Anda di halaman 1dari 12

Drh.

Ardilasunu Wicaksono
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

Pencegahan dan Pengendalian


Zoonosis
Pendahuluan
Latar belakang

Zoonosis adalah penyakit dan infeksi yang secara alamiah ditularkan


diantara hewan vertebrata dan manusia. Perilaku manusia di dunia dalam skala
luas menyumbang terhadap munculnya penyakit-penyakit zoonosis, termasuk
tekanan populasi, deforestasi, intensifikasi pertanian, perdagangan global hewan
liar dan konsumsi daging secara berlebihan.

Di Indonesia, zoonosis dan foodborne zoonosis diprioritaskan pada


beberapa penyakit. Untuk zoonosis antara lain anthraks, avian influenza,
brucellosis dan rabies. Pada foodborne zoonosis diantaranya salmonellosis,
campylobacteriosis, taeniasis, toxoplasmosis, leptospirosis dan tuberculosis.

Dampak akibat zoonosis diantaranya adalah timbulnya kesakitan


(morbidity) dan kematian (mortality), baik pada manusia maupun hewan. Selain
itu menimbulkan dampak ekonomi akibat kehilangan tenaga kerja karena sakit,
menurunnya jumlah wisatawan ke daerah terjadinya wabah, turunnya produksi
ternak dan produk ternak, pemusnahan ternak sakit dan tersangka sakit, serta
pembatasan dan penurunan perdagangan internasional.

Dengan demikian, penyakit zoonotik harus dapat dicegah dan


dikendalikan dengan berbagai upaya yang dapat dilakukan. Upaya tersebut
harus melibatkan semua pihak agar tercapai tujuan kesehatan global baik
kesehatan pada manusia maupun hewan. Zoonosis dapat dicegah jika dilakukan
tindakan pencegahan dan pengendalian yang konsisten dan diperlukan
komitmen dari berbagai pihak.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk membahas mengenai


tindakan-tindakan yang dapat mencegah dan mengendalikan zoonosis secara
umum baik mengenai tindakan secara teknis, peran pemerintah, serta sedikit
disinggung mengenai konsep one health.

Pembahasan

Tindakan pencegahan zoonosis merupakan upaya secara dini untuk


menghalau masuknya penyakit sehingga terhindar dari kerugian dari zoonosis
tersebut baik pada hewan maupun manusia. Tindakan pengendalian zoonosis
merupakan upaya mengatur melalui manajemen kesehatan terhadap penyakit
yang sudah ada sehingga penyakit tersebut dapat dikurangi intensitasnya dan
dicegah penyebarannya.

Prinsip pencegahan dan pengendalian zoonosis sama halnya dengan


prinsip pencegahan dan pengendalian penyakit. Prinsip tersebut berkaitan erat
dengan konsep ecosystem health yaitu adanya keseimbangan antara
manusia/hewan, agen penyakit, dan lingkungan. Secara umum, manusia dan
hewan akan sehat jika ketiga unsur tersebut memiliki keseimbangan satu sama
lain, tidak ada yang lebih antara satu dengan lainnnya dan tidak juga kurang.
Resiko terjadinya penyakit pada manusia/hewan dipengaruhi oleh interaksi
antara tiga komponen yaitu manusia/hewan, lingkungan dan mikroorganisme.

Upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem di alam tersebut harus


dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit. Upaya pencegahan dan
pengendalian dapat dilakukan baik pada manusia/hewan, reservoir, vektor, agen
penyakit, dan juga lingkungan. Langkah pencegahan pada manusia adalah
dengan melakukan hidup bersih, melakukan higiene personal yang baik,
pengebalan dengan vaksinasi, dan peningkatan pengetahuan tentang zoonosis.
Pada hewan dapat dilakukan dengan isolasi hewan sakit, vaksinasi, pengobatan
dan eliminasi hewan pembawa penyakit. Pada lingkungan dengan menjaga
sanitasi lingkungan, penerapan biosekuriti, dan pengendalian vektor penyakit.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Higiene dan sanitasi

Higiene merupakan upaya untuk melindungi, memelihara, dan


meningkatkan kesehatan manusia. Higiene adalah segala sesuatu tindakan
kebersihan yang mempengaruhi kondisi kesehatan manusia dan menjamin
pemeliharaan kesehatan. Contoh tindakan higiene personal adalah
membersihkan diri dengan mandi atau mencuci tangan sehingga terhindar dari
mikroorganisme. Sanitasi lebih ditujukan pada pengawasan terhadap faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia. Tindakan sanitasi bertujuan
untuk mencegah atau menurunkan jumlah mikroorganisme.

Tindakan higiene dan sanitasi merupakan upaya dekontaminasi terhadap


mikroorganisme. Dekontaminasi menghancurkan virus dan organisme penyakit,
mengurangi risiko penularan antara hewan dengan hewan atau hewan ke
manusia. Dekontaminasi adalah unsur utama dari biosekuriti yang efektif.

Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara


menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam
rantai perpindahan penyakit tersebut. Penerapan dari prinsip-prinsip sanitasi
adalah untuk memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan
yang baik pada manusia. Dalam industri pangan, sanitasi meliputi berbagai
kegiatan secara aseptik dalam persiapan, pengolahan dan pengemasan produk
makanan, pembersihan dan sanitasi pabrik serta lingkungan pabrik dan
kesehatan pekerja.

Dalam industri perunggasan, prinsip-prinsip sanitasi dilakukan pada


berbagai tahapan. Tahap tersebut dimulai dari usaha pembibitan ayam, usaha
pembesaran ayam, rumah pemotongan unggas dan atau tempat pemrosesan
daging sampai pada penanganan pasca panen, pengolahan dan penyimpanan
daging.

Kegiatan sanitasi dengan desinfeksi dilakukan dengan membersihkan


seluruh benda atau bahan yang berpotensi dalam menyebarkan agen penyakit.
Kelompok desinfektan seperti komponen ammonium kuartener diketahui efektif
untuk membunuh virus. Desinfektan menjadi tidak efektif jika terdapat materi
organik yang menutui permukaan, sehingga sebelum dilakukan desinfeksi, materi
organik seperti feses harus terlebih dahulu dibersihkan.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Kegiatan sanitasi yang berhubungan dengan produk makanan meliputi


pengawasan mutu bahan mentah, perlengkapan dan suplai air, usaha
pencegahan dan kontaminasi penyakit, pengolahan, penyimpanan dan
pengemasan. Kegiatan tersebut memerlukan proses sanitasi yang baik agar
kualitas produk yang dihasilkan benar-benar aman dan sehat dari pengaruh
bahaya (hazard) yang mungkin timbul yang dapat menyebabkan penyakit pada
konsumen. Kontaminasi mikroorganisme dapat terjadi pada semua titik dalam
proses produksi. Oleh karenanya sanitasi harus diterapkan pada semua proses
dari hulu ke hilir (safe from farm to table).

Vaksinasi

Pengendalian penyakit hewan adalah suatu upaya mengurangi interaksi


antara agen penyebab penyakit dengan inang (manusia/hewan) sampai pada
tingkat dimana hanya sedikit inang yang terinfeksi. Salah satu cara untuk
melakukan pengendalian terhadap penyakit adalah dengan melakukan upaya
pencegahan penyakit diantaranya dengan melakukan vaksinasi.

Tujuan vaksinasi adalah memberikan kekebalan (antibodi) pada inang


sehingga dapat melawan antigen atau mikroorganisme penyebab penyakit.
Vaksinasi adalah pemberian antigen untuk merangsang sistem kebal
menghasilkan antibodi khusus terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
virus, bakteri dan protozoa.

Biosekuriti

Biosekuriti termasuk manajemen seluruh resiko kesehatan biologis dan


lingkungan yang berhubungan dengan pangan. Biosekuriti terdiri dari suatu
rangkaian praktek-praktek manajemen dan jika diikuti akan mengurangi potensi
penularan/penyebaran zoonosis terhadap dan antar tempat, hewan, dan
manusia.

Biosekuriti terdiri dari dua elemen utama yaitu bio-containment dan bio-
exclusion. Bio-containment berarti pencegahan virus dari sumber yang terinfeksi
dan bio-exclusion berarti tindakan-tindakkan untuk mengisolasi pembawa infeksi
dari tempat yang tidak terinfeksi.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Menurut Depkes RI, biosekuriti memiliki 3 komponen utama yang antara


lain
 Isolasi : berarti pembatasan hewan hidup di dalam lingkungan yang
terkontrol
 Pengawasan lalu lintas : termasuk lalu lintas manusia juga lalu lintas
kendaraan di dalam lingkungan yang diawasi
 Sanitasi : kebersihan dan desinfeksi material, orang dan peralatan
yang memasuki lingkungan yang dikontrol

Secara umum, biosekuriti merupakan jalur normal untuk menghindari


kontak yang tidak perlu antara hewan dan mikroba, hewan yang terinfeksi dan
hewan yang sehat. Biosekuriti juga diterapkan untuk langkah-langkah bagi
perlindungan kesehatan masyarakat yang akan mengurangi kontak antara
hewan dan manusia.

Biosekuriti meliputi manajemen terhadap risiko biologis secara


menyeluruh untuk mewujudkan keamanan pangan, melindungi kesehatan
hewan, manusia dan tanaman, melindungi lingkungan serta berkontribusi dalam
pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Aspek biosekuriti dalam peternakan
yang perlu diperhatikan adalah lokasi dan disain, pengendalian lalu lintas
manusia, hewan, peralatan dan kendaraan, pengendalian kesehatan unggas,
pencegahan kontaminasi fasilitas dengan pembersihan dan disinfeksi, serta
pengendalian vector.

Tindakan biosekuriti dalam bidang pertanian bertujuan untuk;


 melindungi sistem pertanian dan semua sistem yang terkait,
 melindungi kepercayaan konsumen terhadap produk pertanian
 melindungi lingkungan dan meningkatkan produksi yang
berkelanjutan.
Dalam bidang peternakan, biosekuriti adalah praktek yang dirancang untuk
mencegah penyebaran penyakit ke dalam suatu peternakan. Biosekuriti dalam
peternakan unggas sebagai serangkaian tahapan manajemen yang diambil untuk
melindungi masuknya agen infeksius ke dalam suatu kelompok atau flok ternak
hewan.

Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu perangkat program kerja dan


prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan menyebarnya hama
Ardilasunu Wicaksono 2010

dan jasad renik berbahaya di berbagai tempat baik di sektor hulu seperti
peternakan, atau sektor hilir sampai ke masyarakat. Implementasi biosekuriti
akan menghalangi bergeraknya agen yang menyebar dengan cepat yang
berbahaya dari hewan ke berbagai fasilitas yang terdapat disekitarnya dan peka
terhadap agen tersebut.

Pada praktek di perunggasan biosekuriti merupakan semua praktek-


praktek manajemen yang diberlakukan untuk mencegah penyakit pada unggas
dan organisme penyebab penyakit zoonotik yang akan masuk ke kelompok
unggas. Biosekuriti merupakan konsep sebagai bagian integral dari suksesnya
sistem produksi suatu peternakan unggas, khususnya dalam mengurangi risiko
dan konsekuensi dari masuknya penyakit baik infeksius maupun non-infeksius

Biosekuriti mencakup pemeriksaan dan pengujian hewan yang datang,


karantina/isolasi hewan yang masuk, serta pemantauan dan evaluasi. Penerapan
biosekuriti sangat dibutuhkan dalam program keamanan pangan di tingkat
peternakan untuk menjamin mutu dan kesehatan hewan, memenuhi keinginan
konsumen serta memberikan keuntungan pada peternakan tersebut. Selain itu
biosekuriti menjamin hewan lebih sehat. Sumber penyakit pada peternakan
adalah orang, pegawai, dokter hewan, sopir; unggas yang baru masuk, peralatan
yang tercemar atau masih mengandung agen penyakit, vektor seperti rodensia,
burung liar, insekta, burung air.

Secara umum, biosekuriti meliputi tiga komponen utama yaitu isolasi,


pengendalian lalu lintas, dan sanitasi. Selanjutnya FAO menyatakan bahwa
tindakan biosekuriti meliputi pemantauan (monitoring), surveilans, isolasi,
pembatasan lalu lintas, eliminasi, eradikasi, dan pencegahan.

Isolasi

Isolasi merupakan pengurungan atau pengandangan hewan dalam satu


lingkungan terkendali atau dapat diartikan dengan penyediaan pagar pemisah,
kandang, atau sangkar untuk menjaga hewan tidak lepas atau keluar, serta
mencegah masuknya hewan lain ke dalam lingkungan tersebut. Pada peternakan
unggas, isolasi dapat dipraktekkan dengan manajemen all-in/ all-out yaitu
penyediaan jeda waktu antara satu pemeliharaan suatu flok dan flok yang
berikutnya. Pada waktu jeda tersebut dilakukan pembersihan dan disinfeksi pada
fasilitas dalam peternakan untuk memutus siklus penyakit.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Pengendalian lalu lintas

Pengendalian dan pengawasan diterapkan terhadap lalu lintas ke dan


dari peternakan, serta di dalam peternakan itu sendiri. Pengendalian lalu lintas
diterapkan pada manusia, ternak, hewan lain, bahan, dan peralatan.
Pengendalian ini dapat mencakup penyemprotan desinfektan terhadap peralatan
dan kendaraan yang akan masuk ke dalam peternakan atau kandang,
meghindari terjadinya pinjam-meminjam peralatan antar peternakan, melarang
masuk orang yang tidak berkepentingan ke dalam kandang, serta melakukan
penyemprotan terhadap sopir, penjual, atau petugas lainnya dan mengganti
pakaian ganti dengan pakaian khusus.

Sanitasi

Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi, bahan-bahan, dan peralatan


yang masuk ke dalam peternakan dan di dalam peternakan.

Pemantauan dan surveilans

Pemantauan bertujuan untuk mendeteksi perubahan prevalensi penyakit


dalam suatu populasi. Perubahan tersebut memberikan peringatan yang harus
ditindak-lanjuti dengan tindakan spesifik untuk menghentikan peningkatan kasus
penyakit. Pemantauan sebaiknya dilaksanakan setiap hari oleh pemilik
peternakan. Keterlibatan dokter hewan sangat diperlukan bila terjadi kecurigaan
dalam kesehatan hewan. Pemantauan dapat diterapkan pada tingkat negara dan
internasional.

Isolasi, eliminasi dan eradikasi

Isolasi terhadap hewan atau kelompok hewan sakit, desa, provinsi, dan
negara harus dilaksanakan secepat mungkin Jika terjadi suatu kasus penyakit
untuk menghentikan penyebaran penyakit tersebut. Hewan yang sakit harus
segera diisolasi, selanjutnya hewan tersebut dapat diobati, atau dibunuh,
tergantung dari diagnosa. Eliminasi penyakit merupakan pembunuhan hewan-
hewan sakit atau semua hewan pada suatu peternakan. Pembunuhan hewan
tersebut dilakukan secara manusiawi atau memperhatikan kesejahteraan hewan.
Istilah eradikasi mirip dengan eliminasi namun lebih difokuskan pada
pengendalian penyakit yang lebih besar seperti provinsi, negara, atau benua.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Stamping out merupakan strategi untuk eliminasi secara cepat terhadap


masuknya penyakit eksotik maupun penyakit strategis. Strategi ini merupakan
depopulasi seluruh ternak baik yang tertular maupun yang sehat dalam radius
tertentu. Stamping out biasanya dilakukan pada peternakan dengan jumlah
populasi besar seperti pada peternakan unggas. Sementara test and slaughter
merupakan strategi yang dilakukan untuk pencegahan masuknya dan
tersebarnya suatu penyakit menular dengan cara melakukan uji secara individu
pada ternak, dan jika uji positif maka ternak tersebut akan disembelih untuk
menghindari penularan agen penyakit pada ternak lainnya. Test and slaughter
biasanya dilakukan pada ternak besar seperti sapi dan kerbau

Peran pemerintah dalam pengendalian zoonosis

Peran dan fungsi pemerintah dalam pengendalian zoonosis yaitu

 Meningkatkan pengetahuan ekologi dan epidemiologi untuk mendeteksi


penyakit dan memonitor program pengawasan zoonosis.
 Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat
(public awareness) terhadap penyakit-penyakit zoonotik strategis sebagai
upaya pencegahan zoonosis.
 Mengoptimalkan risk management dan risk communication hasil risk
analysis importasi (lalu lintas) ternak dan produk asal hewan.
 Mengintesifkan koordinasi pengawasan antara Dinas dengan seluruh
stake holder terkait.
Peran dan fungsi tersebut harus dikerjakan bersama dengan komponen
masyarakat agar terjadi optimalisasi dari tujuan pengendalian zoonosis yang
ingin dicapai.

Pengendalian zoonosis terkait dengan keamanan pangan juga perlu


diperhatikan untuk mencegah terjadinya foodborne zoonosis. Program keamanan
pangan dirancang berdasarkan prinsip identifikasi dan penelusuran (Identification
– tracebility) pangan asal hewan. Program tersebut mencakup tentang kegiatan
teknis di lapangan, fasilitasi pengujian dan pemberdayaan laboratorium daerah,
dan menganalisa data hasil pengujian.

Kegiatan teknis dilakukan dengan melakukan sampling dari tiga penyakit


utama di Indonesia seperti salmonellosis, campylobacteriosis, dan anthraks pada
unit usaha pangan asal hewan khususnya Rumah Potong Hewan dan Rumah
Ardilasunu Wicaksono 2010

Potong Unggas. Dari hasil analisa data di lapangan, dapat dilakukan pemetaan
penyakit, pengambilan data sebagai bahan kebijakan lebih lanjut, tindakan
penyidikan dengan melakukan surveilans zoonosis, dan tindakan konsolidasi
yang meliputi pembinaan teknis dan sosialisasi.

Tindakan dan pengawasan zoonosis yang dicanangkan oleh pemerintah


antara lain pemeriksaan dokumen kesehatan hewan/produk hewan, pemeriksaan
antemortem dan postmortem di RPH/RPU, pemeriksaan sample laboratorium,
sistem kewaspadaan / peringatan dini dan public awareness.

Untuk program pengendalian zoonosis daerah terancam pemerintah


berupaya untuk meningkatkan komitmen dari pemerintah dan berbagai unsur
mitra yang berpotensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan zoonosis.
Selain itu memadukan berbagai kegiatan promosi dan pencegahan zoonosis
serta meningkatkan pembinaan dan penanganan zoonosis tersebut. Upaya yang
dilakukan adalah dengan pengawasan lalu lintas hewan/media pembawa
zoonosis secara ketat serta melakukan penyiagaan sumber daya untuk
menanggulangi kemungkinan masuknya penyakit.

Contoh stategi yang dilakukan pemerintah untuk penanggulangan


penyakit rabies diantaranya adalah:
 Membentuk tim koordinasi penangkalan rabies di daerah terancam.
 Melakukan pencegahan dan penangkalan masuknya rabies ke daerah
terancam oleh dinas bekerjasama dengan instansi terkait.
 Meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia.
 Penyiagaan vaksinasi hewan.
 Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat.
 Pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan kemampuan,
kemandirian dan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit.

Konsep One Health

Permasalahan yang ada saat ini adalah adanya kesenggangan antara


profesi yang memegang peran penting di dalam pengendalian zoonosis. Peran
kedokteran dan kedokteran hewan masih dipandang sebagai sektor dan
identititas yang terpisah di hampir semua negara. Secara umum, kedua profesi
tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan bidang
Ardilasunu Wicaksono 2010

keilmuan yang dimiliki. Meskipun pada kenyataannya, ada banyak hal-hal yang
tumpang tindih antara kedua sektor ini, terlebih lagi apabila menyangkut
kesehatan masyarakat dan pengendalian penyakit-penyakit yang bisa ditularkan
ke manusia atau zoonosis.

Konsep one health merupakan suatu gerakan untuk menjalin kemitraan


antara dokter dan dokter hewan yang harus disepakati oleh berbagai pihak, baik
organisasi medik kesehatan, kesehatan hewan maupun kesehatan masyarakat.
Upaya untuk pelaksanaan dalam merintis konsep one health harus dimulai
dengan merancang kerjasama dan mengurangi hambatan komunikasi yang
terjadi antara dokter dan dokter hewan. Rintisan konsep one health adalah
respons langsung dari kepedulian yang semakin bertambah mengenai ancaman
penyakit-penyakit yang baru muncul di seluruh dunia dan ancaman nyata di
depan kita seperti wabah yang membahayakan kesehatan manusia dan hewan
domestik. Ancaman ini juga berpotensi mempengaruhi perekonomian regional
dan global.

Salah satu sasaran konsep one health adalah mengintegrasikan sistem


pendidikan di lingkup dan antara perguruan tinggi kedokteran, kedokteran hewan
dan kesehatan masyarakat. Upaya ini juga dimaksudkan untuk menghimbau
peningkatan komunikasi lintas disiplin dalam berbagai kesempatan, baik itu
seminar, konferensi, jurnal, kuliah, maupun pengembangan jaringan (networking)
di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih lanjut, konsep one health mempromosikan pentingnya penelitian


bersama terhadap penularan lintas spesies dan surveilans serta sistem
pengendalian terintegrasi antara manusia, hewan domestik dan hewan liar.
Rintisan ini akan mendorong dan memicu penelitian perbandingan (comparative
reserach) dan akan menjadi payung dari semua penelitian-penelitian mengenai
penyakit-penyakit yang berpengaruh terhadap manusia dan hewan. Konsep one
health juga akan mendorong kemitraan yang lebih erat di antara para akademisi,
industri dan pemerintah untuk mengembangkan dan mengevaluasi metoda
diagnostik baru, pengobatan dan vaksin untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit lintas spesies, bersamaan dengan upaya bersama untuk
menginformasikan dan mengedukasi masyarakat.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Konsep one health akan mendorong kemitraan antara dokter dan dokter
hewan menuju penelitian dan surveilans yang lebih baik di bidang zoonotik dan
penyakit-penyakit baru muncul (emerging dan re-emerging zoonosis).
Mengedepankan pencegahan zoonosis dengan konsep one health merupakan
kunci tujuan yang harus ditekankan terus menerus untuk mencapai kesehatan
global.

Kesimpulan

Pencegahan dan pengendalian zoonosis terkait dengan keseimbangan


antara manusia, hewan, lingkungan, dan agen penyakit. Pencegahan dilakukan
terhadap semua unsur untuk tetap mempertahankan keseimbangan tersebut.
Secara teknis, upaya pencegahan dan pengendalian zoonosis meliputi tindakan
higiene dan sanitasi, vaksinasi, dan biosekuriti. Dalam mencapai tujuan
terkendalinya zoonosis juga perlu peran dan komitmen dari semua pihak baik
pemerintah maupun masyarakat. Konsep one health yang baru-baru ini dirintis
juga menjadi salah satu upaya pengendalian zoonosis di masa yang akan
datang.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Daftar Pustaka

Budinuryanto DC, Balia R, Lestari TD, Setyowati EY. 2009. Vaksin dan
Vaksinasi. Bandung: Manajemen Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

CBAIC [Community-Based Avian Influenza Control Project]. 2010. The Avian


Influenza Roundup, Kajian Triwulanan Pengendalian Flu Burung di
Indonesia. http://www.dai.com/work/project_detail.php?pid=122. [3
Desember 2010].

Depkes [Departemen Kesehatan]. 2006. Intervensi Kesehatan Masyarakat untuk


Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung. Jakarta: Direktorat
Penyehatan Lingkungan – Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Henning KA, Henning J, Morton J, Long NT, Ha NT, Meers J. 2009. Farm and
flock Level Risk Factors Associated With Highly Pathogenic Avian
Influenza Outbreaks on Small Holder Duck and Chicken Farms in The
Mekong Delta of Viet Nam. J. Preventive Veterinary Medicine 91: 179–
188

Krisnandana. 2009. Visi dan Misi Kesmavet. Jakarta: Direktorat Kesehatan


Mayarakat Veteriner - Direktorat Jenderal Peternakan dan kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Lukman DW. 2010. Biosekuriti: Perlu Diterapkan dalam Rantai Pangan Asal
Unggas. Bogor: Fakultas Kedokteran hewan, Institut Pertanian Bogor.

Naipospos TS. 2009. Rintis Konsep One Health Untuk Melawan Penyakit
Zoonosis. Bangkok: OIE Regional Coordination Unit.

Soejoedono RR. 2004. Zoonosis. Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner,


Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet. Bogor: Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Yee KS, Carpenter YE, Carjona CJ. 2009. Epidemiology of H5N1 Avian
Influenza. Comp. Immun. Microbiol. Infect. Dis. 32 : 325–340

Anda mungkin juga menyukai