Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

Profesionalisme Guru di Dalam Meningkatkan Kualitas


Pendidikan Nasional

Disusun Olah :

Reza Adhi Nugroho

10601244056

PJKR C

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011
Profesionalisme Guru di Dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Nasional

A. Pendahuluana.

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur
sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi
yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga
dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru,
antara lain:Dosen, Mentor, Tentor, Tutor.

Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan


formal. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu
menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka
pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat
strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu
dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-Undang No. 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat
tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi.

B. Latar belakang

Indonesia termasuk salah satu negara yang jumlah guru berpendidikan primer
setara S1 kurang dari 50 %. Ini berarti dari jumlah 2,7 juta guru, sebanyak 1,35
juta orang guru belum mencapai kualifikasi S1. Laporan Departemen Pendidikan
Nasional tahun 2006 menunjukkan bahwa guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-
IV baru mencapai target 35,6 % saja. Jadi sebanyak 64,4 % guru belum
memenuhi kualifikasi S1/D-IV. Pada tahun 2007, Depdiknas baru berhasil
meningkatkan kualitas guru hingga S1/D-IV sebanyak 81.800 guru dan melakukan
sertifikasi guru sebanyak 147.217 orang. Dalam konteks pembangunan sektor
pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang amat sentral. Guru adalah
jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan peran aktif guru, kebijakan pembaruan
pendidikan secanggih apapun tetap akan sia-sia. Sebagus apapun dan semodern
apapun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika
tanpa guru yang berkualitas, maka tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya,
pendidikan yang baik dan unggul tetap akan bergantung pada kondisi mutu guru.
Hal ini ditegaskan UNESCO dalam laporan The International Commission on
Education for Twentyfirst Century, yang menyatakan bahwa “memperbaiki mutu
pendidikan pertamatama tergantung pada perbaikan perekrutan, pelatihan, status
sosial, dan kondisi para guru; mereka membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan, karakter personal, prospek professional, dan motivasi yang tepat
jika ingin memenuhi harapan stakeholder” (Delors, 1996).
Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu
mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan Islam sangat ditentukan oleh
kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut
Zainal Aqib, guru merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di
lembaga pendidikan Islam, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan
belajar mengajar.  Lebih lanjut dia menyatakan bahwa guru merupakan komponen
yang berpengaruh dalam peningkatan mutu suatu proses pendidikan di lembaga
pendidikan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi
profesional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan. Kompetensi
profesional guru dalam hal ini guru lembaga pendidikan sangatlah diperlukan
dalam membimbing mengajar dan mendidik siswa didik dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

C. PEMBAHASAN

Guru memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agent of change
melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu, agar dapat berperan dengan efektif
dan professional, guru harus memiliki beberapa persyaratan, antara lain
ketrampilan mengajar (teaching skills), berpengetahuan (knowledgeable), memiliki
sikap profesionalisme (good professional attitude), memilih, menciptakan dan
menggunakan media (utilizing learning media), memilih metode mengajar yang
sesuai, memanfaatkan teknologi (utilizing technology) mengembangkan dynamic
curriculum, dan bisa memberikan contoh dan teladan yang baik (good practices)
(Hartoyo dan Baedhowi, 2005).
Teaching Skills
Guru yang profesional dapat dilihat dari keterampilan mengajar (teaching
skills) yang mereka miliki. Keterampilan mengajar yang dimiliki oleh guru dapat
dilihat dari beberapa indikator antara lain :
1) Guru sebagai pembimbing dan fasilitator yang mampu menumbuhkan belajar
mandiri (self learning) pada diri siswa;
2) Memiliki interaksi yang tinggi dengan seluruh siswa di kelas;
3) Memberikan contoh, pekerjaan yang menantang (challenging work) dengan
tujuan yang jelas (clear objectives);
4) Mengembangkan pembelajaran berbasis kegiatan dan tujuan;
5) Melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka dan
memiliki sense of ownership dan mandiri dalam pembelajaran;
6) Mengembangkan pembelajaran individu;
7) Melibatkan siswa dalam pembelajaran maupun penyelesaian tugas-tugas
melalui enquiry – based learning, misalnya dengan memberikan pertanyaan
yang baik dan analitis;
8) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif;
9) Memberikan motivasi dan kebangsaan yang tinggi; dan
10) Pengelolaan waktu yang baik.

Knowledgeable
Pengetahuan merupakan faktor utama dalam membentuk profesionalisme
seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh melalui : (1) academic – proses
pendidikan formal, (2) practical session – pelatihan praktis, dan (3) life skills –
kecakapan hidup yang diperoleh melalui berbagai cara dan kegiatan.

Professional Attitude
Sikap sangat berpengaruh terhadap profesionalisme seseorang guru.
Sikap tersebut antara lain : (1) independence – mandiri dan tidak selalu
tergantung pada orang lain, dan (2) continous self-improvement – selalu siap
memperbaiki diri sendiri secara terus-menerus.

Learning Equipment / Media


Perlengkapan dan media pendidikan sangat perlu untuk mendukung
profesionalisme guru. Guru dituntut mampu memilih, menggunakan dan bahkan
menciptakan media pembelajaran. Media sedapat mungkin disediakan secara
memadai dan lengkap (sufficient and complete) dan modern. Tanpa perlengkapan
dan media yang lengkap dan modern, sekolah tak mampu memberikan hasil yang
bagus.
Technology
Peran teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi (ITC) dalam
pendidikan sangat penting, karena dapat membuat pembelajaran lebih bervariasi
dan hidup (teaching more colourfull), apalagi jika diintegrasikan dengan
multimedia.
Curriculum
Kurikulum yang responsive, mampu menjawab tantangan dan kebutuhan
masyarakat, dynamic (berkembang sejalan dengan perkembangan jaman), dan
flexible yang dapat diadaptasikan dalam berbagai situasi dan kondisi, serta sesuai
dengan kebutuhan siswa (students needs) merupakan suatu kebutuhan.
Kurikulum yang dinamis memiliki cirri (1) disusun dengan baik (well-organized),
(2) memiliki nilai tambah(added value), bukan hanya berisi materi yang harus
dipelajari siswa, dan (3) terintegrasi (integrated) dan bukan terkotak – kotak.
Dengan kurikulum yang demikian ini, guru akan lebih mudah dan terarah dalam
mengembangkan dirinya menjadi guru yang professional tanpa harus terbebani
karena kurikulum yang kaku,kurang fleksibel, dan mengambang tidak jelas.
Good Examples / Practices
Pendidikan akan efektif apabila dibarengi dengan contoh atau teladan yang
baik pula.Pemberian teladan yang baik oleh guru menuntut guru untuk senantiasa
melakukan yang terbaik dan bertindak secara professional. Contoh atau teladan
yang baik dapat membangun karakter (character building) seperti kepemimpinan,
sikap menghormati, membantu orang lain, menjadi pendengar yang baik, bersikap
demokratis, dan lain-lain.

Lembaga pendidikan sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun unsur-


unsur yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok
melakukan hubungan keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang
dimaksud, tidak lain adalah sumber daya manusia yang terdiri dari kepala
sekolah, guru-guru, staf, peserta didik atau siswa, dan orang tua siswa. Tanpa
mengenyampingkan peran dari unsur-unsur lain dari lembaga pendidikan Islam,
kepala sekolah dan guru merupakan personil intern yang sangat berperan penting
dalam menentukan keberhasilan pendidikan di sebuah lembaga pendidikan Islam.
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan pada hakikatnya terletak pada efisiensi
dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah dan profesionalisme gurunya.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses


pendidikan dan proses belajar mengajar dalam usaha untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi
tugas untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah, guru harus bertanggung
jawab atas tercapainya tujuan sekolah. Guru diharapkan menjadi inovator di
sekolah. Oleh sebab itu, kualitas keberhasilan pendidikan merupakan hal yang
signifikan bagi keberhasilan lembaga pendidikan . Wahjosumidjo mengemukakan
bahwa: kebehasilan seorang dalam mendidik merupakan prestasi atau
sumbangan yang amat berharga, baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang
terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan sekolah. Mutu pendidikan
pada sebuah lembaga pendidikan islam ditentukan oleh faktor profesionalitas,
sifat dan keterampilan, perilakuguru dalam mengajar serta mendidik anak
muridnya. Menurut Wahjosumidjo, agar fungsi guru sekolah berhasil dalam
memberdayakan segala sumber daya lembaga pendidikan Islam untuk mencapai
tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan seorang guru yang memiliki kemampuan
profesional yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan
pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.
Kemampuan profesional seorang guru sebagai penyelenggara pendidikan yaitu
bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang
kondusif, sehingga dapat melaksanakan suasan pembelajaran dengan baik dan
peserta didik dapat belajar dengan tenang. Di samping itu, guru dituntut untuk
dapat bekerja sama dengan guru-guru lainnya serta atasannya, dalam hal ini
kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu berorientasi pada
tugas pengadaan sarana dan prasarana dan kurang memperhatikan guru dalam
melakukan tindakan, dapat menyebabkan guru sering melalaikan tugas sebagai
pengajar dan pembentuk nilai moral. Hal ini dapat menumbuhkan sikap yang
negatif dari seorang guru terhadap pekerjaannya di sekolah, sehingga pada
akhirnya berimplikasi terhadap mutu pendidikan dan prestasi siswa di sekolah.

C. PENUTUP

Guru sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan pendidikan di


lembaga pendidikan secara keseluruhan, dan kepala sekolah sebagai pemimpin
formal pendidikan di sekolahnya harus bersinergi dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah
misalnya, guru bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan
para murid agar terus meningkatkan kemampuan intelektualnya. Dengan
peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka
dipastikan guru-guru yang juga merupakan mitra kerja dalam berbagai bidang
kegiatan pendidikan, serta dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap
pekerjaannya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya.

Sikap guru terhadap pekerjaan merupakan keyakinan seorang guru


mengenai pekerjaan yang diembannya, yang disertai adanya perasaan tertentu,
dan memberikan dasar kepada guru tersebut untuk membuat respons atau
berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya. Sikap guru terhadap pekerjaan
mempengaruhi tindakan guru tersebut dalam menjalankan aktivitas kerjanya.
Bilamana seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, maka sudah
barang tentu guru akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga
pengajar dan pendidik di lembaga pendidikan dengan penuh rasa tanggung
jawab.

Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki sikap negatif


terhadap pekerjaannya, pastilah dia hanya menjalankan fungsi dan kedudukannya
sebatas rutinitas belaka. Untuk itu, amatlah perlu kiranya ditanamkan sikap positif
dan profesionalisme guru terhadap pekerjaan, mengingat peran guru dalam
lingkungan pendidikan dalam hal ini lembaga pendidikan sangatlah berpengaruh
dalam pendidikan.

Sikap guru terhadap pekerjaan dapat dilihat dalam bentuk persepsi dan
kepuasaannya terhadap pekerjaan maupun dalam bentuk motivasi kerja yang
ditampilkan. Guru yang memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sudah barang
tentu akan menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaan-
nya maupun motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan
seorang guru yang mampu bekerja secara profesional dan memiliki kompetensi
profesionalisme yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai