which provides its members with important knowledge, including basic facts, job skills, and cultural norms and values (Macionis, 2008).
Pada masyarakat sederhana, yang belum
mengenal tulisan (seperti masyarakat hunting & gathering), pendidikan menyatu dalam berbagai aspek kehidupan.
Pengetahuan dan ketrampilan biasanya dipelajari
secara informal dalam keluarga. Dalam masyarakat yang lebih kompleks, seperti masyarakat industri, institusi pendidikan menjadi institusi yang berdiri sendiri.
Pendidikan dibutuhkan dan mulai
berkembang, khususnya di Eropa. Sosiolog pendidikan: penerapan teori, perspektif, dan metode penelitian untuk menganalisis proses-proses dan praktek- praktek pendidikan.
Akar pemikiran sosiologi pendidikan dapat
dilihat dari pemikiran Emile Durkheim, khususnya dalam buku Education and Sociology. Struktural Fungsional Konflik Interaksionisme simbolik Perspektif ini mendominasi pemikiran sosiologi pendidikan sampai tahun 1950an. Pertanyaan: ◦ Apa fungsi pendidikan bagi masyarakat secara keseluruhan? ◦ Apa hubungan fungsional antara pendidikan dengan institusi-institusi lain dalam sistem sosial? (Haralambos, 2008).
Pendidikan cenderung difokuskan pada
kontribusi positif pendidikan dalam mempertahankan keteraturan sosial (social order). Emile Durkheim: ◦ Fungsi utama pendidikan adalah men-transmisikan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. ◦ Dalam masyarkat industri yang kompleks, sekolah memainkan peran yang tidak dapat dijalankan oleh keluarga dan kelompok bermain. ◦ Pendidikan mengajarkan ketrampilan khusus yang diperlukan untuk bekerja. Ketrampilan kerja ini diperlukan dalam masyarakat industri yang sifat kompleks dan terspesialisasi. Talcott Parsons: ◦ Sekolah berfungsi sebagai jembatan antara keluarga dan masyarakat, mempersiapkan anak untuk menjalankan peran sebagai orang dewasa.
◦ Dalam keluarga, individu diperlakukan dalam particular
values sedangkan di sekolah menjalankan universal values.
◦ Dalam keluarga, individu memiliki ascribed status
sedangkan di sekolah individu dipersiapkan untuk memperoleh achieved status.
◦ Sistem pendidikan penting sebagai mekanisme seleksi
individu dalam menjalankan peran dalam masyarakat. Berkembang sekitar tahun 1960an, ditandai dengan kesenjangan sosial dalam masyarakat. Fokus pemikiran: ◦ Konflik kepentingan antar kelompok. The powerful are gain at the expense of the less powerful. ◦ Pendidikan “melayani” kepentingan kelompok yang berkuasa. Ia mempertahankan kekuasaan, privilese dan kekayaan kelompok penguasa. ◦ Pendidikan mempertahankan ketimpangan sosial.
Beberapa tokoh: Karl Marx, Max Weber, Samuel
Bowles & Herbert Gintis, Randall Collins. Bowles & Gintis (Neo-Marxian): ◦ Sistem pendidikan merupakan elemen penting dalam reproduksi pembagian kerja, yang secara luas merupakan refleksi dari hegemoni kelas kapitalis.
◦ Tidak mungkin memahami cara kerja sistem pendidikan
secara terpisah dari analisis struktur kelas yang telah terikat.
◦ Keterkaitan antara sekolah, keluarga dan tempat kerja
memainkan peranan dalam reproduksi pembagian kerja secara sosial Max Weber: ◦ Terdapat konflik kepentingan dalam membentuk sistem pendidikan. ◦ Ia melihat bagaimana kepentingan-kepentingan kelompok penguasa mendikte sistem pendidikan, bahkan dalam membentuk “educational ideals”.
◦ Sekolah diciptakan oleh kelompok-kelompok dominan
untuk kepentingan mereka sendiri. ◦ Education serves to reinforce “status culture” by identifying “insiders” and posing barriers to outsiders. Foto diri Max Weber Randall Collins (Neo-Weberian): ◦ Sistem pendidikan (di Amerika) merefleksikan kurangnya pertimbangan akan kebutuhan teknis, tetapi lebih pada kompetisi “status group” untuk memperoleh kekayaan, kekuasaan, prestise.
◦ Kegiatan utama sekolah adalah mengajarkan
budaya status tertentu.
◦ Education as a mechanism of occupational
placement. Ide dasar: individu menciptakan realitas dari pengalaman hidup sehari-hari mereka.
Ide ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana
stereotipe dapat membentuk proses di ruang kelas.
Self-fulfilling prophechy (Thomas theorm):
situations people define as real become real in their consequences. Teorm ini menggambarkan bagaimana citra diri siswa penting dalam bagaimana prestasi siswa di sekolah. Formal: sekolah
Informal: keluarga dan lingkungan
Non-formal: pendidikan terstruktur yang
berfungsi untuk menambah ketrampilan Krisis logistik Menyangkut masalah pendanaan dan fasilitas. Krisis fungsional Menyangkut masalah tujuan hakiki pendidikan Differential Educational attainment Mobilitas sosial Budaya sekolah Analisis kebijakan pendidikan Citizenship education Pendidikan multikultural Pendidikan eksklusif atau inklusif? Kontestasi kepentingan dalam sistem pendidikan Kurikulum terselubung (hidden curriculum) Tawuran pelajar Bullying