Anda di halaman 1dari 17

RESENSI BUKU SASTRA

(Prosa Baru)
Tugas Bahasa Indonesia Kelas XI
SMK Ganesa Metro

Disusun Oleh :
Nama : FYANA FEBY
Kelas : XI

PEMIRINTAH KOTA METRO


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK GANESA METRO
Tahun Pelajaran : 2010 – 2011
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan penguasa alam semesta, atas segala karunia-
Nya sehingga kita semua selalu ada dalam keadaan sehat wal afiat, dan selalu ada
dalam lindungan-Nya.

Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang


“RESENSI BUKU SASTRA”. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi
saya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu XXXXXXX.. Yang telah


menugaskan dan membimbing saya dan teman – teman yang sudah membantu
saya dalam menyelesaikan tugas ini. Mohon maaf apabila makalah ini isinya
kurang tepat, karna kesempurnaan hanya milik ALLAH S.W.T. Untuk itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca, sangat penyusun harapkan.

Terima Kasih.

Metro, 20 Januari 2011


Penyusun

Pyana Feby
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I : RESENSI BUKU SASTRA (Prosa Baru) ............................... 1


BAB II : Roman (SALAH ASUHAN) .................................................... 3
A. Identitas Buku ............................................................................ 3
B. Sinopsis ....................................................................................... 4
C. Pembahasan ................................................................................ 5
a. Unsur Intrinsik ..................................................................... 5
b. Unsur Ekstrinsik ................................................................... 6
D. Permasalahan .............................................................................. 6
E. Kesimpulan ................................................................................. 7
BAB III : Novel (LASKAR PELANGI) .................................................. 9
A. Identitas Buku ...................................................................... 9
B. Sinopsis ................................................................................ 9
C. Pembahasan .......................................................................... 10
a. Unsur Intrinsik ................................................................ 10
b. Unsur Ekstrinsik ............................................................. 11
D. Permasalahan ........................................................................ 12
E. Kesimpulan .......................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14


BAB I

KARYA SASTRA BENTUK PROSA BARU

I. Roman, Novel, dan Cerpen

Karya sastra yang berbentuk prosa antara lain roman, novel, dan cerita
pendek. Ada yang berpendapat bahwa ketiga bentuk tersebut dibedakan menurut
panjang pendeknya cerita (Saad, 1967), namun sesungguhnya tidaklah
sesederhana itu karena persyaratan yang jelas tentang hal ini belum ada.
Contohnya cerpen-cerpen yang terkumpul dalam buku “Orang-Orang
Bloomington” karya Budi Darma, satu cerpen saja bisa mencapai puluhan
hamanan, sehingga memicu munculnya pertanyaan, “Benarkah karya sepanjang
ini termasuk cerpen?”
Agaknya memang bukan jumlah kata atau halaman yang menjadi patokan,
tetapi banyak/sedikitnya episode yang dijalin oleh pengarang untuk membangun
alur cerita. Pada bentuk roman, tertuang episode kehidupan tokoh utama sejak
kecil hingga meninggal dunia. Kriteria lain yang menandai bentuk roman adalah
isi cerita yang cenderung melankolik, penyelesaian cerita yang seringkali nampak
dipaksakan, cara penceritaan yang romantis, dan penggunaan gaya bahasa yang
berlebih-lebihan. Dalam khazanah sastra Indonesia antara lain kita mengenal
roman “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar dan “Siti Nurbaya” karya
Marah Rusli.
Bentuk novel kadang-kadang dianggap sama saja dengan bentuk roman,
walaupun sebenarnya berbeda. Episode yang diceritakan dalam novel tidak
sepanjang yang terdapat pada roman. Novel hanya menceritakan episode yang
dianggap penting saja dari kehidupan tokoh utama, misalnya masa remaja hingga
berumah tangga, masa kanak-kanak hingga menikah, masa berumah tangga, dan
lain-lain. Isi, cara penceritaan, dan bahasa dalam novel juga lebih beragam. Ada
novel-novel yang romantis (misalnya karya N.H. Dini, Marga T., Mira W.,
ataupun Pramoedya Ananta Toer), tetapi banyak pula yang bersifat lebih dinamis
dan tidak bertendensi mengharu-biru perasaan pembaca (misalnya karya Ayu
Utami, Putu Wijaya, serial “Lupus”, dan lain-lain).
Ditinjau dari banyaknya gagasan yang ingin disampaikan, cerpen
merupakan bentuk yang paling ringkas karena hanya terdiri dari satu gagasan
utama saja. Kalaupun menceritakan beberapa tahap kehidupan yang dialami sang
tokoh, maka hal itu biasanya dikemukakan secara singkat sebagai latar belakang
terjadinya konflik cerita.
Kini kita hanya akan membahas roman yang berjudul “SALAH ASUHAN”
karya “ABDUL MOEIS” dan novel yang berjudul “LASKAR PELANGI” karya
“ANDREA HIRATA.”
BAB II
SALAH ASUHAN
(Karya ABDOEL MOEIS)

A. Identitas Buku

Judul : SALAH ASUHAN


No. ISBN : 9794070645
Penulis : Abdoel Moeis
Penerbit : Balai Pustaka
Tanggal terbit : First 1928, 1999, 2009
Jumlah Halaman : 262
Berat Buku : 0.35
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi(L x P) : 15 x 21 cm
Kategori : Jurnal Sastra
Text Bahasa : Indonesia
Lokasi Stok : Gudang Penerbit
B. Sinopsis

Corrie de Bussee, gadis Indo-Belanda yang cantik, lincah dan menjadi


dambaan setiap pria yang mengenalnya. Corrie berteman dengan Hanafi dari sejak
kecil. Hanafi sendiri adalah laki-laki muda asliMinangkabau, berpendidikan tinggi
dan berpandangan kebarat - baratan. Bahkan cenderung memandang rendah
bangsanya sendiri. Karena selalu bersama-sama akhirnya mereka saling
mencintai. Tapi cinta mereka itu tidak dapat disatukan karena perbedaan bangsa,
jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda dan sampai menikah,
mereka akan dijauhi oleh para keluarganya dan orang lain. Corrie pun akhirnya
pergi yang tadinya tinggal di Minangkabau menjadi di Betawi. Perpindahan itu
sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi dan meneruskan sekolahnya di
sana.
Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah.Rapiah adalah
sepupu Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada
tradisi dan adat sukunya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah
yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yaitu Sutan Batuah yang telah
membantu membiayai sekolah Hanafi. Tapi Hanafi awalnya tidak mau karena
cintanya hanya untuk Corrie saja.
Akhirnya dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah juga dengan
Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, Rapiah hanya diperlakukan
seperti babu di rumahnya. Mungkin Hanafi juga menganggap Rapiah itu tidak
ada, jika banyak temannya orang Belanda yang datang ke rumahnya. Hanafi dan
Rapiah dikarunia seorang anak laki-laki yaitu Syafei.
Suatu hari, Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat keBetawi agar
sembuh. Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali denganCorrie. Di Betawi,
Hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia
menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih, tetapi walaupun
Hanafi seperti itu, Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan Ibu Hanafi.
Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia, sampai-sampai Corrie
dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi.
Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang.
Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah
menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun pulang
kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya. Pekerjaannya Hanafi
hanya termenung saja dan tidak terlalu bergairah. Hanafi sakit, kata dokter dia
minum sublimet dan akhirnya dia meninggal dunia.

C. Pemabahasan

a. Unsure Intrinsik

1. Tema
Adapun tema yang terkandung dalam novel Salah Asuhan karangan Abdoel
Moeis adalah adat istiadat.
2. Amanat
Adapun amanat yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah :
1) Janganlah melupakan adat istiadat negeri sendiri, jikalau ada adat istiadat dari
bangsa lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai memilih, yaitu pilihlah
adat yang layak dan baik kita terima di negeri kita.
2) Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh
pengantin tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya.
3. Alur
Alur yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah alur maju.
4. Tokoh
1) Hanafi, wataknya egois, keras kepala
2) Corrie, wataknya baik, mudah bergaul
3) Rapiah, wataknya sabar, lembut
4) Ibu Hanafi, wataknya sabar
5) Tuan Du Busse, wataknya tegas dan keras
6) Sutan Batuah, wataknya tegas dan keras
7) Syafei, wataknya berani
8) Si Buyung wataknya penurut
5. Latar
Latar atau tempat terjadinya yaitu :
1) Lapangan tenis di Minangkabau
2) Rumah Corrie dan rumah Hanafi di Minangkabau
3) Betawi / Jakarta
4) Semarang
6. Sudut Pandang
Dalam novel Salah Asuhan Abdoel Moeis ini, pengarang bertindak sebagai
orang ketiga yaitu menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel tersebut.
7. Gaya Penulisan
Gaya penulisan dari novel ini apabila dilihat dari segi bahasa adalah bahasa
Melayu dan ada juga diselipkan bahasa Belanda. Dalam penulisannya terdapat
pantun dan sedikit pribahasa.

b. Unsure Ekstrinsik
1. Latar Belakang Penciptaan Karya Sastra
Berasal dari luar diri pengarang, karena pada novel ini pengarang hanya
sebagai sudut pandang orang ketiga.
2. Sejarah dan Latar Belakang Pengarang
Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli 1883
– wafat di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah
seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di
Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia),Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah menjadi
anggota Volksraad yang didirikan pada tahun 1916 oleh pemerintah penjajahan
Belanda.
3. Kondisi Masyarakat Saat Karya Sastra Diciptakan.
Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan sosial
masyarakat pada masa itu yang menceritakan seseorang yang melupakan adat
istiadatnya.

D. Permasalahan
Secara struktural Salah Asuhan tidak istimewa. Ada tokoh yang utama, ada
tokoh minor, ada latar, dan ada narasi. Narasinya dilakukan dengan mendalam
pada pikiran tokoh utama dan penokohan dikembangkan dengan dialog.
Pemilihan kata pada roman Salah Asuhan ini cukup sulit untuk dimengerti
karena banyak terdapat bahasa Belanda. Gaya bahasa yang digunakan dalan novel
Salah Asuhan ini cukup sulit untuk diartikan. Gaya bahasa yang dipakai
didominasi oleh gaya bahasa hiperbola, sarkasme, dan sinisme sehingga suasana
dalam cerita ini makin mengharukan
Namun, sebagai suatu analogi hubungan Indonesia-Belanda salah asuhan
bersifat luar biasa. Walaupun di bawah sensor penguasa, Moeis mampu
menyampaikan harapan agar bangsa Indonesia memeluk adat-istadat sendiri dan
tidak berubah menjadi bangsa lain.
Roman ini dibalut dengan unsur sastra, budaya, dan kritik terhadap “Sikap
Kebarat – baratan yang kental. Abdoel moeis meramu semua ini dengan begitu
cantiknya, ditambah pula dengan tambahan bahasa Belanda dan pantun – pantun
yang menarik. Alur cerita dalam roman ini juga sangat menarik hingga pembaca
tidak akan bosan membaca roman tersebut.
Nasihat orang tua, keinginan yang begitu besar tanpa mengindahkan apa kata
orang menjadi batu sandungan tentang kenapa semua peristiwa tersebut terjadi
pada Hanafi dan Corrie.
Di dalam roman ini juga diajarkan bahwa ajaran agama tak boleh
ditinggalkan walau telah berpendidikan tinggi. Karena itulah yang akan membawa
kita selamat dunia dan akhirat.
Roman ini nyaris tidak mempunyai kekurangan. Percampuran bahasa Melayu
dan Belanda yang ada memang cukup memusingkan, apalgi bagi anak remaja dan
dewasa jaman sekarang. Dimana bahasa Melayu sudah sangat jarang dipakai.
Namun, sesungguhnya tak ada kesalahan dalam roman ini.
Abdoel moeis memang seorang penulis yang imajinatif. Awal roman ini
indah, jalan cerita yang menarik, ditutup dengan akhir yang tragis namun dengan
bahasa yang indah, sehingga seolah – olah tidak merasa bahwa Hanafi melakukan
perbuatan dosa.

E. Kesimpulan
Abdoel Meis adalah pengarang pembaharu dalam kesastrawan lama
Indonesia. Abdoel Moeis adalah pengarang angkatan Balai Pustaka. Cerita yang
dikarangnya ini berbentuk roman tentang kehidupan masyarakat.
Novel Salah Asuhan telah dikenal luas oleh masyarakat, dan telah mengalami
pencetakan ulang berkali-kali karena banyak peminat yang ingin memahami
maknanya. Novel ini kerap kali menjadi bacaan yang digunakan di sekolah-
sekolah, agar siswa siswi dapat memahami jelas bagaimana kehidupan campuran
antara orang Timur dengan orang Barat.
Dalam novel Salah Asuhan ini, banyak menceritakan tentang kedurhakaan
seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak
yang durhaka pada ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang
melupakan adat istiadatnya sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini
juga bersikap demikian. Novel Salah ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi remaja yang hendak mengadakan pernikahan campuran, untuk
lebih mempertimbangkan untung ruginya ke depan akibat pernikahan tersebut.
Oleh karena kemampuan dan keberanian Abdoel Moeis itu Salah Asuhan
patut dibaca berkali-kali dan diartikan sebagai perjuangan rahasia bangsa
Indonesia. Apalagi, pesan dalam novel ini agar tidak berubah menjadi yang
bukan-bukan sangat penting kala kini karena globalisasi dan kehilangan
kebudayaan tradisional.
Dengan demikian roman ini layak untuk dipahami.
BAB III
LASKAR PELANGI
(Karya ANDREA HIRATA)

A. Identitas Buku

Judul : LASKAR PELANGI


No. ISBN : 979-3062-7xxx
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka Yogyakarta
Tanggal terbit : Januari 2005, September 2005, Juli 2007
Jumlah Halaman : 533
Berat Buku : 400 gran
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi(L x P) : 13 x 20,5 cm
Text Bahasa : Indonesia
Lokasi Stok : Gudang Penerbit

B. Sinopsis
Cerita terjadi di desa gantung, Kab. Gantung, Belitung timur. Dimulai ketika
sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh DepDikBud Sumatera
Selatan jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9
anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika pak Arfan
sang kepala sekolah hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang
untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Dari sanalah dimulai cerita mereka, mulai dari penempatan tempat duduk, dan
pertemuan mereka dengan pak Arfan. Perkenalan mereka yang luar biasa dimana
A kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka,
Ibu Muslimah. Pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian
luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal sampai pertaruhan nyawa
Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi rumahnya ke sekolah.
Mereka laskar pelangi, nama yang diberikan bu Muslimah akan kesenangan
mereka terhadap pelangi pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan
berbagai cara misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan
kawan-kawannya yang okatisme yang membuahkan kemenangan manis pada
karnaval 17 Agustus dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan
mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal
dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar pelangi mengarungi hari-hari
menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah 10 kawanan ini berakhir
dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah
dengan mengharukan dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian dimana
Ikal yang berjuang di luar P. Belitong kembali ke kampungnya.

C. Pembahasan
a) Unsur Intrinsik
1. Tema
Persahabatan sepuluh anak yaitu Ikal, Mahar, Lintang, Harun, Syahdan, A
Kiong, Trapani, Borek, Kucai dan satu-satunya wanita di kelas mereka, Sahara
dari orang kecil yang mempunyai cita-cita yang tinggi dengan bersekolah di
pendidikan rakyat kecil Sekolah Muhamadiyah.
2. Tokoh dan Perwatakan
Aku sebagai ikal : tidak mudah putus asa dan tegar.
Ayah ku/ayah ikal : baik hati dan bijaksana.
Pak K.A. Harpan Noor : baik hati, ramah dan sabar.
Ibu N.A. Muslimah : sabar, baik hati dan penyayang.
Lintang : pantang menyerah dan cerdas.
Mahar : kreatif, imajinatif dan cerdas.
Trapani : manja dan cerdas.
Kucai : hiperaktif, susah diatur dan benyak bicara
Sahara : keras kepala, cerdas dan baik hati.
A kiong : baik dan sedikit aneh.
Harun : baik tetapi agak keterbelakangan mental.
Borek : nakal dan susah diatur.
3. Alur
Di dalam novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat
kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah
selanjutnya.
4. Sudut Pandang
Memakai kata ganti orang pertama tunggal atau memakai akuan sertaan,
karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata aku.
5. Gaya Bahasa
Di sini saya tidak mengetahui gaya bahasanya, karena ada kata-kata yang sulit
untuk dipahami atau dapat kita mengerti. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan
bahasa berdasarkan tempat yang diceritakan yaitu di Bangka Belitong, daerah
terpencil yang belum meluas bahasanya.
6. Latar (Setting)
Tempat : di sekolah, di bawah pohon, di gua, dan di rumah.
Suasana : menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
Kapan : siang hari, sore hari, dan malam hari.
7. Amanat
Tempat, harta, tidak menjadi batasan untuk menuntut ilmu.

b) Unsur Ekstrinsik
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa bagaimanapun hidup yang kita jalani,
kita harus senantiasa bersyukur. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup
dalam kemiskinan yang membelit cita-cita yang tingggi. Pada dasarnya
kemiskinan tidak berkorelasi/berinteraksi langsung dengan kebodohan atau
kegeniusan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari novel tersebut
seperti keagamaan, moral, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan
makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Selain itu kita dapat mencontoh
tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur,
tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, dan sebagainya.

D. Permasalahan
a) Kelebihan novel
Menyajikan kisah nyata yang dialami pengarang, mencakup aspek
penceritaan yang luas seperti cinta, persahabatan dan penderitaan hidup.
Penceritaan dan alur yang mudah dimengerti. Dalam hal organisasi novel ini,
hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat
menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak
berbelit-belit.

b) Kekurangan novel
Terdapat kata-kata asing yang akan mengurangi kenyamanan membaca
namun penulis telah merinci kata-kata tersebut dibagian akhir buku. Penyampaian
cerita kurang rinci. Bahasa yang digunakan tidak berbelit-belit walaupun ada kata-
kata yang kita tidak tahu maknanya dan yang belum dapat kita pahami,
dikarenakan cerita menyesuaikan tempat daerah Belitong.

E. Kesimpulan
Novel Laskar Pelangi penuh dengan taburan wawasan yang luas bak samudra
dari penulisnya yang paham betul tentang ilmu eksakta, seni budaya, dan
humaniora. Kita akan dibuat tersenyum geli dari humor kecil yang
dilontarkannya, terharu dan bahkan menangis ketika membaca kisah heroik
kesebelas anak Laskar Pelangi.
Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang
membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah tokoh utama buku ini, akan
menuntun kita dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar kita dapat
melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar kita menolak
semua keputusasaan dan ketakberdayaan kita sendiri. Novel laskar pelangi ini
juga sarat hikmah, dakwah, dan rasa persahabatan yang sangat kental. Tuturannya
mengalir, menyentuh, mencerahkan, menggelikan, membidik pusat kesadaran,
dan jauh dari sifat menggurui.
Cerita ini memang lain dari cerita biasanya, karena kita sering membaca novel
percintaan yang tidak medidik moral maupun agama. Novel Laskar Pelangi karya
Mas Andrea Hirata mampu menggabungkan dua hal yang berbeda, sastra dan
science. Sebuah buku yang pintar hasil dari orang yang pintar. Laskar pelangi
merupakan novel yang memberikan semangat dan inspirasi khususnya kepada
generasi muda penerus bangsa Indonesia, agar penerus bangsa Indonesia tidak
pantang menyerah oleh kemiskinan dan terus bersemangat dalam mencapai cita-
cita.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

 http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/salah-asuhan/
 http://www.scribd.comSinopsis - Salah Asuhan
 http://www.scribd.comSinopsis – Laskar Pelangi
 Sinopsis Novel Salah Asuhan | Pendidikan | Situs Wacana
Pendidikan dan Teknologi Informasi
 RESENSI BUKU SASTRA
 Salah Asuhan Rangkuman : http://id.shvoong.com/tags/salah-
asuhan/

Anda mungkin juga menyukai