Anda di halaman 1dari 7

TERAPI ISLAM: SEBUAH PENGANTAR

DASAR KEILMUAN TERAPI ISLAM

A. Pengertian Terapi Islam


penanganan dan pengobatan terhadap berbagai gangguan dan penyakit yang dialami manusia
baik bersifat fisik, kejiwaan, khususnya ruhaniah dengan memanfaatkan sisi hikmah dari ajaran-
ajaran Islam baik ajaran keimanan, ibadah, akhlak/tasawuf maupun lainnya.

B. Objek Terapi Islam


Objek formal: manusia
Objek material: (1) mental/jiwa, (2) spiritual, (3) perilaku/akhlak, (4) fisik jasmani
(Sholihin, M., 40-41; Adz Dzaky, 2001: 237-254)

C. Ruang Lingkup Terapi Islam:


Dilihat dari sisi dimensi manusia:
1. Badan-jasmani lahiriah manusia
2. Ruhaniah-batiniah manusia
3. Kejiwaan manusia
Dilihat dari keadaan sakit manusia:
1. Sehat (badan, ruhani, jiwa)
2. Sakit salah satu atau sebagian unsur: badan, ruhani, atau jiwa
3. Sakit ketiga-tiganya (badan, ruhani, jiwa)
Dilihat dari materi terapi:
1. Ajaran keimanan dan tauhid, khususnya Enam Rukun Iman
2. Ajaran ibadah secara umum, khususnya Lima Rukun Islam
3. Ajaran akhlak/tasawuf, khusunya pembersihan hati dan akhlakul karimah
4. Ajaran syari’ah, berbagai pedoman agama tentang tatacara hidup misalnya perkawinan
dan perdagangan, yang secara khusus dijabarkan fikih dalam kategori lima hukum Islam
meliputi wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah
D. Metodologi Terapi Islam:
Mengacu pada tiga pengajaran Jibril kepada Nabi Muhammad, Nurjannah (2005: ) merumuskan
ada tiga pendekatan/approach dalam menciptakan kesehatan dan menata perilaku manusia, yaitu:
1. Pendekatan Iman: suatu pendekatan yang digunakan Islam dalam membangun manusia
sehat secara ruhani, jiwa, dan jasmani, melalui penataan cara pikir manusia supaya
memiliki pola pikir positif, mirip dengan pendekatan ’kognitif’ dalam psikologi.
Membangun cara berpikir positif ini dilakukan dengan cara meyakini sungguh-sungguh
terhadap hal-hal yang diajarkan dalam Rukun Iman. Pendekatan iman ini bersifat
ruhaniah, batiniah, dan immateri. Pendekatan iman ini merupakan pendekatan utama
yang mendasari dua pendekatan lainnya
2. Pendekatan Islam: suatu pendekatan yang digunakan Islam dalam membangun manusia
sehat secara ruhani, jiwa, dan jasmani, melalui berbagai latihan, pembiasaan, dan belajar
dari pengalaman. Pendekatan ini serupa dengan pendekatan ’behavioristik’ dalam
psikologi yang di dalamnya terdapat teori belajar, menciptakan habit/pembiasaan,
perkuatan melalui reward dan punishment, dan seterusnya. Lima Rukun Islam merupakan
ajang latihan secara lisan, anggota badan, mengelola materi, mengelola nafsu, dan latihan
total integrated meliputi berbagai dimensi. Latihan-latihan dan berbagai pembiasaan yang
dilakukan, termasuk belajar dari berbagai pengalaman, akan mendorong mencapai hal-hal
positif dan membuang hal-hal negatif. Ketentuan syariat dengan menggunakan lima dasar
hukum yakni wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah, merupakan pola reward-
punishment yang juga merupakan sumber motivasi perilaku.
3. Pendekatan Ihsan: suatu pendekatan yang digunakan Islam dalam membangun manusia
sehat secara ruhani, jiwa, dan jasmani, melalui perbuatan nyata dari perilaku positif/sehat.
Pendekatan ini serupa dengan pendekatan kognitif-behavioristik. Berlandaskan cara
berfikir positif tertentu, ditambah dengan pengalaman-pengalaman hasil dari latihan dan
pembiasaan, akan melahirkan sosok manusia yang lebih bersifat otomatis cenderung
berperilaku sehat dan menghindari perilaku sakit.

Bastaman, (1995: 9) merumuskan ada beberapa metode kerja terapi Islam meliputi:
1. Metode Ilmiah (Method of Science): metode yang dipakai oleh ilmuwan dalam dunia
ilmu pengetahuan secara umum. Untuk memperoleh kebenaran ilmiah digunakan
berbagai metode empirik dalam pembuktiannya, misalnya interview/wawancara,
eksperimen, observasi, tes, dsb.
2. Metode Keyakinan (Method of Tenacity): metode berdasarkan suatu keyakinan yang
kuat yang dimiliki oleh seseorang, meliputi:
a. Ilmul Yaqin: suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu secara teoritis (Q.S At
Takatsur; 102:1-5)
b. ‘Ainul Yaqin: suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan mata kepala
secara langsung (Q.S. At Takatsur, 102: 6-7)
c. Haqqul Yaqin: suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan dan penghayatan
atas pengalaman, peneliti sekaligus menjadi pelaku QS Al Waqi’ah, 56: 88-96)
d. Kamalul Yaqin: suatu keyakinan yang sempurna dan lengkap, dibangun berdasarkan
keyakinan dan pengamatan dan penghayatan teorits (ilmul yaqin, ainul yaqin, dan
haqqul yaqin)
3. Metode Otoritas (Method of Authority): metode dengan menggunakan otoritas yang
dimiliki seseorang berdasarkan keahlian, kewibawaan dan pengaruh positif.
4. Metode Intuisi (Method of Intuition): metodse berdasarkan ilham yang bersifat wahyu
yang datangnya dari Allah. Metode ini sering digunakan para sufi karena kedekatannya
kepada Allah sehingga memiliki mata hati (bashirah) yang tajam dan mukasyafah
(tersingkapnya alam kegaiban)

Adz Dzaky (2001: 253-264) mengemukakan metodologi tasawuf (method of sufism) yaitu suatu
pengobatan dan terapi yang mendasarkan kerja pada peleburan diri dari sifat-sifat, karakter-
karakter dan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari kehendak dan tuntunan ketuhanan,
meliputi tiga metode:
1. Takhalli: pengosongan diri dari bekasan-bekasan kedurhakaan kepada Allah. Tahap ini
merupakan fase penyucian jiwa, mental, akal, fikiran, qalbu, moral/akhlak. Fase ini
mencakup lima hal:
a. Menyucikan yang najis, misalnya istinja’
b. Menyucikan kotor, misalnya mandi
c. Menyucikan yang bersih, misalnya wudlu
d. Menyucikan yang suci (fitrah), misalnya shalat
e. Menyucikan Yang Maha Suci, misalnya berdzikir
2. Tahalli: pengisian diri dengan ibadah dan ketaatan, aplikasi tauhid dan akhlak yang
terpuji dan mulia. Hal-hal yang perlu dilakukan, meliputi:
a. Perbaikan pemahaman dan aplikasi Ilmu Tauhid, misalnya pemahaman sifat-sifat
Allah seperti Asmaul Husna
b. Perbaikan pemahaman dan aplikasi syari’at, misalnya melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan terhadap peraturan-peraturan Allah dalam hidup dan kehidupan
c. Perbaikan pemahaman dan aplikasi thariqat: suatu metode aplikasi syariat (ibadah)
secara sistematis, objektif, metodologis, dan argumentatif dalam rangka penyucian
diri lahir dan batin agar tersingkap hijab-hijab Ketuhanan dan kebenaran hakiki
sebagai indikasi hadirnya kedekatan dan kecintaan Allah kepada hambaNya. Metode
pendidikannya terbagi tiga: tingkat pemula (awam), tingkat menengah (khas), dan
tingkat atas (khas bil khas)
d. Perbaikan pemahaman dan aplikasi hakikat: ketersingkapan kebenaran yang seterang-
terangnya yang meyakinkan karena merupakan kebenaran Allah SWT yang datang
dari dzatNya, sifat-sifatNya, dan af’alNya. Kebenaran ini bersifat gaib, rahasia, batin,
dan tersembunyi. Misalnya surga dalam arti syariat adalah tempat yang nikmat dan
indah, dalam makna hakikat adalah hidup dalam cinta kepada Dzat Allah dan
berjumpa denganNya.
e. Perbaikan pemahaman dan aplikasi ma’rifat: mengenal dengan sekenal-kenalnya
terhadap Allah setelah seseorang mencapai tahap hakikat, mengenal cahaya af’al
Allah, cahaya asma Allah, cahaya sifat-sifat dan cahaya dzat Allah.
3. Tajalli: tersingkapnya jarak antara hamba dan Allah, yakni Allah menampakkan diri
seluas-luasnya kepada hamba yang dikehendakiNya, sehingga sang hamba akan
menampakkan sifat-sifat dan perilaku Allah Yang Agung. Di sinilah memungkinkan
manusia mencapai martabat Insan Kamil (manusia sempurna).
E. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam (Adz Dzaky, 2001: 264-273):
Dilihat dari hasil yang hendak dicapai oleh pasien:
1. Fungsi pemahaman (understanding)
2. Fungsi pengendalian (control)
3. Fungsi peramalan (prediction)
4. Fungsi pengembangan (development)
5. Fungsi pendidikan (education)
Dilihat dari gangguan/penyakit yang dialami pasien:
1. Fungsi pencegahan (preventive)
2. Fungsi penyembuhan dan perawatan (currative, treatment)
3. Fungsi penyucian (sterilisasi)
4. Pembersihan (ourification)
Dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, terapis psikologi umumnya bekerja dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu demi mencapai pemahaman diri (self- insigh), pengubahan
sikap (attitude change), motivasi (motovation), penyelesaian masalah (problem solving), dan
penerimaan diri (self acceptance). Sedang ajaran spiritual Islam, hal-hal tersebut dikenal dengan
istilah mujahadah (kesungguhan diri), riyadhah (latihan diri), muraqabah (pengamatan diri),
wara’ (bersikap hati-hati), dengan melakukan ibadah utama dan sunnah seperti shalat, puasa,
dzikir, baca Al Al-Qur’an, shalawat Nabi, doa-doa, dll.

F. Ilmu Kedokteran Holistik sebagai Acuan Ilmiah Terapi Islam:


 Terapi dan pengobatan Islam dengan memanfaatkan potensi iman, ibadah, pembersihan
ruhani dan semacamnya, khusunya yang dikembangkan dalam Terapi Sufistik, secara
ilmiah dapat diterangkan dengan menggunakan nalar Ilmu Kedokteran Holistik (Sholeh
& Musbihin, 2005: 5-16).
 Ilmu Kedokteran Holistik memiliki tiga ciri khusus: (1) melihat manusia sebagai sebuah
sistem yang saling berkaitan satu sama lain, (2) sangat percaya bahwa seseorang
memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri melalui kemampuan mental
yang dimiliki, (3) Kondisi jiwa yang tentram bisa menggerakkan satu mekanisme internal
di dalam tubuh untuk menyembuhkan penyakit-penyakit.
 Penelitian Herbert Benson, ahli kedokteran Harvard yang dituangkan dalam buku
”Relaxation Response’, (Edisi Indonesia terbitan Kaifa, 2000) menunjukkan bahwa
mantra-mantra (doa-doa dalam Islam), yakni formula-formula tertentu yang dibaca
berulang-ulang mempunyai efek menyembuhkan berbagai penyakit, khususnya tekanan
darah tinggi dan penyakit jantung. Juga tradisi-tradisi non-keagamaan misalnya tradisi
menghitung domba (sheep counting) yang biasa dilakukan orang Amerika ketika
mengalami sulit tidur. Juga trdisi mistik yang dikutip dari beberapa halaman Ihya’
Ulumuddin, tentang dzikir.
 Gejala-gejala yang dimunculkan dari berbagai kasus tersebut semakin bisa
diformulasikan dan dituangkan dalam bukunya ’Beyond the Relaxation’(edisi Indonesia
sterbitan Kaifa, 2000). Hasil surveinya di Tibet, mendapati bahwa formula-formula
semacam mantra atau dzikir, jika dibaca dengan didasari keimanan kepada Tuhan,
efektifitasnya semakin berlipat ganda dan langsung. Dia mendapati para pendeta Budha
Tibet mampu dengan santai berjalan di atas bara api tanpa rasa sakit dan lecet karena
membaca formula-formula yang mereka percayai diajarkan oleh para pemuka agama.
Efek penyembuhan dari dzikir atau kekuatan pikiran jauh lebih besar dari yang ia duga
sebelumnya
 Fenomena placebo (obat bohong-bohongan), ketika diberikan kepada orang sakit, pil
bohong-bohongan ini ternyata punya efek menyembuhkan, sama dengan pil sebenarnya.
Placebo yang lebih besar punya efek menyembuhkan lebih besar dibandingkan placebo
yang lebih kecil. Warna-warna placebo tertentu ternyata punya efek menyembuhkan
lebih besar dibandingkan dengan yang lain.
 Hal tersebut memperkuat faktor ’sugesti’ dalam psikologi
 Kasus kesembuhan Nabi Ya’qub dari buta setelah memperoleh kabar bahwa Nabi Yusuf
(anaknya) masih hidup yang semula dikabarkan anak-anak lainnya telah wafat. Kasus
Junaid Al-Baghdadi sembuh dari sakit mata setelah mengambil air wudlu yang
sebelumnya dilarang tabib untuk bersentuh dengan air.
 Ibnu Sina dalam bukunya Al-Syifa, menyatakan bahwa seorang dokter yang mutakhoyyi
atau fakultas imajinasinya sangat kuat, mampu menyembuhkan pasiennya bahkan tanpa
mnyentuh dan tanpa memberi obat kepada pasien. Mutakhayyi adalah suatu bagian dalam
pikiran kita yang punya kemampuan untuk menciptakan realitas fisikal dari hal-hal yang
bersifat supranatural.
 Cristine Harvey, Successful Motivation in a Week (1992): kekuatan pikiran yang dapat
membantu kita untuk mencapai cita-cita kita sangatlah besar
 Ilmu kedokteran modern melihat tubuh manusia seperti mesin yang disebut Capra
sebagai ’biomedis’. Penyakit dianggap sebagai kegagalan fungsi (malfunction)
mekanisme biologis yang dilihat dari sudut pandang biologi sel dan molekul.
 Ilmu kedokteran paling belakangan berpandangan bahwa penyakit muncul karena
mekanisme defensif dirusak akibat terganggunya keseimbangan tubuh. Maka diperlukan
obat eksternal untuk mengembalikan keseimbangan tubuh, yang sebenarnya tubuh yang
seimbang telah punya ’obat’ nya sendiri. Antioksidan asli ini dicoba diimitasi jika tubuh
kita gagal memproduksi antioksidan demi menyembuhkan tubuh kita.
Kesimpulan: ketika spiritualitas dikembangkan yang menghasilkan pola berfikir positif,
kebiasaan hidup sehat, hati tenang tenteram, tubuh kita akan seimbang yang bisa menggerakkan
satu mekanisme internal untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Anda mungkin juga menyukai