I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan yang ingin dicapai dari percobaan sirip ini adalah :
- Mengetahui fenomena distribusi temperatur pada sirip silinder horisontal.
- Mengetahui sejauh mana keakuratan perhitungan dengan metoda analitik
dapat dicapai.
- Mengetahui kehandalan sirip sebagai alat pembuang panas.
Kasus 3
Tx T cosh m( L x)
(3)
Ts T cosh(mL)
Kasus 2
q P.h. A.k (Ts T )
(5)
Kasus 3
q P.h. A.k (Ts T ) tanh(mL)
(6)
g . (Tw T )d 3
Gr
2
dimana : g = gaya gravitasi
= koefisien muai volume = 1/Tf
d = diameter sirip
= viskositas kinematika (merupakan sifat fisik
fluida)
o Angka Nusselt, Nu
Morgan :
Nu C.(Gr. Pr) m
Pr
dimana ∆Pn = beda tekanan antara tekanan udara lingkungan dengan tekanan
udara statik di leher nosel [mm H2O].
2.Pn m
un Cd , dengan ∆Pn dalam N/m2.
s
o Bilangan Reynold, Re
v.d
Re
dimana : v = kecepatan fluida yang mengalir
= viskositas kinematik fluida (udara)
o Bilangan Nusselt, Nu
Hilpert
1
Nu C. Re n Pr 3
dengan konstanta C dan n :
Re C N
0,4 - 4 0,989 0,330
4 - 40 0,911 0,385
40 - 4000 0,683 0,466
4000 – 40.000 0,193 0,618
untuk 40 < Re < 105 ; 0,25 5,2
w
Semua sifat dievaluasi pada suhu udara bebas kecuali w pada suhu dinding.
10 11 12 13 14 15 16
x : 0 7 14 21 28 31 32
1 2 3 4 5 6 7 8 9
a. Konveksi Bebas
T 30,2 o C 303,2 K
b. Konveksi Paksa
Pn 10 0,005mmH 2 O
Tdb = To = 30,2 oC = 303,2 K
Twb = 29,2 oC = 302,2 K
Po = 68,7 cmHg = 90,395 x 104 N/m2
V. PERHITUNGAN & ANALISIS
a. Konveksi Bebas
Kasus 1 :
360 333 320 311,6 311,3 311,2
Tw 324,5167 K
6
TL T16 311,2 K
T Tw 303,2 324,5167
TF 313,858K
2 2
T TL 303,2 311,2
TFL 307,2 K
2 2
1T 3,186 x10 K
3 1
L 1 3,255 x10 3 K 1
TFL
Dengan interpolasi dari tabel A-4 (Ref.1) didapatkan:
g. .(Tw T ) d 3
Dengan rumus: Gr
2
diperoleh : Gr = 544,5
GrL = 225,95
Mencari Bil. Nusselt dan harga h (koef.konveksi) :
-Berdasarkan Morgan : GrPr = (544,5)(0,7042) = 383,43
sehingga harga C = 0,850 dan m = 0,188
Numorgan = 0,85.(383,43)0,188 = 2,6011
Nu.k 2,6011 .27,3.10 3
hmorgan 11,3721W 2
d 6,25.10 3 m K
Nu.k 2,092.27,3.10 3
hchu 9,147W 2
d 6,25.10 3 m K
0.518.(159,519)1 / 4
Nu L ,chu 0,36 1,7515
1 (0559 / 0,706)
9 / 16 4 / 9
Nu L .k 1,7515.26,8.10 3
hL ,chu 7,52 W 2
d 6,25.10 3 m K
hchu .P 9,147.0,0196
mchu 7,0835
k sirip . A 116,67.0,00003068
Dari pers (1), maka distribusi temperatur yang terjadi adalah sebagai berikut :
Titik Posisi Morgan Churchill Percobaan
T T
(cm) T (K) T (K) T (K) T (Celsius)
(Celsius) (Celsius)
10 0 360 87 360 87 360 87
11 0.07 336.2871 63.28712 338.4068 65.40681 333 60
12 0.14 322.9482 49.94816 325.6485 52.64847 320 47
13 0.21 315.8009 42.80093 318.5234 45.52338
14 0.28 312.6045 39.6045 315.2436 42.24358 311.6 38.6
15 0.31 312.1614 39.16141 314.7832 41.78323 311.3 38.3
16 0.32 312.1264 39.12644 314.7468 41.7468 311.2 38.2
370
360
350
Temperatur (K)
340 Morgan
churcil n chu
330
Percobaan
320
310
300
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak ke Referensi (cm)
Kasus 3
350,1 342,7 335,4 331 330,5 330,1 333 343
Tw 336,975K
8
T Tw 303,2 336,975
TF 320,0875K
2 2
1T 3,124 x10 K
3 1
g. .(Tw T ) d 3
Dengan rumus: Gr
2
diperoleh : Gr = 787,777
Mencari Bil. Nusselt dan harga h (koef.konveksi) :
-Berdasarkan Morgan : GrPr = (787,777)(0,70505) = 555,43
sehingga harga C = 0,850 dan m = 0,188
Numorgan = 0,85.(555,43)0,188 = 2,7887
Nu.k 2,7887.27,79.10 3
hmorgan 12,3983W 2
d 6,25.10 3 m K
Nu.k 2,2606.27,79.10 3
hchu 10,0502W 2
d 6,25.10 3 m K
hchu .P 10,0502.0,0196
mchu 7,3146
k sirip . A 120,2184.0,00003068
Tx T cosh m( L x)
… (3)
Ts T cosh mL
Dari pers (3), maka distribusi temperatur yang terjadi adalah sebagai berikut :
355
350
345
Temperatur (K)
340 Morgan
335
Churcil n Chu
330
325 Percobaan
320
315
310
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak dari ref (cm)
po 9,0395x10 4 N 2
o m 1,0388 kg 3
R.To 287 Nm (303,2 K ) m
kg.K
2.Pn
un Cd 4,3224 m
o s
An 0,1662 x10 2
V un 4,3224 0,0716 m
Aru 0,100264 s
Kasus 1 :
T 303,2 K
V .d
Re 26,4
Mencari bilangan Nusselt, Nu dan koef.konveksi, h
-Hilpert : Re = 26,4 maka digunakan C = 0,911 dan n = 0,385
1
Nu C. Re Pr n 3 , diperoleh : Nu = 2,8584
Nu.k
Dengan rumus : h , diperoleh h = 12,4 W/m2.K
d
-Eckert dan Drake:
Nu (0,43 0,50. Re 0 ,5 ). Pr 0, 38 2,6253
Nu.k
h 11,385W 2
d m .K
-Churchill dan Bernstein :
tidak dapat dievaluasi karena harga Re < 102
-Whitaker :
= 1.86.10-5
w = 1.95.10-5
1/ 4
Nu whita ker 0,4 Re 0 ,5
0,06 Re 2/3
Pr 0, 4
w 2,221298
Nu.k
h 9,633W 2
d m .K
Dari pers (3), maka distribusi temperatur yang terjadi adalah sebagai berikut :
Titik Posisi Hilpert Eckert&Drake Whitaker Percobaan
(cm) T (K) T (C) T (K) T (C) T (K) T (C) T (K) T (C)
10 0 350.99 77.99 351.160 78.160 351.47 78.479 355 82
11 0.07 330.54 57.54 331.353 58.353 332.92 59.922 325.1 52.1
12 0.14 319.21 46.21 320.139 47.139 322.01 49.013 313.1 40.1
13 0.21 313.21 40.21 314.096 41.096 315.94 42.944
14 0.28 310.55 37.55 311.379 38.379 313.155 40.1555 306.3 33.3
15 0.31 310.18 37.18 310.999 37.999 312.762 39.7619 305.9 32.9
16 0.32 310.15 37.15 310.968 37.968 312.73 39.7297 305.8 32.8
360
350
Hilpert
Temperatur (K)
340
Eckert&Drake
330
Whitaker
320
Percobaan
310
300
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak dari referensi (cm)
Kasus 3 :
T 303,2 K
V .d
Re 25,42
Mencari bilangan Nusselt, Nu dan koef.konveksi, h
-Hilpert : Re = 25,2 maka digunakan C = 0,911 dan n = 0,385
1
Nu C. Re Pr
n 3 , diperoleh : Nu = 2,85724
Nu.k
Dengan rumus : h , diperoleh h = 12,6 W/m2.K
d
-Eckert dan Drake:
Nu (0,43 0,50. Re 0,5 ). Pr 0,38 2,58334
Nu.k
h 11,3954W 2
d m .K
-Churchill dan Bernstein :
tidak dapat dievaluasi karena harga Re < 102
-Whitaker :
= 1.86.10-5
w = 1.95.10-5
1/ 4
Nu whita ker 0,4 Re 0 ,5
0,06 Re 2/3
Pr 0, 4
w 2,17723
Nu.k
h 9,60405W 2
d m .K
Tx T cosh m( L x)
… (3)
Ts T cosh mL
Dari pers (3), maka distribusi temperatur yang terjadi adalah sebagai berikut :
370
360
Temperatur (K)
Hilpert
350
Eckert&Drake
340
Whitaker
330
Percobaan
320
310
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Jarak dari ref (cm)
ANALISIS
Hasil data distribusi temperatur yang diperoleh melalui pendekatan teoritis
terdapat sedikit perbedaan dengan data distribusi temperatur yang diperoleh
melalui percobaan. Hal ini disebabkan :
1. Sifat-sifat fisik yang dievaluasi pada temperatur film tidak mewakili
seluruh kondisi sistem, dikarenakan adanya penyederhanaan masalah.
2. Data-data tersebut diperoleh dengan mengunakan metode interpolasi
linear, yang sebanarnya hubungan temperatur dan sifat-sifat fisik tidak
linear..
3. Bahan sirip yaitu kuningan tidak sepenuhnya sama dengan bahan yang
ada di referensi.
4. Tidak diperhitungkannya kondisi radiasi dengan lingkungan.
5. Adanya pengaruh konduksi secara radial ataupun konduksi 3-dimensi.
6. Pada percobaan kasus 1 baik itu konveksi bebas dan konveksi paksa,
temperatur di posisi no 9 & 13 tidak terukur, hal ini dapat mempengaruhi
besar temperatur rata-rata yang tidak akurat sehingga mempengaruhi
ketidakakuratan pada data-data yang lain.
7. Diperlukannya waktu untuk perambatan panas, menyebabkan sulitnya
suatu titik menunjukkan temperatur yang stasioner.
8. Pada kasus 3 dimana sirip dipanaskan dari 2 sisi, temperatur pada sisi
yang satu berbeda dengan temperatur pada sisi yang satunya sehingga
memungkinkan masih ada panas yang mengalir dari satu sisi ke sisi
yang lain.
VI. KESIMPULAN
1. Bahwa perpindahan panas membutuhkan waktu untuk mencapai keadaan
steadi.
2. Hasil percobaan dibandingkan dengan perhitungan terdapat sedikit
perbedaan. Hal ini disebabkan banyak sekali penyederhanaan dalam
perhitungan dan juga kesalahan-kesalahan pada percobaan dan proses
perhitungan seperti yang telah diutarakan.
3. Sirip memperbesar laju perpindahan panas dari sistem ke fluida di
sekitarnya.
4. Adanya paksaan berupa fluida yang dialirkan akan meningkatkan koefisien
perpindahan panas (h).
VII. TUGAS
1. Pembuktian persamaan 1, 2, dan 3 (persamaan distribusi temperatur pada
masing – masing kasus).
Dengan penerapan hukum konservasi energi pada elemen kecil dari suatu
sirip diperoleh persamaan :
q x q x dx dq konv
d dT
dx dx
Penggunaan variabel Q menyederhanakan persamaan terakhir menjadi :
d 2
m 2 0
dx
hP
dengan m kA
2
Kondisi batas yang kedua ditetapkan di ujung fin (x = L), yaitu terjadi
perpindahan panas akibat konveksi pada ujung fin. Dengan balans energi
pada kontrol permukaan ujung fin, diperoleh persamaan :
dT
hAc [T ( L) T ] kAc
dx xL
atau
d
h ( L ) k
dx xL
h
T T cosh m( L x) mk sinh m( L x)
B TB T cosh mL h sinh mL
mk
Kasus 3
Diterapkan asumsi perpindahan panas akibat konveksi di ujung fin dapat
diabaikan, yaitu ujung fin dianggap adiabatik sehingga :
d
0
dx xL
Kasus 2
Dengan memperhatikan penyelesaian kasus 3, dapat diperoleh persamaan
untuk kasus dimana temperatur pada ujung fin telah ditentukan,
menghasilkan kondisi batas ( L) L . Sehingga penyelesaiannya menjadi:
L sinh mx sinh m( L x)
B
B sinh mL
Pada kasus 2 fin dianggap sangat panjang, L , maka L 0 .
Sehingga persamaan diatas menjadi solusi dari kasus 2, yaitu :
T T
e mx
B TB T
Kasus3
h =12,398
m = 8,124
Ts = 346,55K
L = 0,33 m
P = 0,0196 m
A = 0,00003068 m2
k sirip (Tw=336,975 K) =120,22 W/mK
q P.h. A.k (Ts T ) tanh( mL) 1,2857W
Efek radiasi
Kasus 1
4 4
q rad As (Ts Tsur ) = 0,21.0,00628.5,67*10-8(3604-303,24)
=0,624 W
Kasus 3
4 4
q rad As (Ts Tsur ) =0,21.0,00324.5,67.10-8(346,554-303,24)
= 0,23 W
Sehingga,
Kasus 1 qtot = 2,208 W ( qrad = 28,26 %)
Kasus 3 qtot = 1,451 W (qrad = 15,17 %)
5. Sirip sangat diperlukan jika diinginkan laju perpindahan panas yang sangat
tinggi, karena penggunaan sirip dapat meningkatkan laju perpindahan
panas dengan menambah luas penampang system. Misalnya : pada motor
bakar internal, sirip berfungsi menjaga temperatur mesin agar tidak
melebihi temperatur dimana pemuaian komponen-komponen mesin di luar
harga yang diizinkan.
6. Bahan yang baik sebagai sirip adalah bahan yang mudah dibentuk, ringan,
konduktivitas termal (k) besar, dan murah. Baja tidak baik sebagai sirip
karena mahal, berat, sulit untuk dibentuk (keluar ongkos machining) dan
harga k relatif kecil.
7. Peralatan yang sering menggunakan sirip antara lain :
- blok engine
- radiator mobil
- heat exchanger
- pendingin chip komputer