Anda di halaman 1dari 4

Syaikhul Mahmud

1507100009
UAS Limnologi

circulation stratification circulation


6000 SNOW SNOW
Phytoplankton biomass

ICE 3 ICE

Cyanobacteria(blue-green)
7
4000 4 Chlorophyceae (green)
Bacillariophyceae (diatoms)
6 Dynoflagellates

2000 2 Chrysophceae &Cryptophyceae

5
1 8

J F M A M J J A S O N D
Month of the year

a. Pertumbuhan biomassa fitoplankton dimana diatom memiliki proporsi yang dominan diperairan
tersebut ditinjau dari beberapa faktor antara lain:
 Nutrisi :
Pada periode ke-3 antara April dan Mei di region subtropik diperkirakan berada pada
musim semi, dimana terjadi setelah berakhirnya musim dingin, dimana pada musim dingin
aktivitas organisme diperairan berkurang, sehingga konsumsi nutrien menjadi sedikit, walaupun
organisme masih bertahan dan tetap hidup di dasar perairan yang suhunya lebih hangat dari
pada di permukaannya (umumnya suhu di dasar berkisar 4 oC dan dipermukaan berkisar 0oC
bahkan lebih rendah lagi) akibat dari sifat anomali air (Barus, 2001). Karena hal inilah nutrien
yang tidak terpakai pada musim dingin menjadi sangat melimpah ketika memasuki musim semi,
melimpahnya nutrien yang tersimpan ketika musim dingin ini menyebabkan kenaikan yang
sangat pesat dari biomassa fitoplankton.
Sedangkan pada kasus ini diatomlah yang proporsi biomassanya paling dominan,
berdasarkan penelitian Egge and Aksnes (1998), Phaeocystis tidak bisa berkompetisi dengan
diatom dalam hal mendapatkan N dan P. Namun setelah diatom takluk karena kekurangan Si,
flagellata mampu mengambil alih N dan P yang masih tersedia. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila terdapat nutrien yang melimpah di suatu perairan, fitoplankton
yang akan mendominasi pertama kali adalah dari golongan diatom, dan apabila Si di perairan
menurun, fitoplankton lain akan menggantikan posisinya, dan pada kasus ini berdasarkan
grafik, fitoplankton dari famili Chrysophceae yang menggantikannya.
Pada periode ke-7 antara bulan Agustus sampai September diperkirakan berada pada awal
musim gugur, dimana keadaannya hampir sama seperti pada musim semi, nutrisi yang tertahan
akibat adanya stratifikasi yang menyebabkan percampuran air secara vertikal terhenti pada
saat musim panas berangsur-angsur mulai tercampur kembali karena adanya penurunan suhu,
adanya percampuran ini menyebabkan nutrien yang tidak banyak digunakan pada saat
terjadinya stratifikasi menjadi melimpah, namun tidak sebanyak nutrisi yang tertahan ketika
musim dingin, dikarenakan walaupun terjadi stratifikasi, namun jumlah biomassa
fitoplanktonnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan musim dingin. Dengan melimpahnya
nutrisi ini, membuat biomassa diatom bertambah dengan pesat, sehingga kembali dominan
pada periode ini, namun hal ini tidak berlangsung terus menerus, ketika memasuki musim
dingin dimana suhu perairan mulai menurun, aktivitas diatom dan juga fitoplankton lainnya
juga terhenti sehingga biomassa fitoplankton menurun.
 Suhu :
Pada periode ke-3 yaitu musim semi, suhu perairan cenderung hangat, sehingga sangat
ideal bagi pertumbuhan beberapa jenis fitoplankton, Suhu yang paling baik untuk pertumbuhan
diatom adalah 21-28⁰C (Mudjiman, 1985). Sehingga diatom akan tumbuh dengan pesat pada
periode itu dimana musim semi merupakan musim yang bersuhu hangat diantara musim dingin
dan musim panas.
Pada periode ke-7 juga tidak jauh berbeda dengan periode ke-3, pada bulan Agustus
sampai September ini suhu diperairan telah menurun dari suhu yang panas ketika musim panas
menjadi kembali hangat ketika musim gugur, dimana musim gugur ini merupakan peralihan
dari musim panas menuju musim dingin, sehingga suhu di perairan pada periode ini cukup ideal
bagi pertumbuhan diatom.

b. Biomassa fitoplankton pada perairan tersebut berada pada level yang rendah ditinjau dari
beberapa faktor antara lain :
 Kecerahan dihubungkan dengan Nutrisi :
Pada periode ke-5 dimana keadaan perairan relatif jernih (kecerahnnya tinggi)
berhubungan dengan Total Suspended Solid (TSS) atau total bahan yang tersuspensi di badan
perairan, karena umumnya kecerahan berbanding terbalik dengan TSS, sehingga dapat
disimpulkan bahwa TSS dalam perairan tersebut rendah, dengan rendahnya TSS dalam perairan
tersebut diduga kandungan nutrisi yang tersuspensi di dalam perairan tersebut juga rendah, hal
ini menyebabkan pertumbuhan sebagian besar fitoplankton terhambat karena miskinnya
nutrisi, hal ini akan menurunkan biomassa fitoplankton sehingga biomassanya berada pada
level yang rendah.
 Suhu dihubungkan dengan Nutrisi :
Periode ke-5 antara Mei dan Juni diperkirakan pada region subtropik berada pada musim
panas, intensitas cahaya matahari pada saat musim panas sangatlah tinggi, hal ini akan
menyebabkan kenaikan suhu yang sangat drastis di bagian permukaan, sedangkan dibagian
bawahnya terjadi perbedaan suhu yang sangat mencolok, Menurut Barus (2001), pada saat
musim panas, akan terjadi perbedaan temperatur yang menyolok antara lapisan epilimnion
(lapisan permukaan) dengan lapisan air yang di bawahnya, temperatur pada lapisan epilimnion
berkisar pada 25oC, pada lapisan metalimnion (lapisan di bawah epilimnion) akan terjadi
penurunan temperatur air yang sangat drastis yang disebut termoklin, penurunan suhu
berlangsung perlahan hingga berkisar 4oC dibagian dasar perairan.
Gambar 1. Termoklin

Karena adanya termoklin ini yang menyebabkan perairan tersebut mengalami stratifikasi
termal yang sangat nyata antara lapisan permukaan hingga lapisan dasar perairan, stratifikasi
ini menyebabkan proses pencampuran air terhenti, terhentinya percampuran air ini diakibatkan
perbedaan bobot air pada kisaran temperatur yang berbeda, hal ini berhubungan dengan sifat
anomali air, dimana air akan lebih ringan pada temperatur yang lebih besar dan lebih kecil dari
4oC (Barus, 2001). Sehingga air di bagian permukaan beratnya akan lebih ringan sehingga akan
berada di bagian permukaan, sedangkan air di dasar perairan yang suhunya berkisar 4 oC
bobotnya akan lebih berat dibandingkan di bagian atasnya, sehingga akan tetap berada di
dasar, dan akan mengalami stagnansi sampai terjadi perubahan suhu dimusim berikutnya, hal
inilah yang menyebabkan terjadinya stratifikasi yang berdampak langsung pada terhentinya
percampuran air secara vertikal, karena terhentinya percampuran ini, oksigen terlarut maupun
nutrien yang dibutuhkan oleh fitoplankton untuk melakukan fotosintesis dan proses
metabolismenya tidak tersedia dengan baik, sehingga akan menyebabkan biomassa
fitoplankton berada pada level yang rendah, stratifikasi ini hanya mungkin terjadi pada musim
panas saja, tidak pada musim semi dan musim gugur, sehingga biomassa fitoplankton pada
musim panas sangat rendah jika dibandingkan dengan musim semi dan musim gugur.
Selain akibat dari adanya stratifikasi, meningkatnya intensitas cahaya yang diikuti kenaikan
suhu pada saat nutrien tinggi ketika musim semi menyebabkan terjadinya peningkatan populasi
fitoplankton dengan sangat cepat, pada grafik ditunjukkan setelah adanya dominasi dari diatom
dan kemudian dilanjutkan oleh dominasi Chrysophceae, dimana kenaikan populasi itu tentunya
mengakibatkan pemanfaatan nutrisi yang berlangsung dengan cepat akan menyebabkan
konsentrasi nutrisi menjadi sangat rendah pada saat musim panas tiba, sehingga akan
menyebabkan populasi fitoplankton menjadi rendah.

c. Dominasi Cyanobacteria (alga biru-hijau) pada periode ke-6 ditinjau dari :


 Karakteristik alga biru-hijau dihubungkan dengan kondisi lingkungannya :
Periode ke-6 pada bulan Juli sampai Agustus diperkirakan mulai masuk musim gugur, atau
awal musim gugur, menurut Barus (2001), kepadatan yang tinggi juga diamati pada saat musim
gugur tiba (pulsa musim gugur), walaupun kepadatan yang dicapai tidak setinggi pada saat
musim semi, terjadinya blooming pada musim gugur ini diduga akibat dari peningkatan
populasi sejenis ganggang hijau biru seperti Anabaena yang mampu hidup meskipun pada
kondisi konsentrasi nitrogen yang rendah. Dan berdasarkan penelitian Sediadi (2004), Salah
satu jenis Cyanobacteria, adalah Trichodesmium spp. Jenis Trichodesmium spp. ini berbentuk
koloni berperan penting dalam terjadinya proses biogeo-kimia di perairan laut. Distribusi jenis
Trichodesmium spp. dijumpai di perairan laut subtropik sampai perairan laut tropik.
Karakteristik Trichodesmium spp. mampu mengikat nitrit dari udara pada saat di perairan laut
yang kandungan nitratnya rendah. Karakteristik lain Trichodesmium spp. yang harus diwaspadai
adalah pada saat melimpah (blooms) diperairan tropis, yaitu dapat menyebabkan kurangnya
kandungan oksigen sehingga terjadi proses pembusukan yang akhirnya dapat menimbulkan
kematian biota laut. Sehingga dapat disimpulkan, ketika kandungan nutrien pada perairan
sedikit, Cyanobacteria ini dapat bertahan dengan mengambil nitrit dari atmosfer, sehingga
fitoplankton ini yang mendominasi pada periode ke-6, selain itu, karakter lainnya yang
menyebabkan kurangnya kandungan oksigen yang menyebabkan proses pembusukan yang
dapat menimbulkan kematian biota laut, juga turut membuat fitoplankton lain juga mati,
terlihat pada grafik dimana pada bulan Agustus, hampir semua fitoplankton berada pada level
biomassa yang sangat rendah.

Barus Ternala, A. 2001. Pengantar Limnologi. Dikti. Jakarta

Egge, J.K. and Aksnes, D.L. 1992. Silicate as Regulating Nutrient in Phytoplankton Competition. Mar. Ecol.
Prog. Ser., 833. 281-289

Mudjiman, A. 1984. Makanan Ikan, Seri Perikanan XV/83/87. PT. Penebar Swadaya

Sediadi Agus. 2004. Dominasi Cyanobacteria pada Musim Peralihan di Perairan Laut Banda dan Sekitarnya.
Makara, Sains, Vol 8, No. 1. hal 1-14.

Anda mungkin juga menyukai