Chapter II

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN UMUM TRANSAKSl PERBANKAN

A. Pengertian Bank dan Transaksi Perbankan

1. Pengertian Bank.

Bank pertama didirikan di Indonesia oleh pemerintahan Hindia Belanda pada

tahun 1824 dengan nama Nederlandshe Handel Maatschappij (NHM) yang telah berubah

menjadi Bank Ekspor Impor Indonesia (BEII), sekarang sudah meleburkan diri menjadi

Bank Mandiri. Selanjutnya pada tahun 1827 pemerintah Hindia-Belanda juga mendirikan

Dejavasche Bank yang sekarang dikenal sebagai Bank Indonesia. 9

Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, untuk selanjutnya disebut dengan

Undang-undang Perbankan, pengertian bank diartikan sebagai badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian bank ini dinyatakan dalam Pasal 1

ayat (2) Undang-undang Perbankan.

Pengertian bank juga dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya yaitu:


a) Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart mendefinisikan: Bank adalah suatu badan yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya
sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan
memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
b) Somary berpendapat, bahwa, bank adalah suatu badan yang berfungsi sebagai
pengambil dan pemberi kredit, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 10

9
Widjanarto, 1993, Hukum dan Ketentuan Perbankan Indonesia, Grafiti, Jakarta, hal. 3.
10
“Pengertian dan Fungsi Bank”, www.e-dukasi.net, diakses tanggal 27 Oktober 2008

Universitas Sumatera Utara


Dari beberapa definisi bank yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa

bank merupakan tempat penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga

perantara dalam lalu lintas pembayaran, yang mempunyai kegiatan untuk menghimpun

dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit serta jasa-

jasa perbankan lainnya yang bertujuan untuk memperlancar lalu lintas pembayaran.

Dalam Undang-Undang Perbankan, diatur bahwa jasa yang dapat diberikan oleh

suatu bank haruslah sesuai dengan jenisnya. Bank tidak boleh menawarkan jasa-jasa

perbankan yang tidak sesuai dengan jenis banknya. Dengan demikian, jenis suatu bank

menentukan usaha jasa perbankan yang dapat diberikan kepada masyarakat, Di

dalam Undang-undang Perbankan, khususnya Pasal 3 dan Pasal 4, dijelaskan secara

umum fungsi bank di Indonesia yang berkaitan dengan tujuan perbankan itu sendiri,

yaitu:

1). Sebagai financial intermediary, dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat;

2). Sebagai agent of development yang bertujuan untuk menunjang

pembangunan nasional sebagai bagian dari tugas penyelenggara negara.

Dilihat dari kegiatan lembaganya, bentuk jasa perbankan dapat

dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Financial. Intermediary atau lembaga perantara keuangan, sebagai bentuk kegiatan


utamanya dan dari kegiatan ini bank mendapatkan bunga.
2. Delivery System, yaitu bentuk kegiatan bank di bidang administrasi dan layanan. Dari
kegiatan ini bank mendapatkan imbalan (fee). 11

11
Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Citra Aditya Bandung, hal.
287

Universitas Sumatera Utara


Kelembagaan bank ini ditata kembali dalam struktur yang lebih sederhana oleh

Undang-undang Perbankan, yaitu dengan membedakan bank menurut jenisnya menjadi 2

jenis, yaitu;

a. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Dengan demikian Bank Umum merupakan bank pencipta
uang giral.
b. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lain lintas pembayaran. Dengan kata lain Bank Perkreditan
Rakyat bukanlah pencipta uang giral. 12

Oleh karena itu, ada beberapa usaha jasa perbankan yang hanya dapat diberikan

oleh sebuah Bank Umum, tetapi tidak boleh diberikan oleh Bank Perkreditan Rakyat.

Misalnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dilarang menerima simpanan berupa

giro, dan ikut serta dalam lain lintas pembayaran, juga dilarang melakukan kegiatan

usaha dalam valuta asing. 13

Bank juga dapat dibagi berdasarkan kepemilikannya, yaitu:

1. Bank Umum Milik Negara, yaitu bank yang hanya dapat didirikan berdasarkan
Undang-undang.
2. Bank Umum Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dan menjalankan
usahanya setelah mendapat ijin dari Menteri Keuangan. Ketentuan Bank Umum
Swasta diatur dalam Pasal 16, 21, dan Pasal 22 Undang-undang Perbankan dan Surat
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1061/KMK00/1988.
3. Bank Campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersama-sama oleh satu/lebih bank
umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh WNI, dengan satu/lebih
bank yang berkedudukan di luar negeri. Ketentuan Bank Campuran diatur dalam
Pasal 17 Undang-undang Perbankan
4. Bank Pembangunan Daerah (BPD), yaitu bank milik pemerintah daerah. Berdasarkan
Pasal 54 Undang-undang Perbankan bentuk Bank Pembangunan Daerah akan
disesuaikan menjadi Bank Umum sesuai dengan Undang-undang Perbankan.

12
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal. 63
13
Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Citra Aditya Bandung, hal.
287

Universitas Sumatera Utara


Dikarenakan BPD hanya berlaku untuk jangka waktu satu tahun sejak berlakunya UU
Perbankan. 14

2. Pengertian Transaksi Perbankan.

Kata transaksi berasal dari bahasa Inggris yaitu transaction yang berarti

perjanjian. Dalam Black's Law Dictionary, kata transaction diartikan sebagai berikut:

”Any activity involving two or more persons” atau juga diartikan sebagai ”The act or

instance of conducting business or other dealings”, Sedangkan Kamus Besar Bahasa

Indonesia mengartikan transaksi sebagai pelunasan (pemberesan) pembayaran (seperti

dalam bank).

Jika dilihat dalam UU Perbankan sendiri, kata transaksi maupun istilah transaksi

perbankan tidak dapat ditemukan. Oleh karena itu, pengertian transaksi perbankan yang

digunakan penulis adalah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu pelunasan

(pemberesan) atau pembayaran yang dilakukan di suatu bank.

Di dalam UU Perbankan khususnya Pasal 6, dapat diketahui bahwa usaha-usaha

yang dapat dijalankan oleh Bank Umum sangat banyak sekali. Tidak hanya berupa

masalah pembayaran dan kredit saja, akan tetapi juga beberapa jasa-jasa di bidang

lainnya, seperti penitipan, surat berharga, pembiayaan dan kegiatan lainnya. Dengan

banyaknya usaha-usaha yang dapat dijalankan oleh suatu Bank Umum, maka pengertian

transaksi perbankan tidak hanya berkaitan dengan pelunasan atau pembayaran saja.

Tetapi merupakan pemberesan perjanjian antara nasabah dengan bank yang

bersangkutan. Perjanjian ini berkaitan dengan usaha kegiatan yang dikelola oleh suatu

bank.

14
Widjanarto, 1993, Hukum dan Ketentuan Perbankan Indonesia, Grafiti, Jakarta, hal. 47

Universitas Sumatera Utara


Menurut hemat penulis, istilah transaksi perbankan muncul karena perkembangan

dari jenis usaha kegiatan bank yang makin lama semakin berkembang. Jadi transaksi

perbankan hanya masalah yang berkaitan dengan pemakaian istilah saja dari jenis-jenis

usaha kegiatan bank menjadi istilah transaksi perbankan yang pada dasarnya punya

pengertian yang sama. Bank yang penulis maksud dalam penulisan hukum ini adalah

Bank Umum.

Bentuk dan jenis usaha kegiatan yang dapat dilakukan oleh suatu bank diatur

dalam Pasal 6 UU Perbankan, dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa bank tidak hanya

bergerak untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam

bentuk kredit, tetapi juga bisa menyediakan jasa layanan perbankan lainnya, seperti:

menerbitkan surat pengakuan hutang, kegiatan penitipan, surat berharga, anjak piutang

dan kegiatan lainnya sebagaimana telah diatur dalam UU Perbankan, dikarenakan

semakin majunya teknologi, maka jenis kegiatan bank juga semakin berkembang. Tidak

hanya terbatas pada yang sudah diatur dalam UU Perbankan khususnya Pasal 6, tetapi

juga berkembang dalam bentuk lain, seperti: internet banking, phone banking, ATM atau

yang lebih dikenal dengan perbankan elektronik.

Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwa istilah transaksi perbankan

merupakan sebutan lain dari kegiatan usaha bank. Maka untuk selanjutnya penulis akan

menggunakan istilah transaksi perbankan.

B. Jenis-Jenis Transaksi Perbankan

Dari sekian banyak transaksi perbankan yang ada, di dalam penulisan hukum ini,

penulis hanya akan menjelaskan beberapa diantaranya yang menurut penulis mempunyai

Universitas Sumatera Utara


kaitan yang sangat erat dengan penerapan prinsip mengenal nasabah (know your

customer principles), yaitu:

1. Penghimpun Dana.

Untuk dapat menjalankan usahanya sudah pasti bank membutuhkan dana. Sumber

dana dari suatu bank dapat berasal dari bank itu sendiri, yaitu berasal dari para pemegang

sahamnya. Hal ini dikarenakan bank merupakan bentuk dari suatu Perseroan Terbatas

(PT). Selain dana yang berasal dari para pemegang saham, bank juga memperoleh dana

dari masyarakat, yaitu melalui jasa-jasa bank yang ditawarkan oleh bank kepada

masyarakat dengan tujuan untuk menghimpun dana dari masyarakat.

Dalam kegiatan penghimpun dana, bank biasanya memberikan berbagai tawaran

yang menarik, baik itu berupa hadiah, kemudahan transaksi dan khususnya bunga yang

tinggi untuk jenis tabungan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan minat masyarakat agar

menanamkan dananya di bank. Dengan banyaknya dana masyarakat yang ditanamkan

pada bank yang bersangkutan, maka akan semakin banyak keuntungan yang akan

diperoleh oleh bank. Dana masyarakat inilah yang akan digunakan oleh bank untuk

mendukung terlaksananya kegiatan transaksi perbankan yang dilakukan pada suatu bank.

Oleh karena itu, bank terkadang seakan-akan memperlonggar ketentuan yang sudah ada

hanya untuk mendapatkan dana dari masyarakat.

Beberapa transaksi perbankan yang termasuk dalam kegiatan penghimpun dana adalah:

1.1 Simpanan Giro.

Giro merupakan suatu produk usaha jasa perbankan dalam rangka menghimpun

dana dari masyarakat. Giro juga sering disebut dengan rekening koran yang uangnya

dapat diambil kapan saja. Membicarakan masalah giro tentunya tidak dapat dipisahkan

dengan bilyet giro, masyarakat awam pada umumnya sering menganggap sama antara

Universitas Sumatera Utara


giro dengan bilyet giro, yang kedua hal ini sama sekali memiliki pengertian yang

berbeda. Oleh karena itu, terlebih dahulu kita akan membahas apa yang dimaksud dengan

giro, bilyet giro dan hal-hal lainnya yang terkait dengan rekening giro.

Ada tiga hal penting yang harus dimengerti dalam masalah giro, yaitu rekening

giro itu sendiri, bilyet giro dan cek. Pengertian giro dijelaskan dalam Pasal 1 angka 6 UU

Perbankan yang menyatakan bahwa giro adalah simpanan yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya

atau dengan pemindahbukuan. Giro hanya bisa dikelola oleh Bank Umum, dengan kata

lain giro bukan merupakan produk dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Sementara itu, bilyet giro adalah salah satu jenis warkat perbankan yang

disediakan untuk menarik dana yang tersimpan dalam simpanan giro. Bilyet giro

merupakan warkat pendukung giro yang keduanya saling berkaitan dan punya fungsi

yang berbeda dalam kegiatan perbankan. Oleh karena itu, seharusnya antara giro dan

bilyet giro tidak disamakan pengertiannya. 15

Adapun pengertian cek dalam giro pada dasarnya sama dengan bilyet giro, yaitu

sebagai warkat perbankan yang disediakan untuk menarik dana yang tersimpan dalam

rekening giro. Namun cek merupakan surat perintah pembayaran sedangkan bilyet giro

surat perintah pemindahbukuan dana. Di samping itu, cek merupakan warkat yang dapat

langsung diuangkan di bank. Sedangkan bilyet giro merupakan warkat yang tidak dapat

langsung diuangkan, tetapi harus disetorkan lebih dulu dalam rekening. Barulah setelah

itu dapat dicairkan atau diuangkan. 16

15
M. Bahsan, 2005, Giro dan Bilyet Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hal. 13
16
Safir Senduk “Mengenal Produk Simpanan Di Bank” www.perencanakeuangan.com, diakses
tanggal 28 Oktober 2008.

Universitas Sumatera Utara


Dalam rekening giro, bank biasanya tidak memberikan bunga. Walaupun ada,

biasanya dalam jumlah kecil dan sering disebut dengan istilah "jasa giro". Di beberapa

bank lain ada yang menggunakan istilah "bunga giro". Selain memberikan jasa giro, bank

juga mengenakan biaya administrasi yang langsung dipotong dari rekening giro setiap

bulannya. Biaya ini sebagai timbal balik dari pelayanan yang diberikan oleh bank.

Dengan memiliki rekening giro, tiap bulannya nasabah akan mendapatkan rekening koran

yang berisi jumlah uang keluar masuk dari rekening giro yang bersangkutan. Oleh karena

itu rekening giro juga sering disebut dengan rekening koran.

Ada hal yang harus diperhatikan oleh bank dalam mengelola rekening giro,

khususnya yang berkaitan dengan masalah penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know

Your Customer Principle). Hal tersebut adalah tindakan penerimaan nasabah sebagai

salah satu dari tindakan pelaksanaan dari pengelolaan rekening giro.

Dalam menerima nasabah, bank wajib melakukan penilaian atas calon nasabah

dan permohonannya sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan. Salah

satunya yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 Tentang Penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) sebagaimana telah diubah

untuk kedua kalinya dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/2 I/PBI/2003. PBI ini

mengharuskan bank sebelum melakukan hubungan usaha dengan nasabah wajib

meminta:

a. Identitas calon nasabah;

b. Maksud dan tujuan hubungan usaha yang dilakukan nasabah;

c. Informasi lain tentang nasabah;

Universitas Sumatera Utara


d. Identitas pihak lain. 17

Berkaitan dengan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer

Principles) ini, bank sering mengalami kesulitan mengusut asal-usul dana yang

disalurkan melalui rekening giro. Pengusutan yang dilakukan oleh bank sering dianggap

sebagai pelayanan yang tidak menyenangkan, sehingga mengakibatkan terjadinya

pemutusan hubungan usaha antara bank dengan nasabahnya. Selain itu, bank juga

kesulitan untuk menolak calon nasabah yang tidak memenuhi ketentuan Prinsip

Mengenal Nasabah.

Ketentuan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah ini dimaksudkan untuk

menghindari risiko-risiko yang muncul dari kegiatan usaha perbankan itu sendiri,

khususnya rekening giro. Risiko tersebut berupa risiko pasar, risiko likuiditas, risiko

hukum dan risiko reputasi. Berkaitan dengan risiko pasar, dengan adanya perubahan jasa

giro dan nilai tukar sebagai akibat pergerakan pasar akan menimbulkan risiko bagi bank

yang bersangkutan. Ketidakmampuan bank dalam mengumpulkan dana dalam bentuk

rekening giro dan tidak hati-hati dalam pembuatan perjanjian pembukaan rekening giro,

akan menimbulkan risiko likuiditas dan risiko hukum bagi bank yang bersangkutan.

Sedangkan risiko reputasi muncul apabila bank tidak profesional dalam melayani

nasabah, sehingga menimbulkan kerugian dan kekecewaan nasabah yang berkepentingan.

1.2. Tabungan.

Tabungan merupakan bentuk transaksi perbankan yang paling sederhana. Cukup

hanya dengan menyetor sejumlah uang yang ditentukan kita sudah bisa mempunyai

17
M. Bahsan, 2005, Giro dan Bilyet Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hal. 40

Universitas Sumatera Utara


rekening tabungan di bank. Biasanya jumlah uang yang harus disetor tidak terlalu besar,

dan prosedur dalam pembukaan rekening tabungan juga tidak berbelit-belit.

Tabungan adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun

penarikannya dapat dilakukan kapan saja. Seiring dengan majunya teknologi, saat ini

tabungan tidak saja digunakan sebagai sarana menyimpan uang saja, tetapi juga ditambah

dengan fasilitas lain yang sebenarnya sudah agak diluar dari maksud dari menabung itu

sendiri. Contohnya seperti fasilitas ATM, debet yang sering digunakan untuk membayar

belanja bulanan nasabah yang bersangkutan.

Pengertian tabungan/saving disebutkan dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang

Perbankan. Tabungan dalam Undang-Undang Perbankan diartikan sebagai simpanan

yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,

tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan

dengan itu. Kepada nasabah yang menabung akan diberikan buku tabungan sebagai bukti

telah menyimpan dananya di bank. Buku tabungan tersebut berisi besarnya dana yang

disimpan dan juga ketentuan yang mengatur hubungan hukum antara bank dengan

nasabah.

Untuk menarik minat masyarakat agar menabung di bank, maka bank

memberikan bunga tabungan setiap bulannya. Semakin besar dana yang disimpan, maka

semakin besar pula bunga yang akan diperoleh oleh nasabah yang bersangkutan. Bunga

tabungan ini diberikan oleh bank agar dana yang tersimpan di tabungan dapat

berkembang, sehingga nasabah semakin rajin menabung. Lazimnya, selain memberikan

Universitas Sumatera Utara


bunga tentunya bank juga akan mengenakan biaya administrasi setiap bulannya sebagai

timbal balik atas pelayanan yang diberikan oleh bank. 18

Penyelenggaraan tabungan dimulai pada tahun 1969 dengan program tabungan

berhadiah, kemudian pada tahun 1971 diselenggarakan Tabanas (Tabungan

Pembangunan Nasional) dan Taska (Tabungan Asuransi Berjangka). 19 Namun saat ini,

tabungan yang diselenggarakan oleh Bank sangat banyak jenisnya, dengan berbagai

macam nama serta ketentuan yang berbeda-beda pada masing-masing bank. Misalnya

saja, BRITAMA oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI), BNI Taplus Oleh Bank Negara

Indonesia (BNI). Tabungan Mandiri oleh Bank Mandiri, dan berbagai jenis tabungan

lainnya.

Banyaknya jenis tabungan yang berkembang dan dikelola oleh bank umum

maupun bank swasta lainnya, dikarenakan sejak Oktober 1988 atau lebih dikenal dengan

Paket Oktober 1988 (Pakto 88) semua bank di Indonesia termasuk bank asing dan bank

swasta diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai jenis tabungan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. 20

1.3. Deposito.

Pada prinsipnya deposito ini sama dengan simpanan tabungan, hanya saja

deposito tidak dapat ditarik kapan saja dan setoran awalnya juga lumayan besar. Deposito

adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun penarikannya hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu saja. Lebih jelas lagi pengertian deposito disebutkan dalam

18
Safir Senduk, “Mengenal Produk Simpanan Di Bank” www.perencanakeuangan.com, diakses
tanggal 28 Oktober 2008.
19
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal. 233
20
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal. 234

Universitas Sumatera Utara


pasal 1 angka 7 Undang-Undang Perbankan. Deposito adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah

penyimpan dengan bank. Jadi penarikan simpanan deposito waktunya ditentukan

berdasarkan perjanjian nasabah dengan bank.

Misalnya, jika menabung deposito yang berjangka 3 (tiga) bulan, maka

penarikannya juga setelah 3 (tiga) bulan berlalu. Tentunya bank juga memberikan bunga

yang bisa dinikmati pada saat deposito jatuh tempo. Seperti halnya pada tabungan dan

giro, bank juga mengenakan biaya administrasi sebagai timbal balik atas jasa yang

diberikan oleh bank. Namun pada deposito biaya administrasi tidak dikenakan tiap

bulannya, tetapi pemotongan berupa pajak deposito yang diperhitungkan dari bunga

deposito. 21

Dalam transaksi perbankan yang berbentuk deposito ini, bank pada umumnya

menawarkan bunga yang tinggi. Hal ini dikarenakan bank ingin menarik minat

masyarakat agar menanamkan dananya pada bank yang bersangkutan, mengingat jumlah

dana yang harus dikeluarkan oleh masyarakat cukup besar apabila ingin membuka suatu

rekening deposito. Ditambah lagi masyarakat tidak bisa menarik dananya setiap saat,

melainkan sesuai jangka waktu yang telah disepakati.

Di samping itu, sejak dikeluarkannya ketentuan Bulan Desember 1989, semua

bank bebas menentukan bunga deposito masing-masing. 22

Ketentuan dalam kebijakan penerimaan nasabah dalam setiap transaksi perbankan

juga berlaku pada deposito. Sebelum seseorang membuka rekening deposito pada suatu

21
Safir Senduk, “Mengenal Produk Simpanan Di Bank” www.perencanakeuangan.com, diakses
tanggal 28 Oktober 2008.
22
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal. 230

Universitas Sumatera Utara


bank, dia diharuskan mengisi formulir identitas nasabah. Formulir ini berisi keterangan

tentang data diri nasabah yang bersangkutan dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk

menghindarkan bank dari risiko-risiko yang muncul dari transaksi yang dilakukan.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang dan

Peraturan Bank Indonesia tentang Prinsip Mengenal nasabah, membuat perbankan dalam

keadaan yang sangat sulit. Hal ini dikarenakan melalui 2 (dua) ketentuan ini, asal-usul

suatu deposito dapat dibuka. Keterbukaan deposito ini banyak menimbulkan reaksi

negatif dari kalangan perbankan. Ditambah lagi adanya permintaan Dirjen Pajak agar

asal-usul deposito bisa diungkap untuk kepentingan perpajakan, yang pada dasarnya

sangat merugikan bagi bank yang bersangkutan. 23

2. Perkreditan Bank.

Istilah kredit berasal dari bahasa latin ”credere/creditium”, yang berarti

kepercayaan. Kepercayaan disini maksudnya bahwa orang yang meminjamkan uang

(bank) disebut dengan kreditur, percaya bahwa orang yang meminjamkan uang (nasabah)

disebut dengan debitur dapat mengembalikan uang yang dipinjam sesuai dengan waktu

dan syarat-syarat yang telah ditentukan. 24

Pengertian kredit dalam Undang-Undang Perbankan disebutkan dalam Pasal 1

angka 11, yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain,

23
“Pro Kontra Keterbukaan Deposito”, Berita, Senin 16 Agustus 2004, www.bisnis.com, diakses
tanggal 29 Oktober 2008.
24
D. Gandaprawira, 1992, Perkembangan Hukum Perkreditan Nasional dan Internasional, Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, hal. 1.

Universitas Sumatera Utara


yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga.

Kredit yang diberikan oleh bank banyak sekali jenisnya dan dapat

digolongkan menurut beberapa kriteria, diantaranya yaitu:

1. Berdasarkan jangka waktu, kredit dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang jangka waktunya tidak lebih dari 1 (satu)
tahun;
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara 1 (satu) tahun
sampai 3 (tiga) tahun;
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari 3 (tiga)
tahun.
2. Berdasarkan tujuannya, kredit dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kredit konsumtif;
b. Kredit produktif.
3. Berdasarkan waktu pencairan, kredit dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kredit tunai,
b. Kredit tidak tunai. 25

Selain tiga penggolongan di atas, masih banyak lagi jenis-jenis kredit yang

diberikan oleh bank menurut kriteria yang berbeda-beda.

Transaksi perbankan dalam kegiatan kredit sangat erat kaitannya dengan masalah

prudential principle atau prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kenapa demikian,

hal ini dikarenakan kredit sebagai fungsi usaha bank telah mendorong masyarakat untuk

menciptakan prudential banking, sehingga masyarakat akan lebih menilai prinsip kehati-

hatian dalam menyalurkan dana di suatu bank. 26

Dengan disalurkannya dana oleh masyarakat di suatu bank, maka bank yang

bersangkutan akan dapat melaksanakan fungsinya sebagai agent of development sebagai

salah satu fungsi pokok perbankan Indonesia. Fungsi bank sebagai agent of development

yaitu dalam bentuk kegiatan penyaluran kredit dengan tujuan untuk pemerataan

25
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal. 238
26
Ruddy Trisantoso, 1996, Kredit Usaha Perbankan, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 3

Universitas Sumatera Utara


pembangunan. Bank juga bertugas untuk menjaga keseimbangan antara pihak yang

memerlukan dana dengan pihak yang menempatkan dana.

Sebagai usaha yang penuh risiko, sebelum memberikan kredit bank harus

melakukan analisis kredit dengan seksama, teliti, dan didasarkan pada data yang akurat,

sehingga bank tidak keliru dalam mengambil keputusan. Bank dalam memberikan kredit

harus mengambil risiko sekecil mungkin, risiko yang dimaksud adalah risiko tidak

dikembalikannya pinjaman yang dipinjam oleh debitur atau nasabah peminjam. Oleh

karena itu, setiap pemberian kredit harus memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai

dengan asas perkreditan yang sehat.

Transaksi perbankan dalam kegiatan kredit merupakan kegiatan yang paling

rentan menimbulkan masalah bagi bank itu sendiri, Hal ini dikarenakan pemberian kredit

yang tidak dibarengi dengan prinsip kehati-hatian dapat menimbulkan kredit bermasalah.

Dalam dunia perbankan istilah kredit bermasalah disebut dengan non performing loan

(NPL), yaitu suatu keadaan pihak yang meminjam uang (debitur) tidak mampu

mengembalikan dana yang sudah dipinjamkan kepadanya. Jika hal ini terjadi, maka bank

akan mengalami kerugian. Tidak hanya itu, kepercayaan masyarakat terhadap bank yang

bersangkutan akan hilang, karena dana yang ditempatkan oleh masyarakat tidak dikelola

dengan baik oleh bank yang bersangkutan. Sehingga masyarakat tidak mau lagi

menempatkan dananya pada bank yang bersangkutan.

Dalam memberikan kredit, selain bank harus memiliki kepercayaan bahwa pihak

peminjam atau debitur dapat mengembalikan uang yang dipinjamkan sesuai dengan

ketentuan dan waktu yang ditetapkan, bank juga harus meminta adanya agunan dari pihak

debitur. Adanya agunan ini sebagai sumber pelunasan kredit yang telah diberikan oleh

Universitas Sumatera Utara


bank, apabila debitur tidak bisa mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Kewajiban

ini dijelaskan dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan.

Setiap transaksi perbankan yang dilakukan, tentunya menimbulkan risiko-risiko

yang tidak bisa dihindari. Begitu juga halnya dengan perkreditan bank. Untuk itu demi

terlaksananya sebuah prudential banking diperlukan prinsip kehati-hatian dan asas

konservatif dalam pemilihan line bisnis maupun para nasabahnya. 27

Untuk lebih menerapkan prinsip kehati-hatian dalam setiap transaksi perbankan.

Bank Indonesia mengeluarkan peraturan tentang Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your

Customer Principles) yang telah penulis jelaskan sebelumnya. Dengan dikeluarkannya

peraturan ini, sudah pasti juga berlaku dalam transaksi kredit. Sebelum memberikan

pinjaman, bank wajib menerapkan kebijakan penerimaan nasabah. Kebijakan penerimaan

nasabah dalam setiap transaksi perbankan harus berdasarkan standar yang telah

ditentukan dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Prinsip Mengenal Nasabah, yang

sebelumnya telah penulis jelaskan.

Namun dalam transaksi kredit, bank masih harus melakukan penilaian lagi

terhadap calon nasabah. Kewajiban ini ditegaskan dalam Pasal 8 Undang-Undang

Perbankan, yaitu penilaian tehadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek

usaha dari nasabah debitur (pihak yang meminjam). Kelima aspek ini kemudian dikenal

dengan ”flic five C of credit analysis” atau 5 C's, yaitu character, capacity, capital,

conditions, dan yang terakhir collateral. Penilaian ini bertujuan untuk mengumpulkan

berbagai laporan dan informasi yang dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam

pembenan kredit.

3. Internet Banking.
27
Ruddy Trisantoso, 1996. Kredit Usaha Perbankan, Andi Yogyakarta, yogyakarta, hal. 12

Universitas Sumatera Utara


Internet banking merupakan bentuk baru dari transaksi perbankan yang muncul

seiring berkembangnya teknologi dunia maya atau internet. Dunia Perbankan tidak

berbeda dengan industri lainnya dimana teknologi internet mulai masuk dan bahkan

sebagian besar transaksi perbankan saat ini dilakukan via internet. Hal ini dikarenakan,

proses transaksinya berlangsung cepat dan dapat dilakukan dimanapun kita berada, hanya

dengan menggunakan layanan internet.

Internet banking merupakan transaksi perbankan berbasis elektronis, yang

rnemberikan peluang usaha baru bagi bank. Hal ini tentu saja membawa perubahan bagi

strategi usaha perbankan, yang dulunya berbasis manusia menjadi berbasis teknologi

informasi yang lebih efisien bagi bank dan praktis bagi nasabah.

Adapun keuntungan adanya internet banking adalah:

a). Bussiness expansion, yaitu adanya internet banking akan mempermudah transaksi
perbankan karena menghilangkan batas ruang dan waktu.
b). Customer loyality, yaitu nasabah akan merasa lebih nyaman untuk melakukan
aktivitas perbankannya tanpa harus membuka account (rekening) di bank yang
berbeda-beda di berbagai tempat. Dia, dapat menggunakan satu bank saja.
c). Revenue and cost improvement, yaitu biaya untuk memberikan layanan perbankan
melalui internet banking dapat lebih murah daripada membuka kantor cabang.
d). Competitive advantage, yaitu akan menarik minat masyarakat untuk menanamkan
dananya dan melakukan transaksi pada bank yang bersangkutan, karena fasilitas
internet memberikan kemudahan dalam bertransaksi. 28
Namun demikian, disamping bank memperoleh manfaat signifikan dari inovasi

teknologi melalui transaksi perbankan berbasis internet tersebut, bank juga menghadapi

risiko yang melekat pada kegiatan dimaksud, antara lain risiko strategik, risiko reputasi,

risiko operasional termasuk risiko keamanan dan risiko hukum, risiko kredit, risiko pasar

dan risiko likuiditas.

28
Budi Raharjo, “Aspek Teknologi Dan Keamanan Dalam Internet Banking”, www.bi.go.id,
diakses tanggal 28 Oktober 2008

Universitas Sumatera Utara


Internet banking pada dasarnya tidak menimbulkan risiko baru yang berbeda dari

produk layanan jasa perbankan melalui media lain, tetapi disadari bahwa internet banking

meningkatkan risiko tersebut. Secara khusus internet banking meningkatkan risiko

strategik, risiko operasional termasuk risiko keamanan dan risiko hukum serta risiko

reputasi. Oleh karena itu, disamping memanfaatkan peluang baru tersebut, bank harus

mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko-risiko tersebut dengan

prinsip kehati-hatian. 29

Bentuk yang paling sederhana dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam

internet banking, yaitu berupa pertemuan secara langsung antara nasabah dengan pihak

bank. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa pihak-pihak yang bertransaksi benar

adanya dan untuk melindungi kedua belah pihak dari berbagai risiko yang akan muncul

dikemudian harinya. Dan untuk mengurangi risiko yang akan dihadapi dalam transaksi

perbankan yang menggunakan jasa internet ini, maka bank harus menerapkan prinsip-

prinsip manajemen risiko.

Pada dasarnya prinsip-prinsip yang diterapkan dalam manajemen risiko bank

secara umum berlaku pula untuk aktivitas internet banking, namun prinsip-prinsip

tersebut perlu disesuaikan dengan memperhatikan risiko-risiko spesifik yang melekat

pada aktivitas tersebut. Berdasarkan hal tersebut, prinsip manajemen risiko internet

banking dibagi dalam tiga bagian yang tidak terpisahkan dan saling melengkapi yaitu

pengawasan aktif komisaris dan direksi bank, pengendalian pengamanan, serta

manajemen risiko hukum dan risiko reputasi.

29
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/DPNP tanggal 20 April 2004, “Pedoman
Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank melalui Internet (Internet Banking)”,
www.bi.go.id, diakses tanggal 27 Oktober 2008

Universitas Sumatera Utara


C. Prinsip Kehati-hatian Dalam Transaksi Perbankan (Prudential Banking)

Bisnis perbankan merupakan bisnis yang menjanjikan keuntungan besar apabila

dikelola secara baik dan hati-hati (prudent). Namun, di samping menjanjikan keuntungan

besar, bisnis ini juga penuh risiko. Perbankan dikatakan sebagai bisnis penuh risiko (full

risk business) dikarenakan sebagian besar kegiatan usaha yang dilakukan mengandalkan

dana dari masyarakat yaitu berupa tabungan, giro, deposito dan kegiatan penghimpun

dana lainnya. 30

Bank merupakan badan usaha yang memiliki karakteristik khusus jika

dibandingkan dengan badan usaha pada umumnya. Bank sebagai lembaga keuangan yang

berfungsi menghimpun dana dan menyalurkannya kembali pada masyarakat,

berkewajiban untuk mengutamakan kepentingan nasabahnya, yaitu masyarakat. Namun,

kewajiban ini harus dibarengi dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian (prudential

principles) pada transaksi yang dilakukan dengan nasabah. Hal ini bertujuan agar bank

dapat menjaga tingkat kesehatan sebagaimana yang telah ditentukan oleh Undang-

Undang Perbankan. 31

Kewajiban bank untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential

principles), diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) dan (3) Undang-Undang

Perbankan jo Pasal 25 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,

Bank Indonesia memiliki kewenangan menetapkan ketentuan perbankan yang memuat

prinsip kehati-hatian yang ditetapkan melalui peraturan Bank Indonesia. Ketentuan ini

30
Mulhadi, “Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principles) Dalam Kerangka Undang-
Undang Perbankan Di Indonesia”, www.library.usu.ac.id, diakses tanggal 30 OKtober 2008
31
Zahry Vandawati Chumaida, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dan Kesehatan Bank Dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adln.lib.unair.ac.id, diakses tanggal 29 Oktober
2008

Universitas Sumatera Utara


bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan transaksi perbankan

agar terwujud sistem perbankan yang sehat dan efisien.

Dalam Pasal 2 Undang-Undang Perbankan dijelaskan bahwa, perbankan dalam

melakukan usahanya haruslah berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan

prinsip kehati-hatian. Dan pada Pasal 29 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Perbankan,

mewajibkan bank dalam melakukan kegiatan usahanya harus sesuai dengan prinsip

kehati-hatian untuk memelihara tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Sedangkan

Pasal 25 ayat (I) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

menjelaskan bahwa, dalam rangka melaksanakan tugas mengatur bank. Bank Indonesia

berwenang menetapkan ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.

Dari ketentuan ini, sudah jelas bahwa dalam melakukan transaksi dalam bentuk

apapun, bank diwajibkan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian guna menjaga tingkat

kesehatan bank itu sendiri.

Sebelum diatur dalam Undang-Undang Perbankan, ketentuan tentang prinsip

kehati-hatian sudah pernah diatur dalam beberapa paket deregulasi, yaitu Paket

Deregulasi 25 Maret 1989 dan Paket Deregulasi Februari 1991. Walaupun sudah banyak

ketentuan yang dibuat pemerintah untuk mengatur prinsip ini, namun perbankan nasional

masih saja dihinggapi oleh berbagai masalah. 32

Pengertian prinsip kehati-hatian (prudential principles) tidak dijelaskan oleh

Undang-Undang Perbankan. Undang-Undang Perbankan hanya memberikan batasan dan

ruang lingkup pelaksanaan prinsip kehati-hatian seperti yang dijelaskan dalam Pasal 29

Undang-Undang Perbankan. Jadi, pada prinsipnya ketentuan prinsip kehati-hatian ini

32
Mulhadi, “Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principles) Dalam Kerangka Undang-
Undang Perbankan Di Indonesia”, www.library.usu.ac.id, diakses tanggal 30 OKtober 2008.

Universitas Sumatera Utara


harus dilaksanakan dalam ruang lingkup yang telah ditentukan oleh Undang-Undang

Perbankan.

Di samping untuk menjaga tingkat kesehatan bank, prinsip kehati-hatian ini juga

bertujuan untuk melindungi dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. Prinsip kehati-

hatian ini merupakan bagian dari kebijakan moneter yang menyangkut kepentingan

semua masyarakat, tidak hanya nasabah yang melakukan transaksi di bank. Oleh karena

itu, prinsip kehati-hatian harus dipegang teguh oleh lembaga perbankan terutama dalam

hal yang berkaitan dengan penyaluran dana.

Salah satu pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang harus diterapkan oleh lembaga

perbankan adalah penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer principles)

dalam setiap transaksi perbankan. Hal ini dijelaskan dalam Peraturan Bank Indonesia

Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah.

Ketentuan prinsip mengenal nasabah bertujuan agar bank sebelum melakukan

transaksi, untuk terlebih dahulu mengetahui identitas nasabah yang bersangkutan, dengan

kata lain harus mengenali nasabahnya.

Dengan diketahuinya informasi tentang nasabah yang bersangkutan, baik itu

berupa identitas diri, asal-usul uang, tujuan melakukan transaksi, dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan nasabah maupun transaksi yang akan dilakukan oleh nasabah, bank

dapat menghindari risiko-risiko yang akan muncul apabila bank melakukan transaksi

dengan nasabah yang tidak memenuhi persyaratan yang.telah ditentukan dalam Peraturan

Bank Indonesia tersebut. Ketentuan prinsip mengenal nasabah ini lebih untuk melindungi

bank dari transaksi yang dilakukan oleh nasabah yang tidak bertanggungjawab, yang

Universitas Sumatera Utara


berkemungkinan dapat menimbulkan kerugian terhadap bank dan mengurangi tingkat

kesehatan bank yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai