Anda di halaman 1dari 6

Pada praktikum kali ini yaitu tentang disolusi.

Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui


kelarutan tablet yang dibuat, berapa lama waktu yang dibutuhkan tablet untuk terlarut
sempurna, beserta kadar CTM di dalamnya.

Hal yang pertama kali dilakukan dalam praktikum ini yaitu menyiapkan alat untuk disolusi
dan mengisi air kedalam bak disolusi. Karena yang akan diuji adalah bentuk tablet, jadi metode
yang digunakan adalah metode dayung. Di dalam bak terdapat dua tabung, kedua tabung diisi
aquades sebanyak 500 ml, uji disolusi ini digunakan medium aquades karena CTM mudah larut
dalam aquadest dan di tubuh kita sebagian besar terdiri dari molekul air. Tabung 1 hanya berisi
aquades, dan tabung 2 digunakan untuk melarutkan tablet CTM (tablet CTM dimasukkan ketika
tabung sudah menunjukkan suhu 370C). Setelah kedua tabung sudah diisi aquadest, alat
dinyalakan dan suhu diatur, pada alat disolusi suhu harus diatur sedemikian rupa untuk
memperoleh suhu 370C yang kita butuhkan di dalam tabung karena pada saat pengujian
diupayakan sama dengan suhu tubuh manusia. Setelah suhu sudah tepat pada 37 0C tablet CTM
dimasukan sebanyak 8 tablet (dihitung untuk ±50 ppm) kemudian alat di atur dengan
perputaran 50 rpm. Setelah 1 menit larutan dalam tabung 2 diambil sebanyak 6 ml dengan
menggunakan spuit yang sudah terpasang membrane filter (penggunaan membrane filter
ditujukan untuk menyaring bakteri yang mungkin ada dalam larutan) dan dimasukkan ke dalam
vial yang telah dicuci dan dibersihkan. Dalam waktu yang bersamaan aquadest dalam tabung 1
diambil 6 ml dan dimasukkan ke dalam tabung 2, penggantian volume aquades yang diambil ini
dilakukan agar volume dalam tabung 2 tetap 500 ml. Perlakuan ini dilakukan selama 45 menit
yaitu pada setiap 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit,
30 menit, 35 menit, 40 menit, 45 menit. Pada pengambilan cuplikan sebaiknya tempat
pengambilan cuplikan di tempat yang sama supaya kondisi juga sama karena jika diambil di
tempat yang berbeda kemungkinan akan menghasilkan konsentrasi yang berbeda pula sehingga
pada pengukuran hasil yang diperoleh tidak akurat. Setelah pengambilan cuplikan selesai,
larutan cuplikan dalam vial dibiarkan mengendap, pengendapan ini bertujuan untuk
meminimalkan faktor kesalahan, karena yang akan dimasukkan kedalam kuvet adalah larutan
yang jernih.
Selama perlakuan disolusi tablet menggumpal menjadi satu, penggumpalan ini mungkin
dikarenakan kesalahan dalam formulasi dan sampai menit ke 45 tablet masih belum terlarut
sempurna, hal ini disebabkan karena beberapa hal, salah satunya karena faktor kekerasan,
kekerasan tablet yang dibuat adalah 10, angka ini masih masuk kedalam rentang kekerasan
yang baik, namun pada saat pengujian kekerasan tablet yang diuji tidak rusak atau terbelah,
hanya sedikit tergeser, dapat disimpulkan bahwa tablet ini sangat kompak (memiliki
kompresebilitas yang baik), hal ini lah yang membuat tablet tidak mudah hancur.

Pada praktikum ini prosedur analisis kimia CTM dilakukan menggunakan metode
Spektrofotometri dengan menganalisis serapan cahaya oleh gugus kromofor yang terdapat
dalam struktur kimia CTM. Dari serapan cahaya ini dapat diketahui nilai serapannya
(absorbansi). Dengan demikian dapat diketahui kadar dari tablet CTM yang dibuat dengan cara
memplot nilai absorbansi yang diperoleh pada persamaan regresi linier dari kurva baku CTM.

Pembuatan kurva baku dilakukan dengan menguji absorbansi dari CTM murni dengan
melakukan pengenceran dalam beberapa ppm diantaranya : (aku gga punya datanya tolong
dimasukkan sm kamu ya tom). Pada pembuatan kurva baku absorbansi yang dihasilkan
sebaiknya diantara 0,2 sampai 0,8 karena pada absorbansi tersebut dihasilkan λ maksimum,
dan pada absorbansi tersebut dihasilkan konsentrasi yang lebih akurat. Pada alat
spektofotometri digunakan 2 kuvet, kuvet 1 berisi blanko (aquades), kuvet 2 berisi larutan
sampel yang akan diuji. Kuvet yang digunakan harus bersih, Kuvet terdiri dari 4 sisi, 2 sisi agak
buram, 2 sisi bening, bagian kuvet yang bening tidak boleh dipegang karena lemak yang ada
ditangan akan tertempel di kuvet, dan hal ini dapat menghalangi berkas sinar yang akan
menembus cuplikan dan mengurangi absorpsi cahaya oleh sampel, sehingga persen transmittan
pada respon detector tidak akurat.

Setelah pembuatan kurva baku telah selesai, dilanjutkan dengan pengukuran nilai
absorbansi untuk sampel. Masing-masing cuplikan yang telah diambil, satu persatu diuji nilai
absorbansinya. Sebelum dimasukkan kedalam kuvet sebaiknya disaring terlebih dahulu, hal ini
dilakukan untuk mencegah endapan terbawa kedalam kuvet yang akan mengganggu dalam
pengujian pada alat spektrofotometer UV dan untuk meminimalkan faktor kesalahan saat
pengukuran nilai Absorbansi. Pengukuran nilai absorbansi dilakukan pada panjang gelombang
261nm. Karena saat pembuatan kurva baku, panjang gelombang maksimum dari CTM murni
adalah 261nm. Saat pengujian ini praktikan memperoleh data yang kurang baik, nilai absorbansi
yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Waktu (menit ke-) Absorbansi


1 0,072
2 0,060
3 0,051
4 0,043
5 0,062
10 0,079
20 0,072
25 0,107
30 0,120
35 0,085
40 0,071
45 0,082

Pada pengamatan, menit ke-15 tidak diambil/terlewat karena pada saat itu praktikan
mengalami kesulitan dalam mengambil larutan dari dalam tabung, spuit membrane filter yang
digunakan tidak bisa menyedot larutan, karena banyak serbuk yang menempel didalam
membrane filter sehingga tertahan dan sulit untuk menyedot. Nilai absorbansi yang diperoleh
tidak memenuhi ketentuan, seharusnya nilai absorbansi berada antara 0,2-0,8. Kesalahan ini
disebabkan karena beberapa hal diantaranya CTM yang digunakan saat pembuatan tablet
bukan CTM murni, CTM yang digunakan sudah lama dalam penyimpanan sehingga sebagian
besar CTM mengalami kerusakan, struktur kimianya mengalami perubahan atau terurai dan
mengakibatkan absorbansi yang terbaca oleh alat Spektrofotometer pada λ 261nm tidak sesuai
dengan yang diharapkan (tidak sesuai dengan perhitungan yang dibuat/tidak sesuai dengan
jumlah tablet yang dimasukkan), karena absorbansi yang diperoleh kecil jadi kadar CTM yang
diperoleh juga kecil sehingga persentase kelarutan yang diperoleh juga sangat kecil.

Pada grafik persentase kelarutan dihasilkan grafik naik turun akan tetapi grafik yang
sebaiknya diperoleh adalah naik yang kemudian konstan atau turun. kesalahan ini disebabkan
karena adanya beberapa kesalahan diantaranya: pemipetan yang salah, waktu pengambilan
yang tidak tepat dan pengambilan cuplikan ditempat yang berbeda-beda.

Waktu/menit Konsentrasi Absorbansi


1 404.946 0,072
2 337.446 0,060
3 286.821 0,051
4 241.821 0,043
5 348.696 0,062
10 444.321 0,079
20 404.946 0,072
25 601.821 0,107
30 674.946 0,120
35 478.071 0,085
40 399.321 0,071
45 461.196 0,082

Karena tidak ada pengenceran maka rumus-rumus pada perhitungan tidak dikalikan terhadap
jumlah pengenceran.

mg terdisolusi : [ X x vol media ]

pada menit pertama : mg terdisolusi = 404.96 mg/ml x 500 ml = 0.0064 mg

Faktor koreksi (mg) : [ V sampel / V media ] x mg terdisolusi sesudah koreksi dari


waktu sebelumnya p

ada menit kedua : 6 ml x 1,25 mg = 0,015 mg

500 ml

mg terdisolusi sesudah koreksi : [X x V media ] + faktor koreksi

pada menit kedua : [ 0,0025 mg/ml x 500 ml ] + 0,015 mg = 1,265 mg

% Terdisolusi : [mg terdisolusi sesudah koreksi/kand. Bahan aktif per tablet]x 100% pada menit kedua :
1,25 x 100% = 15,625 %

8 mg
Dengan cara yang sama seperti di atas maka didapatkan hasil untuk mg terdisolusi, faktor koreksi,
mg terdisolusi sesudah koreksi dan % terdisolusi dari menit pertama hingga menit ke- 45, sebagai
berikut :

Waktu mg Faktor koreksi mg terdisolusi % Terdisolusi


(menit ) terdisolusi (mg) sesudah koreksi (%)
(mg) (mg)

1 1,25 - 1,25 15,63

3 0,55 0,015 0,565 7,063

4 0,8 0,007 0,807 10,09

5 0,85 0,010 0,860 10,75

10 1 0,0103 1,010 12,63

15 0,85 0,012 0,862 10,78

20 1,35 0,0103 1,360 17,00


25 0,9 0,016 0,916 11,45

30 0,875 0,011 0,886 11,075

35 0,65 0,0106 0,660 8,26

40 0,75 0,008 0,758 9,48

45 0,5 0,009 0,509 6,364

Anda mungkin juga menyukai