Bastaman, (1995: 9) merumuskan ada beberapa metode kerja terapi Islam meliputi:
1. Metode Ilmiah (Method of Science): metode yang dipakai oleh ilmuwan dalam dunia
ilmu pengetahuan secara umum. Untuk memperoleh kebenaran ilmiah digunakan
berbagai metode empirik dalam pembuktiannya, misalnya interview/wawancara,
eksperimen, observasi, tes, dsb.
2. Metode Keyakinan (Method of Tenacity): metode berdasarkan suatu keyakinan yang
kuat yang dimiliki oleh seseorang, meliputi:
a. Ilmul Yaqin: suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu secara teoritis (Q.S At
Takatsur; 102:1-5)
b. ‘Ainul Yaqin: suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan mata kepala
secara langsung (Q.S. At Takatsur, 102: 6-7)
c. Haqqul Yaqin: suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan dan penghayatan
atas pengalaman, peneliti sekaligus menjadi pelaku QS Al Waqi’ah, 56: 88-96)
d. Kamalul Yaqin: suatu keyakinan yang sempurna dan lengkap, dibangun berdasarkan
keyakinan dan pengamatan dan penghayatan teorits (ilmul yaqin, ainul yaqin, dan
haqqul yaqin)
3. Metode Otoritas (Method of Authority): metode dengan menggunakan otoritas yang
dimiliki seseorang berdasarkan keahlian, kewibawaan dan pengaruh positif.
4. Metode Intuisi (Method of Intuition): metodse berdasarkan ilham yang bersifat wahyu
yang datangnya dari Allah. Metode ini sering digunakan para sufi karena kedekatannya
kepada Allah sehingga memiliki mata hati (bashirah) yang tajam dan mukasyafah
(tersingkapnya alam kegaiban)
Adz Dzaky (2001: 253-264) mengemukakan metodologi tasawuf (method of sufism) yaitu suatu
pengobatan dan terapi yang mendasarkan kerja pada peleburan diri dari sifat-sifat, karakter-
karakter dan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari kehendak dan tuntunan ketuhanan,
meliputi tiga metode:
1. Takhalli: pengosongan diri dari bekasan-bekasan kedurhakaan kepada Allah. Tahap ini
merupakan fase penyucian jiwa, mental, akal, fikiran, qalbu, moral/akhlak. Fase ini
mencakup lima hal:
a. Menyucikan yang najis, misalnya istinja’
b. Menyucikan kotor, misalnya mandi
c. Menyucikan yang bersih, misalnya wudlu
d. Menyucikan yang suci (fitrah), misalnya shalat
e. Menyucikan Yang Maha Suci, misalnya berdzikir
2. Tahalli: pengisian diri dengan ibadah dan ketaatan, aplikasi tauhid dan akhlak yang
terpuji dan mulia. Hal-hal yang perlu dilakukan, meliputi:
a. Perbaikan pemahaman dan aplikasi Ilmu Tauhid, misalnya pemahaman sifat-sifat
Allah seperti Asmaul Husna
b. Perbaikan pemahaman dan aplikasi syari’at, misalnya melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan terhadap peraturan-peraturan Allah dalam hidup dan kehidupan
c. Perbaikan pemahaman dan aplikasi thariqat: suatu metode aplikasi syariat (ibadah)
secara sistematis, objektif, metodologis, dan argumentatif dalam rangka penyucian
diri lahir dan batin agar tersingkap hijab-hijab Ketuhanan dan kebenaran hakiki
sebagai indikasi hadirnya kedekatan dan kecintaan Allah kepada hambaNya. Metode
pendidikannya terbagi tiga: tingkat pemula (awam), tingkat menengah (khas), dan
tingkat atas (khas bil khas)
d. Perbaikan pemahaman dan aplikasi hakikat: ketersingkapan kebenaran yang seterang-
terangnya yang meyakinkan karena merupakan kebenaran Allah SWT yang datang
dari dzatNya, sifat-sifatNya, dan af’alNya. Kebenaran ini bersifat gaib, rahasia, batin,
dan tersembunyi. Misalnya surga dalam arti syariat adalah tempat yang nikmat dan
indah, dalam makna hakikat adalah hidup dalam cinta kepada Dzat Allah dan
berjumpa denganNya.
e. Perbaikan pemahaman dan aplikasi ma’rifat: mengenal dengan sekenal-kenalnya
terhadap Allah setelah seseorang mencapai tahap hakikat, mengenal cahaya af’al
Allah, cahaya asma Allah, cahaya sifat-sifat dan cahaya dzat Allah.
3. Tajalli: tersingkapnya jarak antara hamba dan Allah, yakni Allah menampakkan diri
seluas-luasnya kepada hamba yang dikehendakiNya, sehingga sang hamba akan
menampakkan sifat-sifat dan perilaku Allah Yang Agung. Di sinilah memungkinkan
manusia mencapai martabat Insan Kamil (manusia sempurna).
E. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam (Adz Dzaky, 2001: 264-273):
Dilihat dari hasil yang hendak dicapai oleh pasien:
1. Fungsi pemahaman (understanding)
2. Fungsi pengendalian (control)
3. Fungsi peramalan (prediction)
4. Fungsi pengembangan (development)
5. Fungsi pendidikan (education)
Dilihat dari gangguan/penyakit yang dialami pasien:
1. Fungsi pencegahan (preventive)
2. Fungsi penyembuhan dan perawatan (currative, treatment)
3. Fungsi penyucian (sterilisasi)
4. Pembersihan (ourification)
Dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, terapis psikologi umumnya bekerja dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu demi mencapai pemahaman diri (self- insigh), pengubahan
sikap (attitude change), motivasi (motovation), penyelesaian masalah (problem solving), dan
penerimaan diri (self acceptance). Sedang ajaran spiritual Islam, hal-hal tersebut dikenal dengan
istilah mujahadah (kesungguhan diri), riyadhah (latihan diri), muraqabah (pengamatan diri),
wara’ (bersikap hati-hati), dengan melakukan ibadah utama dan sunnah seperti shalat, puasa,
dzikir, baca Al Al-Qur’an, shalawat Nabi, doa-doa, dll.