Anda di halaman 1dari 23

Potret Pembangunan Perdesaan Saat Kini :

Peluang dan Tantangan


DESA
• Wilayah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal
usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
DESA
• Desa bukanlah bawahan kecamatan

• Desa bukan merupakan bagian dari


perangkat daerah

• Berbeda dengan kelurahan, desa memiliki


hak mengatur wilayahnya lebih luas.

• Namun, dalam perkembangannya, sebuah


desa dapat ditingkatkan statusnya
menjadi kelurahan
TIPE DESA
• DESA ADAT (SELF
GOVERNING COMMUNITY)

• DESA ADMINISTRATIF (LOCAL


STATE GOVERNMENT)

• DESA OTONOM (LOCAL SELF


GOVERNMENT)
Pandangan Kedudukan Desa
Kedudukan &
Azas Gambaran
Tipe
Desa hanya sebagai kesatuan
masyarakat (self governing community);
Rekognisi Otonomi asli atau otonomi bawaan, desa
Desa adat (pengakuan dan tidak menjalankan tugas administrasi
penghormatan) dari negara, desa memperoleh bantuan
dari negara.

Desa sebagai unit pemerintahan lokal


yang otonom (local self government)
Desa Otonom Desentralisasi seperti daerah, desa memperoleh ADD
dari APBN.
Desa sebagai unit administratif atau
Desa Delegasi (tugas kepanjangan tangan negara (local self
Administratif pembantuan) government).
Problematika
Saat ini ada problema integrasi antara Desa dan Adat
Desa Adat karena semangat penyeragaman oleh UU yang ada
Kondisi yang ada: Desa Otonom atau Desapraja (DO
Tingkat III) diposisikan subsistem pemerintah kabupaten,
sekaligus menerima limpahan kewenangan dan alokasi
Desa Otonom dana dari kabupaten.
Beberapa usulan yang sudah disepakati dari
Musrenbangdes di tingkat bawah terkadang tidak
terakomodasi di APBD, karena tidak jelas alokasi desa.
Roh otonomi dan demokrasi hilang. Desa Adat dihilangkan
dan ide Desa sebagai dihilangkan

Desa Proses kapitalisasi mudah terjadi.


Administratif Status tanah tidak menjadi milik rakyat dan menjadi
milik negara. Ketika investasi masuk ke desa, negara
dan investor tidak bernegosiasi lagi dengan Desa dan
masyarakat
Perkembangan Perundangan

• Masa Penjajahan Belanda


– Desa merupakan satu
kesatuan wilayah
berdasarkan adat istiadat
yang berkedaulatan
dalam wilayah
pemerintahan Hindia
Belanda
Perkembangan Perundangan
• Masa Penjajahan Jepang
– Kata “kedaulatan” dihilangkan

– Pengertiannya:
• Desa sebagai satu kesatuan wilayah
berdasarkan adat istiadat sebagai wilayah
administrasi pemerintahan Timur Raya

– Implikasi peraturan: dibentuknya Rukun


Tetangga (RT) sebagai bagian dari
pengawasan dan pengendalian dan
penggerakan paling bawah
Perkembangan Perundangan

• Masa Kemerdekaan
– Definisi desa kembali seperti masa penjajahan Belanda, hanya saja
kalimat “...dalam wilayah pemerintahan Hindia Belanda,” diganti
menjadi “....dalam wilayah pemerintahan Republik Indonesia.”

– Keberadaan RT seperti di masa Jepang dipertahankan

– Desa sebagai pemerintahan administratif ketiga setelah


pemerintahan kabupaten dan propinsi (UU No. 22 Tahun 1948 dan
UU No. 1 Tahun 1957)
Perkembangan Perundangan

• UU No 18 Tahun 1965

– Kedudukan desa tidak memiliki perubahan

– Tambahan:
• “....desa sebagai daerah yang memiliki kekuasaan
hukum, politik dan pemerintahan secara otonom.”
Perkembangan Perundangan
• UU No. 19 Tahun 1965

– Memperkuat proses demoktarisasi di desa, prinsip


kedaulatan, otonom dan adat istiadat

– Desa didefinisikan sebagai pemerintahan swapraja


yang mempunyai kelembagaan demokrasi
(eksekutif, legislatif dan mahkamah desa/ adat)

– Desa memiliki modal sendiri berupa tanah untuk


memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagai
insentif birokrat desa
Kajian Regulasi
• UUD 1945 Pasal 18 memberikan pengakuan dan
penghormatan terhadap kesatuan masyarakat hukum
adat.

• UUD 1945 membagi wilayah (desentralisasi teritorial) ke


dalam provinsi dan kabupaten/kota. UUD tidak eksplisit
menyuruh UU 32 meletakkan desa (atau nama lain)
dalam subsistem kabupaten/kota. Tetapi UU 32 justru
meletakkan desa dalam subistem kabupaten/kota.
Kajian Regulasi
• Pasal 2 ayat 1 UU No. 32/2004 berbunyi: “Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang
masing-masing mempunyai pemerintahan daerah”.

• Pasal 200 ayat 1 berbunyi: “Dalam pemerintahan daerah


kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari
pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa”.

• Secara teoretis tidak dibenarkan otonomi dalam otonomi atau


desa dalam kabupaten. Sebab yang mengakui (rekognisi) dan
memberikan (desentralisasi) adalah negara melalui
pemerintah nasional (pusat).
Kajian Regulasi
• Posisi desa ambivalen dan tidak jelas.
• UU 32 mempertegas “otonomi asli” sebagai prinsip
pemerintahan desa. “Otonomi asli” berarti identik
dengan kesatuan masyarakat hukum adat atau hanya
desa adat. Kalau desa adat berarti desa bukan unit
administratif atau satuan pemerintahan.
• Faktanya: Mengacu pada bentuk dan pengalaman desa-
desa di Jawa, UU juga menempatkan desa sebagai
satuan pemerintahan. Tetapi satuan pemerintahan yang
diberikan hanya “desa administratif” (the local state
government) seperti kelurahan sebagai SKPD
Kabupaten.
ISU-ISU
PEMBANGUNAN PERDESAAN

• Gagasan optional village


• Kewenangan Desa
• Perencanaan Desa
• Keuangan Desa
OPTIONAL VILLAGE
• Integrasi fungsi pemerintahan Desa ke pemerintahan
Adat
– Integrasi Desa dan Adat (integrated village) adalah bentuk Desa
Otonom (local self government) dengan tetap mengadopsi
semangat dan pola self governing community.
– Peleburan antara Desa Adat dan Desa Dinas menjadi sebuah
institusi yang batas-batas wilayah yang jelas
– Nomenklatur Desa disesuaikan dengan nomenklatur lokal
seperti nagari, pakraman, lembang, negeri dan lain-lain
– Tidak mengenal dualisme kepemimpinan, melainkan dipimpin
oleh seseorang eksekutif seperti Kepala Desa
OPTIONAL VILLAGE
• Integrasi masyarakat Adat dalam Desa.
– Nilai, institusi dan mekanisme yang dikenal masyarakat
Adat diakomodasi pemerintahan Desa

• Koeksitensi antara masyarakat Adat dengan Desa.


Desa dan masyarakat Adat saling berhubungan
dan memperkuat.
– Dalam konteks ini, Desa administratif menjalankan
kewenangannya tanpa harus meniadakan masyarakat
Adat
KEWENANGAN DESA
• Apa saja yang menjadi kewenangan desa?
• Ada beberapa model distribusi kewenangan berdasarkan
kedudukan desa:
1. Apabila desa diberi kedudukan sebagai komunitas yang mengatur
dirinya sendiri berdasarkan asal usul dan hak-hak tradisionalnya
maka kewenangan yang dimiliki oleh desa adalah kewenangan
asli berdasarkan asas Rekognisi
2. Apabila desa ditempatkan sebagai daerah otonom tingkat III maka
kewenangan desa adalah kewenangan yang “diserahkan” dari
pemerintah, sesuai dengan asas Desentralisasi
3. Apabila desa ditempatkan sebagai unit pemerintahan maka
kewenangan desa adalah kewenangan yang “didelegasikan” oleh
pemerintahan atasannya sesuai asas dekonsentrasi atau tugas
pembantuan.
pembantuan
PERENCANAAN DESA
ASPEK KEUANGAN
1. Sejauhmana desa diberikan kewenangan untuk memanfaatkan dan
mengelola sumberdaya ekonomi di wilayahnya
2. Bagaimana posisi Badan Usaha Milik Desa dalam peningkatan
keuangan desa
3. Bagaimana tata hubungan keuangan desa dengan pemerintah? Pola
transfer keuangan dari pemerintah kepada desa juga mengikuti
model kedudukan desa berbeda-beda.
a) Desa kesatuan masyarakat (pemerintahan komunitas)
memperoleh bantuan pemerintah terutama untuk mendukung
pengembangan masyarakat.
b) Desa sebagai kesatuan desa otonom akan memperoleh dana
alokasi desa secara nasional seperti halnya DAU yang diterima
oleh provinsi dan kabupaten/kota, serta memperoleh dana
bantuan yang menyertai penyerahan tugas-tugas pembantuan
c) Desa administratif memperoleh bantuan operasional, bantuan
pembangunan dan bantuan dalam tugas pembantuan.
PERENCANAAN DESA
• Dalam pengembangan wilayah:

1. Bagaimana posisi dan Akses desa dalam perencanaan


pembangunan dan tata ruang wilayah (kabupaten)?

2. Bagaimana posisi dan akses desa dalam pengembangan wilayah


perdesaan?

• Kerjasama antar desa dan desa dengan pihak ketiga


dalam pembangunan

1. Ruang lingkup dan prinsip dasar dalam kerjasama

2. Kelembagaan dan mekanisme kerjasama


KEUANGAN DESA
• Sumber Keuangan Desa:
– Sumber Lokal
– Sumber Pemerintah
– Sumber Pihak Ketiga

• Sumber Model Transfer Uang yang Masuk ke Desa:


– Investasi dari pemerintah
– Alokasi Dana Desa (ADD) yang dialokasikan dari APBN
– Akselarasi untuk mempercepat realisasi pembangunan
perdesaan
– Insentif terhadap kinerja Desa
MASUKAN

• Kedudukan Desa harus dipertegas lebih dulu


dalam struktur ketatanegaraan melalui konstitusi

• RUU Pembangunan Perdesaan disatukan


dengan RUU Pemerintahan Desa

• Kerjasama Antar Desa : Pengembangan OVOP


(One Village One Product)
Bangkit Bersama
Untuk
PERUBAHAN !

Anda mungkin juga menyukai