Anda di halaman 1dari 13

FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL

bawah judul
A. BEBERAPA DEFINISI
• Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dala
m uterus melalui vagina ke dunia luar.
• Partus immaturus kurang dari 28 minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin a
ntara 1000-500 gram.
• Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetap
i belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau tua kehamila
n antara 28 minggu-36 minggu.
• Partus postmaturus atau serotinus adalah pertus yang terjadi 2 minggu atau lebih
dari waktu partus yang diperkirakan.
• Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.
• Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.
• Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable)
. Nulipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk p
ertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah melahir
kan bayi yang viable untuk beberapa kali.
• Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable, berat janin dibawah 5
00 gram, atau tua kehamilan dibawah 20 minggu.
• Inpartu adalah seorang wanita yang dalam keadaan persalinan. Partus biasa atau p
artus normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belaka
n kepala memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan
bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Partus luar biasa
atau partus abnormal ialah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam, atau e
kstraktor vakum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya.
B. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN
Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks. F
aktor-faktor humoral, pengeruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus,
pengeruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan par
tus mulai. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengung
kapkan mulai dan berlangsungnya artus, antara lain penurunan kadar hormon estrog
en dan progesteron. Seperti diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot-o
tot uterus. Menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebel
um partus dimulai kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga a
term meningkat, lebih-lebih sewaktu partus.
Seperti telah dikemukakan, “plasenta menjadi tua” dengan tuanya kehamilan. Villi kor
iales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesteron men
urun.
Keadaan uterus yang semakin membesar dan menjadi tegang mengakibatkan ikemia oto
t-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteropla
senter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Teori berkurangnya nutrisi pada j
anin dikemukakan oleh Hipocrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. Faktor lain yang dikemuka
kan ialah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser yang terlet
ak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus dapat dibang
kitkan. Uraian tersebut diatas adalah hanya sebagian dari banyak faktor-faktor k
ompleks sehingga his dapat dibangkitkan.
Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat pula dimulai (indiction o
f labor) misalnya 1) merangsang pleksus Frankenhauser dengan memasukkan beberapa
gagang laminaria dalam kanalis servikalis, 2) pemecahan ketuban, 3) penyuntikka
n oksitosin (sebaiknya dengan jalan infus intravena), pemakaia prostaglandin, da
n sebagainya. Dalam hal mengadakan induksi persalinan perlu diperhatikan bahwa s
erviks sudah matang (serviks sudah pendek dan lembek), dan kanalis servikalis te
rbuka untuk satu jari. Untuk menilai serviks dapat juga dipakai Skor Bishop, yai
tu bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan ber
hasil.
C. BERLANGSUNGNYA PERSALINAN NORMAL
Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembuka
an 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengel
uaran, oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong kelu
ar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding ute
rus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dala
m kala itu diamati-amati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum.
1. KALA SATU PERSALINAN
BATASAN
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari u
terus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksiuterus tidak mengakibatkan perubahan s
erviks.
Tanda dan gejala in partu termasuk :
• Penipisan dan pembukaan serviks.
• Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit).
• Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.
FASE-FASE DALAM KALA I PERSALINAN
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan men
ingkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). kala
I persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten dalam kala I persalinan :
• Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
• Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
• Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Fase aktif dalam kala I persalinan :
• Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat secara bertahap (kontra
ksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 me
nit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
• Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi d
engan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih d
ari 1 cm hingga 2 cm (mulitpara).
• Terjadi penurunan bagian terbawah janin
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK IBU BERSALIN
Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama merupakan bagian dari asuhan saya
ng ibu yagn baik dan aman selema persalinan. Pertama, sapa ibu dan beritahukan a
pa yang akan anda lakukkan. Jelaskan pada ibu tujuan anamnesis dan pemeriksaan f
isik. Jawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan ole ibu. Sambil melakuka
n anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan adanya tanda-tanda penyulit atau k
ondisi gawat darurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai apabila diperlukan.
(lihat tabel 2-1 hal 44) Untuk memastikan proses persalinan akan berlangsung sec
ara aman. Catatkan semua temuan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara sek
sama dan lengkap. Jelaskan makna temuan dan kesimpulannya kepada ibu dan keluarg
anya.
ANAMNESIS
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehami
lan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klini
k untuk mementukan diagnosis dan yang mengembangkan rencana asuhan atau perawata
n yang sesuai.
Tanyakan pada ibu :
• Nama, umur dan alamat.
• Gravida dan para.
• Hari pertama haid terakhir.
• Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu).
• Riwayat alergi obat-obatan tertentu.
• Riwayat kehamilan yang sekarang :
- Apakah bu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuha
n antenatalnya (jika mungkin).
- Pernahkan ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya ; perdarahan, hip
ertensi, dll)?
- Kapan mulai kontraksi?
- Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi terjadi?
- Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
- Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan ketuban?
- Apakah kental atau encer? Kapan saat selaput ketuban pecah? (periksa perineum
ibu untuk melihat air ketuban di pakaiannya).
- Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah berupa bercak ata
u darah segar per vaginam? (periksa perineum ibu untuk melihat darah segar atau
lendir bercampur darah di pakaiannya).
- Kapan ibu terakhir kali makan atau minum?
- Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih?
Riwayat kehamilan sebelumnya :
- Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnyac(bedah sesar, p
ersalinan dengan ekstraksi vakum atau forceps, induksi oksitosin, hipertensi yan
g diinduksi oleh kehamilan, preeklampsia, perdarahan pascapersalinan)?
- Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?
- Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan/persalinan sebelumnya
• Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemi
h dll).
• Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri ep
igastrium bagian atas). Jika ada, periksa tekanan darahnya dan protein dalam uri
n ibu.
• Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran la
innya.
• Dokumentasikan semua temuan. Setelah anamnesis lengkap, lakukan pemeriksaan fisi
k.
PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya
serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fi
sik dan anamnesis diramu/diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagn
osis dan mengembangkan rencana asuhan atau keparawatan yang paling sesuai dengan
kondisi ibu.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemarik
saan dan apa alasannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan y
ang diajukan sehingga mereka memahami kepentingan pemeriksaan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :
• Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik.
• Tunjukkan sikap ramah dan sopan, tenteramkan hati dan bantu ibu agar merasa nyam
an. Minta ibu menarik nafas perlahan dan dalam jika ia merasa tegang dan gelisah
.
• Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu, periksa jumlah urin d
an adanya protein dan aseton dalam urin).
• Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kesehatan atau ny
eri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan cairan t
ubuh.
• Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan). Untuk ak
urasi penilaian tekanan darah dan nadi ibu, lakukan pemeriksaan itu diantara dua
kontraksi.
• Lakukan pemeriksaan abdomen.
• Lakukan periksa dalam.
• Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1. Menentukan tinggi fundus uteri.
2. Memantau konstruksi uterus.
3. Memantau denyut jantung janin.
4. Menentukan presentasi.
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongka
n kandung kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring. Tempatkan bantal dibawah
kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, ber
i bantuan agar ia memperoleh nyaman dengan meminta ibu untuk menarik nafas dalam
berulang kali. Jangan biarkan ibu dalam posisi terlentang dalam waktu lebih dar
i sepuluh menit.
1. Menentukan tinggi fundus.
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi. Ukur t
inggi fundus denga menggunakan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubi
s kemudian rentangkan pita pengukur hingga ke puncak fundus mengikuti aksis atau
linea medialis dinding abdomen(lihat gambar 2.1). lebar pita harus menempel pad
a dinding abdomen ibu. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus u
teri adalah tinggi fundus.
2. Memantau konstruksi uterus.
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kon
traksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong diatas uterus dan palp
asi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi da
nlama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontra
ksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Diantara dua k
ontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
3. Memantau denyut jantung janin.
Gunakan fetoskop Pinnards atau Dopler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ)
dalam rahim ibu dan untuk menghitung jumlah denyut jantung per menit, gunakan j
arum detik pada jam dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu pada dindin
g abdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat.
Tips : jika DJJ sulit untuk ditemukan, lakukan palpasi abdomen ibu untuk menentu
kan lokasi punggung bayi. Biasanya rambatan suara DJJ lebih mudah didengar melal
ui dinding abdomen pada sisi yang sama dengan punggung bayi.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum at
au selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sam
pai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ terseb
ut pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan
dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit. Kegawatan jani
n ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 180 kali per menit.
Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nila
i kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan pe
rubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk
segera dirujuk.
4. Menentukan presentasi.
Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala atau bokong) :
• Berdiri disamping dan menghadap ke arah kepala ibu (minta ibu mengangkat tungkai
atas dan menekukkan lutut).
• Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati-hati dan mantap), pegang
bagian terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (diatas simfisis pubis)
ibu. Bagian yang berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong adalah penunj
uk presentasi bayi.
• Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga penggul maka bagian tersebut ma
sih dapat digerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul maka bagian terbawah ja
nin sulit atau tidak dapat digerakkan lagi.
• Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau bokong maka perhatikan
dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk
bulat, teraba keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rong
ga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal,
relatif lebih besar dan sulit dipegang secara mantap maka bagian tersebut biasan
ya adalah bokong. Istilah sungsang digunakan untuk menunjukkan bahwa bagian terb
awah adalah kebalikan dari kepala atau diidentikkan sebagai bokong.
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul melalui peng
ukuran pada dinding abdomen akan memberikan tingkat kenyamanan yang lebih baik b
agi ibu jika dibandingkan dengan melakukan periksa dalam (vaginal toucher). Sela
in itu, cara penilaian diatas (bila dilakukan secara benar) dapat memberikan inf
ormasi yang sama baiknya dengan hasil periksa dalam tentang kemajuan persalinan
(penurunan bagian terbawah janin) dan dapat mencegah periksa dalam yang tidak pe
rlu atau berlebihan. Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitun
g proporsi bagian terbawah janin yang masih berada diatas tep atas simfisis dan
dapat diukur dengan lima jari tangan pemeriksa (per limaan). Bagian diatas simfi
sis adalah proporsi yang belum masuk pintu atas panggul dan sisanya (tidak terab
a) menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin telah masuk kedalam rongga pang
gul.
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan) adalah :
• 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis pubis.
• 4/5 jika bagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
• 3/5 jika bagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
• 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simfisis
dan (3/5) bagian telah turun melalui bidang tengah rongga panggul (tidak dapat d
igerakkan).
• 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berad
a diatas simfisis dab 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga pangul.
• 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar da
n seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul.
Merujuk pada kasus primigravida, inpartu kala satu fase aktif dengan kepala jani
n masih 5/5 (tabel 2-1) dimana kondisi ini patut diwaspadai sebagai kondisi tak
lazim. Alasanya adalah pada kala satu persalinan, kepala sudah masuk ke dalam ro
ngga panggul. Bila ternyata kepala memang tidak dapat turun, maka bagian terbawa
h janin (kepala) terlalu besar dibandingkan dengan diameter pintu atas panggul.
Mengingat bahwa hal ini patut diduga sebagai disproporsi kepala panggul (CPD) ma
ka sebaiknya ibu dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang mempunyai kemampua
n untuk melakukan operasi seksio sesaria sebagai antisipasi apabila terjadi pers
alinan macet (disproporsi). Penyulit lain dari posisi kepala diatas pintu atas p
anggul adalah tali pusat menumbung yang disebabkan oleh pecahnya selaput ketuban
yang disertai turunnya tali pusat.
PERIKSA DALAM
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengali
r, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih
dan mencuci area genitalia (jika ibu belum melakukannya) dengan sabun dan air. J
elaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteram
kan hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama peme
riksaan dilakukan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
1. Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung dan selimut.
2. Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangka
n (mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu sama la
in).
3. Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan.
4. Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT/larutan
antiseptik. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang unt
uk menghindarkan kontaminasi fses (tinja).
5. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjo
lan) termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di per
ineum.
6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per
vaginam atau mekonium :
a. Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.
b. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat pewa
rnaan mekonium, nilai apakah kental atau encer dan periksa DJJ:
i. Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan seksama menu
rut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadi gawat janin, laku
kan rujukan segera.
ii. Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera.
iii. Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi
7. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari (gunaka
n sarung tangan periksa). Masukkan (hati-hati) jari telunjuk yang diikuti oleh j
ari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai d
ilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah, jangan melakuka tindakan amniotomi (
merobeknya).Alasannya : amniotomi sebelum waktunya dapat meningkatkan resiko inf
eksi terhadap ibu dan bayi serta gawat janin.
8. Nilai vagina. Luka parut di vagina mengidikasikan adanya riwayat robekan peri
neum atau tidakan episiotomi sebelumnya. Hal ini merupakan informasi penting unt
uk menentukan tindakan pada saat kelahiran bayi.
9. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10. Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak te
raba pada saat melakukan periksa dalam. Jika teraba maka ikuti langkah-langkah g
awat darurat (lihat tabel 2-1) dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
sesuai.
11. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut te
lah masuk ke dalam rongga panggul. Bandingkan tingkat penurunan kepala dari hasi
l periksa dalam dengan hasil pemeriksaan melalui dinding abdomen (perlimaan) unt
uk kemajuan persalinan.
12. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, u
bun-ubun besar arau fontanela magne) dan celah (sutura) dagitalis untuk menilai
derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala ja
nin sesuai dengan ukuran jalan lahir.
13. Jika pemeriksaan terbawah sudah lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksaan (h
ati-hati), celupkan sarung tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan
kedua sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminan
selama 10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering.
15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.
MENCATAT DAN MENGKAJI HASIL ANAM NESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK.
Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
1. Catatkan semua hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara teliti dan l
engkap.
2. Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu, ta
hapan dan fase persalinan. Jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berarti ibu
berada dalam fase laten kala satu persalinan dan perlu penilaian ulang 4 jam kem
udian. Jika pembukaan telah mencapai atau lebih dari 4 cm maka ibu berada dalam
fase aktif kala satu persalinan sehingga perlu dimulai pemantauan kemajuan persa
linan dengan menggunakan partograf.
3. Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus di tatalaksana se
cara khusus.
4. Setiap kali selesai melakukan penilaian lakukan kajian data yang terkump
ul, dan buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksa
naan dan asuhan ibu bersalin. Penatalaksanaan harus didasarkan pada kajian hasil
temuan dan diagnosis.Contoh : jika kajian hasil temuan berujung pada diagnosis
berupa ibu dengan kehamilan intrauteri, cukup bulan, kala satu persalinan fase a
ktif dengan DJJ dan tanda-tanda vital normal, maka rencana selanjutnya adalah te
rus memantau kondisi ibu serta janin menurut parameter-parameter pada partograf
dam meberikan asuhan sayang ibu. Tetapi apabila diagnosis menunjukkan adanya abn
ormalitas kemajuan persalinan atau komplikasi, maka rencana selanjutnya adalah p
ersiapan untuk segera merujuk ibu dan sementara menunggu dirujuk, dilakukan stab
ilisasi kondisi ibu dan bayi, memantau progresifitas komplikasi dan memberikan p
ertolongan secara memadai dan asuhan sayang ibu .
5. Jelaskan temuan diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan kel
uarganya sehingga mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang akan diberikan.
PENGENALAN DIRI TERHADAP MASALAH DAN PENYULIT
Pada saat memberikan asuhan kepada ibu bersalin, penolong harus selalu waspada t
erhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda pemberi
an asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu d
an bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetap waspada terhad
ap indikasi-indikasi seperti yang tertera pada tabel 2-1 dan segera lakukan tind
akan yang diperlukan. Langkah dan tindakan yang akan dipilih sebaiknya dapat mem
beri manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan berlangsung aman dan la
ncar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan ibu dan bayi yang akan di
lahirkan
2. KALA DUA PERSALINAN
BATASAN
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan b
erakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bay
i.
GEJALA DAN TANDA KALA DUA PERSALINAN
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
• Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
• Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
• Perineum menonjol.
• Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
• Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang
hasilnya adalah:
• Pembukaan serviks telah lengkap, atau
• Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
PERSIAPAN PENOLONG PERSALINAN
Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan penerapan fisik dan
praktik pencegahan infeksi (PI) yang dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memak
ai sarung tangan dan perlengkapan pelingdung bayi.
SARUNG TANGAN
Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus selalu dipakai selama
melakukan periksa dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan laseras
i dan asuhan segera bagi bayi bare lahir. Sarung tangan disinfeksi tingkat tingg
i atau steril harus menjadi bagian dari perlengkapan untuk menolong persalinan (
partus set) dan prosedur penjahitan (suturing atau heckting set). Sarung tangan
harus diganti apabila terkontaminasi, robek atau bocor.
PERLENGKAPAN PELINDUNG PRIBADI
Pelindung pribadi merupakan penghalan atau barier antara penolong dengan bahan-b
ahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persali
nan harus memakai celemek yang bersih dengan penutup kepala atau ikat rambut pad
a saat menolong persalinan. Juga gunakan masker penutup mulut dan pelindung mata
(kacamata) yang bersih dan nyaman. Kenakan semua perlengkapan pelindung pribadi
selama membantu kelahiran bayi dan plasenta serta saat melakukan penjahitan las
erasi atau luka episiotomi.
PERSIAPAN TEMPAT PERSALINAN, PERALATAN DAN BAHAN
Penolongpersalinan harus menilai dimana ruangan oroses persalinan akan berlangsu
ng. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan/penerangan yang cukup (baik mela
lui jendela, lampu di langit-langit kamar ataupun sumber cahaya lainnya). Ibu da
pat menjalani persalinan di tempat tidurdengan kasur yang dilapisi kain penutup
yang bersih, kain tebal dan kain pelapis anti bocor (plastik) apabila hanya bera
laskan kayu atau kasur yang diletakkan diatas lantai (dilapisi dengan plastik da
n kain bersih). Ruangan harus hangat (tetapi jangan panas) dan terhalang dari ti
upan angin secara langsung. Selain itu, harus tersedia meja atau pemukaan yang b
ersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.
Pastikan bahwa semua peralengkapan dan bahan-bahan tersedid dan berfungsi dengan
bai;btermasuk perlengkapan untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luk
a episiotomi dan resusitasi bayi bare lahir. Semua perlengkapan dan bahan-bahan
dalam set tersebut harus dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Da
ftar tilik lengkap intuk bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obat esensial yang d
ibutuhkan untuk persalinan, membantu kelahiran dan asuhan bayi baru lahir ada pa
da lampiran 6.
PENYIAPAN TEMPAT DAN LINGKUNGAN UNTUK KELAHIRAN BAYI
Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan pada
bayi bare lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapkan lingku
ngan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi atau bayi bare lahir dengan memastik
an bahwa ruangan tersebut bersih, hangat (minimal 250C), pencahayaan cukup, dan
bebas dari tiupan angin(matikan kipas angin atau pendingin udara bila sedang ter
pasang). Bila ibu bermukim di daerah pegunungan atau beriklim dingin, sebaiknya
disediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk meng
eringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
PERSIAPAN IBU DAN KELUARGA
Asuhan sayang ibu
• Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan da
n kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ib
u sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan. Alasannya : hasil persali
nan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari keluarga yang menda
mpingi ibu selama proses persalinan (enkin, et al, 2000).
• jurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berga
nti posisi, melakukan rangasangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman
bicara, dam memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan ba
yinya.
• Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggot
a keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kel
ahiran bayi kepada mereka.
• Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani dua kala persalinan. Lakukan
bimbingan dan tawarkan bantuan jika deperlukan.
• Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran (lihat gambar 3-1 sampai
3-3 untuk contoh sebagai posisi meneran).
• Setelah pembukaan lengakp, anjurkan ibu untuk meneran apabila ada dorongan kuat
dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan
menahan napas. Anjurkan ibu untuk beristirahat saat berkontraksi. Alasan : mener
an secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas sehingga terjadi kelelahan y
ang tidak perlu dan meningkatkan resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunn
ya pasokan oksigen melalui plasenta (Enkin, et al, 2000).
• Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan. Alasan : ibu bersalin mudah
sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Cukupny
a supan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut (Enkin, et al, 2000).
• Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan. Berikan rasa
aman dan semangat serta tenteramkan haitnya selama proses ersalinan berlangsung
. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran pr
oses persalinan dan kelahiran bayi. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari
setiap tindakan setaip kali penolong akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan
yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pem
eriksaan yang dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, pemeriksa
an dalam).
MEMBERSIHKAN PERINEUM IBU
Praktik terbaik pencegahan infeksi pada kala dua diantaranya adalah melakukan pe
mbersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT). Gunakan gulungan kapa
s atau kasa yang bersih, bersihkan mulai dari bagian atas ke arah bawah (dari ba
gian anterior vulva ke arah rektum) untuk mencegah kontaminasi tinja. Letakkan k
ain bersih di bawah bokong saat ibu mulai meneran. Sediakan kain bersih cadangan
didekatnya. Jika keluar tinja saat ibu meneran, jelaskan bahwa hal ibu biasa te
rjadi. Bersihkan tinja tersebut dengan kain alas bokong atas tangan yang sedang
menggunakan sarung tangan. Ganti kain alas bokong dan sarung tangan DTT. Jika ti
dak ada cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera lahir maka
sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih.
MENGOSONGKAN KANDUNG KEMIH
Anjurkan ibu dapat berkemih setaip 2 jam atau lebi sering jika kandung kemih sel
alu terasa penuh. Jika diperlukan, bantu ibu untuk ke kamar mandi. Jika ibu tida
k dapat berjalan ke kamar mandi, bantu ibu agar dapat duduk dan berkemih di wada
h penampung urin. Alasan : kandung kemih yang penuh mengganggu penurunan kepala
bayi, selain itu juga menambah rasa nyeri pada perut bawah, menghambat penatalak
sanaan distosia bahu, menghalangi lahirnya plasenta dan perdarahan pasca persali
nan. Jangan melakukan kateterasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah
kelahiran bayi dan/atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan bi
la terjadi retensi urin dan ibu tidak mampu berkemih sendiri. Alasan : selain me
nyakitkan, kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma atau perluka
an pada saluran kemih ibu.
AMNIOTOMI
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu diper
lukan tindakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang keluarga saat dilaku
kan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan per
siapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hip
oksia dalam rahim atau selama proses persalinan (lihat lampiran I).
PENATALAKSANAAN FISIOLOGIS KALA DUA
Proses fisiologis kala duapersalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa ala
miah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi s
ecara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala dan tanda kala dua juga merup
akan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran
bayi sudah di mulai. Setelah terjadinya pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu
bahwa dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian ber
istirahat di antara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yagn nyaman, baik berdir
i, berjongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala dua. Beri keleluasaan un
tuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu menginginkan
nya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya.
Pada masa sebelum ini, sebagian besar penolong akan segera memimpin persalinan d
engan menginstruksikan untuk “menarik napas panjang dan meneran” segera setelah terj
adi pembukaan lengkap. Ibu dipimpin meneran tanpa henti selama 10 detik atau leb
ih (“meneran dengan tenggorokan terkatup” atau manuver Valsava), tiga sampai empat k
ali per kontraksi (Sagady, 1995). Hal ini ternyata akan mengurangi pasokan oksig
en ke bayi yang ditandai dengan menurunnya denyut jantung janin (DJJ) dan nilai
Apgar yang lebih rendah dari normal (Enkin, et al, 2000). Cara meneran seperti t
ersebut diatas, tidak termasuk dalam penatalaksanaan fisiologis kala dua. Pada p
enatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan mengatur saat mener
an. Penolong persalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efe
ksi dan beneran. Harap diingat bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan
bayi, dilahirkan oleh kontraksi uterus. Meneran hanya menambah daya kontraksi u
ntuk mengeluarakn bayi.
MEMBIMBING IBU UNTUK MENERAN
Bila tanda pasti kala dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu merasakan adanya do
rongan spontan untuk meneran. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi.
Mendiagnosa kala dua persalinan dan mulai meneran :
• Cuci tangan (gunakan sabun bersih dan air bersih yang mengalir).
• Pakai satu sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam.
• Beritahu ibu sat prosedur dan tujuan periksa dalam.
• Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap (10 c
m), lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI (Lihat bab 2 : pedoman periks
a dalam).
• Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan bu dan bantu ibu mencari posisi nyaman
(bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin. Ajarkan c
ara bernapas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya (lihat
pedoman fase aktif persalinan) dan catat semua temuan pada partograf.
• Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum sa
atnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernapas cepat selama kontra
ksi berlangsung. Bantu ibu untu memeperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan u
ntuk menahan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat yang tepat u
ntuk itu.
• Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil p
osisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengik
uti dorongan ilmiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendu
kung usahanya. Catatkan hasil pemantauan pada partograf. Beri cukup minum dan pa
ntau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu daoat beristirahat di antara kontraksi.
• Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ib
u untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan
-jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan doro
ngan untuk meneran. Ajarkan cara bernapas selama kontraksi berlangsung. Pantau k
ondisi ibu dan bayi (lihat pedoman fase aktif persalinan) dan catatkan semua tem
uan pada partograf. Berikan cukup cairan dan anjurkan/perbolehkan ibu untuk berk
emih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit. Stimulasi putting susu mungki
n dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi. Jika ibu ingin meneran, li
hat petunjuk pada butir tujuh diatas.
• Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneransetelah 60 menit pembukaan lengkap, anj
urkan ibu untuk mulai meneran di setiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah
posisinya secara teratur, tawarkan air minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. L
akukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
• Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran
bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala b
ayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala-pinggul (CPD).
POSISI IBU SAAT MENERAN
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah po
sisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan persa
lainan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-p
lasenter tetap baik. Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa nyam
an bagi ibu dan memberikan kemudahan baginya untuk beristirahat di antara kontra
ksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya gravitasi untuk membantu ibu m
elahirkan bayinya.
3. KALA TIGA DAN EMPAT PERSALINAN
BATASAN
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya pla
senta dan berakhir dua jam setelah itu.
FISIOLOGI PERSALINAN KALA TIGA
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (mionietriuni) berkontraksi mengikuti pen
yusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyeb
abkan berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. Karena tempat pelekatan men
jdi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan te
rlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta
akan turun ke bagian bawah uterus atau ke bawah vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawah ini
:
• Perunahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mu
lai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di baw
ah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus be
rbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas p
usat (seringkali mengarah kesisi kanan).
• Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda A
hfeld).
• Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang plasenta ak
an membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpu
lan darah (retroplacetal pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permuk
aan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dar
i tepi plasenta yang terlepas.
Ingat tiga tanda lepasnya plasenta :
1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
2. Tali pusat memanjang.
3. Semburan darah mendadak dan singkat.

MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA


Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah menghsailkan kontraksi uterus yang lebih
efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan f
isiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabk
an oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian disebabkan oleh atonia uteri
dan rtensio plasenta yanng sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen
aktif kala tiga.
Penelitian Prevention of pospartum Hemorrhage Intervention-2006 tentang praktik
manajemen aktif kala tiga (active Management of Third Stage of Labor/AMTSL) di 2
0 rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa hanya 30% rumah sakit melaksanakan
hal tersebut. Hal ini sangat berbeda jika di bandingkan dengan praktik manajemen
aktif di tingkat pelayanan kesehatan primer (BPS atau Rumah Bersalin) di daerah
intervensi APN (Kabupaten Kuningan dan Cirebon) dimana sekitar 70% melaksanakan
manajemen aktif kala bagi ibu-ibu bersalin yang ditangani. Jika ingin menyelama
tkan banyak ibu bersalin maka sudah sewajarnya jika menajemen aktif kala tiga ti
dak ingin hanya dilatihkan tetapi juga dipraktikkan dan menjadi standar asuhan p
ersalinan.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga :
• Persalinan kala tiga yang lebih singkat.
• Mengurangi jumlah kehilangan darah.
• Mengurangi kejadian retensio plasenta.
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :
• Pemberian suntikan oksitosin dalam satu menit pertama setelah bayi lahir.
• Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
• Masase fundus uteri.
PEMBERIAN SUNTIKAN OKSITOSIN
1. Serahkan bayinyang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI.
2. Letakkan kain bersih di atas oerut ibu.
Alasan : kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yagn sudah me
makai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh arah pada perut ibu.
4. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain (Undiagnosed twin).
5. Beri tahu ibu bahwa ia akan disuntik.
6. Segera (dalam satu menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 m
enit 1M pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).
Alasan : oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan ef
ektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah
. Aspirasi sebelum penyuntikan aka mencegah penyuntikan oksitosin ke pembuluh da
rah. Catatan : jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulas
i puting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan men
yebabkan pelepasan oksitosin secara alamiah. Jika peraturan/program kesehatan me
mungkinkan, dapat diberikan misoprostol 600 mcg (oral/sublingual) sebagai pengga
nti oksitosin.
PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI
1. Berdiri disamping ibu.
2. Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pacta
tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva. Alasan : memegang tali pusat lebih dekat
ek vulva akan mencegah avulsi.
3. Letakkan tangan yang lain pacta abdomen ibu (beralaskan kain) tepat diat
as simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan
uterus pacta saat melakukan penegangan pacta tali pusat. Setelah terjadi kontrak
si yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada
dinding abdomen) menekan uterus ke arab lumbal dan kepala ibu (doso-kranial). L
akukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
4. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (se
kitar dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pu
sat terkendali.
5. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) teg
angkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat
makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah
lepas dan dapat dilahirkan.
6. Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan pla
senta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak
ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan lakukan penegangan t
ali pusat. a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontrak
si berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali
pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta. b. Pada s
aat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan te
kanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah ter
sebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.
7. Setelah plasenta terpisahanjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdor
ong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat denga arah sejaj
ar lantai (mengikuti poros jala lahir). Alasan : segera lepaskan plasenta yang t
elah terpisah dari dinding uterus akan mencegah kehilangan darah yang tidak perl
u. Jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa diikuti dengan tekanan dorso-kra
nial secara serentak pada bagian bawah uterus (di atas simfisis pubis).
8. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta den
gan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya un
tuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena sela[ut ketuban mudah robek ; pegan
g plasenta dengan kedua tangan dan secara lembutputar plasenta hingga selaput ke
tuban terpilin menjadi satu.
9. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan sela
put ketuban. Alasan : melahirkan plasenta dan selapunya dengan hati-hati akan me
mbantu mencegah tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.
10. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal dalam lahir saat melahirkan pl
asenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari
-jari tangan anda atau klem ke dalam DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan
selaput ketuban yang teraba.
Catatan :
Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM dos
is kedua. Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptik unt
uk memasukkan kateter Nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengos
ongka kandung kemih. Ulangi kembali penegangan tali pusat dan tekanan dorso-kran
ial seperti yang diuraikan diatas. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diper
lukan jika plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit. Pada menit ke-30 coba lagi
melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat untuk terakhir kalin
ya. Jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Ingat, apabila plasenta tidak
lahir setelah 30 menit, jangan mencoba untuk melepaskan dan segera lakukan ruju
kan.

Lebih lengkap disini: FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL | kumpulan askep
askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan
http://terselubung.cz.cc/

Anda mungkin juga menyukai