Anda di halaman 1dari 54

Pemeriksaan Klinis

(Clinical Assessment)

Susilowati, S.KM.
Dosen Kopertis Wilayah IV
Dpk di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Cimahi
2008
Pendahuluan
Pemeriksaan klinis meliputi:

1. Riwayat medis
yaitu catatan mengenai perkembangan penyakit,
untuk mengetahui apakah malnutrisi disebabkan
karena konsumsi makanan/bukan
2. Pemeriksaan fisik
Melihat dan mengamati gejala malnutrisi meliputi
sign (gejala yang dapat diamati) dan symptom
(gejala yang tidak dapat diamati, tetapi
dirasakan oleh penderita)
Meliputi pemeriksaan terhadap semua perubahan
fisik yang ada kaitannya dengan malnutrisi (kulit
atau jaringan epitel, jaringan yang membungkus
permukaan tubuh seperti rambut, mata, muka
mulut, lidah, gigi dan kelenjar tiroid)
Pemeriksaan Riwayat Medis
(Medical Historis)
 Mencakup catatan semua kejadian yang
berhubungan dengan gejala/symptom yang
timbul pada penderita beserta faktor-faktor
yang mempengaruhi timbulnya penyakit

 Catatan meliputi:
1. Identitas penderita
2. Lingkungan fisik dan sosbud yang berkaitan
dengan timbulnya penyakit (malnutrisi)
3. Sejarah timbulnya gejala penyakit
4. Data-data tambahan yang diperlukan
Pemeriksaan Riwayat Medis
(Medical Histories)
 Cara pengumpulan data:
- wawancara dengan penderita dan keluarga
- observasi langsung pada lingkungan rumah dan
penderita
 Manfaat informasi:
untuk mengetahui lebih lanjut apakah gizi kurang
disebabkan oleh penyebab primer (konsumsi makanan)
atau sebab lain (penyakit menahun, obat-obatan yang
lama, keturunan seperti tidak terbentuknya enzim)
sehingga menyebabkan terganggunya proses
pencernaan.
Pemeriksaan Fisik
Meskipun pemeriksaan klinis mempunyai kelemahan
untuk mendeteksi malnutrisi, pemeriksaan fisik
sebaiknya merupakan bagian integral dari survey gizi,
dengan alasan:

3. Dapat mengungkapkan bukti adanya defisiensi gizi


yang tidak akan terdeteksi dengan survei konsumsi
atau cara laboratoris.
4. Identifikasi memberikan tanda yang dapat digunakan
untuk menentukan status gizi, walau hanya meliputi
beberapa kasus saja.
5. Pemeriksaan fisik tidak dapat mengungkapkan tanda-
tanda penyakit, diagnosis dan pengobatannya. Hal ini
sangat berguna untuk penanganan selanjutnya.
Pemeriksaan Fisik
Komisi Ahli WHO (dalam Jellife 1966 dan 1989)
mengelompokkan tanda-tanda klinis menjadi 3
kelompok besar:

3. Tanda-tanda (sign) yan memang benar berhubungan


dengan kurang gizi.
Kemungkinan penyebab: bisa karena kekurangan salah
satu zat gizi atau lebih.
2. Tanda-tanda (sign) yang membutuhkan investigasi
(penyelidikan) lanjut.
Kemungkinan penyebab: gizi salah atau mungkin oleh
faktor lain (buta huruf, miskin dll)
3. Tanda-tanda (sign) yang tidak berkaitan dengan
malnutrisi walaupun hampir mirip.
Hal ini memerlukan keahlian khusus dalam menegakkan
diagnosis.
Daftar Gambaran &
Pengelompokan Tanda Klinis
Berhubungan dengan Kemungkinan Tidak berhubungan
kekurangan gizi berhubungan dengan dengan
kekurangan gizi kekurangan gizi

1. Rambut  Lack of clustee


 Thinness and

aparseness
 Straightness

 Dispigmentation

 Flag sign

 Easy pluckability

2. Wajah  Defuse Perinasal veins


depigmentation (mungkin disebabkan
 Moon face karena konsumsi
alkohol>>>)
Daftar Gambaran &
Pengelompokan Tanda Klinis
Berhubungan dengan Kemungkinan Tidak berhubungan
kekurangan gizi berhubungan dengan dengan
kekurangan gizi kekurangan gizi

3. Mata  Pale conjunctiva  Corneal Pterygium


 Keratomalasia vascularization
 Angular Palpebris  Conjunctival

infection
&circumcorneal
 Corneal arcus

 Xanthomata

 Corneal scars

4. Bibir  Angular stomatitis Depigmentasi kronis


 Jaringan parut pada bibir bawah
angular
 Cheilosis
Daftar Gambaran &
Pengelompokan Tanda Klinis
Berhubungan dengan Kemungkinan Tidak berhubungan
kekurangan gizi berhubungan dengan dengan
kekurangan gizi kekurangan gizi

5. Lidah,  Edema lidah  Papilla hiperamic Geographic

gusi  Lidah mentah dan hipertrophic tongue


:Perlu (scarlet) (seperti stroberi Pigmented tongue
dipertimbangka
 Lidah magenta- merah)
n hubungannya
dengan trauma  Fissures (pecah,
lokal (makanan
Reinhold colour atlas
pedas, gigi (penyebab: kadar tanpa papila)
palsu, kurang
gizi) Hb, hipoksia,
penebalan epitelium
lidah)
 Papilla atrophic
Daftar Gambaran &
Pengelompokan Tanda Klinis
Berhubungan dengan Kemungkinan Tidak berhubungan
kekurangan gizi berhubungan dengan dengan
kekurangan gizi kekurangan gizi

6. Gigi  Mottled enamel  Pengikisan (attrition)


(akibat fluorosis)
 Karies gigi (decayed,

missing, foiled)
 Enamel hypoplasia

 Enamel erosion
Daftar Gambaran &
Pengelompokan Tanda Klinis
Berhubungan dengan Kemungkinan Tidak berhubungan
kekurangan gizi berhubungan dengan dengan
kekurangan gizi kekurangan gizi

7. Kelenjar  Pembesaran tiroid Gynaeconastia


 Pembesaran parotid (pembesaran bilateral,
teraba pada puting
dan jaringan dada)
8. Gusi  Spongy, bleeding Recession of gums Pyorrhoea (infeksi
gums (bunga karang (kerusakan dan atrofi periodontal):
keunguan, merah, gusi yang infeksi tepi gusi,
mudah berdarah menampakkan akar- gusi mudah
pada tekanan kecil) akar gusi) berdarah tanpa
hypertophy
Daftar Gambaran &
Pengelompokan Tanda Klinis
Berhubungan dengan kekurangan gizi Kemungkinan
berhubungan dengan
kekurangan gizi

9. Kulit  Xerosis (kering)  Mosaic dermatosis:


 Follicular Hyperkeratosis (phrynoderma atau kulit plak mosaik lebar
katak): plak mirip duri-duri, kering tipis, cenderung
mengelupas
 Petechiae: bintik haemorrhagic kecil atau
membran berlendir  Thickening and
pigmentation of
 Pellagrous rash atau dermatosis (sermatitis): akut
pressure point:
(merah, pecah, gatal, rasa terbakar), kronis
(menebal, kasar, kering, bersisik, berpigmen penebalan difus,
pigmentasi pada titik
coklat)
tekan (lutut, siku,
 Flaky-paint rash (crazy-pavement belakang mata kaki,
dermatosis):hiperpigmentasi pada kulit ruas jari)
mengelupas, mirip luka bakar, biasanya pada
pantat dan paha belakang
Daftar Gambaran &
Pengelompokan Tanda Klinis
Berhubungan dengan kekurangan gizi

10. Kuku Koilonychia: kuku jempol seperti sendok—kurang Fe

11.  Bilateral edema: mata, kaki kemudian meluas genital, wajah,


Jaringan tangan
Bawah Kulit Cara: Tekan kuat 3detik dengan satu jari. Positif jika terlihat dan
terasa, tetap ada setelah dilepaskan.
 Lemak bawah kulit
Daftar Gambaran &
Pengelompokan Tanda Klinis
Berhubungan dengan kekurangan gizi

12. Sistem  Muscular wasting


tulang dan  Craniotabes (pelunakan tengkorak)
otot  Frontal, Parietal bossing (penebalan dan penimbunan tulang

parietal dan frontal)—defisiensi Fe kronis. Afrika: sickle-cell


anemia, masyarakat lain :thalasemia.
 Persistently open anterior fontanelle: anterior fontanel terbuka

pada palpasi umur >18bulan. Ditemukan pada hydrocephalus


Daftar Gambaran &
Pengelompokan Tanda Klinis
Berhubungan dengan kekurangan gizi

13. Sistem  Sistem gastrointestinal : hepatomegali


internal  Sistem saraf: perubahan mental

 Tes klinis sistem saraf pusat: kehilangan sensor, daya gerak

lemah, hilang kepekaan indera posisi, hilang kepekaan indera


vibrasi, hilang sentakan lutut dan tumit, kepayahan betis
 Sistem cardiovaskular: pembesaran jantung, tachycardia

(penyebab anemia dan beri-beri), tekanan darah


Gejala Fisik yang Diduga ada Kaitan dengan
Malnutrisi dengan Keadaan Normal (Gibson, 1990)
KEADAAN NORMAL TANDA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN MALNUTRISI
Rambut: berkilat, tak mudah lepas Kehilangan sinarnya, kering, tipis,
signoda bendera, mudah lepas

Wajah: warna sama, halus, tampak sehat, Depigmentasi, flek hitam dibawah mata,
tidak bengkak membengkak, pembesaran kelenjar
parotis, nasolabial seboroik

Konjungtiva pucat, injection konjungtiva,


Mata: bercahaya, bersih, tidak ada luka,
bercak bitot, palpebritis angularis,
kelembaban tak tampak pembuluh darah
konjungtiva kering, kornea kering,
sklera
keratomalasia, jaringan parut kornea,
injeksi di sekeliling kornea

Bibir: halus, tidak ada pembengkakan Cheilosis, fisura angularis, jaringan parus
sekitar sudut bibir
Gejala Fisik yang Diduga ada Kaitan dengan
Malnutrisi dengan Keadaan Normal (Gibson, 1990)
KEADAAN NORMAL TANDA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN MALNUTRISI
Lidah: halus, tidak ada pembengkakan, Membengkak, scarlet, kasar, magenta,
merah halus, kemerahan, papila atrofi, hipertropi
hiperemik

Gigi: tak ada lubang, tak ada rasa nyeri, Tanggal, erupsi, tak normal, tanda-tanda
bercahaya fluorosis, berlubang

Gusi: sehat, merah, tak ada pendarahan, Mudah berdarah, penarikan gusi
tak ada pembengkakan

Wajah: tak ada pembengkakan Pembesaran kelenjar gondok, kelenjar


parotis
Gejala Fisik yang Diduga ada Kaitan dengan
Malnutrisi dengan Keadaan Normal (Gibson, 1990)
KEADAAN NORMAL TANDA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN MALNUTRISI
Kulit: bersih, tak ada pembengkakan, tak Kering, keratosis folikularis,
ada bercak-bercak membengkak, gambaran dermatosis
pelagra, despigmentasi, petechiae,
jaringan lemak bawah kulit berkurang/
hilang

Koilanika, rapuh
Kuku: kemerahan, keras

Wasted, kraniotabes, pembesaran


Otot dan rangka: tonus otot baik, dapat epipise, fontanel tetap membuka, blew-
berlari dan berjalan tanpa rasa sakit legs, pendarahan muskuloskeletal, tak
bisa berjalan dengan baik

Sistem kardiovaskular: ritme dan denyut Takikardi, pembesaran jantung, ritme


jantung normal, tak ada murmur, tekanan tidak normal, kenaikan tekanan darah
darah normal
Gejala Fisik yang Diduga ada Kaitan dengan
Malnutrisi dengan Keadaan Normal (Gibson, 1990)
KEADAAN NORMAL TANDA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN MALNUTRISI
Sistem gastrointestinal: tak ada massa Hepatomegali, splenomegali (biasanya
yang teraba ada penyakit lain)

Sistem saraf: stabil, refleks normal Tak teriritasi, paresesia, pada keadaan
berat tidak bisa berjalan, refleks lutut dan
umit menurun/ hilang
Kekurangan Energi Protein (KEP)
Kekurangan Energi Protein
(KEP)
Definisi

Keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya


konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG)

Gejala klinis KEP ringan dan sedang hanya menunjukkan


kurus.

Gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat


dibedakan menjadi 3: marasmus, kwashiorkor dan
marasmic-kwashiorkor (Depkes RI, 1999)
Tanda-Tanda Klinis
Kekurangan Energi Protein (KEP):
MARASMUS
 Sangat kurus: terjadi
atrofi otot, sehingga lemak
subkutan sangat rendah,
bhkan sampai tidak ada
 Kulit keriput
 Old face
 Cengeng, rewel
 Sering disertai diare kronik
atau konstipasi, serta
penyakit kronik
 Tekanan darah, detak
jantung dan pernafasan
berkurang
Gambar Tanda-Tanda Klinis
Kekurangan Energi Protein (KEP):
MARASMUS

Wajah

Rambut

Atrofi otot
Lemak SK <<
Iga gambang
Gambar Tanda-Tanda Klinis
Kekurangan Energi Protein (KEP):
MARASMUS
Tanda-Tanda Klinis
Kekurangan Energi Protein (KEP):
KWASHIORKOR
 Oedema, pada umumnya di seluruh
tubuh terutama pada kaki
 Wajah membulat dan sembab
(moon face)
 Otot-otot mengecil (muscle wasting)
 Cengeng, rewel, apatis
 Anoreksia
 Hepatomegali
 Sering disertai infeksi, anemia,
diare/ mencret
 Rambut kusam dan mudah dicabut
 Crazy pavement dermatosis
 Pandangan mata tampak sayu
Gambar Tanda-Tanda Klinis
Kekurangan Energi Protein (KEP):
KWASHIORKOR
Gambar Tanda-Tanda Klinis
Kekurangan Energi Protein (KEP):
KWASHIORKOR
Gambar Tanda-Tanda Klinis
Kekurangan Energi Protein (KEP):
MARASMIC-KWASHIORKOR
Gambar Tanda-Tanda Klinis
Kekurangan Energi Protein (KEP):
MARASMIC-KWASHIORKOR
Anemia Gizi Besi
 Definisi:
Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang
daripada harga normal.
 Tanda klinis:
Gejala/tanda yang dapat dilihat:
- Lelah, lesu, lemah, letih, lalai (5S)
- Bibir tampak pucat
- Nafas pendek
- Lidah licin
- Denyut jantung meningkat
- Susah buang air besar
- Nafsu makan berkurang
- Kadang-kadang pusing
- Mudah mengantuk
Anemia Gizi Besi
 Metode penentuan
Deteksi AGB melalui pemeriksaan
(inspeksi) terhadap target organ: mata,
kuku, bibir, lidah
 Interpretasi:
Apabila dalam pemeriksaan fisik pada klien
target organ banyak mengalami perubahan
sesuai dengan tanda-tanda klinis AGB,
maka ada petunjuk bahwa kemungkinan
besar klien menderita AGB.
Gangguan Akibat Kurang
Yodium (GAKY)
Definisi
Beberapa keadaan yang disebabkan karena tubuh
kekurangan Yodium (I).
Akibat GAKY (Pudjiaji, 1997):
4. Pembesaran kelenjar gondok
5. Pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus, lahir mati,
kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya angka kematian
pranatal, melahirkan bayi kretin.
6. Pada anak-anak: pembesaran kelenjar gondok, gangguan
fungsi mental dan perkembangan fisik.
7. Pada orang dewasa: pembesaran kelenjar gondok,
hipotiroid, gangguan mental.
8. Pada tingkat berat mengakibatkan cacat fisik dan mental
seperti tuli, bisu-tuli, pertumbuhan badan terganggu,
badan lemah, kecerdasan dan perkembangan mental
terganggu.
Gondok (Goiter)
Definisi
Pembesaran kelenjar gondok secara endemik dan tidak berhubungan
dengan radang atau kanker. Penyebab: intake iodine dalam diit rendah,
infeksi kelenjar thyroid, hyperthyroidisme.

Klasifikasi:
 Gondok Biasa (Simple Goiter)
 Gondok Toksik (Toxic Goiter)

Symptom:
 Pembesaran tiroid mulai dari yang paling kecil hingga besar,
pembengkakan leher
 Kesulitan berhapas atau berbunyi karena tekanan pada trakea (jarang)
 Kesulitan menelan karena tekanan pada esofagus
 Distensi urat leher dan pusing saat kedua lengan diangkat di atas kepala
 BMR menurun pada gondok biasa dan meningkat pada gondok toksik
Gondok Toksik (Toxic Goiter)
 Penyebab: Sekresi Tiroksin yang berlebihan (Robert James)
 Penyebab sekresi tiroksin yang berlebihan ini tidak jelas.
 Pada beberapa kasus disebabkan karena peningkatan
stimulasi kelenjar pituitari.
 Tanda klinis:
-denyut jantung cepat
-tremor
-keringat berlebih
-nafsu makan meningkat
-kehilangan berat badan
-lemah
-pegal-pegal
-Mata melotot dan tersembul
keluar
Gondok (Goiter)
Metode penentuan gondok:
1. Inspeksi/pengamatan
Sebagai alat untuk menduga apaka
ada pembesaran/tidak
2. Palpasi/perabaan
Untuk mengkonfirmasi apakah
pembesaran betul-betul pembesaran
kelenjar gondok
Gondok (Goiter)
Urutan pemeriksaan kelenjar gondok:
1. Klien berdiri tegak/duduk menghadap pemeriksa
2. Pemeriksa melakukan pengamatan di daerah leher depan bagian
bawah, terutama pada lokasi kelenjar gondoknya
3. Mengamati apakah ada pembesaran kelenjar gondok (grade II
atau III)
4. Jika bukan pembesaran kelenjar gondok, klien diminta posisi
tengadah dan menelan ludah
5. Pemeriksa berdiri di belakang klien dan melakukan palpasi. Dua
jari telunjuk dan dua jari tengah diletakkan pada masing-masing
lobus dan kelenjar gondok. Kemudian melakukan pelpasi dengan
meraba.
6. Menentukan diagnosis apakah klien menderita gondok atau tidak
dengan kriteria: (a) jika salah satu atau kedua lobus kelenjar <
ruas terakhir ibu jari klien = normal. (b) Jika salah satukedua
lobus > ruas terakhir ibu jari klien = gondok
Gondok (Goiter)
Beberapa kondisi yang harus diperhatikan
dalam melakukan palpasi gondok:
2. Cahaya cukup menerangi bagian leher
klien
3. Posisi mata pemeriksa sejajar dengan
leher klien saat mengamati kelenjar
gondok
4. Palpasi tidak dilakukan terlalu keras/lemah
Klasifikasi Pembesaran Kelenjar
Gondok
1. Grade 0 (Normal)
Jika dengan inspeksi tidak terlihat baik datar maupun tengadah
maksimal dan dengan palpasi tidAk teraba
3. Grade IA
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah
maksimal, dan palpasi terasa > dari ruas terakhir ibu jari klien
5. Grade IB
Inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan tengadah
maksimal, dan dengan palpasi terasa > Grade IA
7. Grade II
Dengan inspeksi terlihat dengan posisi datar, dan dengan palpasi
> Grade IB
9. Grade III
Kelenjar gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak ≥ 6m
Gambar Tanda Klinis Gondok
Kretin
Kretin terdapat di daerah gondok endemik:
 Kelainan kretin terjadi pada waktu bayi pada usia kandungan atau
tidak lama setelah dilahirkan dan terdiri atas kerusakan pada saraf
pusat dan hipotiroidisme
 Kerusakan saraf pusat bermanifestasi dengan:
a. Retardasi mental
b. Gangguan pendengaran sampai bisu-tuli
c. Gangguan neuromotor: gangguan bicara, cara jalan dll
d. Hipotiroidi dengan gejala mixedoma (pada hipotiroidisme berat),
cebol (stunted growth) dan osifikasi terlambat, pada pemeriksaan
darah kadar hormon tiroid rendah

Definisi (Depkes RI, 1986): Keadaan seseorang yang lahir di daerah


endemik dan memiliki 2 atau lebih keadaan berikut:
10. Perkembangan mental terhambat
11. Pendengaran terganggu dan dapat menjadi tuli
12. Perkembangan saraf penggerak terhambat, bila berjalan langkahnya
khas, mata juling, gangguan bicara sampai bisu dan refleks fisiologi
yang meninggi
Gambar Tanda Klinis Kretin
Gambar Tanda Klinis Kretin
Kekurangan Vitamin A (KVA)
 Definisi:
Kondisi yang diakibatkan kekurangan vitamin A
Yang utama menyebabkan penyakit mata
(xeropthalmia)
Xeropthalmia merupakan penyebab utama kebutaan
pada anak usia 2-3 tahun
 Gejala
1. Keadaan reversible (dapat sembuh)
Contoh: buta senja (hemerolophia), serosis
konjunctiva, serosis kornea, bercak bitot
2. Keadaan irreversible (sulit sembuh)
Contoh: ulcerasi kornea, keratomalasia
Klasifikasi KVA
1. XN: buta senja (nigth blindess only)
2. X1A: conjunctiva mengering/conjunctiva serosis
3. X1B: bercak bitot dan conjunctiva mengering (bitot spot
ditambah conjunctiva serosis)
4. X2: kornea mengering/serosis
5. X3A: ulserasi kornea dan kornea mengering
6. X3B: ketaromalasia
7. XS: parut kornea (cornea scars)
8. XF: xeropthalmia fundus

X1A s/d X2 bersifat reversible


X3A s/d XF bersifat irreversible

Deteksi KVA dilakukan dengan inspeksi/pemeriksaan terhadap


mata
Tanda Klinis KVA
Tanda Klinis KVA
Tanda Klinis KVA
Indikator
Kesehatan Masyarakat
ANEMIA GIZI BESI
Tingginya prevalensi anemia di Indonesia:
 Ibu hamil (63,5%)
 Anak balita (55,5%)
 Anak usia sekolah 6-12 tahun (25-35%)
 Wanita dewasa (30-40%)
 Pekerja berpenghasilan rendah (30-40%)
 Pria dewasa (20-3-%)
Indikator
Kesehatan Masyarakat
KEKURANGAN VITAMIN A
 Bercak bitot dengan konjungtiva mengering >
0,50%
 Kornea mengering/ulserasi
kornea/keratomalasia > 0,01 %
 Parut kornea > 0,05%, dari total yang
diperiksa
Indikator Kesehatan Masyarakat
GAKY
Klasifikasi daerah endemis gondok berdasarkan
prevalensi TGR:
 < 5% (normal)
 5,0-19,9% (ringan)
 20,0-29,9% (sedang)
 ≥ 30% (berat)
Keunggulan Pemeriksaan Klinis
 Relatif murah
 Tidak memerlukan tenaga khusus,
tenaga paramedis dapat dilatih
 Sederhana, cepat, mudah
diinterpretasikan
 Tidak memerlukan peralatan yang
rumit
Keterbatasan
Pemeriksaan Klinis
 Beberapa gejala klinis sulit terdeteksi
 Gejala klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada
KEP ringan dan sedang. Gejala klinis yang sama
adakalanya disebabkan bukan hanya oleh satu
macam kekurangan zat gizi saja atau bukan karena
faktor gizi
 Adanya gejala klinis yang bersifat multiple
 Gejala klinis dapat terjadi pada permulaan
kekurangan zat gizi atau pada saat akan sembuh
 Adanya variasi gejala klinis yang timbul

Agar kesimpulan lebih tepat dan baik, maka pemeriksaan


klinis harus dipadukan dengan antropometri,
labolatorium dan survey konsumsi makanan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai