UKURAN KINERJA
DALAM LINGKUNGAN MRP II
A. UKURAN KINERJA
Mengukur kinerja suatu fungsi memerlukan standar yang sudah ditetapkan terlebih dahulu,
tergantung obyektif dari fungsi tersebut. Ukuran kinerja digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh suatu obyektif atau perencanaan itu telah tercapai. Ukuran kinerja juga
digunakan untuk membandingkan seberapa baik suatu kinerja perusahaan dibandingkan
dengan kinerja perusahaan lain, dibandingkan dengan kinerja perusahaan unggulan, dan
sebagainya. Ukuran ini dapat dinyatakan secara kualitatif atau secara kuantitatif. Ukuran
kuantitatif menggunakan kurva, grafik , angka atau data kuantitatif lainnya. Ukuran kualitatif
menggunakan deskripsi non kuantitatif.
1. Ukuran Kualitatif
Ukuran kualitatif, walaupun berguna dan diperlukan, tetapi mengandung kelemahan-
kelemahan sebagai berikut.
Oleh karena itu, ukuran kualitatif perlu dilengkapi dengan ukuran kuantitatif. Contoh dari
ukuran kualitatif adalah penilaian dan pengukuran yang hanya dikatakan dengan ungkapan-
ungkapan sebagai berikut.
Cukup bagus
Lumayan
Kurang efisien
Tahun ini lebih baik dari tahun yang lalu
Kerjanya baik
Penilaian tersebut tidak didukung dengan perhitungan kuantitatif. Jelas hal tersebut sangat
relatif dan subyektif.
2. Ukuran Kuantitatif.
Ukuran kuantitatif mempunyai sifat-sifat yang lebih unggul daripada ukuran kualitatif, yaitu :
Database
7. Daftar Kebutuhan Material (BOM)
8. Pengendalian persediaan
9. Ruting
Masing-masing dari 12 fungsi tersebut perlu ditentukan dan dihitung ukuran kinerjanya.
Apabila ingin mengetahui dalam kelas mana suatu perusahaan berada, maka dihitung ukuran
kinerja secara rata-rata dari keseluruhan angka ukuran kinerja tersebut.
Gambar 39
Model Bisnis MRP II
PERENCANAAN BISNIS Obyektif
PERENCANAAN
MANAJEMEN PERENCANAAN PENJUALAN Permintaan
PUNCAK
PERENCANAAN PRODUKSI Sumber Daya
Sumber Tidak
Daya OK?
Ya
UMPAN BALIK
PENJADWALAN INDUK Produk
BOM
PERENCANAAN
Status
MANAJEMEN Persediaan
PERENCANAAN MATERIAL Material
OPERASI Ruting
PERENCANAAN KAPASITAS Kapasitas
Rencana Tidak
OK?
Ya
PEMBELIAN Komponen
PELAKSANAAN
MANAJEMEN PENGAWASAN RUANGAN Jam
OPERASI
PENGUKURAN KINERJA Akuntabilitas
Perhitungan dan pengukuran dari hal-hal di atas dilakukan setiap bulan dan setiap tahun. Inti
dari semua ukuran kinerja perencanaan bisnis adalah ROI, yaitu angka prosentase yang
diperoleh dari rasio antara pendapatan dan investasi. ROI ini dibagi 2 yaitu ROA dan RONA.
Atas dasar rumus tersebut, perhitungan kinerja Perencanaan Bisnis adalah sebagai berikut.
Untuk mencapai kelas A, sekurang-kurangnya kinerja tersebut harus mencapai angka 95%
Untuk mencapai kelas A, diperlukan hasil perhitungan yang mencapai minimum 95% dalam
segi harga dan minimum 90% dari segi satuan produk.
Untuk mencapai kelas A, diperlukan hasil perhitungan kinerja tersebut minimal sebesar 95%.
Untuk mencapai kelas A, diperlukan hasil perhitungan ukuran tersebut sebesar minimal 95%.
Tabel 50
Ukuran Kinerja Perencanaan Manajemen Operasi
Untuk mencapai kelas A, diperlukan hasil perhitungan kinerja tersebut mencapai angka
minimal 95%.
Untuk mencapai kelas A, diperlukan hasil perhitungan rata-rata kinerja tersebut minimum 95%.
Tabel 51
Ukuran Kinerja Database
Untuk mencapai kelas A, diperlukan hasil dari perhitungan keakuratan tersebut minimum 99%.
Perlu diperhatikan, ini agak berlainan dengan ketentuan minimum prosentase dibandingkan
dengan ukuran kinerja yang lain, yang umumnya mensyaratkan minimum hanya 95%. Ini
menunjukkan betapa vitalnya keakuratan data tersebut.
Untuk mencapai kelas A, hasil perhitungan keakuratan tersebut harus mencapai angka
minimum 95%.
Untuk mencapai kelas A, perhitungan keakuratan tersebut harus mencapai paling sedikit 95%.
E. UKURAN KINERJA EKSEKUSI MANAJEMEN OPERASI.
Bidang ini menyangkut 3 fungsi, yaitu perencanaan pembelian, pengawasan lantai produksi,
dan kinerja pengiriman. Dalam Tabel 52, penanggung jawab dan obyektif tiap-tiap fungsi
tersebut dicantumkan.
Tabel 52
Ukuran Kinerja Eksekusi Manajemen Operasi
Untuk mencapai kelas A, perhitungan ukuran kinerja di atas harus mencapai angka minimal
95%.
Untuk mencapai kelas A, hasil perhitungan kinerja tersebut harus mencapai sekurang-
kurangnya angka 95%.
Istimewa (4)
Tingkat tertinggi yang mungkin diharapkan dalam pelaksanaan metoda MRP II.
Cukup (2)
Melakukan hampir semua proses yang disyaratkan, alat pembantu sudah ada,
tetapi belum sepenuhnya memanfaatkan proses sehingga belum mencapai hasil
yang dibutuhkan.
Kurang (1)
Sumber daya manusia, proses, data, sistem belum berada pada tingkat
persyaratan minimal, sehingga hanya menghasilkan sangat sedikit, kalau tidak
boleh dikatakan tidak ada.
Angka penilaian dari semua pertanyaan dirata-ratakan dan hasilnya menentukan apakah suatu
perusahaan masuk kelas A, B, C, atau D.
Umum
1. Komitmen Manajemen
Manajemen Data
17. BOM dan Ruting yang Terintegrasi
18. Keakuratan Data :
BOM 98%-100%
Ruting 95%-100%
Catatan Persediaan 95%-100%
19. Pengawasan Perubahan Produk
Perbaikan Terus-Menerus
20. Pendidikan Karyawan
21. Pengikut-sertaan Karyawan
22. Satu Kurang Setiap Waktu
23. Proses Perbaikan Mutu Total
24. Strategi Pengembangan Produk
25. Hubungan Kemitraan dengan Pelanggan
Pengukuran Kinerja
26. Kinerja Perencanaan Produksi +/- 2%
27. Kinerja MPS 95%-100%
28. Kinerja Jadwal Manufaktur 95%-100%
29. Kinerja Jadwal Rekayasa 95%-100%
30. Kinerja Pengiriman Pemasok 95%-100%
31. Pelayanan Pelanggan Sesuai Janji 95%-100%
32. Kinerja Mutu Terukur
33. Kinerja Biaya Terukur
34. Kinerja Velositas Terukur
35. Penggunaan Ukuran oleh Manajemen untuk Perbaikan
Model ABCD adalah suatu metoda umum untuk membantu perusahaan menentukan seberapa
baik pelaksanaan MRP II di perusahaan tersebut. Metoda ini memungkinkan perusahaan secara
mudah mengetahui di mana letak kekurangannya sehingga dengan mudah dapat menfokuskan
dan memprioritaskan diri pada penyempurnaan kekurangan tersebut.
Biaya
1) Persentase peningkatan perputaran persediaan.
2) Persentase pengurangan transaksi data.
3) Persentase peningkatan pengiriman barang langsung pada titik dibutuhkan.
4) Persentase peningkatan keluaran per karyawan, dalam uang.
5) Persentase pengurangan utilisasi ruangan lantai produksi.
Fleksibilitas
1) Persentase pengurangan waktu edar.
2) Persentase pengurangan waktu penyiapan.
3) Persentase pengurangan dalam ukuran lot.
4) Persentase peningkatan jumlah tugas yang dikuasai setiap karyawan.
5) Persentase peningkatan jumlah material standar yang digunakan setiap
produk.
Keandalan
1) Persentase peningkatan peralatan yang mampu memproses.
2) Persentase peningkatan efektivitas keseluruhan perlengkapan.
3) Persentase pengurangan biaya produk atau pelayanan.
4) Persentase pengurangan dalam biaya rekayasa.
5) Persentase peningkatan dalam pengiriman tepat waktu.
Inovasi
1) Persentase pengurangan waktu pengenalan produk baru.
2) Persentase peningkatan pendapatan penjualan produk baru terhadap
seluruh pendapatan penjualan.
3) Persentase peningkatan jumlah paten yang diperoleh.
4) Persepsi pelanggan terhadap perusahaan sebagai pemimpin dalam inovasi.
5) Persentase waktu manajemen yang disisihkan untuk memimpin atau
mendorong inovasi.
Langkah Perencanaan
Mengidentifikasi apa yang akan dibenchmark.
Menentukan perusahaan acuan benchmark.
Memilih metoda pengumpulan data dan mengumpulkan data.
Langkah Analisis
Menentukan perbedaan antara kinerja sendiri dan benchmark.
Proyeksikan target perbaikan untuk waktu yang akan datang.
Langkah Integrasi
Komunikasikan temuan benchmark dan usahakan memperoleh
persetujuan.
Buat target perbaikan untuk setiap fungsi.
Langkah Tindakan
Kembangkan perencanaan tindakan.
Ambil tindakan dan monitor hasil.
Bandingkan dan ukur kembali berdasarkan benchmark.
Tabel 53 memperlihatkan cara pembandingan antara kinerja sendiri, kinerja kompetitor, dan
kinerja kelas dunia atau benchmark, dari waktu ke waktu untuk beberapa contoh jenis ukuran
kinerja. Dari Tabel tersebut terlihat bagaimana perbandingan antara kinerja perusahaan sendiri
dengan perusahaan kompetitor dan benchmark, serta bagaimana kemajuan yang telah dicapai
setelah setahun berjalan.
Tabel 53
Pengumpulan Data untuk Benchmarking
Waktu
4 3 2 3 2,5 2
Penyerahan
Perputaran
9 14 18 13 16 19
Persediaan
%
35 50 60 45 55 65
Nilai Tambah
Benchmarking sangat disarakan untuk digunakan dalam rangka perbaikan kinerja terus-
menerus. Dalam hubungan ini benchmarking menawarkan pedoman sebagai berikut.
Perlu diantisipasi bahwa umumnya pada mulanya kelihatan perbedaan yang besar
antara hasil kinerja sendiri dan benchmark. Hal ini jangan membuat kecil hati dan
pesimis. Pandanglah ini sebagai kesempatan yang besar untuk memperbaiki diri.
Mulailah dengan langkah perbaikan yang realistis dan dapat dicapai. Tidak perlu
seluruh fungsi dalam perusahaan dibenchmark, tetapi konsentrasikan dahulu pada
satu atau dua fungsi.
Carilah benchmark pada beberapa perusahaan unggul. Tidak ada satu perusahaan
yang paling unggul dalam segala hal atau dalam semua fungsi.
Jangan terlalu fanatik dan keras pada angka perbandingan, karena waktu akan
terlalu banyak terbuang untuk mengukur, memperbaiki, dan menghitung, dan
kurang waktu untuk berusaha memperbaiki kinerja.