Anda di halaman 1dari 7

RESUME 3

RELIGION
GRADE III TERM 2
THEME : NATURAL RESOURCES
January 3rd – March 18th 2011
Teacher : Mr. Rafiq

A. Mengenal Sifat Mustahil Allah SWT


Allah SWT Maha Sempurna, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Semua

urusan ada di tangan Allah SWT. Kesempurnaan Allah SWT tercermin dari

dua puluh sifat wajib yang dimiliki-Nya. Selain sifat wajib, Allah SWT juga

memiliki sifat mustahil, yaitu sifat kelemahan dan ketidaksempurnaan yang

tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT. Jadi, sifat mustahil Allah adalah

kebalikan dari dua puluh sifat wajib Allah. Kita akan mempelajari lima di

antaranya, yaitu :

1. ‘Adam.
‘Adam artinya tidak ada. Lawan dari sifat wajib Wujud. Allah mustahil

tidak ada. Jika ada yang beranggapan bahwa Allah SWT tidak ada

karena tidak bisa melihat-Nya, maka anggapan itu adalah salah.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Berfikirlah

tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-sekali engkau berfikir

tentang Dzat Allah ". (Hadits hasan,

Silsilah al-Ahaadiits ash- Shahiihah).

Hadits di atas menyatakan bahwa kita

wajib beriman akan adanya Allah karena

Allah telah memberikan limpahan nikmat

kepada makhluk-Nya. Akal manusia tidak

akan menjangkau dzat Allah.


Cukuplah berfikir atas segala ciptaan-Nya sebagai bukti akan ada-Nya

Allah SWT. Bukankah rumah, mobil, dan lainnya tidak akan mungkin

ada dengan sendirinya? Pasti ada orang yang membuatnya. Begitu pun

alam semesta ini, ada karena diciptakan oleh Allah SWT. Jadi tidak

mungkin Allah tidak ada. Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an:

َ ّ َ ِ ‫إنن‬
‫ي‬ َ ‫ه ل َِإل‬
ْ ِ ‫ه إ ِل أَنا َفاعْب ُد ْن‬ ُ ‫ي أَنا الل‬
ْ ِّ
Innanii anallaahu laa ilaa ha illaa ana fa’budnii.
Artinya: “Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku,

maka sembahlah Aku . . . “ ( Q.S. Thaha: 14 ).

2. Huduts.
Huduts artinya baru atau mempunyai permulaan dan asalnya tidak ada.

Lawan dari sifat wajib Qidam. Adanya Allah SWT tanpa ada

permulaannya. Makhluk Allah mempunyai permulaan, dan berawal dari

tidak ada. Tidak ada manusia sebelum Nabi Adam a.s. diciptakan. Jadi

mustahil Allah memiliki sifat huduts (baru), karena Allah terdahulu

bukan baru dan tidak mempunyai permulaan.

Firman Allah SWT dalam Al-qur’an :

ُ ِ ‫ظاه ُِر وَْالب َط‬


‫ن‬ ّ ‫خُر َوال‬ ُ ّ‫هُوَ ال َو‬
ِ ‫ل َوال‬
Huwal awwalu wal aakhiru wazh-zhoohiru wal-
baathinu.
Artinya: “Dialah Yang Awal dan Akhir, Yang
Zahir dan Yang Bathin.” (Q.S. Al-Hadid: 3)
3. Fana’.
Fana’ artinya rusak, binasa, dan tidak kekal.

Sekuat dan sebesar apapun ciptaan Allah

pasti akan mengalami kehancuran dan

kebinasaan. Sedangkan Allah akan tetap kekal

abadi sampai kapanpun. Jadi mustahil bagi

Allah memiliki sifat fana, karena apabila Allah

memiliki sifat fana’ atau rusak, maka

bagaimana dengan alam semesta ini? Manusia

dan makhluk lainnya pasti akan lebih rusak karena tidak ada yang

memeliharanya. Sesungguhnya Allah tetap kekal abadi sehingga

seluruh ciptaan-Nya selalu terpelihara.

Firman Allah SWT dalam Al-qur’an:

ِ ‫ل َوال ِك َْرام‬ َ ‫ك ُذوْال‬


ِ َ ‫جل‬ َ ّ ‫ه َرب‬
ُ ‫ج‬
ْ َ‫وَي َب َْقى و‬
.Wayabqoo wajhu robbika dzul jalaali wal-ikroom
Artinya: “Semua yang di alam menjadi rusak, dan tetap kekallah Zat
Tuhanmu.” (Q.S. Ar-Rahman: 27)
4. Mumatsalatu Lilhawaditsi.
Mumatsalatu Lilhawaditsi artinya sama dengan makhluk-Nya. Allah

tidak mungkin sama dengan hasil ciptaan-Nya. Lihat saja seorang

pembuat mobil, tentu bentuk dan sifatnya berbeda dengan mobil yang

dibuatnya. Apabila Allah itu sama dengan makhluk-Nya, tentulah akan

menjadi lemah dan tidak pantas disembah. Karenanya, mustahil Allah

sama dengan makhluk-Nya, baik wujud maupun sifat-sifat-Nya.

Firman Allah SWT dalam Al-qur’an:


َ
َ ‫ه ك ُُفوا ً أ‬
ٌ ‫حد‬ ُ َ‫ن ل‬ ْ َ ‫وَل‬
ْ ُ ‫م ي َك‬
Walam yakullahuu kufuwan ahadun.
Artinya : “Dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Dia.”
(Q.S. Al-Ikhlas: 4)
5. Ihtiyaaju lighairihi (Qiyamuhu bighairihi).
Ihtiyaaju lighairihi (Qiyamuhu bighairihi)

artinya bergantung atau membutuhkan

bantuan makhluk lain. Allah tidak mungkin

membutuhkan pertolongan dari makhluk-Nya

dalam menciptakan alam semesta ini. Allah

Maha Kuasa dan Maha Menguasai. Jika menginginkan sesuatu, maka

Allah hanya berkata: “Jadilah!” maka jadilah apa yang diinginkan-Nya.

Berbeda dengan manusia, semua manusia tidak mungkin bisa hidup

tanpa bantuan manusia lain. Oleh karena itu mustahil bagi Allah

memiliki sifat Ihtiyaaju lighairihi (Qiyamuhu bighairihi).

Firman Allah SWT dalam Al-qur’an:

. . . ُ‫م ال ُْفَقَرآء‬ َ
ّ ِ ‫ه ال ْغَن‬
ُ ُ ‫ي وَأن ْت‬ ُ ‫ َوالل‬. . .
Wallaahul ghoniyyu wa antumul fuqoroo’u.
Artinya: “Dan Allah Maha Kaya, dan manusialah yang membutuhkan
karunia-Nya.” (Q.S. Muhammad: 38)

B. Akhlaq Mulia.
1. Percaya diri.
Percaya diri adalah yakin terhadap kemampuan diri sendiri. Orang

yang percaya diri tidak ingin bergantung pada bantuan dari orang lain.

Sikap percaya diri dapat tumbuh dengan cara belajar dan berlatih.

Caranya, dengan membiasakan diri mengatasi kesulitan dengan

kemampuan sendiri. Selain itu, tidak selalu menggantungkan diri pada

bantuan orang lain.

o Ciri-ciri orang yang percaya diri, antara lain sebagai berikut:


1) Tenang dan yakin
2) Mandiri, optimis, dan berfikir positif
3) Mempunyai sikap dan pendirian kuat
4) Berani mencoba sesuatu yang baru
o Keuntungan perilaku percaya diri, antara lain
sebagai berikut:
1) Semua persoalan akan mudah dipecahkan.
2) Mendapatkan hasil yang baik di dalam suatu pekerjaan.
3) Dipercaya orang tua, guru, dan kawan-kawan.
4) Tidak mudah terpengaruh ajakan berbuat buruk dari
orang lain.
5) Berjiwa mandiri.

2. Tekun.
Tekun adalah rajin dan bersungguh-sungguh dalam bekerja dengan

penuh harapan. Ketekunan merupakan kunci keberhasilan. Siswa yang

tekun belajar akan mendapatkan hasil atau nilai yang memuaskan.

o Ciri-ciri siswa yang tekun belajar di antaranya :


1) Senantiasa memperhatikan penjelasan guru.
2) Mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik.
3) Memanfaatkan waktu dengan sungguh-sungguh.
o Keuntungan perilaku tekun, antara lain sebagai berikut:
1) Mudah menerima pelajaran.
2) Berwawasan luas.
3) Prestasi belajar yang bagus.
4) Dapat mencapai cita-cita yang diharapkan.

3. Hemat.
Hemat adalah tidak boros dalam menggunakan uang atau harta benda,

waktu, dan tenaga. Hemat berbeda dengan kikir atau bakhil yang

tidak mau sedekah dan suka menumpuk harta. Sebagai seorang siswa,

kita harus bisa membiasakan hidup hemat, antara lain: hemat

terhadap kelengkapan sekolah, kita harus bisa menggunakan pensil

dan buku seperlunya. Hemat terhadap waktu, kita harus bisa

mengatur waktu bermain dan belajar. Hemat terhadap tenaga, kita

juga harus bisa memanfaatkan tenaga sebaik mungkin, tidak hanya


dihabiskan untuk bermain, tetapi di bagi juga untuk belajar dan

aktivitas lain. Kebanyakan bermain akan menimbulkan malas belajar

dan akan merugi.

o Ciri-ciri orang yang hemat, antara lain sebagai berikut:


1) Selalu menyisihkan uang jajan untuk ditabung.
2) Bisa mengatur uang, waktu, dan tenaga dengan
sebaik- baiknya.
3) Tidak suka hura-hura.
4) Hidup sederhana.
o Keuntungan perilaku hemat, antara lain sebagai berikut:
1) Mendapatkan kemudahan dalam hidup.
2) Hidupnya akan tenang.
3) Selalu siap dalam melaksanakan tugas.
4) Kesehatan terjaga.

C. Mengenal Asmaul Husna


1. Al-Mubdi’, yang berarti Maha Memulai. Sesuatu awal yang tidak

ada menjadi ada, karena Allah SWT yang memulainya.

2. Al-Mu’iid, mempunyai arti Maha Mengembalikan. Setelah segala

sesuatu rusak da musnah, hanya Allah SWT yang mampu

mengembalikannya seperti semula.

3. Al-Muhyi, berarti Maha Menghidupkan. Allah SWT yang telah

memberi manusia kehidupan nyawa, nafas, akal-fikir, dan Allah yang

akan mengambilnya kembali.

4. Al-Mumiit, artinya Maha Mematikan. Tiada yang terjadi tanpa

izin-Nya, begitu pula kematian, tak satu pun makhluk mati tanpa izin

Allah SWT

5. Al-Hayy, yang berarti Maha Hidup. Allah SWT kekal dan abadi,

tidak dihidupkan juga tidak dimatikan.


6. Al-Qayyuum, berarti Maha Berdiri Sendiri. Allah SWT tidak

perlu dibantu oleh siapa pun, Allah Maha Berdiri Sendiri, Allah SWT

sendiri yang mengadakan segala sesuatu yang dibutuhkan makhluk-

Nya.

7. Al-Waajid, artinya Maha Menemukan. Allah SWT bisa

mendapatkan apa yang dikehendaki-Nya, yang tiada pun mampu

dihadirkan Allah SWT.

Sumber:
1. Achmad Farichi, dkk, Khazanah Pendidikan Agama Islam 3,
Yudistira : 2007.
2. Bambang Murtedjo, Sirin, Cinta Agama Islam untuk SD Kelas 3,
Ganexa Exact : 2007.
3. Tim Bina Karya Guru, Pendidikan Agama Islam untuk SD kelas 3,
Erlangga : 2006
4. Ariany Syurfah, Muliti Intelligences for Islamic Teaching, Syamil
Publishing : 2007
5. Rohim Agustjik dkk, Gerakan Moral Asmaul Husna 99, FKA ESQ :
6. M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam
Perspektif Al-Quran, Lentera Hati : 1998
7. Putri Mokoginta, 99 Asmaul Husna yang Indah, Mediatama
Publishing Group : 2008

Anda mungkin juga menyukai