Anda di halaman 1dari 12

TITRASI NITRITOMETRI

I. TUJUAN
1. Mengenal dan memahami reaksi yang terjadi dalam titrasi nitritometri.
2. Melakukan suatu analisis kuantitatif dengan titrasi nitritometri.

II. TEORI DASAR


Nitritometri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan
larutan baku natrium nitrit. Nitritometri disebut juga dengan metode titrasi diazotasi.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan kadarnya dengan metode nitritometri
diantaranya adalah penisilin dan sulfamerazin. Penetapan kadar senyawa ini dilakukan
untuk mengetahui kemurnian zat tersebut dalam satu sample.
Penetapan kadar zat dengan jalan titrasi mengunakan natrium nitrit sebagai titran
dinamakan nitrimetri. Titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar amina primer
aromatik berdasarkan reaksi pembentukan garam diazonium dengan asam nitrit pada
suhu di bawah 15oC. Dalam kondisi terkontrol, reaksi tersebut berlangsung secara
kuantitatif. Oleh karena reaksi tersebut tidak begitu cepat maka titrasi dilakukan
perlahan-lahan. Untuk menjaga suhu di bawah 15oC dapat digunakan pecahan es atau
sirkulator. Di atas 15oC, garam diazonium yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi fenol
(Khopkhar, 1990).
Ar – NH2 + HNO3 + HCL → Ar – N2+ . Cl + 2H2O
Garam diazonium
Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan gugusan amino
aromatis dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan
semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amino aromatis. Reaksi diazonasi ini
berlangsung cukup cepat sehingga dapat digunakan pada titrasi langsung senyawa amina
dengan asam nitrit. Karena larutan asam nitrit tidak stabil, maka titrasi dilakukan dengan
menitrasi larutan amin aromatik primer dalam suasana asam, dengan larutan natrium
nitrit. Dibawah kondisi reaksi yang terkendali cara titrasi ini dapat digunakan untuk
menentukan kadar senyawa-senyawa amin aromatik primer bebas, misalnya golongan
Sulfonamida, INH, dan benzokain. Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan
metode nitritometri antara lain sulfamerazin, sulfadiazine, sulfanilamide. Senyawa-
senyawa ini dalam farmasi sangat bermanfaat seperti sulfanilamide sebagai antimikroba.
Senyawa amin lainnya dapat mengganggu metode ini karena bereaksi juga
dengan asam nitrit. Amin sekunder membentuk turunan N-nitroso. Amin alifatik bereaksi
dengan asam nitrit membentuk gas nitrogen. Kedua jenis reaksi itu dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan kadar senyawa yang bersangkutan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi:
1. Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari 15°C
karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam tidak
stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi
juga tidak stabil.
2. Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak lambat, titrasi
sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa
dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator.

Dalam titrasi redoks ada dua jenis indikator, indikator khusus yang bereaksi
dengan salah satu komponen yang bereaksi, dan indikator oksidasi reduksi yang
sebenarnya tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada potensial larutan
selama titrasi. Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran
dan titrat, dengan perkataan lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila potensial
peralihan indikator tergantung dari pH, maka juga harus diusahakan agar pH tidak
berubah selama titrasi berlangsung.
Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu indikator dalam
dan indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan campuran indikator tropeolin oo
dan metilen biru, yang mengalami perubahan warna dari ungu menjadi biru kehijauan.
Sedangkan untuk indikator luarnya digunakan kertas kanji iodida.
Penentuan titik akhir titrasi dilakukan dengan indikator eksternal, dimana setelah
titik akhir titrasi satu tetes larutan menghasilkan warna biru dari pastakanji – KI.
Indikator dalam juga sering digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi ini.
Akhir titrasi atau Titik akhir tercapai ditandai dengan terjadinya warna biru
seketika dan hal itu dapat ditunjukkan kembali setelah dibiarkan selama 1 menit
(anonim1.2011). Karena mempunyai bobot ekivalen yang sama karena jenis reaksi yang
terjadi sama, larutan titer natrium nitrit konsentrasinya dinyatakan dalam molar yaitu
setiap satu mol senyawa yang mengandung gugus amin primer aromatik setara dengan
satu mol NaNO2 membentuk garam diazonium. (Underwood, 1999).
Monografi zat uji
1. Kloramfenikol (anonim2.1995)
Nama resmi : Chloramphenicolum
Sinonim : Kloramfenikol, D(-) treo-2-diklorasetamida-1-p
nitrofenil propana-1,3-diol.
RM/BM : C11H12Cl2N2O5/323,12
Rumus struktur :
OH H
O2N-- --C----C—CH2OH
H NH---CO--CHCl2

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng


memanjang, putih, tidak berbau, rasa sangat
pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam
2,5 bagian etanol 95% P, sukar larut dalam
kloroform P dan eter P.
Khasiat : Antibiotikum
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak
lebih dari 103,0%.

2. Paracetamol (anonim2.1995)
Nama resmi : Acetaminophenum
Nama lain : Paaracetamol
RM / BM : C8H9NO2 / 151,56
RB : OH
NHCOCH3
Pemerian : Hablur atau hablur serbuk putih, tidak berbau,rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dlam 7 bagian etanol
95 % p, dalam 17 bagian aseton p, dalam 40 bagian gliserol.
Khasiat : Analgetikum antipiretikum.
Kegunaan : Sebagai sampel.
Persyaratan kadar : Mengandung tidk kurang dari 98 % dan tidak
lebih dari 101,0 % C8H9NO2 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringhkan.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

3. Isoniazida (anonim2.1995)
Nama resmi : Isoniazidum
Nama lain : Isoniazida
RM / BM : C6H7N3O / 137,14
RB : N

O=C-NHNH3
Persyaratan kadar : Tidak kurang dari 98,0 %, dan tidak lebih dari
101,0 % C6H7N3O
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, rasa agak
pahit, terurai perlahan-lahan dengan udara dan cahaya.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol 95 % p,
sukar larut dalam kloroform p dan dalam eter P.
Khasiat : Antitiberculosa.
Penggunaan : Sebagai sampel.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat : Bahan :
 Buret  NaNO2 padat
 Erlenmeyer  Air
 Gelas ukur  Asam sulfanilat
 Pipet tetes  Pasta kanji – KI
 Beaker Glass  NH4OH pekat
 Larutan HCl pekat
 Serbuk KBr
 Larutan H2SO4

IV. PROSEDUR
1. Pembakuan
Larutan NaNO2
Dengan indikator luar
200 mg asam sulfanilat dilarutkan dalam 30 ml air dan 10 tetes NH 4OH pekat. Kemudian
ditambah 2 ml HCl pekat dan 1 gram KBr lalu didinginkan dalam tangan es sehingga suhu
larutan titrasi di bawah 15oC, titrasi dengan larutan NaNO2 0,1M. Jika titik akhir titrasi
diapai, dicelupkan batanng pengaduk kaca yang berujung rucing ke dalam larutan
kemudian digoreskan pada pasta – KI di atas lempeng tetes. Warna biru harus muncul
seketika. Dihitung normalitas larutan NaNO2.

2. Penetapan kadar
 Kapsul kloramphenikol
Timbang serbuk 500 mg zat, dimasukan ke labu erlenmeyer. Ditambah kedalamnnya 20
ml HCl pekat dan 5 gram bubuk seng (Zn) sedikit demi sedikit sambil digoyang.
Kemudian ditambah 15 ml HCL pekat dan dibiarkan selama 1 jam sambil diaduk. Saring
dan cuci residu dengan 3 x 5 ml air, campur dengan filtrat. Dinginkan sampai suhu 15 oC.
Titrasi dengan larutan NaNO2 (yang telah dibakukan) menggunakan indikator luar.
1 ml NaNO2 setara dengan 32,31 mg kloramfenikol base

 Serbuk parasetamol
Timbang dan serbukan 10 tablet parasetamol. Timbang sebuk setara dengan 300 mg zat.
Tambah 30 ml H2SO4 10% kemudian refluk selama 1 jam. Dinginkan kemudian ditambah
10 ml HCl 1 N dan dinginkan dalam tangan es. Titrasi dengan larutan NaNO 2 0,1 N
dengan indikator luar pasta kanji – KI.
1 ml larutan NaNO2 0,1 M setara dengan 15,116 mg parasetamol

 Serbuk INH
Serbukan 20 tablet INH. Timbang setara dengan 100 mg zat, dimasukan ke labu titrasi.
Kemudian dilarutkan dalam 10 ml HCl 1N dan ditambahkan 1 gram KBr. Kemudian
didinginkan hingga 15oC dan dititrasi dengan larutan NaNO2 0,1 M dengan menggunakan
indikator luar atau dalam.
1 ml larutan NaNO2 setara dengan 13,71 mg INH

V. PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Data pengamatan

 Pembakuan larutan NaNO2 dengan indikator luar


Data 1 Data 2 Data 3
(sampel (sampel (sampel
klorampheniko Paracetamol INH)
l) )
volume akhir titrasi 3 ml 1 ml 2,5 ml
Mortalitas 0.093 M 0,289 M 0,1156 M

 Penetapan kadar
Zat Berkhasiat Bentuk Sediaan Kadar Berkhasiat dalam
Sampel
Kloramphenikol Serbuk 45,08 %
Paracetamol Serbuk 45,25 %
Serbuk INH serbuk 31,68 %
Perhitungan
 Pembakuan

H2N SO3H + NANO2 +HCL Cl N≡N


Dibuat seperempat prosedur
Data 1
0,050 g asam sulfanilat + 7,5 ml air + 2,5 tetes NH4OH pekat + 0,5 ml HCl pekat + 250 mg
KBr
NaNO2 yang dibutuhkan untuk titrasi = 3 ml = 3 x 10-3 L
Mol as. sulfanilat = gram/Mr = 50 mg/173,2 = 0,28 mmol
Mol NaNO2 = 1/1 x 0,28 mmol = 0,28 mmol = 0,00028 mol
M NaNO2 = mol / L = 0,000289 / 0,003 = 0,093 M

Data 2
0,0501 g asam sulfanilat + 7,5 ml air + 2,5 tetes NH4OH pekat + 0,5 ml HCl pekat + 250
mg KBr
NaNO2 yang dibutuhkan untuk titrasi = 1 ml = 1 x 10-3 L
Mol as. sulfanilat = gram/Mr = 0,0501 / 173,2 = 2,89 x 10-4 mol
Mol NaNO2 = 1/1 x 2,89 x 10-4 mol = 2,89 x 10-4 mol
M NaNO2 = mol / L = 2,89 x 10-4 / 1 x 10-3 = 0,289 M

Data 3
50 mg asam sulfanilat + 7,5 ml air + 2,5 tetes NH4OH pekat + 0,5 ml HCl pekat + 250 mg
KBr
NaNO2 yang dibutuhkan untuk titrasi (data 2) = 2,5 ml = 2,5 x 10-3 L
Mol as. sulfanilat = gram/Mr = 50 mg/173,2 = 0,289 mmol
Mol NaNO2 = 1/1 x 0,289 mmol = 0,289 mmol = 0,000289 mol
M NaNO2 = mol / L = 0,000289 / 0,0025 = 0,1156 M

 Penetapan kadar
Kloramfenikol
Dibuat seperempat prosedur
m = 100 mg , v HCl pekat (1) = 5 ml
m Zn = 1,25 gram
v HCl pekat (2) = 3,75 ml
v akhir titrasi = 1,5 ml
1 ml NaNO2 0,1 M ≈ 32,31 mg kloramfenikol base
1 ml NaNO2 0,093 ≈ (0,093 x 32,31)/0,1 = 30,05 mg kloramfenikol
1,5 ml NaNO2 0,093 ≈ 30,05 x 1,5 = 45,08 mg kloramfenikol

Kadar berkhasiat dalam sampel


% = (45,08 /100) x 100 % = 45,08 %

Parasetamol
Dibuat seperempat prosedur
m = 0,1062 g , v H2SO4 10% = 7,5 ml
v HCl 0,1 N = 2,5 ml
v akhir titrasi = 1,1 ml

1 ml NaNO2 0,1 M ≈ 15,116 mg parasetamol


1 ml NaNO2 0,289 ≈ (0,289 x 15,116)/0,1 = 43,685 mg parasetamol
1,1 ml NaNO2 0,289 ≈ 43,689 x 1,1 = 48,053 mg parasetamol

Kadar berkhasiat dalam sampel


% = (48,053 /106,2) x 100 % = 45,25 %

INH
m = 100 mg , v HCl 0,1 N = 10 ml
m KBr = 1 gram, v akhir titrasi = 2 ml
1 ml NaNO2 0,1 M ≈ 13,71 mg INH
1 ml NaNO2 0,1156 ≈ (0,1156 x 13,71)/0,1 = 15,842 mg parasetamol
2 ml NaNO2 0,289 ≈ 15,842 x 2 = 31,68 mg parasetamol

Kadar berkhasiat dalam sampel


% = (31,68 /100) x 100 % = 31,68 %
VI. PEMBAHASAN
Pada penentuan kadar zat aktif menggunakan titrasi nitritometri, reaksi diazotasi
biasanya dilakukan pada senyawa yang memiliki gugus aromatis-bebas. Reaksi diazotasi
didasarkan pada pebentukan garam-garam diazonium yang terbentuk dari reaksi asam nitrit
dengan amin aromatik bebas.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar kloramfenikol, parasetamol dan
isoniazid dengan menggunakan metode nitritometri. Titran yang digunakan adalah NaNO 2
yang telah dibakukan (± 0,1 N) kemudian direaksikan dengan HCl sehingga membentuk
asam nitrit (HNO2). Titrasi dilakukan di bawah suhu 15C karena garam diazonium tidak
stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium.
Kemudian, digunakan indikator luar yakni kanji iodida. Pada kanji iodida akan terjadi
perubahan warna menjadi biru seketika karena iodida diubah menjadi iodium ketika bertemu
dengan kanji. HNO2 akan bereaksi dengan sampel dan akan membentuk garam diazonium,
namun tidak semua HNO2 itu akan bereaksi dengan sampel. Ketika larutan digoreskan pada
kertas, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi iodida mejadi iodium dan
dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru segera.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah parasetamol, kloramphenikol dan
INH. Pada sampel kloramphenikol, dibuat seperempat prosedur dengan melarutkan zat pada
HCl pekat, kemudian diberi seng untuk mereduksi kloramphenikol yang memiliki gugus
amin sekunder menjadi gugus amin primer. Kemudian ditambahkan lagi HCl pekat 3,75 ml.
Larutan dibiarkan selama 1 jam untuk memastikan ada atau tidaknya endapan. Jika terjadi
endapan, kemudian disaring. Residu dicuci kemudian dicampur dengan filtrat dan kemudian
larutan didinginkan hingga suhu di bawah 15C. Selanjutnya larutan dititrasi dengan NaNO2
yang telah dibakukan. Titik akhir titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru segera ketika
larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan adalah 45,08 %.
Pada sampel parasetamol, prosedur juga dibuat seperempatnya. Paracetamol sebanyak
106 mg ditambahkan dengan H2SO4 10% sebanyak 7,5 ml sebagai bahan untuk
menghidrolisa gugus amin sekunder menjadi gugus amin primer. Kemudian direfluks selama
1 jam dan ditambahkan HCl encer. Setelah itu, dinginkan ingát suhu di bawah 15C.
selanjutnya dtirasi dengan NaNO2 yang telah dibakukan. Titik akhr titrasi ketika terbentuk
warna biru segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan
adalah 45,25 %.
Pada sampel isoniazid, isoniazid 100 mg ditambahkan dengan KBr dan HCl encer.
KBr berfungsi untuk mempercepat reaksi (katalisator). Pada Isoniazid, tidak perlu direduksi
dan dihidrolisis lagi karena sudah berupa amin prmer. Kemudian larutan didinginkan hingga
suhu di bawah 15C. Selanjutnya larutan dititrasi dengan NaNO2 yang telah dibakukan.
Titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji
iodida. Kadar yang didapatkan adalah 31,68%.
Dalam praktikum ini, hasil normalitas dari proses pembakuan berbeda-beda dari
setiap orangnya meskipun larutannya sama. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan dalam
pengamatan, atau terdapat pengotor-pengotor pada alat-alatnya sehingga perbedaan
pembakuan dapat mempengaruhi hasil dari perhitungan kadar zat uji.
VII. KESIMPULAN
1. Kadar yang diperoleh pada titrasi nitritometri adalah:
a. Kloramphenikol : 45,08 %
b. Parsetamol : 45,25 %
c. INH : 31,68 %
2. Perbedaan normalitas hasil pembakuan dapat terjadi akibat perbedaan dalam
pengamatan pada setiap orangnya yang dapat mempengaruhi hasil akhir kadar
yang dihitung.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim1.2011.”Nitrimetri”. diakses dar http://blogkita.info/nitrimetri/#


Day R.A jr & A.L Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Anonim2. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI :
Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI

TITRASI NITRITOMETRI

Disusun oleh
Marina Chaerianisa
10060308096

Shift 1
Kelompok D

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2011

Anda mungkin juga menyukai