Anda di halaman 1dari 35

Konsep Dasar Masa Nifas

Pengertian Masa Nifas

1. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
2. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari,2000:122).
3. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
4. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu.
( Ibrahim C, 1998).

Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.


2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara
dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.

Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun
peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan


kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan
mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
priode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional.
Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam
minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna
terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.


2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:

Kunjungan Waktu Asuhan


Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
6-8 jam
Pemberian ASI awal.
I post
partum Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II 6 hari Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus
post berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus,
partum tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
2 minggu
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
III post
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
partum
6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
IV post
partum Memberikan konseling KB secara dini.

Referensi
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September
2009: 20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media
Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
yoana-widyasari.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-pengajaran-s.html diunduh 1 September
2009: 20.05 WIB.

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Ambulasi

Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu harus istirahat. Mobilisasi yang
dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka.
Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan
membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum diperbolehkan bangun
dari tempat tidurnya 24-48 jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi
dengan miring kanan/kiri, duduk kemudian berjalan.

Keuntungan ambulasi dini adalah:


1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik
3. Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu
4. Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai
5. Sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).

Menurut penelitian mobilisasi dini tidak berpengaruh buruk, tidak menyebabkan perdarahan
abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi maupun luka di perut, serta
tidak memperbesar kemungkinan prolapsus uteri.
Early ambulation tidak dianjurkan pada ibu post partum dengan penyulit, seperti anemia,
penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 97-115).
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 71-76).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 101-118).
blogs.unpad.ac.id/lidyasuhana/files/2010/04/Kebutuhan-dasar-ibu-nifas-PTM-6.pdf diunduh
tgl 21 okt.2010,10.11 AM
bidankusholihah.blogspot.com/2009/04/kebutuhan-dasar-ibu-nifas-dan-menyusui.html
diunduh tgl 21 okt.2010,10.13 AM
tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/kebutuhan-dasar-ibu-nifas.html diunduh tgl 21
okt.2010,10.14 AM

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Eliminasi

Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat BAK
spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan, atau
dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan. Lakukan kateterisasi apabila kandung
kemih penuh dan sulit berkemih.

Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan
BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan; konsumsi makanan berserat; olahraga;
berikan obat rangsangan per oral/per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu.
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 97-115).
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 71-76).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 101-118).
blogs.unpad.ac.id/lidyasuhana/files/2010/04/Kebutuhan-dasar-ibu-nifas-PTM-6.pdf diunduh
tgl 21 okt.2010,10.11 AM
bidankusholihah.blogspot.com/2009/04/kebutuhan-dasar-ibu-nifas-dan-menyusui.html
diunduh tgl 21 okt.2010,10.13 AM
tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/kebutuhan-dasar-ibu-nifas.html diunduh tgl 21
okt.2010,10.14 AM

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Kebersihan


Diri

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman.
Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri, adalah
sebagai berikut:

1. Mandi teratur minimal 2 kali sehari


2. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur
3. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
4. Melakukan perawatan perineum
5. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
6. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 97-115).
bidankusholihah.blogspot.com/2009/04/kebutuhan-dasar-ibu-nifas-dan-menyusui.html
diunduh tgl 21 okt.2010,10.13 AM
blogs.unpad.ac.id/lidyasuhana/files/2010/04/Kebutuhan-dasar-ibu-nifas-PTM-6.pdf diunduh
tgl 21 okt.2010,10.11 AM
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 71-76).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 101-118).
tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/kebutuhan-dasar-ibu-nifas.html diunduh tgl 21
okt.2010,10.14 AM

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Nutrisi dan


Cairan

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah
melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan
untuk memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:

1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari


2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum
5. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit

Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain:

1. Kalori
2. Protein
3. Kalsium dan vitamin D
4. Magnesium
5. Sayuran hijau dan buah
6. Karbohidrat kompleks
7. Lemak
8. Garam
9. Cairan
10. Vitamin
11. Zinc
12. DHA

Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita dewasa memerlukan
1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena akan
mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.

Protein

Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu protein setara dengan tiga
gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram
ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.

Kalsium dan vitamin D

Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan
vitamin D didapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi
kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60
gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280
gram tahu kalsium.

Magnesium

Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan memperkuat
tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada gandum dan kacang-kacangan.

Sayuran hijau dan buah

Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. satu porsi setara dengan 1/8
semangka, 1/4 mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼-1/2 cangkir sayuran hijau yang telah
dimasak, satu tomat.

Karbohidrat kompleks

Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan enam porsi per hari. Satu
porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris
roti dari bijian utuh, ½ kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½
cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.

Lemak

Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram perporsi) perharinya.
Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok makan kacang tanah atau kenari,
empat sendok makan krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai
kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu
sendok makan mayones atau mentega, atau dua sendok makan saus salad.

Garam

Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan asin seperti
kacang asin, keripik kentang atau acar.

Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan
akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.

Vitamin

Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin yang diperlukan antara
lain:

1. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat
dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1,300 mcg.
2. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf. Asupan
vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-
padian, kacang polong dan kentang.
3. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya tahan
tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati dan
gandum.

Zinc (Seng)

Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan pertumbuhan. Kebutuhan Zinc
didapat dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam pencernaan dan metabolisme
memerlukan seng. Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada
seafood, hati dan daging.

DHA

DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA berpengaruh
langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan.

Referensi

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 97-115).
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 71-76).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 101-118).
blogs.unpad.ac.id/lidyasuhana/files/2010/04/Kebutuhan-dasar-ibu-nifas-PTM-6.pdf diunduh
tgl 21 okt.2010,10.11 AM
bidankusholihah.blogspot.com/2009/04/kebutuhan-dasar-ibu-nifas-dan-menyusui.html
diunduh tgl 21 okt.2010,10.13 AM
tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/kebutuhan-dasar-ibu-nifas.html diunduh tgl 21
okt.2010,10.14 AM

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada


Sistem Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama
persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum.
Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya
kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini
disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit
pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat
memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak.
Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal dalam
4-5 minggu post partum.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama
post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 86).
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010,
02:25 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 61-62).

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada


Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-
hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:

1. Hormon plasenta.
2. Hormon pituitary.
3. Hipotalamik pituitary ovarium.
4. Hormon oksitosin.
5. Hormon estrogen dan progesteron.

Hormon plasenta.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta
(human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post
partum.

Hormon pituitary.
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin darah
meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi.

Hipotalamik pituitary ovarium.


Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada
wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita manyusui mendapatkan
menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca
melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi
berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.

Hormon oksitosin.
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot
uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu
involusi uteri.

Hormon estrogen dan progesteron.


Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi
memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan
hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding
vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 82-84).
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010,
02:25 PM.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal diunduh 12 Feb 2010, 04:46 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 60).

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada


Sistem Kardiovaskuler
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin, meningkat
selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon estrogen, yang dengan
cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen
menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah
tidak banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu
mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi
retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama
kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.

Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan
darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri
dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan per vaginam, hemokonsentrasi akan
naik dan pada persalinan seksio sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali
normal setelah 4-6 minggu.

Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum
cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini
terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 85-86).
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010,
02:25 PM.
scribd.com/doc/16287636/ASUHAN-KEPERAWATAN-MATERNITAS
diunduh 12 Feb 2010, 04:30 PM.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal diunduh 12 Feb 2010, 04:46 PM.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada


Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,
kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4
hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:

1. Nafsu makan.
2. Motilitas.
3. Pengosongan usus.

Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi
makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan,
enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir.
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:

1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.


2. Pemberian cairan yang cukup.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang
lain.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 80)
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul
‘Ulum Surakarta.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal diunduh 12 Feb 2010, 04:46 PM.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010,
02:25 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 58-59).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 80).
Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas.
zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS
diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada


Tanda-Tanda Vital
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:

1. Suhu badan.
2. Nadi.
3. Tekanan darah.
4. Pernafasan.
Suhu badan.
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh
dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini
akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang
lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada
pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas
38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.

Nadi.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi
dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit,
harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

Tekanan darah.
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia
adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada
kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih
rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi
pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian,
hal tersebut sangat jarang terjadi.

Pernafasan.
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post
partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada
masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 84-85).
Anam. 2009. Pemeriksaan Frekwensi Pernafasan. anam56.blogspot.com/2009/01/d.html
diunduh 28 Feb. 2010, 3:20 PM.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb. 2010,
02:25 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 61).
shvoong.com/medicine-and-health/m-genetics/1895771-jurus-mengatasi-darah-tinggi-
hipertensi/ diunduh 28 Feb. 2010, 11.05 AM.
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 83-84).

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada


Sistem Reproduksi (Part 1)
Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti semula seperti
sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu untuk mengatasi dan memahami
perubahan-perubahan seperti:

1. Involusi uterus.
2. Involusi tempat plasenta.
3. Perubahan ligamen.
4. Perubahan serviks.
5. Lochia.
6. Perubahan vulva, vagina dan perineum.

Involusi Uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:

1. Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen
saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum
hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai
darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan
normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus


Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan 500 gram 7,5 cm
simpisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas.
Gambar. Tinggi fundus uteri pada masa nifas

Involusi Tempat Plasenta

Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam
kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu
ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta
khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini
disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu.
Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan
kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga
terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 73-80)
Bambang, W. 2009. Masa Nifas. obfkumj.blogspot.com/ diunduh 9 Feb 2010, 04:07 PM.
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul
‘Ulum Surakarta.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
scribd.com/doc/21899776/BAB-I?secret_password=&autodown=pdf diunduh 9 Feb 2010,
07:58 PM.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010,
02:25 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 77-79).
Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas.
zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS
diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada


Sistem Reproduksi (Part 2)
Perubahan Ligamen

Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca
melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak
uterus menjadi retrofleksi; ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak
kendor.

Perubahan pada Serviks

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti
corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,
sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan
pemeriksa masih dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat
masuk.

Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun
demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada
umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada
pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.

Lokia

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara
darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis
yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal.

Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan
masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa
darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lendir
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih banyak
kecoklatan serum, juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati.
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada
berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam
posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata
pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah
beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul
kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses
pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan
pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan.
Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan
indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus
tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan
pada akhir puerperium dengan latihan harian.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 73-80)
Bambang, W. 2009. Masa Nifas. obfkumj.blogspot.com/ diunduh 9 Feb 2010, 04:07 PM.
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul
‘Ulum Surakarta.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
scribd.com/doc/21899776/BAB-I?secret_password=&autodown=pdf diunduh 9 Feb 2010,
07:58 PM.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010,
02:25 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 77-79).
Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas.
zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS
diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada


Sistem Perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan
meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun
sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu
satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan

Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:


1. Hemostatis internal.
2. Keseimbangan asam basa tubuh.
3. Pengeluaran sisa metabolisme.

Hemostatis internal.
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh
terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi
dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial.
Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema
adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam
tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena
pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.

Keseimbangan asam basa tubuh.


Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH
>7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.

Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal.


Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang mengandung
nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin.

Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi
uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air
kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain:

1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
2. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam
tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh
iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.

Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya peningkatan
tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat
kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan
ini disebut dengan diuresis pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan
berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang
tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil
(reversal of the water metabolisme of pregnancy).

Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien dengan
persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa pada persalinan
dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita inkontinensia
(biasanya stres inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca
persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot
dasar panggul.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan
mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila
kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila
jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter
tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan
pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 81)
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul
‘Ulum Surakarta.
scribd.com/doc/16287636/ASUHAN-KEPERAWATAN-MATERNITAS
diunduh 12 Feb 2010, 04:30 PM.
scribd.com/doc/21899776/BAB-I?secret_password=&autodown=pdf
diunduh 9 Feb 2010, 07:58 PM.
scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal diunduh 12 Feb 2010, 04:46 PM.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010,
02:25 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 59).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 80-82).
Widjanarko, B. 2009. Masa Nifas. obfkumj.blogspot.com/ diunduh 9 Feb 2010, 04:07 PM.
Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas.
zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS
diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada


Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah.
Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat
pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem
muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera
setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.

Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:

1. Dinding perut dan peritoneum.


2. Kulit abdomen.
3. Striae.
4. Perubahan ligamen.
5. Simpisis pubis.

Dinding perut dan peritoneum.


Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6
minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis, sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.

Kulit abdomen.
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga
berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam
beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.

Striae.
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen. Striae
pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus
yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji
melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu
menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.

Perubahan ligamen.
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.

Simpisis pubis.
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan
morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri tekan pada pubis
disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan
simpisis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan
pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.

Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain:

1. Nyeri punggung bawah.


2. Sakit kepala dan nyeri leher.
3. Nyeri pelvis posterior.
4. Disfungsi simpisis pubis.
5. Diastasis rekti.
6. Osteoporosis akibat kehamilan.
7. Disfungsi rongga panggul.

Nyeri punggung bawah.


Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini
disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat
persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk
pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat,
dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik
dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan
rasa nyaman pada pasien.

Sakit kepala dan nyeri leher.


Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa
terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum.
Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian
anestasi umum.

Nyeri pelvis posterior.


Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala
ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di
atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat
membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk
mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta
mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.

Disfungsi simfisis pubis.


Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang
dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin
tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak
menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal,
diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan
suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa
nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi
yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan
meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.

Diastasis rekti.
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi
umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat
perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi
besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga
disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak
mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus;
memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di
bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi,
kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up;
mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama
diperlukan.

Osteoporosis akibat kehamilan.


Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri,
fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan),
ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan,
postur tubuh yang buruk. .

Disfungsi dasar panggul.


Disfungsi dasar panggul, meliputi :

1. Inkontinensia urin.
2. Inkontinensia alvi.
3. Prolaps.
Inkontinensia urin.
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah berkemih yang
paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stres .
Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk
mempraktikan latihan otot dasar panggul dan transversus sesering mungkin, memfiksasi otot
ini serta otot transversus selam melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca natal, ibu
harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus segera setelah
persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli
fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran tentang
program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.

Inkontinensia alvi.
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter anal atau
kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan (Snooks et al, 1985).
Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus.

Prolaps.
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat menyebabkan
peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps uterus adalah penurunan
uterus. Sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah
prolaps rektum kedalam vagina (Thakar & Stanton, 2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain: merasakan ada
sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 81-82).
Anisah, N., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul
‘Ulum Surakarta.
scribd.com/doc/16287636/ASUHAN-KEPERAWATAN-MATERNITAS
diunduh 12 Feb 2010, 04:30 PM.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal diunduh 12 Feb 2010, 04:46 PM.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010,
02:25 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 59).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 82-83).
Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas.
zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS
diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM

Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas


Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran
maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat
bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan
masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang
ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:

1. Fungsi menjadi orang tua


2. Respon dan dukungan dari keluarga
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:

1. Fase taking in
2. Fase taking hold
3. Fase letting go

Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari
ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif
terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada
luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah
istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:

1. Kekecewaan pada bayinya


2. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih
sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang
baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan
bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang
benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat,
kebersihan diri dan lain-lain.

Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung
10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan
peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan
suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

Hal-hal yang harus dipenuhi selama nihas adalah sebagai berikut:

1. Fisik.Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih


2. Psikologi.Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
3. Sosial.Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat ibu
merasa kesepian
4. Psikososial.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 87-96).
Irhami. 2010.Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas.zikra-
myblog.blogspot.com/2010/06/zikra-proses-adaptasi-psikologis-ibu.html Diunduh 19
Oktober 2010 Pukul 08.55 PM
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 63-69).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-100).
The_wie. 2009. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas.
the2w.blogspot.com/2009/10/proses-adaptasi-psikologis-ibu-dalam.html Diunduh 19 Oktober
2010 Pukul 08.55 PM

Proses Laktasi
Pengertian Laktasi
Adalah proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI.

Gambar simbol internasional menyusui


Pengaruh Hormonal
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon yang berperan
adalah :

1. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat


progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi
produksi secara besar-besaran.
2. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat
estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama
tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon
estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
3. Follicle stimulating hormone (FSH)
4. Luteinizing hormone (LH)
5. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
6. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan
dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca melahirkan,
oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI
menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk
ejection reflex.
7. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan
areola sebelum melahirkan.

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI
bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

Proses Pembentukan Laktogen


Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:

1. Laktogenesis I
2. Laktogenesis II
3. Laktogenesis III

Laktogenesis I
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus. Terjadi pada fase terakhir
kehamilan. Pada fase ini, payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental
kekuningan dan tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah produksi ASI. Pengeluaran
kolustrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis. Hal ini
juga bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI.

Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya kadar hormon progesteron,
esterogen dan HPL. Akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
produksi ASI besar-besaran.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam
periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian.
Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan
hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengemukakan bahwa level
prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2
pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun
peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang
produksi ASI sebenarnya tidak langsung keluar setelah melahirkan.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah
putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan
mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu
pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI
sebenarnya.

Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari
pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin
dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI
banyak. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh
juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat
dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering
payudara dikosongkan.

Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:

• Kurang sering menyusui atau memerah payudara


• Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat: struktur
mulut dan rahang yang kurang baik; teknik perlekatan yang salah.
• Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
• Jaringan payudara hipoplastik
• Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
• Kurangnya gizi ibu

Referensi

Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi. Diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul 12:00 WIB

http://aku-anak-peternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui diunduh Ahad, 6 september 2009; pukul 12:02 WIB


Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 11-18)
Kesedihan dan Duka Cita

Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena kematian bayi meskipun kematian
terjadi saat kehamilan. Bidan harus memahami psikologis ibu dan ayah untuk membantu
mereka melalui pasca berduka dengan cara yang sehat.

Berduka adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Proses berduka terdiri dari tahap atau
fase identifikasi respon tersebut. Tugas berduka, istilah ini diciptakan oleh Lidermann,
menunjukkan tugas bergerak melalui tahap proses berduka dalam menentukan hubungan baru
yang signifikan. Berduka adalah proses normal, dan tugas berduka penting agar berduka tetap
normal. Kegagalan untuk melakukan tugas berduka, biasanya disebabkan keinginan untuk
menghindari nyeri yang sangat berat dan stress serta ekspresi yang penuh emosi. Seringkali
menyebabkan reaksi berduka abnormal atau patologis.

Tahap-tahap berduka:

1. Syok
2. Berduka
3. Resolusi

Syok
Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi perilaku dan perasaan
meliputi: penyangkalan, ketidakpercayaan, putus asa, ketakutan, ansietas, rasa bersalah,
kekosongan, kesendirian, kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi (memikirkan dirinya sendiri)
tidak rasional, bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif,
tindakan mekanis, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, memberontak dan kurang
konsentrasi.

Manifestasi klinis:

1. Gel distress somatik yang berlangsung selama 20-60 menit


2. Menghela nafas panjang
3. Penurunan berat badan
4. Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah
5. Penampilan kurus dan tampak lesu
6. Rasa penuh di tenggorokan, tersedak, nafas pendek, nyeri dada, gemetaran internal
7. Kelemahan umum dan kelemahan tertentu pada tungkai
Berduka
Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya terhadap
realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini. Contohnya orang yang berduka
menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa ada orang yang disayangi atau menerima fakta
adanya pembuatan penyesuaian yang diperlukan dalam kehidupan dan membuat perencanaan
karena adanya deformitas.
Nyeri karena kehilangan dirasakan secara menyeluruh dalam realitas yang memanjang dan
dalam ingatan setiap hari, setiap saat dan peristiwa yang mengingatkan. Ekspresi emosi yang
penuh penting untuk resolusi yang sehat. Menangis adalah salah satu bentuk pelepasan yang
umum. Selain masa ini, kehidupan orang yang berduka terus berlanjut. Saat individu terus,
melanjutkan tugas berduka. Dominasi kehilangna secara bertahap menjadi ansietas terhadap
masa depan

Resolusi
Fase menentukan hubungan baru yang bermakna. Selama periode ini seseorang yang berduka
menerima kehilangan, penyesuaian telah komplet dan individu kembali pada fungsinya
secara penuh. Kemajuan ini berasal dari penanaman kembali emosi seseorang pada hubungan
lain yang bermakna.

Manifestasi perilaku reaksi berduka abnormal atau patologis meliputi:

1. Menghindari dan distorsi pernyataan emosi berduka normal


2. Depresi agitasi, kondisi psikosomatik, mengalami gejala penyakit menular atau
terakhir yang diderita orang yang meninggal
3. Aktivitas yang merusak keberadaan sosial ekonomi individu
4. Mengalami kehilangan pola interaksi sosial

Tanggung jawab utama bidan dalam peristiwa kehilangan adalah membagi informasi tersebut
dengan orang tua. Bidan juga harus mendorong dan menciptakan lingkungan yang aman
untuk pengungkapan emosi berduka. Jika kehilangan terjadi pada awal kehamilan. Bidan
dapat dipanggil untuk berpartisipasi dalam perawatan.

Kemurungan Masa Nifas


Kemurungan masa nifas disebabkan perubahan dalam tubuh selama kehamilan, persalinan
dan nifas. Kemurungan dalam masa nifas merupakan hal yang umum, perasaan-perasaan
demikian akan hilang dalam dua minggu setelah melahirkan. Tanda-tanda dan gejala
kemurungan masa nifas antara lain: emosional, cemas, sedih, khawatir, mudah tersinggung,
cemas, hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa sebab, sering menangis.

Etiologi: perubahan yang terjadi dalam kehamilan, perubahan cara hidup, perubahan
hormonal.
Kemurungan dapat menjadi semakin parah akibat ketidaknyamanan jasmani, rasa letih,
stress, maupun kecemasan.
Penatalaksanaan: bicarakan apa yang dialami ibu, temani ibu, beri kesempatan ibu untuk
bertanya, berikan dorongan ibu untuk merawat bayinya, biarkan ibu bersama dengan bayinya,
gunakan obat bila perlu.

Terciptanya Ikatan Ibu Dan Bayi


Mencipyakan ikatan ibu dan bayi dilakukan segera setelah kelahiran dengan cara memotivasi
pasangan orang tua untuk memegang dan menyentuh bayinya, memberi komentar positif,
meletakkan bayi di samping ibunya.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 87-96).
Irhami. 2010. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas. zikra-
myblog.blogspot.com/2010/06/zikra-proses-adaptasi-psikologis-ibu.html Diunduh 19
Oktober 2010 Pukul 08.55 PM
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 63-69).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-100).
The_wie. 2009. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas.
the2w.blogspot.com/2009/10/proses-adaptasi-psikologis-ibu-dalam.html Diunduh 19 Oktober
2010 Pukul 08.55 PM

Post Partum Blues


Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayinya disebut baby blues.
Penyebabnya antara lain: perubahan perasaan saat hamil, perubahan fisik dan emosional.
Perubahan yang ibu alami akan kembali secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran
barunya.

Gejala baby blues antara lain:

1. Menangis
2. Perubahan perasaan
3. Cemas
4. Kesepian
5. Khawatir dengan bayinya
6. Penurunan libido
7. Kurang percaya diri

Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:

1. Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat


2. Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu
3. Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi
4. Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri

Ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, kurang kemandirian.
Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca persalinan (depresi post partum). Depresi masa
nifas merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam
minggu pertama pasca persalinan. Insiden depresi post partum sekitar 10-15 persen. Post
partum blues disebut juga maternity blues atau sindrom ibu baru. Keadaan ini merupakan hal
yang serius, sehingga ibu memerlukan dukungan dan banyak istirahat. Adapun gejala dari
depresi post partum adalah:

1. Sering menangis
2. Sulit tidur
3. Nafsu makan hilang
4. Gelisah
5. Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol
6. Cemas atau kurang perhatian pada bayi
7. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
8. Pikiran menakutkan mengenai bayi
9. Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri
10. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless)
11. Penurunan atau peningkatan berat badan
12. Gejala fisik, seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar

Beberapa faktor predisposisi terjadinya depresi post partum adalah sebagai berikut:

1. Perubahan hormonal yang cepat (yaitu hormon prolaktin, steroid, progesteron dan
estrogen)
2. Masalah medis dalam kehamilan (PIH, diabetus melitus, disfungsi tiroid)
3. Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan)
4. Marital dysfunction atau ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain
5. Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik
6. Unwanted pregnancy
7. Terisolasi
8. Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga,
kelahiran anak dengan kecacatan/penyakit

Jika ibu mengalami gejala-gejala di atas, maka segeralah memberitahu suami, bidan atau
dokter. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan atau konsultasi dengan psikiater.
Perawatan di rumah sakit akan diperlukan apabila ibu mengalami depresi berkepanjangan.

Beberapa intervensi yang dapat membantu ibu terhindar dari depresi post partum antara lain:

1. Pelajari diri sendiri


2. Tidur dan makan yang cukup
3. Olahraga
4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
5. Beritahukan perasaan Anda
6. Dukungan keluarga dan orang lain
7. Persiapan diri yang baik
8. Lakukan pekerjaan rumah tangga
9. Dukungan emosional
10. Dukungan kelompok depresi post partum
11. Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran barunya

DEPRESI BERAT

Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresif non psikotik pada kehamilan sampai
beberapa minggu/bulan setelah kelahiran.
Gejala-gejala depresi berat antara lain:

1. Perubahan mood
2. Gangguan tidur dan pola makan
3. Perubahan mental dan libido
4. Pobhia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayinya

Penatalaksanaan depresi berat adalah sebagai berikut:

1. Dukungan keluarga dan sekitar


2. Terapi psikologis
3. Kolaborasi dengan dokter
4. Perawatan rumah sakit
5. Hindari rooming in dengan bayinya

PSIKOSIS POST PARTUM

Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Rekurensi dalam masa
kehamilan 20-30 persen. Gejala psikosis post partum muncul beberapa hari sampai 4-6
minggu post partum.
Faktor penyebab psikosis post partum antara lain:

1. Riwayat keluarga penderita psikiatri


2. Riwayat ibu menderita psikiatri
3. Masalah keluarga dan perkawinan

Gejala psikosis post partum sebagai berikut:

1. Gaya bicara keras


2. Menarik diri dari pergaulan
3. Cepat marah
4. Gangguan tidur

Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:

1. Pemberian anti depresan


2. Berhenti menyusui
3. Perawatan di rumah sakit

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 87-96).
Irhami. 2010. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas. zikra-
myblog.blogspot.com/2010/06/zikra-proses-adaptasi-psikologis-ibu.html Diunduh 19
Oktober 2010 Pukul 08.55 PM
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 63-69).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-100).
The_wie. 2009. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas.
the2w.blogspot.com/2009/10/proses-adaptasi-psikologis-ibu-dalam.html Diunduh 19 Oktober
2010 Pukul 08.55 PM
Masalah Menyusui Masa Pasca Persalinan
Lanjut
Masalah yang timbul pada periode ini adalah :

1. Sindrom ASI kurang.


2. Ibu bekerja.

Sindrom ASI Kurang

Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan ASI tidak terpenuhi
sehingga bayi mengalami ketidakpuasan setelah menyusu, bayi sering menangis atau rewel,
tinja bayi keras dan payudara tidak terasa membesar. Namun kenyataannya, ASI sebenarnya
tidak kurang. Sehingga terkadang timbul masalah bahwa ibu merasa ASInya tidak mencukupi
dan ada keinginan untuk menambah dengan susu formula. Kecukupan ASI dapat dinilai dari
penambahan berat badan bayi secara teratur, frekuensi BAK paling sedikit 6 kali sehari.

Cara mengatasi masalah tersebut, sebaiknya disesuaikan dengan penyebabnya. Hal yang
dapat menyebabkan sindrom kekurangan ASI antara lain:

1. Faktor teknik menyusui, antara lain masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan


dot/botol, tidak mengosongkan payudara.
2. Faktor psikologis: ibu kurang percaya diri, stress.
3. Faktor fisik, antara lain: penggunaan kontrasepsi, hamil, merokok, kurang gizi.
4. Faktor bayi, antara lain: penyakit, abnormalitas, kelainan kongenital.

Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara ibu dan bayi sehingga produksi ASI dapat
meningkat dan bayi dapat memberikan isapan secara efektif.

Ibu Bekerja
Ibu yang bekerja bukan menjadi alasan tidak dapat menyusui bayinya. Banyak cara yang
dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut, antara lain :

1. Bawalah bayi anda jika tempat kerja ibu memungkinkan.


2. Menyusui sebelum berangkat bekerja.
3. Perahlah ASI sebagai persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja.
4. Di tempat kerja, ibu dapat mengosongkan payudara setiap 3-4 jam.
5. ASI perah dapat disimpan di lemari es atau freezer.
6. Pada saat ibu di rumah, susuilah bayi sesering mungkin dan rubah jadwal menyusui.
7. Minum dan makan makanan yang bergizi serta cukup istirahat selama bekerja dan
menyusui.
Gambar . ASI perah

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 52-54).
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (bab 5, hlm :
4-5)
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 57).

Home > Askeb III (Nifas) > Komposisi Gizi dalam ASI

Komposisi Gizi dalam ASI


Oct 23, 2009 No Comments by lusa

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus dibuat untuk bayi manusia.
Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembang bayi.

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:

1. Kolustrum,
2. Air susu transisi/ peralihan,
3. Air susu matur.

Kolustrum
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar
payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan. Kolustrum merupakan
cairan dengan viskositas kental , lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung
tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi
daripada ASI matur. Selain itu, kolustrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan
sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.

Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang
ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi
makanan yang akan datang.
ASI Transisi/ Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu
sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak
dan berubah warna serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih.
Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk
lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein,
mineral dan air.
Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi.
Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan
membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.
Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI transisi dan ASI
matur.

Gambar. Perbedaan kolustrum, ASI transisi dan


ASI matur

Tabel. Kandungan kolustrum, ASI transisi dan ASI matur

Kandungan Kolustrum Transisi ASI matur


Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglubin :
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
Referensi
http://ayurai.wordpress.com/2009/06/17/asi-menurut-stadium-laktasi/ Ayurai, 2009. ASI
Menurut Stadium Laktasi. Diunduh 23 September 2009, pukul 12:55 WIB.
http://babies.sutterhealth.org/breastfeeding/bf_production.html Breast Milk Production
Diunduh 23 September 2009, pukul 12:44 WIB.
http://www.everything.com/article.aspx?requested_url=breastmilk-composition Breastmilk
Composition. Diunduh 23 September 2009, pukul 12:53 WIB.
http://www.medela.com/ISBD/breastfeeding/knowhow/composition.php Breastmilk
Composition. Diunduh 23 September 2009, pukul 12:40 WIB.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. (hlm: 18-21).
Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: Pustaka Bunda. (hlm: 43).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 26-33).
www.lusa.web.id Lusa, 2009. Gizi Seimbang Bagi Bayi. Diunduh 24 September 2009, pukul
10:55 WIB.

Anda mungkin juga menyukai