Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK : PENDEKATAN RASIO NPL, LDR, BOPO

DAN ROA PADA BANK PRIVAT


DAN PUBLIK

Nuresya Meliyanti
Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma

Abstraksi
Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas adalah tolak ukur yang sering
digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja
perbankan adalah besarnya kredit bermasalah (non performing loan) yang dimiliki oleh bank.
Adapun kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar
(anchor bank) adalah : (1) Rasio kecukupan modal (CAR) minimum 12% dengan rasio modal
inti minimum 6%, (2) Rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%, (3) Pertumbuhan kredit riil
sedikitnya 22% dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikitnya 50% dan rasio kredit
bermasalah (NPL) dibawah 5%, (4) Merupakan perusahaan publik atau berencana dalam waktu
dekat menjadi perusahaan publik dan (5) Memiliki kemampuan menjadi konsolidator. Rasio
BOPO untuk industri perbankan nasional telah mencapai 91,5% sehingga lebih efisien
dibandingkan dengan bank-bank yang memiliki modal kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah
melihat apakah terdapat perbedaan kinerja bank jika dilihat dari kredit bermasalah, rasio
likuiditas dan rentabilitas antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA yang memenuhi standar dan di
bawah standar, mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara NPL, LDR, BOPO,
dan ROA, dan bagaimana secara prediktif pengelompokkan bank privat dan bank publik
diketahui dengan metode diskriminan.
Metode penelitian dalam penelititan ini berupa data sekunder yaitu laporan keuangan
bank periode Januari-Desember 2008. Metode analisis yang digunakan adalah independent
samples t test, analisis korelasi dan analisis diskriminan.
Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata antara NPL, LDR, BOPO, dan
ROA yang memenuhi standar dan dibawah standar. Setiap rasio yaitu NPL, LDR, BOPO, dan
ROA satu sama lain saling berkorelasi dan significant. Bank yang pada data awal adalah
tergolong bank privat, dan dari klasifikasi fungsi diskriminan tetap pada kelompok bank privat
adalah 21 bank, dan bank yang ternyata menjadi group bank publik adalah 26 bank. Demikian
juga dengan group bank publik, yang tetap pada group bank publik sejumlah 18 bank, dan yang
meleset adalah 6 bank. Dari hasil output tersebut juga dapat kita lihat bahwa kemampuan
prediksi group bank privat sebesar 44.7 %, sedangkan kemampuan prediksi bank publik sebesar
75.0 %. Dan ketepatan prediksi kedua bank jika dilebur adalah sebesar 54.9 %.

Kata Kunci : kinerja keuangan bank, NPL, LDR, BOPO, ROA.(DAFTAR PUSTAKA, 1997-
2008)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tahun ini, perbankan nasional dihadapkan sejumlah tantangan. Krisis ekonomi
yang melanda pasar global diperkirakan sudah dapat dipastikan akan berpengaruh terhadap
perkembangan dunia perbankan. Kondisi pasar keuangan global juga masih rapuh dengan

1
banyaknya laporan kerugian lembaga keuangan dunia. Hal tersebut memberikan dampak negatif
bagi perkembangan ekonomi di kawasan, terutama bagi negara-negara yang mengandalkan
ekspor ke negara maju, termasuk Indonesia. Sementara itu, keketatan likuiditas global masih
terus berlangsung dan diikuti oleh meningkatnya persepsi risiko emerging market.
Bank Indonesia juga memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2009 akan tumbuh sekitar
4%. Potensi risiko akan semakin membesar apabila ekonomi global semakin memburuk. Diduga
penyebab melemahnya pertumbuhan ekonomi pada 2009 adalah kinerja ekspor yang erat
kaitannya dengan perkembangan kondisi global. Kekhawatiran meningkatnya kredit macet (non
performing loan/NPL) diperkirakan masih akan membayangi perbankan pada 2009. Belajar dari
krisis 1997 silam, sektor perbankan akan lebih prudent menghadapi perlambatan ekonomi dunia
saat ini.
Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan
pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat,
sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari
beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah
laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung
sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank.
Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas adalah tolak ukur yang sering
digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja
perbankan adalah besarnya kredit bermasalah (non performing loan) yang dimiliki oleh bank.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja bank jika
dilihat dari kredit bermasalah, rasio likuiditas dan rentabilitas antara NPL, LDR, BOPO, dan
ROA yang memenuhi standar dan dibawah standar, mengetahui apakah terdapat hubungan yang
signifikan antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA, serta bagaimana secara prediktif
pengelompokkan bank privat dan bank publik diketahui dengan metode diskriminan.

TINJAUAN PUSTAKA

Perbankan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan, bab I, pasal 1 ayat (2), mengatakan :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Kasmir (2003 : 11), dalam bukun Manajemen Perbankan mendefinisikan bank sebagai:
“Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa
bank lainnya.”
Berdasarkan definisi-definisi di atas, fungsi bank dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1. Bank sebagai lembaga kredit yang menghimpun dana masyarakat atau penerima kredit dari
masyarakat.

2
2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau
sebagai lembaga pemberi kredit. Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank melaksanakan
operasi perkreditan secara aktif.
3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan pembayaran.

Jenis bank menurut Kasmir (2003 : 20 - 31), yaitu :


1. Jenis bank berdasarkan undang-undang
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-
Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank :
a. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya
a. Bank milik pemerintah.
b. Bank milik swasta nasional.
c. Bank milik asing.
d. Bank milik campuran.
3. Jenis bank berdasarkan status
a. Bank devisa, adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang
berhubungan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank non devisa, adalah bank yang tidak dapat melaksanakan transaksi luar negeri.
4. Jenis bank berdasarkan cara menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional.
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah.

Perkreditan
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah :
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Menurut Kasmir (2003 : 74-76) unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah
kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, risiko, dan balas jasa.
Jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu
(Kasmir, 2003 : 76-79) :
1. Dilihat dari Segi Kegunaan
a. Kredit investasi
b. Kredit modal kerja

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit


a. Kredit produktif
b. Kredit konsumtif
c. Kredit perdagangan

3
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
a. Kredit jangka pendek, jangka waktunya kurang dari satu tahun atau paling lama satu
tahun
b. Kredit jangka menengah, jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai
dengan tiga tahun
c. Kredit jangka panjang, jangka waktu kreditnya di atas tiga tahun
4. Dilihat dari Segi Jaminan
a. Kredit dengan jaminan
b. Kredit tanpa jaminan
5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
a. Kredit pertanian
b. Kredit peternakan
c. Kredit industri
d. Kredit pertambangan
e. Kredit pendidikan
f. Kredit profesi
g. Kredit perumahan

Kategori kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia di dalam
Lukman Dendawijaya (2003 : 85), sebagai berikut :
1. Kredit lancar, adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunga.
2. Kredit kurang lancar, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang diperjanjikan.
3. Kredit diragukan, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan atau dua kali dari jadwal yang telah
diperjanjikan.
4. Kredit macet, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya
telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang
telah diperjanjikan.

Menurut Siswanto Sutojo (1997 : 335) gejala umum yang muncul sebagai tanda akan
terjadinya kredit bermasalah antara lain penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian
kredit, penurunan kondisi keuangan perusahaan, tingginya frekuensi pergantian pimpinan dan
tenaga inti, penyajian bahan masukan secara tidak benar, menurunnya sikap kooperatif debitur,
penurunan nilai jaminan yang disediakan, problem keluarga atau pribadi.
Kredit bermasalah akan berdampak negatif baik bagi kelangsungan hidup bank itu sendiri
maupun bagi perekonomian negara. Berikut ini diuraikan dampak kredit bermasalah terhadap
bank menurut As. Mahmoeddin (2004 : 111-114), yaitu :
1. Likuiditas
Jika kredit yang jatuh tempo atau mulai diwajibkan membayar angsuran namun tidak mampu
mengangsur karena kredit tidak lancar atau bermasalah, maka bank terancam menjadi tidak
likuid.
2. Solvabilitas
Adanya kredit bermasalah dapat menimbulkan kerugian bagi bank sehingga bank menjadi
tidak likuid dan kemudian mencairkan aktiva tetapnya guna memenuhi segala kewajibannya

4
kepada pihak ketiga. Jika bank tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka berarti
solvabilitas bank tersebut juga menjadi berkurang.
3. Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh penghasilan dari bunga kredit. Jika
kredit bermasalah atau tidak lancar maka penghasilan bank dari bunga kredit akan berkurang.
4. Biaya-biaya tambahan
Biaya tambahan adalah adanya biaya tertentu karena adanya kredit bermasalah, antara lain
legal cost, administrative cost, opportunity cost, carrying cost, management cost, dan
intangible cost.
5. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Jika kredit tidak
lancar maka profitabilitas bank menjadi kecil.
6. Bonafiditas
Bonafiditas adalah kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada bank.
7. Tingkat kesehatan bank
Bank yang dilanda kredit bermasalah bisa menurunkan tingkat kesehatannya, dan pada
gilirannya bank dapat dikenakan sanksi, bahkan bisa menghadapi likuidasi.
8. Modal bank
Besar kecilnya ekspansi usaha sangat ditentukan dengan perkembangan kredit. Jika kredit
tidak tumbuh dengan baik, maka modal bank juga tidak dapat berkembang dengan baik.

Menurut Lukman Dendawijaya (2003 : 86-89) dalam usaha mengatasi timbulnya kredit
bermasalah pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut :
1. Rescheduling
Rescheduling merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit
yang diberikannya kepada debitur berupa penjadwalan kembali sebagiaatau seluruh
kewajiban debitur.
2. Reconditioning
Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang
diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang
semula disepakati bersama pihak debitur dalam perjanjian kredit.
3. Restructuring
Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus
dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari
pemberian kredit.
4. Kombinasi 3-R
Dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah, bila dianggap perlu bank dapat
melakukan berbagai kombinasi dari tindakan rescheduling, reconditioning, dan
restructuring tersebut di atas, yakni :
a. rescheduling dan reconditioning.
b. rescheduling dan restructuring.
c. restructuring dan reconditioning.
d. rescheduling, reconditioning, dan restructuring.

5
5. Eksekusi
Jika semua usaha penyelamatan di atas sudah dicoba namun nasabah masih juga tidak
mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah melakukan
eksekusi dengan berbagai cara, antara lain:
a. Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang Negara).
b. Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata).

Tolak Ukur Kinerja Keuangan Bank


Menurut Lukman Dendawijaya (2003 : 116-124) rasio-rasio keuangan yang digunakan
sebagai tolak ukur kinerja dari suatu bank adalah sebagai berikut :
1. Analisis Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.
Beberapa rasio likuiditas dalam menilai kinerja suatu bank antara lain :
a. Cash Ratio
Cash Ratio adalah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang
harus segera dibayar. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan. Cash Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
Alat Likuid
x 100 %
Pinjaman Yang Harus Segera Dibayar

b. Reserve Requirement
Reserve Requirement atau lebih dikenal juga dengan likuiditas wajib minimum adalah suatu
simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua
bank.
Reserve Requirement dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Alat Likuid
x 100 %
Jumlah Dana (Simpanan) Pihak Ketiga

c. Loan to Deposit Ratio (LDR)


LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang
diterima bank. LDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Loan to Deposit Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Kredit Yang Diberikan
x 100 %
Total Dana Pihak Ketiga

6
d. Loan to Asset Ratio
Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank
yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya
semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi
semakin besar.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Kredit Yang Diberikan
x 100 %
Jumlah Asset

e. Rasio Kewajiban Bersih Call Money


Persentase dari rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva
lancar. Semakin kecil nilai rasio ini maka semakin besar likuiditas bank tersebut karena bank
dapat segera menutupi kewajiban dalam kegiatan pasar uang antar bank dengan alat likuid
yang dimilikinya.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kewajiban Bersih Call Money
x 100 %
Aktiva Lancar

f. Earning Assets to Total Assets Ratio (EATAR)


EATAR yaitu rasio asset produktif terhadap total asset. Asset produktif terdiri dari efek-efek,
penempatan pada bank lain, pinjaman, dan penyertaan. Menurut Etty M. Nasser dan Titik
Aryati (1999) earning assets suatu bank akan menjadi sumber pendapatan atau laba yang
akan menjadi salah satu sumber dana bagi bank yang bersangkutan. Dengan rendahnya
kualitas asset suatu bank akan menimbulkan kerugian yang justru akan mengurangi volume
dana yang dimilikinya.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Aktiva Produktif
x 100 %
Total Aktiva

2. Analisis Rasio Rentabilitas


Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-
rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.
a. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan asset.

7
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Sebelum Pajak
x 100 %
Total Aktiva

b. Return on Equity (ROE)


ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini
merupakan indikator bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh laba yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih
x 100 %
Modal Sendiri

c. Rasio Biaya Operasional (BOPO)


Rasio biaya operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Beban Operasional
x 100 %
Pendapatan Operasional

d. Net Profit Margin Ratio


Net Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh
bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Bersih
x 100 %
Pendapatan Operasional

3. Analisis Rasio Solvabilitas


Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Rasio-rasio yang digunakan antara lain :
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung resiko, misalnya kredit yang diberikan.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Modal Bank
x 100 %
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

8
b. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya dengan dana yang berasal dari modal bank
sendiri.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Utang
x 100 %
Jumlah Modal Sendiri

c. Long Term Debt to Assets Ratio


Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank dibiayai atau
dananya diperoleh dari sumber-sumber utang jangka panjang.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Utang Jangka Panjang


x 100 %
Total Aktiva

METODOLOGI PENELITIAN

Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Non Performing Loan (NPL)
Adalah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan
yang diperjanjikan.
2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
bank. LDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya.
3. Rasio Biaya Operasional (BOPO)
Adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya.
4. Return on Assets (ROA).
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan asset.

9
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Statistik Deskriptif, merupakan bidang ilmu statistika yang mempelajari cara-cara
pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data dari suatu penelitian.
2. Statistik Inferensial, merupakan bidang ilmu statistik yang mempelajari cara-cara penarikan
suatu kesimpulan dari suatu populasi tertentu berdasarkan sebagian data (sampel). Dalam
penulisan ini penulis menggunakan Statistik Parametrik yang merupakan bagian dari statistik
inferen, yang terdiri dari analisis independent samles t test dan analisis diskriminan.
a. Independent Samples T Test
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua
kelompok sample yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang
lebih tinggi. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Rumus untuk mencari nilai t yaitu :
X1 − X 2
t=
(n1 − 1)S1 + (n2 − 1)S 2
2 2
⎛1 1 ⎞
⎜⎜ + ⎟⎟
n1 − n 2 − 2 ⎝ n1 n 2 ⎠
di mana :
X1 : rata-rata dari kelompok pertama
X2 : rata-rata dari kelompok kedua
S12 : kuadrat standar deviasi atau varian kelompok pertama
S22 : kuadrat standar deviasi atau varian kelompok kedua
n : jumlah kasus pada setiap kelompok

Aturan keputusan :
Ho ditolak jika : t hitung > t tabel, t hitung < - t tabel atau nilai sig. < 0,05

b. Analisis Korelasi
Dalam penelitian ini penulis ingin melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio biaya
operasional (BOPO), dan Return on Assets (ROA).

c. Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan dan
membedakan. Mengidentifikasi suatu objek, mengelompokkan dan kemudian
menganalisis perbedaan pada kelompok tersebut.

Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Ada perbedaan rata-rata NPL, LDR, BOPO, dan ROA antara yang memenuhi standar dan
dibawah standar
H2 : Terdapat hubungan antara NPL, LDR, BOPO, dan ROA

10
HASIL PENELITIAN

Independent Samples T Test


Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
NPL Equal variances
2.111 .157 .500 28 .621 .58600 1.17167 -1.81405 2.98605
assumed
Equal variances
.500 25.843 .621 .58600 1.17167 -1.82311 2.99511
not assumed
CAR Equal variances
3.887 .059 -1.217 28 .234 -15.41133 12.65994 -41.34405 10.52138
assumed
Equal variances
-1.217 14.558 .243 -15.41133 12.65994 -42.46697 11.64430
not assumed
LDR Equal variances
4.518 .043 -1.708 28 .099 -10.87533 6.36834 -23.92029 2.16962
assumed
Equal variances
-1.708 24.913 .100 -10.87533 6.36834 -23.99351 2.24285
not assumed
EATAR Equal variances
3.667 .066 1.836 28 .077 5.40400 2.94344 -.62535 11.43335
assumed
Equal variances
1.836 19.135 .082 5.40400 2.94344 -.75375 11.56175
not assumed
BOPO Equal variances
3.688 .065 -2.264 28 .031 -11.99667 5.29788 -22.84889 -1.14444
assumed
Equal variances
-2.264 19.575 .035 -11.99667 5.29788 -23.06328 -.93006
not assumed
ROA Equal variances
10.169 .004 1.466 28 .154 .78733 .53716 -.31300 1.88766
assumed
Equal variances
1.466 15.855 .162 .78733 .53716 -.35225 1.92692
not assumed

Sumber : data diolah

Tabel Hasil Analisis Independent Samples T Test


No Jenis Rasio (Variabel) Hasil Analisis
1 NPL Tidak ada perbedaan rata-rata NPL
antara bank fokus dan bank terbatas
2 CAR Tidak ada perbedaan rata-rata CAR
antara bank fokus dan bank terbatas
3 LDR Tidak ada perbedaan rata-rata LDR
antara bank fokus dan bank terbatas
4 EATAR Tidak ada perbedaan rata-rata EATAR
antara bank fokus dan bank terbatas
5 BOPO Ada perbedaan rata-rata BOPO antara
bank fokus dan bank terbatas
6 ROA Tidak ada perbedaan rata-rata ROA
antara bank fokus dan bank terbatas

11
Discriminant
Classification Resultsb,c

Predicted Group
Membership
Bank
Jenis_Bank Bank Fokus Terbatas Total
Original Count Bank Fokus 13 2 15
Bank Terbatas 3 12 15
% Bank Fokus 86.7 13.3 100.0
Bank Terbatas 20.0 80.0 100.0
Cross-validated a Count Bank Fokus 13 2 15
Bank Terbatas 5 10 15
% Bank Fokus 86.7 13.3 100.0
Bank Terbatas 33.3 66.7 100.0
a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross
validation, each case is classified by the functions derived from all cases
other than that case.
b. 83.3% of original grouped cases correctly classified.
c. 76.7% of cross-validated grouped cases correctly classified.

Analisis diskriminan menunjukkan bahwa 83,3 % bank sesuai dengan kelompoknya jika
dikaitkan dengan perbedaan kinerja keuangannya. Berdasarkan kinerjanya, untuk bank fokus
tercatat 13 dari 15 bank yang diteliti memang tergolong pada bank fokus. Sedangkan untuk bank
terbatas, tercatat 12 dari 15 bank memang tergolong pada bank terbatas berdasarkan kinerjanya.
Hal tersebut berarti bahwa penggolongan bank berdasarkan kemampuan modal sesuai dengan
kerangka API relatif bisa membedakan kinerja bank jika menggunakan 6 variabel penelitian.
Berdasarkan hasil analisis diskriminan, 2 bank yang tergolong sebagai bank fokus
berdasarkan API sebenarnya menunjukkan kinerja keuangan yang sama dengan bank terbatas.
Atau sebaliknya 3 bank yang tergolong sebagai bank terbatas menurut kerangka API ternyata
menunjukkan kinerja keuangan yang relatif sama dengan kelompok bank fokus.
Besar perbedaan masing-masing variabel diskriminan pada bank fokus dan bank terbatas
dapat dilihat pada tabel Canoncial Discriminant Function Coefficients berikut ini :

Canonical Discriminant Function Coefficients

Function
1
NPL -.258
CAR -.002
LDR .054
EATAR -.078
BOPO .061
ROA -.064
(Constant) -1.339
Unstandardized coefficients

12
Fungsi persamaan diskriminan selengkapnya dengan menggunakan Standardized
Canonical Discriminant Function Coefficients adalah :

D = -1,339 - 0,258 NPL - 0,002 CAR + 0,054 LDR - 0,078 EATAR + 0,061 BOPO - 0,064

ROA

Dari persamaan tersebut dilihat bahwa nilai rata-rata rasio yang paling dominan untuk
memprediksi perbedaan antara bank fokus dan bank terbatas adalah rasio BOPO, karena
memiliki koefisien tertinggi yaitu 0,061 sedangkan rata-rata rasio yang dianggap paling lemah
adalah rasio NPL, karena memiliki koefisien paling rendah yaitu -0,258.

PENUTUP

Kesimpulan
1. Hasil analisis menggunakan metode Independent Samples T Test menunjukkan bahwa
kinerja bank fokus dan bank terbatas jika dilihat dari NPL, CAR, LDR, EATAR dan
ROA cenderung sama. Hal ini menunjukkan bahwa kelima variabel tersebut cenderung
stabil dan tidak dipengaruhi oleh besarnya modal yang dimiliki bank. Sementara jika
dilihat dari BOPO, hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi perbedaan kinerja antara
bank fokus dan bank terbatas, dimana kinerja bank fokus cenderung lebih baik jika
dibandingkan dengan kinerja bank terbatas.
2. Berdasarkan analisis diskriminan, pengelompokkan bank berdasarkan kemampuan
modalnya jika dilihat dari kredit bermasalah (NPL), rasio kecukupan modal (CAR),
likuiditas (LDR dan EATAR), dan rentabilitas (BOPO dan ROA) dapat memprediksi
pengelompokkan bank berdasarkan kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API),
dengan variabel yang paling dominan adalah rasio BOPO dan variabel paling lemah
adalah rasio NPL.

Saran
1. Untuk menciptakan struktur perbankan yang kuat, sebaiknya bank yang memiliki modal
di bawah Rp 100 milyar harus lebih ditingkatkan, karena dengan modal yang terbatas di
bawah Rp 100 milyar sangat sulit bagi bank untuk mendukung pertumbuhan kredit yang
tinggi.
2. Dengan banyaknya problem yang dihadapi perbankan nasional, maka perbankan harus
menyusun skala prioritas penyelesaian masalah menjadi prioritas jangka pendek,
menengah, dan panjang dengan tetap memerhatikan kondisi persaingan global, good
corporate governance, dan the New Basle Capital Accord (minimum capital requirement,
supervisory review, dan market discipline), karena hanya bank dengan modal yang
memadai, berskala relatif besar, dan memiliki core competence yang didukung dengan
perangkat teknologi dan manajemen risiko yang tangguh yang akan mampu bertahan dan
menghiasi lanskap perbankan masa depan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Faisol. Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Anonim. 2004. Arsitektur Perbankan Indonesia. Bank Indonesia : Jakarta.

As. Mahmoeddin. 2004. Melacak Kredit Bermasalah. Pustaka Sinar Harapan : Jakarta.

Darsono dan Anshari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Andi :
Yogyakarta.

Djoko Retnadi. 2006. Memilih Bank yang Sehat. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.

Duwi Priyatno. 2008. Mandiri Belajar SPSS. MediaKom : Yogyakarta.

Etty M. Nasser dan Titik Aryati. 1999. Model Analisis CAMEL untuk Memprediksi Financial
Distress pada Sektor Perbankan yang Go Public. ISSN : 1440-2420 : Jakarta.

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi-1. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Lukman Dendawijaya. 2003. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia : Jakarta.

Nurul Wulansari dan Budi Hermana. Analisis Biaya Dana, Persentase Aktiva Produktif, dan
Pendapatan Sebagai Faktor Pembeda Antara Bank Fokus dan Bank Terbatas Menurut
Kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia. UG Jurnal Vol.2 No.2 Tahun 2008 : Jakarta.

Peneliti Bank Indonesia. 2004. Bank Sentral Republik Indonesia, Sebuah Pengantar. Edisi
Pertama. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan : Bank Indonesia, Jakarta.

Siswanto Sutojo. 1997. Manajemen Terapan Bank. PT Pustaka Binaman Pressindo : Jakarta.

www.bi.go.id

www.lps.go.id

www.menmudren.go.id

www.stttelkomnews.defhosting.net

www.unisosdem.org

14

Anda mungkin juga menyukai