Anda di halaman 1dari 4

c   


    

 Sengketa lahan parkir di RW 3 Kelurahan Arjosari belum final.


Kemarin, sekitar 20 warga Arjosari kembali mendatangi gedung dewan
untuk mengadukan persoalan itu. Mereka menanyakan komitmen pemkot
yang dinilai tak konsisten menjalankan kesepakatan yang dibu at pada 9
Maret lalu.

Dalam pertemuan antara warga dengan Komisi A DPRD Kota Malang,


hadir juga SKPD (satuan kerja perangkat daerah) terkait. Di antaranya,
badan pelayanan perizinan terpadu (BPPT), dinas perumahan, camat
Blimbing, dan lurah Arjosari.

Joko Wiyono -pendamping warga dari salah satu LSM Kota Malang-
membeberkan, berdasarkan kesepakatan 9 Maret lalu, pemkot bersedia
membuat spanduk besar bahwa lahan parkir seluas 1.300 meter persegi
tersebut merupakan lahan pemkot. Namun, kenyataannya hingga
kemarin pemkot tak melaksanakan kesepakatan tersebut. Bahkan,
pengembang dengan leluasa meneruskan pembangunan ruko. Padahal,
lahan yang disewa Tedy Winarto itu izinnya untuk pemukiman atau
perumahan. Bukan pertokoan. "Kami mengadukan ini kembali karena
warga RW 3 sempat bentrok fisik dengan preman-preman pengembang
pada Minggu (3/5)," beber dia.

Pemicunya, lanjut Joko, karena pengembang tidak terima warga


memasang spanduk bertulisan bahwa lahan tersebut dalam sengketa.
"Warga merasa mentok sehingga memasang spanduk sendiri. Tapi,
pengembang tak terima," ungkap dia.

Dasar itulah yang membuat warga akhirnya memilih mengadu kembali ke


gedung DPRD. Hasilnya, dewan merekomendasikan agar hari ini pemkot
menghentikan pembangunan ruko. "Kami akan kawal ketat rek omendasi
ini. Jika tidak dilaksanakan, kami akan membawa kasus ini ke PTUN
(pengadilan tata usaha negara)," tandas Joko.

Terpisah, anggota Komisi A DPRD Kota Malang Sigit Setiawan menilai ada
kejanggalan dalam kasus sengketa lahan parkir tersebut. Kejangg alan
yang dimaksud adalah tak ada tindakan apa pun yang dilakukan pemkot.
Padahal, dalam kesepakatan awal, pemkot bersedia menghentikan
pembangunan ruko di sana. "Spanduk tidak dipasang, penertiban juga
tidak dilakukan," ujar Sigit.

Padahal, sambung dia, penyelesaian kasus tersebut cukup gampang. Jika


BPPT tegas mencabut izin pembangunan, persoalan tuntas. "Sudah tahu
menyalahi aturan, tetap dibiarkan. Pembayaran retribusi secara tertib
tidak bisa dijadikan alasan. Aturan tetap aturan," tandasnya.
Karena itu, Sigit menegaskan, jika sampai hari ini pemkot tidak
bertindak, dewan memberikan izin agar masyarakat menempuh jalur
hukum. "Kalau penertiban sampai tak jalan, silakan warga menempuh
upaya hukum agar persoalan ini bisa diselesaikan," ucap dia.

Terpisah, Kabid Pendataan dan Pemetaan Dinas Perumahan Kota Malang


Fahmi Fauzan A.Z. mengatakan, secara aturan lahan parkir di kawasan
RW 3 Arjosari memang aset pemkot. Dan statusnya dalam sewa pribadi
Tedy Winarto. Tetapi, status sewa itu tidak diperpanjang lagi sejak tahun
2006 lalu. "Hingga sekarang, lahan itu milik pemkot. Soal kenapa dinas
perumahan tak memasang spanduk, karena sudah lama disosialisasikan
kepada pengembang," kata Fahmi.

Jika kenyataannya pengembang tetap bersikukuh membangun ruko di


lokasi yang nyata-nyata salah, dia akan mengingatkan lagi. "Kami
menghormati keputusan dewan. Besok (hari ini) kami akan lakukan
komunikasi kembali dengan pihak pengembang," tandas Fahmi.
¢  

ð 

2   
  2    2
  2 
2009-03-10
16:43:42
Irfan Anshori

O OO 
- Lahan Parkir di depan Terminal Arjosari yang sempat menjadi
sengketa, akhirnya ditetapkan menjadi milik Pemkot Malang untuk sementara dalam — 
antara Komisi A DPRD Kota Malang, Pemkot Malang dan warga RW 03.

Wakil Komisi A DPRD Kota Malang, Bambang Satriya mengatakan, hasil keputusan dari
—  itu antara lain, Pemkot Malang segera memasang papan yang menyatakan lahan itu
adalah milik Pemkot Malang karena masa kepemilikan lahan tersebut telah berakhir.

Terkait rencana pembangunan Ruko di lahan itu, Bambang menegaskan bahwa lahan tersebut
sebenarnya diperuntukkan untuk lahan perumahan.

Sementara itu, Khoirul Suswanto selaku Sekretaris RW 3 mengaku puas dengan keputusan
tersebut.

³Memang diharapkan untuk pengelolaannya ke depan kita akan serahkan ke RW, karena
untuk pemberdayaan masyarakat yang ada,´ ujarnya.

Terkait dengan pengelolaan lahan parkir, pihaknya akan membicarakan terlebih dahulu
dengan warga apakah warga akan mengelola lahan parkir itu atau tidak. ( þ

@ 
!    
X Rabu, 11 Maret 2009 ]
         

Kasus lahan parkir di RW 03 Kelurahan Arjosari masih


berlanjut. Kemarin, pengurus RW 03, LPMK (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan) Arjosari, dan perwakilan Kecamatan Blimbing
diundang Komisi A DPRD Kota Malang. Bahkan dalam — tersebut,
tampak hadir petugas kepolisian dari Polsek Blimbing.

Ketua LPMK Arjosari Supriyadi mengatakan, dari hasil — tersebut


akhirnya didapatkan kepastian. Baik soal status lahan maupun kegunaan.
"Dari hasil ini, akhirnya kami menyerahkan semua kepada pemkot dan
kepolisian," ujar dia di gedung dewan kemarin.

Menurut Supriyadi, lahan dengan luas 1.937 meter persegi di depan pintu
keluar utara Terminal Arjosari itu merupakan aset pemkot. Rinciannya,
624 meter persegi dikelola pihak swasta untuk lahan parkir dan 1. 313
meter persegi untuk area PKL. Total, ada 13 PKL yang terdaftar di
lingkungan kelurahan. Ini pun hanya menghuni area lahan bagian depan
pinggir jalan dengan bangunan semipermanen. "Menurut keterangan
pemkot, lahan itu peruntukannya bukan untuk PKL. Tapi untuk
pemukiman," ungkap dia.

Fakta lain, saat ini lahan yang dihuni para PKL itu bakal dibangun ruko
(rumah toko) oleh salah satu pengembang. Karena itu, dalam waktu
dekat, pemkot -dalam hal ini satpol PP- akan menertibkan PKL.
Sedangkan kepolisian menertibkan pembangunan ruko yang kini tahap
pengerjaan fondasi. "Kami luruskan, kami ini hanya membantu
menyelesaikan sengketa lahan. Bukannya RW 03 mau minta jatah
mengelola," ucap Supriyadi.

Seperti diberitakan, sebelum digelar hearing, perwakilan RW 03 Ar josari


sebelumnya sempat wadul ke komisi A. Itu terjadi sekitar sepekan lalu.
Persoalannya, warga RW 03 merasa keberatan dengan pengelolaan lahan
parkir perseorangan. Apalagi, lahan tersebut aset pemkot. Karena itu,
warga RW 03 meminta agar diizinkan turut mengelola sebagian lahan
parkir untuk pemberdayaan pemuda.

Kabid Pendataan dan Pemetaan Dinas Perumahan Kota Malang Fahmi


Fauzan membenarkan apa yang diungkapkan LPMK Arjosari. Berdasarkan
data dinas perumahan, lahan parkir dan lahan PKL di depan termin al itu
memang aset pemkot. "Maka semuanya dikembalikan kepada pemkot
sesuai kebijakan yang ada," kata dia.

Anggota komisi A Bambang Satriya mengaku persoalan sengketa lahan


parkir RW 03 Arjosari bisa diselesaikan dengan damai. "Semuanya
diserahkan kepada pemkot dan kepolisian karena dari — tadi semua
sudah jelas," ujarnya. ¢  

@ 

!    
X Jum'at, 08 Mei 2009 ]
 
        
- Pemkot Malang akhirnya menyegel bekas lahan parkir di
kawasan RW 3 Kelurahan Arjosari. Penyegelan itu dilakukan dengan
menempel papan pengumuman bahwa lahan tersebut adalah aset Pemkot
. Bukan itu saja, Pemkot juga menghentikan pembangunan ruko yang
selama ini berlangsung di atas lahan seluas 1.313 meter p ersegi tersebut.

Kasatpol PP Pemkot Malang Bambang Suharijadi mengatakan, penyegelan


itu dilakukan sesuai dengan ° DPRD Kota Malang sejak Rabu (6/5)
lalu. Hanya saja, demi keamanan, personel Satpol PP hingga kemarin
masih terus berjaga-jaga.

Sayangnya, kendati telah disegel dan dihentikan pembangunannya,


aktivitas di kantor pemasaran ruko tetap berlanjut. Indikasinya, kantor
pemasaran kemarin tetap buka seperti biasa. Hanya saja, tak satupun
pegawai yang mau berkomentar tentang penyegelan dan pengh entian
pembangunan proyek ini. "Kami hanya menertibkan bangunan yang tak
ada izinnya. Soal perizinan ada SKPD (satuan kerja perangkat daerah)
yang lebih berwenang," beber Bambang.

Sengketa lahan parkir di RW 3 Kelurahan Arjosari ini telah bergulir sejak


awal tahun 2009 lalu. Puluhan warga RW 3 merasa tak terima atas
pembangunan ruko di atas lahan tersebut. Apalagi, status lahan itu aset
Pemkot dan disewa oleh Teddy Inarto sejak tahun 1993. Tanpa prosedur
jelas, tiba-tiba seorang pengembang membangun ruko d i sana. "Dengan
penyegelan secara resmi ini, maka aktivitas apapun tidak bisa dilakukan
di sini. Karena nyata-nyata menyalahi aturan," tandas mantan Kepala
BKBPM (badan keluarga berencana dan pemberdayaan masyarakat) ini.
¢   
@ 

Anda mungkin juga menyukai