0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
246 tayangan18 halaman
Penelitian ini mengembangkan sistem pengaturan suhu untuk budidaya ikan Kerapu di darat dengan mendesain habitat air laut tiruan dan mengontrol suhunya menggunakan algoritma PID. Sistem ini mampu mempertahankan suhu antara 27-32°C sesuai habitat asli ikan dengan amplitudo osilasi 0,8°C walaupun mengalami gangguan pendinginan.
Penelitian ini mengembangkan sistem pengaturan suhu untuk budidaya ikan Kerapu di darat dengan mendesain habitat air laut tiruan dan mengontrol suhunya menggunakan algoritma PID. Sistem ini mampu mempertahankan suhu antara 27-32°C sesuai habitat asli ikan dengan amplitudo osilasi 0,8°C walaupun mengalami gangguan pendinginan.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Penelitian ini mengembangkan sistem pengaturan suhu untuk budidaya ikan Kerapu di darat dengan mendesain habitat air laut tiruan dan mengontrol suhunya menggunakan algoritma PID. Sistem ini mampu mempertahankan suhu antara 27-32°C sesuai habitat asli ikan dengan amplitudo osilasi 0,8°C walaupun mengalami gangguan pendinginan.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
pembudidayaan Kerapu di darat, dengan membuat habitat air laut tiruan dengan parameter(suhu, kadar garam, kadar oksigen, pH dan kecepatan arus air) sesuai dengan habitat aslinya. m @uhu relatif di darat lebih dingin daripada suhu di lepas pantai
m Memerlukan pemanas agar suhu dapat
sesuai dengan suhu di lepas pantai
m Memerlukan pengontrol ager suhu
dapat terjaga m Merancang alat/sistem untuk melakukan pengaturan daya pemanas secara kontrol fasa pada sistem pengaturan temperatur dengan menggunakan algoritma kontrol PID yang akan diterapkan pada akuarium. m Mengatur suhu antara 27ÝC hingga 32ÝC
m Metode pengaturan yang digunakan
adalah PID
m Pengujian instrumen hanya dilakukan
pada | akuarium. m rambar 2.1 di samping adalah proses pemanasan air m Dalam kasus sistem kontrol, temperatur J adalah variabel yang akan dikontrol, dan nilai J inilah yang diinginkan sebagai output. Kemudian input kontrol adalah output dari pemanas listrik. Jika pemanas dimodelkan sebagai suatu beban resistif, maka besarnya kalor per unit waktu adalah: m 3.1 Perancangan Perangkat Keras m á.1 Pengujian Perangkat Keras
m Pengujian perangkat keras dilakukan
untuk mengetahui apakah perangkat keras yang telah dirancang dapat bekerja atau berfungsi dengan baik sebagaimana yang diinginkan. m Dari grafik pada rambar 4.1 terlihat bahwa hubungan antara temperatur terdeteksi dengan tegangan keluran sensor temperatur adalah linier. m á.2 Pengujian Perangkat Lunak
m Pengujian perangkat lunak dilakukan agar
tiap sub rutin program dapat dipastikan telah berjalan sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Untuk sub rutin yang tidak menerima masukan dari perangkat keras, seperti sub rutin untuk algoritma control PID dan sub rutin untuk operasi aritmatik, maka pengujiannya dilakukan dengan menggunakan program simulator AVR@tudio. m Pengujian ini dilakukan pada suhu awal 25.5 dengan memberikan nilai acuan 30ÝC, berdasarkan pada habitat hidup ikan Kerapu yaitu antara 27ÝC - 32ÝC
m Pemberian nilai parameter Kp, Ki, dan Kd
untuk memperoleh respon sistem yang optimal dilakukan dengan menggunakan metode manual. ½angkah-langkah penalaan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut :
m Temperatur air akuarium dinaikkan hingga
mencapai suhu 30 oC m Memberikan nilai Kp hingga kontroler masih menghasilkan keluaran dan osilasi, dengan mengamati keluaran kontroler pada osiloskop m Mengatur nilai Kd dan Ki untuk mengurangi osilasi keadaan tunak. m Berdasarkan hasil penalaan untuk | 30 oC, diperoleh Kp = 10 dan Kd = 0.3
m Pemberian Kp < 10 akan mengakibatkan waktu naik
respon transien dari sistem menjadi lebih lama dan suhu sistem akan mengalami sehingga suhu akuarium tidak akan dapat mencapai suhu |.
m Untuk nilai Kd = 0,3 suhu system akan berosilasi antara
0,2 > setpoint dan 0,4< setpoint, sedangkan untuk nilai Kd ± 0,3 akan menyebabkan kisaran osilasi suhu lebih besar. Pemberian nilai Ki tidak menyebabkan perubahan yang signifikan pada keluaran kontroler sehingga dapat diabaikan. m Dari grafik respon sistem yang diperoleh (rambar4.6), secara umum terlihat bahwa hasil pengaturannya tidak stabil secara sempurna sesuai |. Respon sistem berosilasi sebesar kurang lebih 0,4 C dari nilai akhirnya. m Dari grafik respon sistem terhadap gangguan pendinginan terlihat bahwa sistem dapat mengatasi gangguan yang terjadi dengan waktu pemulihan yang dibutuhkan sekitar 150 menit terhitung dari pencapaian suhu terendah setelah gangguan hingga suhu sistem kembali berada pada nilai acuan. m @istem pengaturan temperatur yang dibuat mampu mempertahankan suhu akuarium pada suhu 30 oC, sesuai dengan kisaran suhu habitat ikan antara 27 hingga 32 oC. m @istem pengaturan yang dibuat dapat bekerja dengan baik dengan amplitudo osilasi sebesar 0,8 oC. m Pemerataan panas yang dihasilkan dalam akuarium sangat diperlukan untuk meningkatkan akurasi pengaturan serta mengurangi pengaruh jarak antara sensor dengan pemanas. m Daya pemanas yang digunakan kurang besar bila dibandingkan dengan volume air yang akan dipanaskan sehingga waktu naik respon transien sistem menjadi lama.