Proklamasi NII yang dicetuskan oleh DI menjadi bagian dari riwayat perjuangan rakyat
Indonesia melawan imperialisme Barat beserta anteknya. Betapa berat perjuangan DI, sejak lahir
selain dimusuhi oleh imperialisme Barat dan anteknya juga dimusuhi oleh gerakan kemerdekaan
Republik. Ketika Revolusi 1945 berakhir, sadar tidak sadar justru Republik melanjutkan program
imperialisme Barat menumpas DI dan gerakan Islamiyah lainnya hingga kini. Bahkan lebih
buruk lagi, sedikit banyak tercipta kerja sama antara Republik dan imperialis Barat. Gerakan
Islamiyah diberi berbagai istilah “seram” semisal “teroris”, “ekstrimis” dan “fundamentalis”.
Sejak Imam NII SM Kartosoewirjo tertangkap oleh musuh pada tanggal 4 Juni 1962 di Gunung
Geber, Majalaya, Jawa Barat, dan sebagian besar staf NII pada menyerah kepada pihak Soekarno
pada tanggal 1 Agustus 1962.
Setelah Imam NII SM Kartosoewirjo tertangkap 4 Juni 1962, perlu diangkat Imam NII baru.
Karena Anggota Komandemen Tertinggi (AKT) dan Kepala Staf Umum (KSU) sudah gugur dan
yang lainnya telah meninggalkan tugasnya atau menyerah, maka yang tinggal Kuasa Usaha
Komandemen Tertinggi (KUKT). Dimana satu-satunya Kuasa Usaha Komandemen Tertinggi
(KUKT), yaitu Abdul Fattah Wirananggapati.
Adapun Abdul Fattah Wirananggapati yaitu yang dibai'at langsung oleh Imam awal SM
Kartosoewirjo. Sekembali Abdul Fattah Wirananggapati dari membai'at Teungku Muhammad
Daud Beureueh pada tanggal 20 september 1953 sebagai Panglima TII Divisi V-Tjik Di Tiro,
ketika pulang, di Jakarta, Abdul Fattah Wirananggapati tertawan TNI dan diasingkan ke
Nusakambangan. Ketika Soekarno mengeluarkan amnesti abolisi tahun 1961, Abdul Fattah
Wirananggapati dibebaskan pada tahun 1963.
Tetapi Pemerintah NKRI kembali menangkap Abdul Fatah Wirananggapati tahun 1975
kemudian dipenjarakan di Bandung. Abdul Fatah Wirananggapati dipenjara dari tahun 1975
sampai tahun 1983.
Awal Mula NII KW IX
Namun salah Seorang staf NII bernama Adah Djaelani Tirtapradja yang membaiat diri menjadi
Imam NII bersama Danu Mohamad Hasan, dan Ateng Djaelani Setiawan, yang mana mereka
bertiga telah menyerah dan berikrar kepada pihak Soekarno pada 1 Agustus 1962, kemudian
melakukan pembentukan NII dan membaiat seseorang bernama Abu Toto alias Panji Gumilang.
Adah Djaelani adalah boneka BAKIN (Ali Murtopo) yang disusupkan kedalam tubuh NII. Pada
saat itu Ali Murtopo menggunakan strategi pancing-jaring untuk menekan gerakan-gerakan
Islam.
Di mata para tokoh NII lainnya, Adah Djaelani merupakan seorang penghianat.
Keberadaan NII ini ditolak keras keterkaitannya dengan NII Kartosoewirjo, apalagi format
gerakan dan ajaran/faham keagamaan yang dikembangkan jauh menyimpang dari garis NII.
Sejumlah mantan aktivis gerakan ini menyebutnya dengan NII KW IX.
Tags: nii
Prev: Berhati-hatilah dengan kelompok yang mengatasnamakan Negara Islam Indonesia
Next: NII > Kesesatan KW9 > Berbagai Istilah Eksplorasi Dana Jama’ah