Anda di halaman 1dari 15

HILAL SEBAGAI ACUAN

PENETAPAN AWAL BULAN

Moedji Raharto
Kelompok Keahlian Astronomi – Observatorium Bosscha
FMIPA ITB, Staf Pengajar Prodi Astronomi – FMIPA ITB,
Anggota Dewan Pakar MUI Kota Bandung
moedji@as.itb.ac.id, tlp 085221088854 atau 022-2787635
Bulan Sabit sbg Tanda – Tanda
Waktu Ibadah
• Yas aluunaka’anil ahilah(ti), qul hiya
mawaaqiitu linnaasi walhajj(i) …
• [ Mereka bertanya kepadamu tentang Bulan
sabit. Katakanlah: Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan (ibadah
Hajji) … QS Al Baqarah ayat 189 ].
Aturan Bahwa bulan Ramadhan atau bulan
Islam lainnya terdiri 29 hari atau 30 hari
• La tashuumuu hatta tara wu lhilala awu tukmiluul ‘iddata wa
la tufthiruu hatta tara wu lhilalla ‘au tukmiluu l’iddata
• [ Janganlah kalian shiyam (berpuasa) hingga melihat Hilal
(awal bulan Ramadhan) atau kalian sempurnakan jumlah
bilangan bulan (Sya’ban) dan janganlah kalian berbuka
(mengakhiri shiyam) hingga kalian melihat hilal (awal
Syawal) atau kalian sempurnakan jumlah bulan
(Ramadhan) ]. (Hadist riwayat Muslim). [ panjang
pendeknya bulan ditentukan oleh Hilal ]
Aturan penetapan awal Ramadhan atau awal
bulan Syawal terdiri 29 hari atau 30 hari
• Shuumuu liru’yatihi wa afthiruu liru’yatihi wa
inghumma ‚alayikum faa’kmiluu ‚iddata sya’baana
tsalatsiina
• [ Berpuasalah karena melihat Hilal (awal
Ramadhan) dan berbukalah (berlebaran, ber Idul
Fitri) bila kamu melihat Hilal (awal Syawal). Bila
Hilal (awal Ramadhan) tertutup awan
sempurnakanlah jumlah hari dalam bulan Sya’ban
menjadi 30 (tiga puluh) hari]. Hadist riwayat Muslim.
Hilal sebagai acuan
penetapan awal Bulan Islam
• Berdasarkan ayat al Qur’an dan al Hadist sudah
sangat jelas bagi umat Islam di seluruh dunia
bahwa awal bulan Islam (awal Ramadhan, awal
Syawal dan awal Dzulhijjah) ditetapkan
berdasarkan hilal.
• Tradisi umat Islam merukyat hilal dari dulu hingga
sekarang memperkuat bahwa hilal yang dimaksud
adalah fisik hilal yaitu sabit bulan yang masih tipis
tapi harus memenuhi ukuran sehingga bisa dilihat
dengan mata bugil manusia.
Realitas Hilal di mata umat Islam
• Pernahkan diantara kita melihal hilal? Mayoritas umat Islam
tidak pernah melihat hilal, walaupun usia rata – rata
mencapai 60 tahun. Mengapa ?
• Karena untuk melihat hilal perlu perencanaan waktu yang
tepat, memilih lokasi pengamatan dan arah langit yang
umumnya harus lapang di sekitar lokasi Matahari
terbenam.
• Fase yang paling sering mungkin fase bulan Kuartir
Pertama, karena sore hari Bulan berada di dekat zenit atau
fase bulan Purnama karena sepanjang malam Bulan akan
berada di atas horizon dan obyeknya paling terang di langit.
Bilangan tahun dan Perhitungan waktu
• Huwal ladzi ja’alasy syamsa dhiyaa-anwal qamara nuuran-
waqaddarahuu manaazila lita’lamuu’adadas sinnina hisaab(a) …
• [ Dialah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan bercahaya,
dan Dia menetapkan tempat – tempat beredarnya, agar kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)… QS Yunus:
5 ].
• Wal qamara qaddarnaahu manaazila hattaa’aada kal’urjunil qadiim
• [ Dan telah kami tetapkan bagi Bulan akan tempat-tempat(nya),
sehingga (sampai ke tempat terakhir) ia kembali lagi seperti tandan
yang tua (seperti sabit) QS Yaa Siin: 39].
Ada Keteraturan
• Ada keteraturan yang perlu difahami atas
kehadiran Hilal tiap bulan. [ pengamatan
dan teoritis ]
• Keteraturan itu memungkinkan untuk
menggunakan Hilal sebagai sistem
penanggalan bulan atau sistem qamariah
seperti kalendar Hijriah.
Hilal bagian dari fase – fase Bulan
• Jelas bahwa umat Islam dapat memanfaatkan keteraturan peredaran
Bulan mengelilingi Bumi dan peredaran Bumi mengelilingi Matahari
untuk keperluan perhitungan waktu, perhitungan kalendar.
• QS Yaa Siin ayat 39 memperlihatkan bahwa hilal merupakan bagian
fase – fase Bulan. Ada fase bulan mati atau ijtimak, fase bulan
purnama, fase bulan kuartir pertama ( bulan separuh pada sore hari),
fase bulan kuartir terakhir (bulan separuh dan nampak pagi hari,
berada pada dekat meridian ketika Matahari terbit pagi hari).
• Hilal merupakan bagian dari fase Bulan, sosok penampakan fisik hilal
ditentukan oleh kedudukan Bumi, Bulan dan Matahari. Fase bulan
purnama, kedudukan (bujur ekliptika) Matahari dan Bulan terpisah
sebesar 180 derajat, fase bulan Mati atau ijtimak kedudukan (bujur
ekliptika) Matahari dan Bulan terpisah sebesar 0 derajat.
Hisab dan Rukyat satu kesatuan
• Hisab bukan menyulap angka – angka, tapi
menggunakan model perhitungan menggunakan
sunnatullah dalam bentuk hukum gravitasi Newton,
hukum Kepler, menggunakan metode matematika
dsb. dan hasil prediksinya diperiksa melalui
pengamatan posisi Bulan, posisi Matahari yang
diamati melalui teleskop. Jadi Hisab dan Rukyat
jangan dipertentangkan satu dengan lainnya, dalam
ilmu pengetahuan astronomi keduanya tidak bisa
hidup sendiri, dua sisi dalam sebuah mata uang.
Bisakah Rukyat tanpa pengetahuan
Hisab ?
• Bayangkan bila menggunakan Rukyat saja tanpa Hisab, andaikan
mendung terus menjelang akhir Ramadhan, rukyat hilal awal Syawal
juga tidak terarah waktu dan lokasinya di langit.
• Untuk mengetahui waktu dan lokasi di langit perlu panduan hisab.
Sukar dibayangkan untuk mendapatkan hilal awal bulan yang
dimaksud dengan al Qur’an dan al Hadits tanpa menggunakan Hisab -
Rukyat.
• Hisab – Rukyat merupakan tahapan – tahapan untuk
menyempurnakan pemilihan atau penetapan waktu ibadah kita yang
lebih presisi, lebih tepat dan lebih tertib.
• Perlu ada kepastian tentang defenisi fisik hilal yang akan
dipergunakan walaupun belum sangat sempurna, ada dasar hukum al
Qur’an, ada dasar al Hadist dan ada ilmu pengetahuan tentang hilal.
Regularitas kehadiran Hilal
• Hilal merupakan bagian dari fase – fase bulan,
pembentukan sabit bulan yang tipis setelah ijtimak dan
masih bisa diamati oleh mata manusia. Kehadiran Bulan
sebagai satelit alam yang mengorbit Bumi selama 27.3 hari
(periode sideris) dan planet Bumi mengelilingi Matahari
selama 365.256 hari, menyebabkan setiap 29 atau 30 hari
pasti ada hilal, sebuah sabit bulan yang tipis dan memenuhi
sebuah ukuran yang bisa dilihat oleh mata bugil manusia.
Rata-rata periode sinodis Bulan 29.5305 hari.
Siklus Metonik, siklus 19 tahun
(syamsiah)
• Setahun masehi/syamsiah bisa terdapat 12 hilal atau 13
hilal, dalam 19 tahun masehi/syamsiah terdapat 235 hilal
( 7 tahun dengan 13 hilal dan 12 tahun dengan 12 hilal).
Diantara hilal-hilal itu ada hilal awal Ramadhan, hilal awal
Syawal dan hilal awal Dzulhijjah. Dalam 19 tahun tersebut
juga berlangsung 235 kali ijtimak atau konjungsi atau masa
bulan mati, 235 kali masa bulan purnama, 235 kali masa
bulan separuh nampak di sore hari atau dipagi hari. Periode
235 kali lunasi itu dikenal dengan periode Meton. Kini umat
Islam bersiap membicarakan hilal awal Syawal 1427 H,
hilal putaran ke 17121 sejak 1 Muharram 1 H.
Siklus Meton
• Keajaibannya setiap 19 tahun 7 bulan Hijriah atau dalam selang
waktu 19 tahun syamsiah masa konjungsi Bulan atau masa bulan
Purnama Bulan atau fase bulan yang lainnya akan berlangsung pada
sekitar tanggal yang sama atau hampir sama, bisa selisih 1 hari.
• Contoh : Ijtimak akhir Ramadhan 1427 H (Lunasi Islam 17121), akan
jatuh pada tanggal 22 Oktober 2006 pada hari Ahad jam 12:15 wib,
19 tahun yang lalu ijtimak akhir Safar 1408 H (LI 16886) bertepatan
dengan hari Jum’at tanggal 23 Oktober 1987 jam 00:28 wib, 19 tahun
yang akan datang ijtimak akhir Rabi’ ul akhir 1447 H (LI 17356)
akan bertepatan dengan hari Selasa tanggal 21 Oktober 2025 jam
19:25 wib.

Anda mungkin juga menyukai