Anda di halaman 1dari 34

PRESENTASI KASUS

Page | 1

Fraktur Clavicula dan


Fraktur Costae

Disusun Oleh :
Indah Kusuma Dewi
110.2003.130

Pembimbing:
Dr.Andreas A Loensoen, spBtkv
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A.H
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Page | 2
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan: Kawin
Alamat : Tanah Baru Rt 02/01 Cikarang.
Tanggal Masuk : 20 maret 2010

II. Anamnesa

Keluhan Utama : Dada terasa sesak dan nyeri saat bernafas


Keluhan Tambahan : Nyeri pada bahu sebelah kanan.

RPS : Pasien datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan


dada
terasa sesak dan nyeri saat bernafas, bahu sebelah kanan terasa
nyeri akibat kecelakaan motor 3 jam SMRS. Pasien terjatuh
ketika motor yang sedang dikendarainya mengenai lubang.
Dada dan bahu kanan pasien jatuh mengenai aspal. Menurut
keterangan, pasien menggunakan helm. Pingsan (-),muntah
(-).Pasien sebelumnya dibawa ke klinik 24 jam, di klinik 24
jam luka terbuka pada wajah pasien dijahit. Pasien masih ingat
kejadian sebelum dan sesudah kecelakaan. Anggota gerak
lainnya selain tangan kanan dan bahu kanan dapat digerakkan,
leher dapat digerakkan.

RPD : Hipertensi (-) RPK : Hipertensi (-)


Asma (-) Asma (-)
Jantung (-) Jantung (-)
DM (-) DM (-)
Sakit Kuning (-) Sakit Kuning (-)
Keganasan (-) Keganasan (-)

III. Primary Survey


Page | 3
A : Clear
B : Spontan, RR : 24x/mnt
C : Hemodinamik stabil, TD: 120/80mmHg
D : GCS: 15 (E4V5M6),
E : Suhu : 36,5 °C

IV. Secondary Survey

 Kepala : Normochepal, deformitas (-)


 Mata : CA -/-, SI -/-,reflek cahaya +/+
 THT : Trakhea tidak deviasi, sekret -/-
 Leher : Pembesaran KGB & Tiroid (-)
 Thoraks : BJ I-II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Suara nafas vesikuler +/+, Rhonki -/-. Wheezing -/-
 Abdomen : Bising usus (+), Nyeri Tekan (-), Nyeri lepas (-), Nyeri ketok
(-)
 Ekstremitas : Akral hangat, udem - -
- -
V. Status Lokalis
Regio thorax
I : simetris hemithorax kanan dan kiri saat statis dan dinamis, Retraksi
interkostal(-) jejas (-)
P : Nyeri tekan (+) dipertengahan hemithorax dextra
P : Sonor di seluruh hemithorax kanan dan kiri
A :Vesikuler +/+, Rh -/-,Wh -/-
SI-SII Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Regio Shoulder dextra


I : Deformitas (-), edema (-)
P : Nyeri tekan (+),krepitasi (+), Nyeri sumbu (+), teraba a.radialis dextra
ROM : Gerak aktif dan pasif shoulder joint terbatas karena nyeri
NVD : Capillary refill < 2’’, fungsi motorik dan sensorik baik

Page | 4
Regio skull
I : multiple vulnus excoriasi
P : Nyeri tekan (+)

Regio Elbow
I : vulnus excoriasi, deformitas (-), udem (-)
P : nyeri tekan (+),krepitasi (-), Nyeri sumbu (-)

VI.Pemeriksaan Penunjang
 Lab:
Tanggal 21-03-2010

Jenis Hasil Nilai Rujukan


Pemeriksaan

Hematologi

Hemoglobin 15,1 13 - 18 g/dL

Hematokrit 43 40 - 52 %

Leukosit 20.300 4.800 – 10.800 /μL

Trombosit 136.000 150.000 – 400.000


/μL

Eritrosit 4,8 4,3 - 6,0 juta /μL

MCV 90 80 – 96 fl

MCH 32 27 – 32 pg

MCHC 35 32 – 36 g/dL

Kimia

Ureum 23 20 – 50 mg/dL

Kreatinin 0,5 0,5 – 1,5 mg/dL


Natrium 146 135 – 145 mEq/L

Kalium 3,9 3,5 – 5,3 mEq/L

Klorida 104 97 – 107 mEq/L Page | 5

Glukosa sewaktu 97 < 140 mg/dL

Tanggal 22-03-2010

Jenis Hasil Nilai Rujukan


Pemeriksaan

Hematologi

Hemoglobin 14,5 13 – 18 g/dL

Hematokrit 44 40 – 52 %

Leukosit 11.000 4.800 – 10.800 / μL

Trombosit 240.000 150.000 – 400.000 / μL

Eritrosit 4,6 4,3 – 6,0 juta/ μL

MCV 97 80 – 96 fl

MCH 32 27 – 32 pg

MCHC 33 32 – 36 g/dL

Kimia

Protein Total 7,0 6 – 8,5 g/dL

Albumin 4,2 3,5 – 5,0 g/dL

Globulin 2,8 2,5 – 3,5 g/dL

Bilirubin Total 2,1 <1,5 mg/ dL

Bilirubin Direct 1,0 <0,3 mg/dL

Bilirubin Indirect 1,1 <1,1 mg/dL

SGPT (ALT) 34 <40 U/L

SGOT (AST) 36 <35 U/L


Ureum 19 20 – 50 mg/dL

Kreatinin 1,1 0,5 – 1,5 mg/dL

Natrium 148 135 – 145 mEq/ L

Kalium 4,1 3,5 – 5,3 mEq/L Page | 6

Klorida 107 97 – 107 mEq/L

Glukosa Sewaktu 83 <140 mg/dL

Urinalisa

Protein - Negatif

Glukosa - Negatif

Bilirubin - Negatif

Eritrosit 0–1–0 <2 /LPB

Leukosit 2–1–2 <5 /LPB

Kristal - Negatif

Epitel + Positif

Lain-lain - Negatif

Tanggal 23-03-2010

Jenis Hasil Nilai Rujukan


Pemeriksaan

Kimia

pH 7,421 7,37 – 7,45

pCO2 41,6 32 – 46 mmHg

pO2 30,0 71 – 104 mmHg

HCO3 26,5 21 – 29 mEq/L

Base Exces 1,8 -2 - +2 mEq/L

O2 Saturation 58,3 94 – 98 %
Tanggal 24-03-2010/ jam : 08.33.28

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Kimia Page | 7

Protein Total 6,7 6 – 8,5 g/dL

Albumin 4,0 3,5 – 5,0 g/dL

Globulin 2,7 2,5 – 3,5 g/dL

Bilirubin Total 1,2 <1,5 mg/ dL

Bilirubin Direct - <0,3 mg/dL

Bilirubin Indirect - <1,1 mg/dL

Alkali Fosfatase 51 <128 U/L


(Pria)

SGPT (ALT) 21 <40 U/L

SGOT (AST) 25 <35 U/L

Ureum 18 20 – 50 mg/dL

Kreatinin 1,1 0,5 – 1,5 mg/dL

Natrium 140 135 – 145 mEq/ L

Kalium 3,7 3,5 – 5,3 mEq/L

Klorida 100 97 – 107 mEq/L

Tanggal 24-03-2010/ jam : 11.06.53

Jenis Hasil Nilai Rujukan


Pemeriksaan

Hematologi

Protombin Time 11”k12” 12 – 16 detik

Kimia
Bilirubin Total 1,4 <1,5 mg/ dL

Bilirubin Direct - <0,3 mg/dL

Bilirubin Indirect - <1,1 mg/dL


Page | 8

Tanggal 25- 03- 2010

Jenis Hasil Nikai Rujukan


Pemeriksaan

Kimia

pH 7,374 7,37 – 7,45

pCO2 35,5 32 – 46 mmHg

pO2 64,9 71 – 104 mmHg

HCO3 20,2 21 – 29 mEq/L

Base Exces 4,2 -2 - +2 mEq/L

O2 Saturation 92,4 94 – 98 %

 Foto Rontgen : Thorax PA, Shoulder dextra, Pelvis

Kesan: Thorax : tampak fraktur pada costae 3 dan 4 posterior

dextra

Shoulder dextra: tampak fraktur di 1/3 tengah clavicula

Pelvis : Normal

VII.Diagnosis Kerja : Close Fractur clavicula 1/3 tengah dextra & Close Fractur costae 3-4

posterior dextra

VIII.Penatalaksanaan :
 O2 10 liter/mnt

 Analgetik

 Antibiotik
Page | 9

 ATS 1gr (IM)

 ORIF clavicula

 Chest Fisiotherapy
Page | 10

Anatomi Toraks

Toraks adalah daerah pada tubuh yang berada di antara leher dan perut (abdomen). Toraks
dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic inlet dan inferior
oleh thoracic outlet.

Thoracic inlet merupakan "pintu masuk" rongga toraks yang disusun oleh:

 permukaan ventral vertebra torakal I (posterior),


 bagian medial dari costa I kiri dan kanan (lateral),

 manubrium sterni (anterior).

Batas bawah rongga toraks atau thoracic outlet (pintu keluar toraks) adalah area yang
dibatasi oleh :

 sisi ventral vertebra torakal XII,


 lateral oleh batas bawah costa

 anterior oleh processus xiphoideus.

Toraks Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada
adalah tulang costae, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula.
Jarinan lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama
pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna.

Dasar thoraks

Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai
lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esophagus.
Diafragma sebagai pembatas rongga toraks dan rongga abdomen, memiliki bentuk seperti
kubah dengan puncak menjorok ke superior, sehingga sebagian rongga abdomen sebenarnya
terletak di dalam area toraks.

Page | 11

Isi rongga thoraks

Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan
parietalis.

Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian
anterior, medius, posterior dan superior.

Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu ;

1. Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )


2. Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)

3. Rongga dada tengah (mediastinum).

Rongga Mediastinum

Rongga ini secara anatomi dibagi menjadi :

1. Mediastinum superior, batasnya :

 Atas : bidang yang dibentuk oleh Vth1, kosta 1 dan jugular notch.

 Bawah : Bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke Vth4

 Lateral : Pleura mediastinalis

 Anterior : Manubrium sterni.

 Posterior : Corpus Vth1 - 4


2. Mediastinum inferior terdiri dari :

o Mediastinum anterior

o Mediastinum medius Page | 12

o Mediastinum Posterior.

 Mediastinum Anterior batasnya :

Anterior : Sternum ( tulang dada )

Posterior : Pericardium ( selaput jantung )

Lateral : Pleura mediastinalis

Superior : Plane of sternal angle

Inferior : Diafragma.

 Mediastinum Medium batasnya :

Anterior : Pericardium

Posterior : Pericardium

Lateral : Pleura mediastinalis

Superior : Plane of sternal angle

Inferior : Diafragma

 Mediastinum posterior, batasnya :

Anterior : Pericardium

Posterior : Corpus VTh 5 – 12

Lateral : Pleura mediastinalis


Superior : Plane of sternal angle

Inferior : Diafragma.

Anatomi Pleura Page | 13

Pleura ( selaput paru ) adalah selaput tipis yang membungkus paru – paru :

Pleura terdiri dari 2 lapis yaitu ;

1. Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada paru –paru.

2. Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding dada.

Pleura visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu membentuk kantong tertutup yang
disebut rongga pleura (cavum pleura). Di dalam kantong terisi sedikit cairan pleura yang
diproduksi oleh selaput tersebut

Antara pleura parietals dengan viseralis ada tekanan negative (“menghisap”), sehingga pleura
parietals da viseralis saling bersinggungan. Bila ada hubungan antara udara luar (tekanan 1
atm). Dengan rongga pleura, misalnya karena luka tusuk, maka tekanan positif akan
memasuki rongga pleura, sehingga terjadi “open pneumo-thorax”. Tentu saja paru (bersama
pleura viseralis) akan kuncup (collaps).

Bila karena suatu sebab, permukaan pleura viseralis robek, dan ada hubungan antara
bronchus dengan rongga pleura, sedangkan pleura viseralis tetap utuh, maka udara akan
masuk rongga pleura sehingga juga dapat terjadi pnuemotorax. Apabila ada sesuatu
mekanisme “ventiel” sehingga udara dari bronchus masuk rongga pleura, tetapi tidak dapat
masuk kembali, maka akan terjadi peunomothorax yang semakin berat yang pada akhirnya
akan mendorong paru sebelahnya.

Keadaan ini dikenal sebagai “tension pneumothorax”. Apabila terdapat perdarahan dalam
rongga pleura, maka keadaan ini dikenal sebagai hemothorax.

Costae
Rangka toraks terluas adalah iga-iga (costae) yang merupakan tulang jenis
osseokartilaginosa. Memiliki penampang berbentuk konus, dengan diameter penampang yang
lebih kecil pada iga teratas dan makin melebar di iga sebelah bawah. Di bagian posterior
lebih petak dan makin ke anterior penampang lebih memipih.
Page | 14

Terdapat 12 pasang iga :

 7 iga pertama melekat pada vertebra yang bersesuaian, dan di sebelah anterior ke
sternum.
 Iga 8-10 merupakan iga palsu (false rib) yang melekat di anterior ke rawan kartilago
iga diatasnya,

 2 iga terakhir ( costa 11-12) merupakan iga yang melayang karena tidak berartikulasi
di sebelah anterior.

Setiap iga terdiri dari caput (head), collum (neck), dan corpus (shaft). Dan memiliki 2 ujung :
permukaan artikulasi vertebral dan sternal.

Bagian posterior iga kasar dan terdapat foramen-foramen kecil. Sedangkan bagian anterior
lebih rata dan halus.

Tepi superior iga terdapat krista kasar tempat melekatnya ligamentum costotransversus
anterior, sedangkan tepi inferior lebih bulat dan halus.  

Pada daerah pertemuan collum dan corpus di bagian posterior iga terdapat tuberculum.
Tuberculum terbagi menjadi bagian artikulasi dan non artikulasi.

Penampang corpus costae adalah tipis dan rata dengan 2 permukaan (eksternal dan internal),
serta 2 tepi (superior dan inferior). Permukaan eksternal cembung (convex) dan halus;
permukaan internal cekung (concave) dengan sudut mengarah ke superior.

Diantara batas inferior dan permukaan internal terdapat costal groove, tempat berjalannya
arteri-vena-nervus interkostal.

Iga pertama merupakan iga yang penting oleh karena menjadi tempat melintasnya plexus
brachialis, arteri dan vena subklavia. M.scalenus anterior melekat di bagian anterior
permukaan internal iga I (tuberculum scalenus), dan merupakan pemisah antara plexus
brachialis di sebelah lateral dan avn subklavia di sebelah medial dari otot tersebut.

Sela iga ada 11 (sela iga ke 12 tidak ada) dan terisi oleh m. intercostalis externus dan
internus. Lebih dalam dari m. intercostalis internus terdapat fascia transversalis, dan Page | 15
kemudian pleura parietalis dan rongga pleura. Pembuluh darah dan vena di bagian dorsal
berjalan di tengah sela iga (lokasi untuk melakukan anesteri blok), kemudian ke anterior
makin tertutup oleh iga. Di cekungan iga ini berjalan berurutan dari atas ke bawah vena,
arteri dan syaraf (VAN). Mulai garis aksilaris anterior pembuluh darah dan syaraf bercabang
dua dan berjalan di bawah dan di atas iga. Di anterior garis ini kemungkinan cedera
pembuluh interkostalis meningkat pada tindakan pemasangan WSD.

Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior
thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu
lainnya membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah
muskulus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.

Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak
dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis
dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap
melalui trakea dan bronkus.

Clavicula

Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang membentuk
bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh.

clavicula kiri

clavicula kanan

Clavicula berbentuk kurva-ganda dan memanjang. Ini adalah satu-satunya tulang yang
memanjang horizontal dalam tubuh. Terletak di atas tulang rusuk pertama. Pada ujung
medial, clavicula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada) pada sendi
sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi dengan acromion dari scapula (tulang
belikat) dengan sendi acromioclavicularis.

Pada wanita, clavicula lebih pendek, tipis, kurang melengkung, dan permukaannya lebih
halus.
Page | 16
Fungsi

Clavicula berguna untuk:

 Sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada supaya
lengan dapat bergerak leluasa.
 Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh (aksial).

Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-satunya yang
tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang lainnya. Clavicula tersusun
dari tulang spons.

Perlekatan

Otot-otot dan ligamentum yang berlekatan pada clavicula:

Permukaan superior:

 Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus


 Otot trapezius

Permukaan inferior:

 Otot subclavius pada sulcus musculi subclavii


 Ligamentum conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare) pada
tuberculum conoideum

 Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare pada


linea trapezoidea

Batas anterior:

 Otot pectoralis mayor


 Otot deltoideus

 Otot sternocleidomastoid

 Otot sternohyoideus

 Otot trapezius

Perkembangan
Clavicula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan osifikasi selama
perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Clavicula juga yang merupakan tulang terakhir
yang menyelesaikan proses pengerasan yakni pada usia 21 tahun.

Page | 17
SURFACE ANATOMY

Pada garis tengah dibagian anterior terletak sternum yang terdiri dari 3 bagian:

 manubrium,
 korpus,

 prosesus xiphoideus.

Titik paling atas sternum dikenal sebagai sternal notch atau insisura jugularis, yang tampak
berupa lekukan antara kedua kaput klavikula. Insisura ini setinggi batas bawah dari vertebra
torakal ke-2.

Angulus ludovici adalah tonjolan yang terjadi oleh karena pertemuan bagian korpus dan
manubrium sterni yang membentuk sudut.

Sudut ini tampak nyata pada orang yang kurus. Angulus ludovici adalah penanda anatomi
permukaan oleh karena terletak setinggi iga ke-2 dan vertebra torakal 4-5.

Setinggi angulus ini terdapat organ-organ penting: arkus aorta dan karina.

Bagian terakhir sternum adalah processus xiphoideus yang dapat diraba sebagai ujung bawah
yang lunak dari sternum; kira-kira setinggi vertebra torakal 9.

Lateral terhadap sternal terdapat costa dan intercosta yang dapat dibedakan dan dihitung
melalui palpasi.

Hampir seluruh costa tertutup oleh otot, tetapi hanya costa I yang tidak dapat teraba oleh
karena tertutup oleh klavikula.

Batas bawah rongga costa di sebelah anterior dibentuk oleh :

 processus xiphoideus,
 rawan kartilago dari costa VII-X,

 ujung kartilago dari costa XI-XII.

Papilla mammae pada pria yang kurus berada di sekitar sela iga V kiri sedikit lateras garis
Page | 18
mid-klavikula.

Triangulus auskultatorius adalah area segitiga yang dibentuk oleh :

 skapula di lateral,
 superior oleh batas inferior m.trapezius dan

 inferior oleh batas superior m. latissimus dorsi

yang terjadi saat skapula tertarik ke lateral-anterior pada posis lengan melipat ke depan dada
dan ke depan.

Area ini merupakan petunjuk klinis penting karena sela-sela costa di tempat ini hanya
tertutup oleh jaringan sub-kutan dan merupakan tempat yang baik untuk pemeriksaan
auskultasi toraks.

Klavikula dapat dengan mudah diraba atau dilihat karena hanya ditutupi oleh subkutis dan
kulit.

Skapula dapat diraba dari permukaan dengan margo vertebralis, angulus inferior, dan spina.

Untuk vertebra, sebagai patokan hanya dapat diraba prosesus spinosus vertebra; pada bagian
atas yang terbesar dan paling menonjol adalah vertebra servikalis ke-7 dan dibawahnya
adalah vertebra torakalis pertama.

Garis-garis (imajiner) yang penting adalah

 linea midsternalis (midline),


 linea parasternalis, dan

 midklavikularis.

Di toraks lateral ada :


 linea aksilaris anterior (sesuai sisi lateral M.pektoralis mayor),
 linea aksilaris medial (sesuai dengan puncak aksila)

 linea aksilaris posterior (sesuai dengan M.latissimus dorsi)


Page | 19
Area Pre-cordial adalah area proyeksi dari jantung ke dinding dada anterior, yaitu daerah
dengan :

 batas superior: linea mid clavicula kiri costa II


 batas inferior : linea mid clavicula kiri costa 6

 batas kanan : linea parasternal kanan

 batas kiri : linea mid-klavikula kiri 

Fisiologi
1.Pernapasan
Pernapasan terdiri dari inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (mengeluarkan napas)
Pernafasan normal umumnya berkisar antara 12-20 kali/menit. Pernafasan yang lebih dari 24
kali/menit dikenal sebagai tachypnoe.

Apabila pernafasan buatan dibuat lebih dari 24 kali/menit, maka dikenal sebagai
hiperventilasi.
Tachypnoe dapat sebagai akibat keadaan fisiologi (ketakutan, kecapaian, dsb) tetapi juga
dapat merupakan indikator bahwa ada yang tidak beres dengan masalah breathing.

 Inspirasi : dilakukan secara aktif

 Ekspirasi : dilakukan secara pasif

Fungsi respirasi :

Ø Ventilasi : memutar udara.

Ø Distribusi : membagikan

Ø Diffusi : menukar CO2 dan O2


Ø Perfusi : darah arterial dibawa ke
jaringan.
2. Hipoksia dan hiperkapnia
Pada dasarnya proses pernafasan bertujuan untuk memasukan oksigen ke dalam tubuh,
Page | 20
yang Kemudian akan berdifusi dalam darah. Gangguan pernafasan akan mengakibatkan
gangguan oksigenasi (kadar O2 rendah ) yang dikenal sebagai hipoksia. Apabila
gangguan pernafasan disertai dengan penimbunan CO2 dalam darah, maka akan timbul
hiperkapnia.
Pada umumnya hipoksia akan bermanifestasi sebagai dyspnoe (dis-pe-nu) sedangkan
hiperkapnia yang berat akan bermanifestasi sebagai sianosis.
Hipoksia ringan umumnya sudah akan memberikan gejala tachypnoe dan dyspnoe.
Keadaan ini juga dikenal memakai “pulse oxymeter” yang mengukur saturasi O2 dalam
darah. Saturasi O2 di atas 95% berarti normal.
Hiperkapnia ringan tidak mungkin dikenal secara klinis.

Trauma Thoraks

Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade
jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995).

Trauma thoraks adalah semua ruda paksa pada thoraks dan dinding thorax, baik trauma atau
ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Trauma thoraks adalah trauma yang terjadi pada thoraks yang menimbulkan kelainan pada
organ-organ didalam toraks.
Klasifikasi dan Mekanisme

Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus atau tumpul.
Page | 21
1. Trauma tembus (tajam)

 Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab trauma

 Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru

 Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi

2. Trauma tumpul

 Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.

 Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast


injuries.

 Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru.

 Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi

Jenis trauma thorak :


 TraumaTembus
1Pneumothoraks terbuka
2 Hemothoraks
3 Trauma tracheobronkial
4 Contusio Paru
5 Ruptur diafragma
6 Trauma Mediastinal
 Trauma Tumpul
1. Tension pneumothoraks
2. Trauma tracheobronkhial
3. Flail Chest
4. Ruptur diafragma
5. Trauma mediastinal
6. Fraktur kosta

Page | 22

FRAKTUR IGA (Costae)


1.Definisi
Costa merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang memiliki fungsi untuk
memberikan perlindungan terhadap organ didalamnya dan yang lebih penting adalah
mempertahankan fungsi ventilasi paru.

Fraktur Costa adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang / tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa.
Fraktur costa akan menimbulkan rasa nyeri, yang mengganggu proses respirasi, disamping itu
adanya komplikasi dan gangguan lain yang menyertai memerlukan perhatian khusus dalam
penanganan terhadap fraktur ini. Pada anak fraktur costa sangat jarang dijumpai oleh karena
costa pada anak masih sangat lentur.
Page | 23

2.Klasifikasi
Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan:

1) Fraktur simple
2) Fraktur multiple
Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat
1) Fraktur segmental
2) Fraktur simple
3) Fraktur comminutif
Menurut letak fraktur dibedakan :
1) Superior (costa 1-3 )
2) Median (costa 4-9)
3) Inferior (costa 10-12 ).
Menurut posisi :
1) Anterior,
2) Lateral
3) Posterior.

3. Etiologi
Costa merupakan tulang pipih dan memiliki sifat yang lentur. Oleh karena tulang ini
sangat dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki pelindung, maka setiap ada trauma
dada akan memberikan trauma juga kepada costa.

Fraktur costa dapat terjadi dimana saja disepanjang costa tersebut.Dari keduabelas pasang
costa yang ada, tiga costa pertama paling jarang mengalami fraktur hal ini disebabkan
karena costa tersebut sangat terlindung. Costa ke 4-9 paling banyak mengalami fraktur,
karena posisinya sangat terbuka dan memiliki pelindung yang sangat sedikit, sedangkan
tiga costa terbawah yakni costa ke 10-12 juga jarang mengalami fraktur oleh karena sangat
mobile .
Pada olahragawan biasanya lebih banyak dijumpai fraktur costa yang “undisplaced” , oleh
karena pada olahragawan otot intercostalnya sangat kuat sehingga dapat mempertahankan
fragmen costa yang ada pada tempatnya.
Secara garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi dalam 2 kelompok :
Page | 24
1. Disebabkan trauma
a.. Trauma tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain :
Kecelakaan lalulintas,kecelakaan pada pejalan kaki ,jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada
dasar yang keras atau akibat perkelahian.
b. Trauma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa :Luka tusuk dan luka
tembak
2. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa ,terutama akibat gerakan yang menimbulkan
putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan yang berlebihan
dan stress fraktur,seperti pada gerakan olahraga : Lempar martil, soft ball, tennis, golf.

4. Patofisiologi
Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,samping ataupun
dari arah belakang.Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan trauma
costa,tetapi dengan adanya otot yang melindungi costa pada dinding dada,maka tidak semua
trauma dada akan terjadi fraktur costa.
Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costa pada tempat
traumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur costa dapat terjadi apabila energi yang
diterimanya melebihi batas tolerasi dari kelenturan costa tersebut.Seperti pada kasus
kecelakaan dimana dada terhimpit dari depan dan belakang,maka akan terjadi fraktur pada
sebelah depan dari angulus costa,dimana pada tempat tersebut merupakan bagian yang paling
lemah.
Fraktur costa yang “displace” akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan organ
dibawahnya.Fraktur pada costa ke 4-9 dapat mencederai a.intercostalis ,pleura visceralis,paru
maupun jantung ,sehingga dapat mengakibatkan timbulnya hematotoraks,pneumotoraks
ataupun laserasi jantung.
5. Diagnosis
Sebanyak 25% dari kasus fraktur costa tidak terdiagnosis, dan baru terdiagnosis setelah
timbul komplikasi,seperti hematotoraks dan pneumotoraks.Hal ini dapat terjadi pada
olahragawan yang memiliki otot dada yang kuat dan dapat mempertahankan posisi fragmen
Page | 25
tulangnya

6. Diagnosis Banding
1) Fraktur Sternum
2) Fraktur Vertebrae
3) Stress Fraktur
4) Osteoarthritis
5) Pneumotoraks
6) Cedera trakea dan bronkus.

7. Penatalaksanaan
Penanganan umum dengan memperhatikan A (airway), B (breathing), C (circulation).
1) Anamnesis yang lengkap dan cepat.Yang perlu ditanyakan adalah waktu kejadian, tempat
kejadian, jenis trauma (tertembak, tertusuk, terpukul,dll.), arah masuk keluar perlukaan,
bagaimana keadaan penderita selama dalam perjalanan.
2) Pemeriksaan fisik.
Adapun pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan adanya :
a. Nyeri tekan, krepitasi dan deformitas dinding dada.
b. Adanya gerakan paradoksal
c. Tanda-tanda insuffisiensi pernapasan : sianosis, tachypnea.
d. Kadang akan tampak ketakutan dan kecemasan karena saat bernapas bertambah nyeri
e. Periksa paru-paru dan jantung, dengan memperhatikan adanya tanda-tanda pergeseran
trakea, pemeriksaan ECG, saturasi oksigen.
f. Periksa abdomen terutama pada fraktur costa bagian inferior : diafragma, hati, limpa,
ginjal, dan usus.
g. Periksa tulang rangka : vertebrae, sternum, clavikula, fungsi anggota gerak
h. Nilai status neurologis : plexus brachialis, intercostalis, subclavia.
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan melakukan foto roentgen. Pemeriksaan roentgen
toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera toraks lain. Setelah dibuktikan dengan
foto roentgen bahwa terjadi fraktur pada costa, maka pada daerah cedera harus dipasang
strapping/ balut tekan yang kuat selama 2-3 minggu. Pada cedera yang lebih hebat, perawatan
rumahsakit diperlukan untuk menghilangkan nyeri, penganganan batuk dan penghisapan
endotrakeal.

 Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif (analgetika) Page | 26

 Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks, pneumotoraks)
 Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks,
hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks lain, adalah:
 Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
 Bronchial toilet
 Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leukosit,Trombrosit,dan analisa gas darah
 Cek Foto Ro berkala

Penatalaksanaan fraktur iga multipel yang disertai penyulit lain (seperti: pneumotoraks,
hematotoraks dsb.), ditujukan untuk mengatasi kelainan yang mengancam jiwa secara
langsung, diikuti oleh penanganan pasca operasi/tindakan yang adekuat (analgetika,
bronchial toilet, cek lab dan ro berkala), sehingga dapat menghindari morbiditas/komplikasi.

Komplikasi tersering adalah timbulnya atelektasis dan pneumonia, yang umumnya akibat
manajemen analgetik yang tidak adekuat.

8.Prognosis
Fraktur costa pada anak dengan tanpa komplikasi memiliki prognosis yang baik, sedangkan
pada penderita dewasa umumnya memiliki prognosis yang kurang baik oleh karena selain
penyambungan tulang relatif lebih lama juga umumnya disertai dengan komplikasi.Keadaan
ini disebabkan costa pada orang dewasa lebih rigit sehingga akan mudah menusuk pada
jaringan ataupun organ di sekitarnya.

Kecurigaan adanya trauma traktus neurovaskular utama ekstremitas atas dan kepala (pleksus
brakhialis, a/v subklavia, dsb.), bila terdapat fraktur pada iga I-III atau fraktur klavikula.
Page | 27

FRAKTUR CLAVICULA

 Cukup sering sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai
trauma pada sendi bahu ).
 Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3 tengah)
 Deformitas, nyeri pada lokasi taruma.
 Foto Rontgen tampak fraktur klavikula

Klasifikasi fraktur klavikula


Page | 28
1. Fraktur mid klavikula ( Fraktur 1/3 tengah klavikula)

paling banyak ditemui

terjadi medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral)

mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung ( dari lateral bahu)

2. Fraktur 1/3 lateral klavikula

fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi:

 type 1: undisplaced jika ligament intak


 type 2 displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture.

 type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.

Mekanisme trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu.

3. Fraktur 1/3 medial klavikula

Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula.

Mekanisme trauma dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian
lateral bahu yang dapat menekan klavikula ke sternum . Jatuh dengan tangan terkadang dalam
posisi abduksi.

Pemeriksaan Klinis

Fraktur klavikula sering terjadi pada anak-anak. Biasanya penderita datang dengan keluhan
jatuh dan tempat tidur atau trauma lain dan menangis saat menggerakkan lengan. Kadangkala
penderita datang dengan pembengkakan pada daerah klavikula yang terjadi beberapa hari
setelah trauma dan kadang-kadang fragmen yang tajam mengancam kulit. Ditemukan adanya
nyeri tekan pada daerah klavikula.

Pemeriksaan Radiologis
Page | 29
Pemeriksaan rontgen anteroposterior dan klavikula biasanya dapat membantu menegakkan
diagnosis dan fraktur. Fraktur biasanya terjadi pada 1/3 tengah dan fragmen luar terletak
dibawah fragmen dalam. Fraktur pada 1/3 lateral klavikula dapat terlewat atau tingkat
pergeseran salah dikira kecil, kecuali kalau diperoleh foto tambahan pada bahu.

Indikasi Operasi

 Fraktur terbuka.
 Fraktur dengan gangguan vaskularisasi

 Fraktur dengan “scapulothorcic dissociation” (floating shoulder)

 Fraktur dengan displaced glenoid neck fraktur

 Ruptur ligamentum korakoklavikulare

 Dilayed/ non union

 Kosmetik

Patofisiologi

Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus akan menarik fragmen
ragmen medial keatas sedangkan beban lengannya akan menarik fragmen lateral ke bawah.
Jika fraktur terdapat pada ligament korako-klavikula maka ujung medial klavikula sedikit
bergeser karena ditahan ligament ini.

Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka ujung luar mungkin tampak
bergeser kearah belakang dan atas, sehingga membentuk benjolan dibawah kulit.

Teknik penanganan terapi konserfatif dan operasi


Penatalaksanaan Fraktur Klavikula:

Fraktur 1/3 tengah

Undisplaced fraktur dan minimal displaced fraktur diterapi dengan menggunakan sling, yang Page | 30
dapat mengurangi nyeri.

Displaced fraktur fraktur dengan gangguan kosmetik diterapi dengan menggunakan


commersial strap yang berbentuk angka 8 ("Verband figure of eight") sekitar sendi bahu,
untuk menarik bahu sehingga dapat mempertahankan alignment dan fraktur. Strap harus
dijaga supaya tidak terlalu ketat karena dapat mengganggu sirkulasi dan persyarafan. Suatu
bantal dapat diletakkan di antara scapula untuk menjaga tarikan dan kenyamanan. Jika
commersial strap tidak dapat digunakan balutan dapat dibuat dari “tubular stockinet”, ini
biasanya digunakan untuk anak yang berusia <10 tahun.

Pemakaian strap yang baik:

1. menarik kedua bahu, melawan tekanan dipusat, dan daerah interscapula selama
penarikan fraktur.
2. tidak menutupi aksila, untik kenyamanan dan hygiene.

3. menggunakan bantalan yang bagus.

4. tidak mengganggu sirkulasi dan persyarafan kedua lengan.

Plating Clavikula

Gunakan insisi sesuai garis Langer untuk mengekspos permukaan superior clavikula. Hindari
flap kulit undermining dan kerusakan saraf supraklavikula. Hindari juga diseksi subperiosteal
pada fracture site.

Lakukan reduksi fragmen fraktur jika memungkinkan  pasang lag screw melintasi fraktur.
Plate diletakkan di sisi superior clavikula dengan 3 screw pada masing-masing sisi fraktur
untuk mencapai fiksasi yang solid.

Jika diperlukan diletakan subkutaneus drain, luka operasi ditutup dengan jahitan subcuticular.

Fraktur lateral
Undisplaced fraktur dapat diterapi dengan sling.

Displaced fraktur dapat diterapi dengan sling atau dengan open reduction dan internal fiksasi.
Jika pergeseran lebih dari setengah diameter klavikula harus direduksi dan internal fiksasi.
Bila dibiarkan tanpa terapi akan terjadi deformitas dan dalam beberapa kasus rasa tidak enak Page | 31
dan kelemahan pada bahu karena itu terapi diindikasikan melalui insisi supraklavikular,
fragmen diaposisi dan dipertahankan dengan pen yang halus, yang menembus kearah lateral
melalui fragmen sebelah luar dan akromion dan kemudian kembali ke batang klavikula.
Lengan ditahan dengan kain gendongan selama 6 minggu dan sesudah itu dianjurkan
melakukan pergerakan penuh.

Komplikasi operasi

Komplikasi dini

 kerusakan pada pembuluh darah atau saraf ( jarang terjadi)

Komplikasi lanjut

 non-union : jarang terjadi dapat diterapi dengan fiksasi interna dan pencangkokan
tulang yang   aman.
 mal-union :

1. meninggalkan suatu benjolan, yang biasanya hilang pada waktunya.

2. untuk memperoleh basil kosmetik yang baik dan cepat dapat menjalani terapi
yang lebih drastis yaitu fraktur direduksi dibawah anastesi dan dipertahankan
reduksinya dengan menggunakan gips yang mengelilingi dada ( wirass)

 kekakuan bahu sering ditemukan, hanya sementara, akibat rasa takut untuk
menggerakkan fraktur. Jari juga akan kaku dan membutuhkan waktu berbulan-bulan
untuk memperoleh kembali gerakan, kecuali kalau dilatih.
Perawatan Pascabedah

Rehabilitasi

Commersial strap yang berbentuk angka 8, harus di follow up apakah sudah cukup kencang. Page | 32
Strap ini harus dikencangkan secara teratur. Anak anak <10 tahun menggunakan strap atau
splint selama 3-4 minggu sampai bebas nyeri, sedangkan orang dewasa biasanya
membutuhkan waktu 4-6 minggu.

Pasien dianjurkan untuk melakukan pergerakan seperti biasa begitu nyeri berkurang
(strap/splint/sling sudah dilepas).
Diskusi
Pasien Tn.A, 35 tahun, dengan pekerjaan TNI datang ke RSPAD dengan sesak nafas dan
nyeri pada bahu kanan akibat kecelakaan motor 3 jam SMRS. Pasien mengaku telah berobat
ke klinik 24 jam,disana pasien mendapat pengobatan dan penjahitan pada luka. 2 jam
Page | 33
kemudian pasien merasa sesak nafas dan memutuskan untuk berobat ke RSPAD.

Di RSPAD pasien dilakukan rontgent foto kepala,thoraks,pelvis,bahu kanan. Pada rontgent


didapatkan hasil closed fraktur pada costae 3-4 posteroor dextra dan close fraktur pada 1/3
tengah clavicula dextra. Tanpa ada penyulit.

 Penatalaksanaan pada fraktur clavicula?

Karena pasien seorang TNI yang membutuhkan mobilisasi cepat agar bisa bekerja
kembali, dlakukan operasi orif untuk fraktur 1/3 tengah claviculanya, yang diharapkan
dalam 2-3minggu pasien dapat segera bekerja kembali. Sedangkan bila menggunakan
sling/ verban figure of 8 akan membutuhkan waktu yang lama untuk proses
penyembuhan tulang.

 Penatalaksanaan pada fraktur costae?

Pada fraktur costae 3-4 posterior dextra hanya diberikan terapi konservatif,yaitu
pemberian analgetika untuk penghilang rasa sakit dan chest theraphy untuk latihan
pernafasannya. Pada fraktur costae 3-4 diharapkan terjadi penyembuhan alami dengan
pemfiksasian alami dari muskulus intercostalis.
Daftar Pustaka

1. www.wordpress.com
2. www.medicastore.com
Page | 34

3. www.bedahtkv.com

4. www.wikipedia.com

5. http://fordisfisio.forumotion.com/kardiorespirasi-f4/pneumothorax-kolaps-paru-t12.htm

6. http://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_selangka

7. IKABI, ATLS, American College of Surgeon, edisi ke – 6, tahun 1997.

8. Syamsu Hidayat,R Dan Wim De Jong, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta,tahun 1995.

9. Anonym.http://medicastore.com/penyakit/148/Kolaps_Paru-Paru_Pneumothorax.html
10. http://en.wikipedia.org/wiki/Pneumothoraxa
11. Light, Richard W. 2008. http://www.merck.com/mmpe/sec05/ch060/ch060g.html

Anda mungkin juga menyukai