hilarie. Pediatric Hypoglycemia. EmergencyMedicine Pediatric. 2009
http://emedicine.medscape.com/article/802334-overview
4. Definisi Susanto, Rudi. Hipoglikemia pada Bayi dan Anak. Semarang. 2005
5. McGowan, Jane E. Neonatal Hypoglycemia. American Academy of Pediatrics. 1999
6. Ashish Jain, dkk. Hypoglycemia in the Newborn. WHO Collaborating Center for
Training & Research in Newborn Care. New Delhi. AIIMS- NICU protocols updated
2007
7. Gambar diambil dari :
8.
9. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_50_HipoglikemiaPadaAnak.pdf/10_
50_HipoglikemiaPadaAnak.html
10. Gambar diambil dari :
Newborn Infant Nurs Rev. 2003 W.B Saunders. www.medscape.com