Nuresya Meliyanti
Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma
Abstraksi
Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas adalah tolak ukur yang sering
digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja
perbankan adalah besarnya kredit bermasalah (non performing loan) yang dimiliki oleh bank.
Adapun kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar
(anchor bank) adalah : (1) Rasio kecukupan modal (CAR) minimum 12% dengan rasio modal
inti minimum 6%, (2) Rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%, (3) Pertumbuhan kredit riil
sedikitnya 22% dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikitnya 50% dan rasio kredit
bermasalah (NPL) dibawah 5%, (4) Merupakan perusahaan publik atau berencana dalam waktu
dekat menjadi perusahaan publik dan (5) Memiliki kemampuan menjadi konsolidator. Rasio
BOPO untuk industri perbankan nasional telah mencapai 91,5% sehingga lebih efisien
dibandingkan dengan bank-bank yang memiliki modal kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah
melihat apakah terdapat perbedaan kinerja bank jika dilihat dari kredit bermasalah, rasio
likuiditas dan rentabilitas antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA yang memenuhi standar dan di
bawah standar, mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara NPL, LDR, BOPO,
dan ROA, dan bagaimana secara prediktif pengelompokkan bank privat dan bank publik
diketahui dengan metode diskriminan.
Metode penelitian dalam penelititan ini berupa data sekunder yaitu laporan keuangan
bank periode Januari-Desember 2008. Metode analisis yang digunakan adalah independent
samples t test, analisis korelasi dan analisis diskriminan.
Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata antara NPL, LDR, BOPO, dan
ROA yang memenuhi standar dan dibawah standar. Setiap rasio yaitu NPL, LDR, BOPO, dan
ROA satu sama lain saling berkorelasi dan significant. Bank yang pada data awal adalah
tergolong bank privat, dan dari klasifikasi fungsi diskriminan tetap pada kelompok bank privat
adalah 21 bank, dan bank yang ternyata menjadi group bank publik adalah 26 bank. Demikian
juga dengan group bank publik, yang tetap pada group bank publik sejumlah 18 bank, dan yang
meleset adalah 6 bank. Dari hasil output tersebut juga dapat kita lihat bahwa kemampuan
prediksi group bank privat sebesar 44.7 %, sedangkan kemampuan prediksi bank publik sebesar
75.0 %. Dan ketepatan prediksi kedua bank jika dilebur adalah sebesar 54.9 %.
Kata Kunci : kinerja keuangan bank, NPL, LDR, BOPO, ROA.(DAFTAR PUSTAKA, 1997-
2008)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tahun ini, perbankan nasional dihadapkan sejumlah tantangan. Krisis ekonomi
yang melanda pasar global diperkirakan sudah dapat dipastikan akan berpengaruh terhadap
perkembangan dunia perbankan. Kondisi pasar keuangan global juga masih rapuh dengan
1
banyaknya laporan kerugian lembaga keuangan dunia. Hal tersebut memberikan dampak negatif
bagi perkembangan ekonomi di kawasan, terutama bagi negara-negara yang mengandalkan
ekspor ke negara maju, termasuk Indonesia. Sementara itu, keketatan likuiditas global masih
terus berlangsung dan diikuti oleh meningkatnya persepsi risiko emerging market.
Bank Indonesia juga memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2009 akan tumbuh sekitar
4%. Potensi risiko akan semakin membesar apabila ekonomi global semakin memburuk. Diduga
penyebab melemahnya pertumbuhan ekonomi pada 2009 adalah kinerja ekspor yang erat
kaitannya dengan perkembangan kondisi global. Kekhawatiran meningkatnya kredit macet (non
performing loan/NPL) diperkirakan masih akan membayangi perbankan pada 2009. Belajar dari
krisis 1997 silam, sektor perbankan akan lebih prudent menghadapi perlambatan ekonomi dunia
saat ini.
Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan
pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat,
sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari
beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah
laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung
sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank.
Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas adalah tolak ukur yang sering
digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja
perbankan adalah besarnya kredit bermasalah (non performing loan) yang dimiliki oleh bank.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja bank jika
dilihat dari kredit bermasalah, rasio likuiditas dan rentabilitas antara NPL, LDR, BOPO, dan
ROA yang memenuhi standar dan dibawah standar, mengetahui apakah terdapat hubungan yang
signifikan antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA, serta bagaimana secara prediktif
pengelompokkan bank privat dan bank publik diketahui dengan metode diskriminan.
TINJAUAN PUSTAKA
Perbankan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan, bab I, pasal 1 ayat (2), mengatakan :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Kasmir (2003 : 11), dalam bukun Manajemen Perbankan mendefinisikan bank sebagai:
“Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa
bank lainnya.”
Berdasarkan definisi-definisi di atas, fungsi bank dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1. Bank sebagai lembaga kredit yang menghimpun dana masyarakat atau penerima kredit dari
masyarakat.
2
2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau
sebagai lembaga pemberi kredit. Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank melaksanakan
operasi perkreditan secara aktif.
3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan pembayaran.
Perkreditan
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah :
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Menurut Kasmir (2003 : 74-76) unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah
kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, risiko, dan balas jasa.
Jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu
(Kasmir, 2003 : 76-79) :
1. Dilihat dari Segi Kegunaan
a. Kredit investasi
b. Kredit modal kerja
3
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
a. Kredit jangka pendek, jangka waktunya kurang dari satu tahun atau paling lama satu
tahun
b. Kredit jangka menengah, jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai
dengan tiga tahun
c. Kredit jangka panjang, jangka waktu kreditnya di atas tiga tahun
4. Dilihat dari Segi Jaminan
a. Kredit dengan jaminan
b. Kredit tanpa jaminan
5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
a. Kredit pertanian
b. Kredit peternakan
c. Kredit industri
d. Kredit pertambangan
e. Kredit pendidikan
f. Kredit profesi
g. Kredit perumahan
Kategori kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia di dalam
Lukman Dendawijaya (2003 : 85), sebagai berikut :
1. Kredit lancar, adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunga.
2. Kredit kurang lancar, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang diperjanjikan.
3. Kredit diragukan, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan atau dua kali dari jadwal yang telah
diperjanjikan.
4. Kredit macet, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya
telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang
telah diperjanjikan.
Menurut Siswanto Sutojo (1997 : 335) gejala umum yang muncul sebagai tanda akan
terjadinya kredit bermasalah antara lain penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian
kredit, penurunan kondisi keuangan perusahaan, tingginya frekuensi pergantian pimpinan dan
tenaga inti, penyajian bahan masukan secara tidak benar, menurunnya sikap kooperatif debitur,
penurunan nilai jaminan yang disediakan, problem keluarga atau pribadi.
Kredit bermasalah akan berdampak negatif baik bagi kelangsungan hidup bank itu sendiri
maupun bagi perekonomian negara. Berikut ini diuraikan dampak kredit bermasalah terhadap
bank menurut As. Mahmoeddin (2004 : 111-114), yaitu :
1. Likuiditas
Jika kredit yang jatuh tempo atau mulai diwajibkan membayar angsuran namun tidak mampu
mengangsur karena kredit tidak lancar atau bermasalah, maka bank terancam menjadi tidak
likuid.
2. Solvabilitas
Adanya kredit bermasalah dapat menimbulkan kerugian bagi bank sehingga bank menjadi
tidak likuid dan kemudian mencairkan aktiva tetapnya guna memenuhi segala kewajibannya
4
kepada pihak ketiga. Jika bank tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka berarti
solvabilitas bank tersebut juga menjadi berkurang.
3. Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh penghasilan dari bunga kredit. Jika
kredit bermasalah atau tidak lancar maka penghasilan bank dari bunga kredit akan berkurang.
4. Biaya-biaya tambahan
Biaya tambahan adalah adanya biaya tertentu karena adanya kredit bermasalah, antara lain
legal cost, administrative cost, opportunity cost, carrying cost, management cost, dan
intangible cost.
5. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Jika kredit tidak
lancar maka profitabilitas bank menjadi kecil.
6. Bonafiditas
Bonafiditas adalah kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada bank.
7. Tingkat kesehatan bank
Bank yang dilanda kredit bermasalah bisa menurunkan tingkat kesehatannya, dan pada
gilirannya bank dapat dikenakan sanksi, bahkan bisa menghadapi likuidasi.
8. Modal bank
Besar kecilnya ekspansi usaha sangat ditentukan dengan perkembangan kredit. Jika kredit
tidak tumbuh dengan baik, maka modal bank juga tidak dapat berkembang dengan baik.
Menurut Lukman Dendawijaya (2003 : 86-89) dalam usaha mengatasi timbulnya kredit
bermasalah pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut :
1. Rescheduling
Rescheduling merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit
yang diberikannya kepada debitur berupa penjadwalan kembali sebagiaatau seluruh
kewajiban debitur.
2. Reconditioning
Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang
diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang
semula disepakati bersama pihak debitur dalam perjanjian kredit.
3. Restructuring
Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus
dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari
pemberian kredit.
4. Kombinasi 3-R
Dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah, bila dianggap perlu bank dapat
melakukan berbagai kombinasi dari tindakan rescheduling, reconditioning, dan
restructuring tersebut di atas, yakni :
a. rescheduling dan reconditioning.
b. rescheduling dan restructuring.
c. restructuring dan reconditioning.
d. rescheduling, reconditioning, dan restructuring.
5
5. Eksekusi
Jika semua usaha penyelamatan di atas sudah dicoba namun nasabah masih juga tidak
mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah melakukan
eksekusi dengan berbagai cara, antara lain:
a. Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang Negara).
b. Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata).
b. Reserve Requirement
Reserve Requirement atau lebih dikenal juga dengan likuiditas wajib minimum adalah suatu
simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua
bank.
Reserve Requirement dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Alat Likuid
x 100 %
Jumlah Dana (Simpanan) Pihak Ketiga
6
d. Loan to Asset Ratio
Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank
yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya
semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi
semakin besar.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Kredit Yang Diberikan
x 100 %
Jumlah Asset
Aktiva Produktif
x 100 %
Total Aktiva
7
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Sebelum Pajak
x 100 %
Total Aktiva
Beban Operasional
x 100 %
Pendapatan Operasional
Laba Bersih
x 100 %
Pendapatan Operasional
8
b. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya dengan dana yang berasal dari modal bank
sendiri.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Utang
x 100 %
Jumlah Modal Sendiri
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Non Performing Loan (NPL)
Adalah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan
yang diperjanjikan.
2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
bank. LDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya.
3. Rasio Biaya Operasional (BOPO)
Adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya.
4. Return on Assets (ROA).
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan asset.
9
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Statistik Deskriptif, merupakan bidang ilmu statistika yang mempelajari cara-cara
pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data dari suatu penelitian.
2. Statistik Inferensial, merupakan bidang ilmu statistik yang mempelajari cara-cara penarikan
suatu kesimpulan dari suatu populasi tertentu berdasarkan sebagian data (sampel). Dalam
penulisan ini penulis menggunakan Statistik Parametrik yang merupakan bagian dari statistik
inferen, yang terdiri dari analisis independent samles t test dan analisis diskriminan.
a. Independent Samples T Test
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua
kelompok sample yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang
lebih tinggi. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Rumus untuk mencari nilai t yaitu :
X1 − X 2
t=
(n1 − 1)S1 + (n2 − 1)S 2
2 2
⎛1 1 ⎞
⎜⎜ + ⎟⎟
n1 − n 2 − 2 ⎝ n1 n 2 ⎠
di mana :
X1 : rata-rata dari kelompok pertama
X2 : rata-rata dari kelompok kedua
S12 : kuadrat standar deviasi atau varian kelompok pertama
S22 : kuadrat standar deviasi atau varian kelompok kedua
n : jumlah kasus pada setiap kelompok
Aturan keputusan :
Ho ditolak jika : t hitung > t tabel, t hitung < - t tabel atau nilai sig. < 0,05
b. Analisis Korelasi
Dalam penelitian ini penulis ingin melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio biaya
operasional (BOPO), dan Return on Assets (ROA).
c. Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan dan
membedakan. Mengidentifikasi suatu objek, mengelompokkan dan kemudian
menganalisis perbedaan pada kelompok tersebut.
Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Ada perbedaan rata-rata NPL, LDR, BOPO, dan ROA antara yang memenuhi standar dan
dibawah standar
H2 : Terdapat hubungan antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA
10
HASIL PENELITIAN
11
Discriminant
Classification Resultsb,c
Predicted Group
Membership
Bank
Jenis_Bank Bank Fokus Terbatas Total
Original Count Bank Fokus 13 2 15
Bank Terbatas 3 12 15
% Bank Fokus 86.7 13.3 100.0
Bank Terbatas 20.0 80.0 100.0
Cross-validated a Count Bank Fokus 13 2 15
Bank Terbatas 5 10 15
% Bank Fokus 86.7 13.3 100.0
Bank Terbatas 33.3 66.7 100.0
a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross
validation, each case is classified by the functions derived from all cases
other than that case.
b. 83.3% of original grouped cases correctly classified.
c. 76.7% of cross-validated grouped cases correctly classified.
Analisis diskriminan menunjukkan bahwa 83,3 % bank sesuai dengan kelompoknya jika
dikaitkan dengan perbedaan kinerja keuangannya. Berdasarkan kinerjanya, untuk bank fokus
tercatat 13 dari 15 bank yang diteliti memang tergolong pada bank fokus. Sedangkan untuk bank
terbatas, tercatat 12 dari 15 bank memang tergolong pada bank terbatas berdasarkan kinerjanya.
Hal tersebut berarti bahwa penggolongan bank berdasarkan kemampuan modal sesuai dengan
kerangka API relatif bisa membedakan kinerja bank jika menggunakan 6 variabel penelitian.
Berdasarkan hasil analisis diskriminan, 2 bank yang tergolong sebagai bank fokus
berdasarkan API sebenarnya menunjukkan kinerja keuangan yang sama dengan bank terbatas.
Atau sebaliknya 3 bank yang tergolong sebagai bank terbatas menurut kerangka API ternyata
menunjukkan kinerja keuangan yang relatif sama dengan kelompok bank fokus.
Besar perbedaan masing-masing variabel diskriminan pada bank fokus dan bank terbatas
dapat dilihat pada tabel Canoncial Discriminant Function Coefficients berikut ini :
Function
1
NPL -.258
CAR -.002
LDR .054
EATAR -.078
BOPO .061
ROA -.064
(Constant) -1.339
Unstandardized coefficients
12
Fungsi persamaan diskriminan selengkapnya dengan menggunakan Standardized
Canonical Discriminant Function Coefficients adalah :
D = -1,339 - 0,258 NPL - 0,002 CAR + 0,054 LDR - 0,078 EATAR + 0,061 BOPO - 0,064
ROA
Dari persamaan tersebut dilihat bahwa nilai rata-rata rasio yang paling dominan untuk
memprediksi perbedaan antara bank fokus dan bank terbatas adalah rasio BOPO, karena
memiliki koefisien tertinggi yaitu 0,061 sedangkan rata-rata rasio yang dianggap paling lemah
adalah rasio NPL, karena memiliki koefisien paling rendah yaitu -0,258.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hasil analisis menggunakan metode Independent Samples T Test menunjukkan bahwa
kinerja bank fokus dan bank terbatas jika dilihat dari NPL, CAR, LDR, EATAR dan
ROA cenderung sama. Hal ini menunjukkan bahwa kelima variabel tersebut cenderung
stabil dan tidak dipengaruhi oleh besarnya modal yang dimiliki bank. Sementara jika
dilihat dari BOPO, hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi perbedaan kinerja antara
bank fokus dan bank terbatas, dimana kinerja bank fokus cenderung lebih baik jika
dibandingkan dengan kinerja bank terbatas.
2. Berdasarkan analisis diskriminan, pengelompokkan bank berdasarkan kemampuan
modalnya jika dilihat dari kredit bermasalah (NPL), rasio kecukupan modal (CAR),
likuiditas (LDR dan EATAR), dan rentabilitas (BOPO dan ROA) dapat memprediksi
pengelompokkan bank berdasarkan kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API),
dengan variabel yang paling dominan adalah rasio BOPO dan variabel paling lemah
adalah rasio NPL.
Saran
1. Untuk menciptakan struktur perbankan yang kuat, sebaiknya bank yang memiliki modal
di bawah Rp 100 milyar harus lebih ditingkatkan, karena dengan modal yang terbatas di
bawah Rp 100 milyar sangat sulit bagi bank untuk mendukung pertumbuhan kredit yang
tinggi.
2. Dengan banyaknya problem yang dihadapi perbankan nasional, maka perbankan harus
menyusun skala prioritas penyelesaian masalah menjadi prioritas jangka pendek,
menengah, dan panjang dengan tetap memerhatikan kondisi persaingan global, good
corporate governance, dan the New Basle Capital Accord (minimum capital requirement,
supervisory review, dan market discipline), karena hanya bank dengan modal yang
memadai, berskala relatif besar, dan memiliki core competence yang didukung dengan
perangkat teknologi dan manajemen risiko yang tangguh yang akan mampu bertahan dan
menghiasi lanskap perbankan masa depan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Faisol. Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Universitas Lampung : Bandar Lampung.
As. Mahmoeddin. 2004. Melacak Kredit Bermasalah. Pustaka Sinar Harapan : Jakarta.
Darsono dan Anshari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Andi :
Yogyakarta.
Djoko Retnadi. 2006. Memilih Bank yang Sehat. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.
Etty M. Nasser dan Titik Aryati. 1999. Model Analisis CAMEL untuk Memprediksi Financial
Distress pada Sektor Perbankan yang Go Public. ISSN : 1440-2420 : Jakarta.
Nurul Wulansari dan Budi Hermana. Analisis Biaya Dana, Persentase Aktiva Produktif, dan
Pendapatan Sebagai Faktor Pembeda Antara Bank Fokus dan Bank Terbatas Menurut
Kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia. UG Jurnal Vol.2 No.2 Tahun 2008 : Jakarta.
Peneliti Bank Indonesia. 2004. Bank Sentral Republik Indonesia, Sebuah Pengantar. Edisi
Pertama. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan : Bank Indonesia, Jakarta.
Siswanto Sutojo. 1997. Manajemen Terapan Bank. PT Pustaka Binaman Pressindo : Jakarta.
www.bi.go.id
www.lps.go.id
www.menmudren.go.id
www.stttelkomnews.defhosting.net
www.unisosdem.org
14