Chapter II
Chapter II
Chapter II
1. Pengertian Bank.
tahun 1824 dengan nama Nederlandshe Handel Maatschappij (NHM) yang telah berubah
menjadi Bank Ekspor Impor Indonesia (BEII), sekarang sudah meleburkan diri menjadi
Bank Mandiri. Selanjutnya pada tahun 1827 pemerintah Hindia-Belanda juga mendirikan
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, untuk selanjutnya disebut dengan
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian bank ini dinyatakan dalam Pasal 1
9
Widjanarto, 1993, Hukum dan Ketentuan Perbankan Indonesia, Grafiti, Jakarta, hal. 3.
10
“Pengertian dan Fungsi Bank”, www.e-dukasi.net, diakses tanggal 27 Oktober 2008
bank merupakan tempat penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga
perantara dalam lalu lintas pembayaran, yang mempunyai kegiatan untuk menghimpun
dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit serta jasa-
jasa perbankan lainnya yang bertujuan untuk memperlancar lalu lintas pembayaran.
Dalam Undang-Undang Perbankan, diatur bahwa jasa yang dapat diberikan oleh
suatu bank haruslah sesuai dengan jenisnya. Bank tidak boleh menawarkan jasa-jasa
perbankan yang tidak sesuai dengan jenis banknya. Dengan demikian, jenis suatu bank
umum fungsi bank di Indonesia yang berkaitan dengan tujuan perbankan itu sendiri,
yaitu:
1). Sebagai financial intermediary, dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan
11
Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Citra Aditya Bandung, hal.
287
jenis, yaitu;
a. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Dengan demikian Bank Umum merupakan bank pencipta
uang giral.
b. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lain lintas pembayaran. Dengan kata lain Bank Perkreditan
Rakyat bukanlah pencipta uang giral. 12
Oleh karena itu, ada beberapa usaha jasa perbankan yang hanya dapat diberikan
oleh sebuah Bank Umum, tetapi tidak boleh diberikan oleh Bank Perkreditan Rakyat.
giro, dan ikut serta dalam lain lintas pembayaran, juga dilarang melakukan kegiatan
1. Bank Umum Milik Negara, yaitu bank yang hanya dapat didirikan berdasarkan
Undang-undang.
2. Bank Umum Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dan menjalankan
usahanya setelah mendapat ijin dari Menteri Keuangan. Ketentuan Bank Umum
Swasta diatur dalam Pasal 16, 21, dan Pasal 22 Undang-undang Perbankan dan Surat
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1061/KMK00/1988.
3. Bank Campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersama-sama oleh satu/lebih bank
umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh WNI, dengan satu/lebih
bank yang berkedudukan di luar negeri. Ketentuan Bank Campuran diatur dalam
Pasal 17 Undang-undang Perbankan
4. Bank Pembangunan Daerah (BPD), yaitu bank milik pemerintah daerah. Berdasarkan
Pasal 54 Undang-undang Perbankan bentuk Bank Pembangunan Daerah akan
disesuaikan menjadi Bank Umum sesuai dengan Undang-undang Perbankan.
12
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal. 63
13
Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Citra Aditya Bandung, hal.
287
Kata transaksi berasal dari bahasa Inggris yaitu transaction yang berarti
perjanjian. Dalam Black's Law Dictionary, kata transaction diartikan sebagai berikut:
”Any activity involving two or more persons” atau juga diartikan sebagai ”The act or
dalam bank).
Jika dilihat dalam UU Perbankan sendiri, kata transaksi maupun istilah transaksi
perbankan tidak dapat ditemukan. Oleh karena itu, pengertian transaksi perbankan yang
digunakan penulis adalah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu pelunasan
yang dapat dijalankan oleh Bank Umum sangat banyak sekali. Tidak hanya berupa
masalah pembayaran dan kredit saja, akan tetapi juga beberapa jasa-jasa di bidang
lainnya, seperti penitipan, surat berharga, pembiayaan dan kegiatan lainnya. Dengan
banyaknya usaha-usaha yang dapat dijalankan oleh suatu Bank Umum, maka pengertian
transaksi perbankan tidak hanya berkaitan dengan pelunasan atau pembayaran saja.
bersangkutan. Perjanjian ini berkaitan dengan usaha kegiatan yang dikelola oleh suatu
bank.
14
Widjanarto, 1993, Hukum dan Ketentuan Perbankan Indonesia, Grafiti, Jakarta, hal. 47
dari jenis usaha kegiatan bank yang makin lama semakin berkembang. Jadi transaksi
perbankan hanya masalah yang berkaitan dengan pemakaian istilah saja dari jenis-jenis
usaha kegiatan bank menjadi istilah transaksi perbankan yang pada dasarnya punya
pengertian yang sama. Bank yang penulis maksud dalam penulisan hukum ini adalah
Bank Umum.
Bentuk dan jenis usaha kegiatan yang dapat dilakukan oleh suatu bank diatur
dalam Pasal 6 UU Perbankan, dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa bank tidak hanya
bergerak untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam
bentuk kredit, tetapi juga bisa menyediakan jasa layanan perbankan lainnya, seperti:
menerbitkan surat pengakuan hutang, kegiatan penitipan, surat berharga, anjak piutang
semakin majunya teknologi, maka jenis kegiatan bank juga semakin berkembang. Tidak
hanya terbatas pada yang sudah diatur dalam UU Perbankan khususnya Pasal 6, tetapi
juga berkembang dalam bentuk lain, seperti: internet banking, phone banking, ATM atau
Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwa istilah transaksi perbankan
merupakan sebutan lain dari kegiatan usaha bank. Maka untuk selanjutnya penulis akan
Dari sekian banyak transaksi perbankan yang ada, di dalam penulisan hukum ini,
penulis hanya akan menjelaskan beberapa diantaranya yang menurut penulis mempunyai
1. Penghimpun Dana.
Untuk dapat menjalankan usahanya sudah pasti bank membutuhkan dana. Sumber
dana dari suatu bank dapat berasal dari bank itu sendiri, yaitu berasal dari para pemegang
sahamnya. Hal ini dikarenakan bank merupakan bentuk dari suatu Perseroan Terbatas
(PT). Selain dana yang berasal dari para pemegang saham, bank juga memperoleh dana
dari masyarakat, yaitu melalui jasa-jasa bank yang ditawarkan oleh bank kepada
yang menarik, baik itu berupa hadiah, kemudahan transaksi dan khususnya bunga yang
tinggi untuk jenis tabungan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan minat masyarakat agar
pada bank yang bersangkutan, maka akan semakin banyak keuntungan yang akan
diperoleh oleh bank. Dana masyarakat inilah yang akan digunakan oleh bank untuk
mendukung terlaksananya kegiatan transaksi perbankan yang dilakukan pada suatu bank.
Oleh karena itu, bank terkadang seakan-akan memperlonggar ketentuan yang sudah ada
Beberapa transaksi perbankan yang termasuk dalam kegiatan penghimpun dana adalah:
Giro merupakan suatu produk usaha jasa perbankan dalam rangka menghimpun
dana dari masyarakat. Giro juga sering disebut dengan rekening koran yang uangnya
dapat diambil kapan saja. Membicarakan masalah giro tentunya tidak dapat dipisahkan
dengan bilyet giro, masyarakat awam pada umumnya sering menganggap sama antara
berbeda. Oleh karena itu, terlebih dahulu kita akan membahas apa yang dimaksud dengan
giro, bilyet giro dan hal-hal lainnya yang terkait dengan rekening giro.
Ada tiga hal penting yang harus dimengerti dalam masalah giro, yaitu rekening
giro itu sendiri, bilyet giro dan cek. Pengertian giro dijelaskan dalam Pasal 1 angka 6 UU
Perbankan yang menyatakan bahwa giro adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan pemindahbukuan. Giro hanya bisa dikelola oleh Bank Umum, dengan kata
lain giro bukan merupakan produk dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Sementara itu, bilyet giro adalah salah satu jenis warkat perbankan yang
disediakan untuk menarik dana yang tersimpan dalam simpanan giro. Bilyet giro
merupakan warkat pendukung giro yang keduanya saling berkaitan dan punya fungsi
yang berbeda dalam kegiatan perbankan. Oleh karena itu, seharusnya antara giro dan
Adapun pengertian cek dalam giro pada dasarnya sama dengan bilyet giro, yaitu
sebagai warkat perbankan yang disediakan untuk menarik dana yang tersimpan dalam
rekening giro. Namun cek merupakan surat perintah pembayaran sedangkan bilyet giro
surat perintah pemindahbukuan dana. Di samping itu, cek merupakan warkat yang dapat
langsung diuangkan di bank. Sedangkan bilyet giro merupakan warkat yang tidak dapat
langsung diuangkan, tetapi harus disetorkan lebih dulu dalam rekening. Barulah setelah
15
M. Bahsan, 2005, Giro dan Bilyet Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hal. 13
16
Safir Senduk “Mengenal Produk Simpanan Di Bank” www.perencanakeuangan.com, diakses
tanggal 28 Oktober 2008.
biasanya dalam jumlah kecil dan sering disebut dengan istilah "jasa giro". Di beberapa
bank lain ada yang menggunakan istilah "bunga giro". Selain memberikan jasa giro, bank
juga mengenakan biaya administrasi yang langsung dipotong dari rekening giro setiap
bulannya. Biaya ini sebagai timbal balik dari pelayanan yang diberikan oleh bank.
Dengan memiliki rekening giro, tiap bulannya nasabah akan mendapatkan rekening koran
yang berisi jumlah uang keluar masuk dari rekening giro yang bersangkutan. Oleh karena
Ada hal yang harus diperhatikan oleh bank dalam mengelola rekening giro,
khususnya yang berkaitan dengan masalah penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know
Your Customer Principle). Hal tersebut adalah tindakan penerimaan nasabah sebagai
Dalam menerima nasabah, bank wajib melakukan penilaian atas calon nasabah
Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) sebagaimana telah diubah
untuk kedua kalinya dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/2 I/PBI/2003. PBI ini
meminta:
Principles) ini, bank sering mengalami kesulitan mengusut asal-usul dana yang
disalurkan melalui rekening giro. Pengusutan yang dilakukan oleh bank sering dianggap
pemutusan hubungan usaha antara bank dengan nasabahnya. Selain itu, bank juga
kesulitan untuk menolak calon nasabah yang tidak memenuhi ketentuan Prinsip
Mengenal Nasabah.
menghindari risiko-risiko yang muncul dari kegiatan usaha perbankan itu sendiri,
khususnya rekening giro. Risiko tersebut berupa risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
hukum dan risiko reputasi. Berkaitan dengan risiko pasar, dengan adanya perubahan jasa
giro dan nilai tukar sebagai akibat pergerakan pasar akan menimbulkan risiko bagi bank
rekening giro dan tidak hati-hati dalam pembuatan perjanjian pembukaan rekening giro,
akan menimbulkan risiko likuiditas dan risiko hukum bagi bank yang bersangkutan.
Sedangkan risiko reputasi muncul apabila bank tidak profesional dalam melayani
1.2. Tabungan.
hanya dengan menyetor sejumlah uang yang ditentukan kita sudah bisa mempunyai
17
M. Bahsan, 2005, Giro dan Bilyet Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hal. 40
penarikannya dapat dilakukan kapan saja. Seiring dengan majunya teknologi, saat ini
tabungan tidak saja digunakan sebagai sarana menyimpan uang saja, tetapi juga ditambah
dengan fasilitas lain yang sebenarnya sudah agak diluar dari maksud dari menabung itu
sendiri. Contohnya seperti fasilitas ATM, debet yang sering digunakan untuk membayar
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu. Kepada nasabah yang menabung akan diberikan buku tabungan sebagai bukti
telah menyimpan dananya di bank. Buku tabungan tersebut berisi besarnya dana yang
disimpan dan juga ketentuan yang mengatur hubungan hukum antara bank dengan
nasabah.
memberikan bunga tabungan setiap bulannya. Semakin besar dana yang disimpan, maka
semakin besar pula bunga yang akan diperoleh oleh nasabah yang bersangkutan. Bunga
tabungan ini diberikan oleh bank agar dana yang tersimpan di tabungan dapat
Pembangunan Nasional) dan Taska (Tabungan Asuransi Berjangka). 19 Namun saat ini,
tabungan yang diselenggarakan oleh Bank sangat banyak jenisnya, dengan berbagai
macam nama serta ketentuan yang berbeda-beda pada masing-masing bank. Misalnya
saja, BRITAMA oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI), BNI Taplus Oleh Bank Negara
Indonesia (BNI). Tabungan Mandiri oleh Bank Mandiri, dan berbagai jenis tabungan
lainnya.
Banyaknya jenis tabungan yang berkembang dan dikelola oleh bank umum
maupun bank swasta lainnya, dikarenakan sejak Oktober 1988 atau lebih dikenal dengan
Paket Oktober 1988 (Pakto 88) semua bank di Indonesia termasuk bank asing dan bank
1.3. Deposito.
Pada prinsipnya deposito ini sama dengan simpanan tabungan, hanya saja
deposito tidak dapat ditarik kapan saja dan setoran awalnya juga lumayan besar. Deposito
adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu saja. Lebih jelas lagi pengertian deposito disebutkan dalam
18
Safir Senduk, “Mengenal Produk Simpanan Di Bank” www.perencanakeuangan.com, diakses
tanggal 28 Oktober 2008.
19
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal. 233
20
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal. 234
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penarikannya juga setelah 3 (tiga) bulan berlalu. Tentunya bank juga memberikan bunga
yang bisa dinikmati pada saat deposito jatuh tempo. Seperti halnya pada tabungan dan
giro, bank juga mengenakan biaya administrasi sebagai timbal balik atas jasa yang
diberikan oleh bank. Namun pada deposito biaya administrasi tidak dikenakan tiap
bulannya, tetapi pemotongan berupa pajak deposito yang diperhitungkan dari bunga
deposito. 21
Dalam transaksi perbankan yang berbentuk deposito ini, bank pada umumnya
menawarkan bunga yang tinggi. Hal ini dikarenakan bank ingin menarik minat
masyarakat agar menanamkan dananya pada bank yang bersangkutan, mengingat jumlah
dana yang harus dikeluarkan oleh masyarakat cukup besar apabila ingin membuka suatu
rekening deposito. Ditambah lagi masyarakat tidak bisa menarik dananya setiap saat,
juga berlaku pada deposito. Sebelum seseorang membuka rekening deposito pada suatu
21
Safir Senduk, “Mengenal Produk Simpanan Di Bank” www.perencanakeuangan.com, diakses
tanggal 28 Oktober 2008.
22
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal. 230
tentang data diri nasabah yang bersangkutan dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk
menghindarkan bank dari risiko-risiko yang muncul dari transaksi yang dilakukan.
Peraturan Bank Indonesia tentang Prinsip Mengenal nasabah, membuat perbankan dalam
keadaan yang sangat sulit. Hal ini dikarenakan melalui 2 (dua) ketentuan ini, asal-usul
suatu deposito dapat dibuka. Keterbukaan deposito ini banyak menimbulkan reaksi
negatif dari kalangan perbankan. Ditambah lagi adanya permintaan Dirjen Pajak agar
asal-usul deposito bisa diungkap untuk kepentingan perpajakan, yang pada dasarnya
2. Perkreditan Bank.
(bank) disebut dengan kreditur, percaya bahwa orang yang meminjamkan uang (nasabah)
disebut dengan debitur dapat mengembalikan uang yang dipinjam sesuai dengan waktu
angka 11, yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain,
23
“Pro Kontra Keterbukaan Deposito”, Berita, Senin 16 Agustus 2004, www.bisnis.com, diakses
tanggal 29 Oktober 2008.
24
D. Gandaprawira, 1992, Perkembangan Hukum Perkreditan Nasional dan Internasional, Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, hal. 1.
Kredit yang diberikan oleh bank banyak sekali jenisnya dan dapat
1. Berdasarkan jangka waktu, kredit dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang jangka waktunya tidak lebih dari 1 (satu)
tahun;
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara 1 (satu) tahun
sampai 3 (tiga) tahun;
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari 3 (tiga)
tahun.
2. Berdasarkan tujuannya, kredit dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kredit konsumtif;
b. Kredit produktif.
3. Berdasarkan waktu pencairan, kredit dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kredit tunai,
b. Kredit tidak tunai. 25
Selain tiga penggolongan di atas, masih banyak lagi jenis-jenis kredit yang
Transaksi perbankan dalam kegiatan kredit sangat erat kaitannya dengan masalah
hal ini dikarenakan kredit sebagai fungsi usaha bank telah mendorong masyarakat untuk
menciptakan prudential banking, sehingga masyarakat akan lebih menilai prinsip kehati-
Dengan disalurkannya dana oleh masyarakat di suatu bank, maka bank yang
salah satu fungsi pokok perbankan Indonesia. Fungsi bank sebagai agent of development
yaitu dalam bentuk kegiatan penyaluran kredit dengan tujuan untuk pemerataan
25
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal. 238
26
Ruddy Trisantoso, 1996, Kredit Usaha Perbankan, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 3
Sebagai usaha yang penuh risiko, sebelum memberikan kredit bank harus
melakukan analisis kredit dengan seksama, teliti, dan didasarkan pada data yang akurat,
sehingga bank tidak keliru dalam mengambil keputusan. Bank dalam memberikan kredit
harus mengambil risiko sekecil mungkin, risiko yang dimaksud adalah risiko tidak
dikembalikannya pinjaman yang dipinjam oleh debitur atau nasabah peminjam. Oleh
karena itu, setiap pemberian kredit harus memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai
rentan menimbulkan masalah bagi bank itu sendiri, Hal ini dikarenakan pemberian kredit
yang tidak dibarengi dengan prinsip kehati-hatian dapat menimbulkan kredit bermasalah.
Dalam dunia perbankan istilah kredit bermasalah disebut dengan non performing loan
(NPL), yaitu suatu keadaan pihak yang meminjam uang (debitur) tidak mampu
mengembalikan dana yang sudah dipinjamkan kepadanya. Jika hal ini terjadi, maka bank
akan mengalami kerugian. Tidak hanya itu, kepercayaan masyarakat terhadap bank yang
bersangkutan akan hilang, karena dana yang ditempatkan oleh masyarakat tidak dikelola
dengan baik oleh bank yang bersangkutan. Sehingga masyarakat tidak mau lagi
Dalam memberikan kredit, selain bank harus memiliki kepercayaan bahwa pihak
peminjam atau debitur dapat mengembalikan uang yang dipinjamkan sesuai dengan
ketentuan dan waktu yang ditetapkan, bank juga harus meminta adanya agunan dari pihak
debitur. Adanya agunan ini sebagai sumber pelunasan kredit yang telah diberikan oleh
yang tidak bisa dihindari. Begitu juga halnya dengan perkreditan bank. Untuk itu demi
Bank Indonesia mengeluarkan peraturan tentang Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your
peraturan ini, sudah pasti juga berlaku dalam transaksi kredit. Sebelum memberikan
nasabah dalam setiap transaksi perbankan harus berdasarkan standar yang telah
ditentukan dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Prinsip Mengenal Nasabah, yang
Namun dalam transaksi kredit, bank masih harus melakukan penilaian lagi
Perbankan, yaitu penilaian tehadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek
usaha dari nasabah debitur (pihak yang meminjam). Kelima aspek ini kemudian dikenal
dengan ”flic five C of credit analysis” atau 5 C's, yaitu character, capacity, capital,
conditions, dan yang terakhir collateral. Penilaian ini bertujuan untuk mengumpulkan
berbagai laporan dan informasi yang dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
pembenan kredit.
3. Internet Banking.
27
Ruddy Trisantoso, 1996. Kredit Usaha Perbankan, Andi Yogyakarta, yogyakarta, hal. 12
seiring berkembangnya teknologi dunia maya atau internet. Dunia Perbankan tidak
berbeda dengan industri lainnya dimana teknologi internet mulai masuk dan bahkan
sebagian besar transaksi perbankan saat ini dilakukan via internet. Hal ini dikarenakan,
proses transaksinya berlangsung cepat dan dapat dilakukan dimanapun kita berada, hanya
rnemberikan peluang usaha baru bagi bank. Hal ini tentu saja membawa perubahan bagi
strategi usaha perbankan, yang dulunya berbasis manusia menjadi berbasis teknologi
informasi yang lebih efisien bagi bank dan praktis bagi nasabah.
a). Bussiness expansion, yaitu adanya internet banking akan mempermudah transaksi
perbankan karena menghilangkan batas ruang dan waktu.
b). Customer loyality, yaitu nasabah akan merasa lebih nyaman untuk melakukan
aktivitas perbankannya tanpa harus membuka account (rekening) di bank yang
berbeda-beda di berbagai tempat. Dia, dapat menggunakan satu bank saja.
c). Revenue and cost improvement, yaitu biaya untuk memberikan layanan perbankan
melalui internet banking dapat lebih murah daripada membuka kantor cabang.
d). Competitive advantage, yaitu akan menarik minat masyarakat untuk menanamkan
dananya dan melakukan transaksi pada bank yang bersangkutan, karena fasilitas
internet memberikan kemudahan dalam bertransaksi. 28
Namun demikian, disamping bank memperoleh manfaat signifikan dari inovasi
teknologi melalui transaksi perbankan berbasis internet tersebut, bank juga menghadapi
risiko yang melekat pada kegiatan dimaksud, antara lain risiko strategik, risiko reputasi,
risiko operasional termasuk risiko keamanan dan risiko hukum, risiko kredit, risiko pasar
28
Budi Raharjo, “Aspek Teknologi Dan Keamanan Dalam Internet Banking”, www.bi.go.id,
diakses tanggal 28 Oktober 2008
produk layanan jasa perbankan melalui media lain, tetapi disadari bahwa internet banking
strategik, risiko operasional termasuk risiko keamanan dan risiko hukum serta risiko
reputasi. Oleh karena itu, disamping memanfaatkan peluang baru tersebut, bank harus
prinsip kehati-hatian. 29
internet banking, yaitu berupa pertemuan secara langsung antara nasabah dengan pihak
bank. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa pihak-pihak yang bertransaksi benar
adanya dan untuk melindungi kedua belah pihak dari berbagai risiko yang akan muncul
dikemudian harinya. Dan untuk mengurangi risiko yang akan dihadapi dalam transaksi
perbankan yang menggunakan jasa internet ini, maka bank harus menerapkan prinsip-
secara umum berlaku pula untuk aktivitas internet banking, namun prinsip-prinsip
pada aktivitas tersebut. Berdasarkan hal tersebut, prinsip manajemen risiko internet
banking dibagi dalam tiga bagian yang tidak terpisahkan dan saling melengkapi yaitu
29
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/DPNP tanggal 20 April 2004, “Pedoman
Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank melalui Internet (Internet Banking)”,
www.bi.go.id, diakses tanggal 27 Oktober 2008
dikelola secara baik dan hati-hati (prudent). Namun, di samping menjanjikan keuntungan
besar, bisnis ini juga penuh risiko. Perbankan dikatakan sebagai bisnis penuh risiko (full
risk business) dikarenakan sebagian besar kegiatan usaha yang dilakukan mengandalkan
dana dari masyarakat yaitu berupa tabungan, giro, deposito dan kegiatan penghimpun
dana lainnya. 30
dibandingkan dengan badan usaha pada umumnya. Bank sebagai lembaga keuangan yang
principles) pada transaksi yang dilakukan dengan nasabah. Hal ini bertujuan agar bank
dapat menjaga tingkat kesehatan sebagaimana yang telah ditentukan oleh Undang-
Undang Perbankan. 31
principles), diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) dan (3) Undang-Undang
prinsip kehati-hatian yang ditetapkan melalui peraturan Bank Indonesia. Ketentuan ini
30
Mulhadi, “Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principles) Dalam Kerangka Undang-
Undang Perbankan Di Indonesia”, www.library.usu.ac.id, diakses tanggal 30 OKtober 2008
31
Zahry Vandawati Chumaida, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dan Kesehatan Bank Dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adln.lib.unair.ac.id, diakses tanggal 29 Oktober
2008
prinsip kehati-hatian. Dan pada Pasal 29 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Perbankan,
mewajibkan bank dalam melakukan kegiatan usahanya harus sesuai dengan prinsip
Pasal 25 ayat (I) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
menjelaskan bahwa, dalam rangka melaksanakan tugas mengatur bank. Bank Indonesia
Dari ketentuan ini, sudah jelas bahwa dalam melakukan transaksi dalam bentuk
apapun, bank diwajibkan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian guna menjaga tingkat
kehati-hatian sudah pernah diatur dalam beberapa paket deregulasi, yaitu Paket
Deregulasi 25 Maret 1989 dan Paket Deregulasi Februari 1991. Walaupun sudah banyak
ketentuan yang dibuat pemerintah untuk mengatur prinsip ini, namun perbankan nasional
ruang lingkup pelaksanaan prinsip kehati-hatian seperti yang dijelaskan dalam Pasal 29
32
Mulhadi, “Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principles) Dalam Kerangka Undang-
Undang Perbankan Di Indonesia”, www.library.usu.ac.id, diakses tanggal 30 OKtober 2008.
Perbankan.
Di samping untuk menjaga tingkat kesehatan bank, prinsip kehati-hatian ini juga
bertujuan untuk melindungi dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. Prinsip kehati-
hatian ini merupakan bagian dari kebijakan moneter yang menyangkut kepentingan
semua masyarakat, tidak hanya nasabah yang melakukan transaksi di bank. Oleh karena
itu, prinsip kehati-hatian harus dipegang teguh oleh lembaga perbankan terutama dalam
Salah satu pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang harus diterapkan oleh lembaga
perbankan adalah penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer principles)
dalam setiap transaksi perbankan. Hal ini dijelaskan dalam Peraturan Bank Indonesia
transaksi, untuk terlebih dahulu mengetahui identitas nasabah yang bersangkutan, dengan
berupa identitas diri, asal-usul uang, tujuan melakukan transaksi, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan nasabah maupun transaksi yang akan dilakukan oleh nasabah, bank
dapat menghindari risiko-risiko yang akan muncul apabila bank melakukan transaksi
dengan nasabah yang tidak memenuhi persyaratan yang.telah ditentukan dalam Peraturan
Bank Indonesia tersebut. Ketentuan prinsip mengenal nasabah ini lebih untuk melindungi
bank dari transaksi yang dilakukan oleh nasabah yang tidak bertanggungjawab, yang