Anda di halaman 1dari 26

Askep Artritis Reumatoid

Download Askep Kapuk Online Update tentang ASKEP ARTRITIS  REUMATOID

I.  KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif,
cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad
Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165)

B. PENYEBAB / ETIOLOGI

Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti.  Ada beberapa teori
yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu:

 Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.


 Endokrin
 Autoimmun
 Metabolik
 Faktor  genetik serta pemicu lingkungan

Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun
ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh  karena virus dan
organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari
tulang rawan sendi penderita.

C. EPIDEMIOLOGI

Penyakit Artritis Rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar
diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering
dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3: 1.  kecenderungan
wanita untuk menderita Artritis rheumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang
hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah
satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.

D. MANIFESTASI KLINIK

Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada penderita Reumatik.
Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena
penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.

a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun
dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi
perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi 
antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat
digerakan dengan bebas) dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis
(peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit
dan selama kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan  merupakan ciri khas penyakit ini  pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .
e. Deformitas : kerusakan dari struktur  penunjang  sendi  dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran ulnar atau deviasi  jari, pergeseran  sendi pada tulang telapak  tangan dan jari,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat tonjolan  kaput metatarsal yang timbul
sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.
f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga
orang dewasa penderita  rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah
bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan,
walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan  petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih
berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular  (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ
lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom
SjÖgren,  sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi
inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan
katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi,
gangguan konduksi dan kardiomiopati.

 E. DIAGNOSTIK

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto
rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American reumatism Association (ARA) adalah:

 Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).


 Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
 Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu
sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
 Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
 Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
 Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
 Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
 Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
 Pengendapan cairan musin yang jelek
 Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
 gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

o Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6


minggu
o Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
o Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.
F. PENATALAKSANAAN / PERAWATAN

Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif
yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada penderita
sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala
memperlambat progresifvtas penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan / perawatan adalah sebagai berikut :

 Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan


 Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita
 Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi
 Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut di atas, yaitu :

a. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan yang
cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan
dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi
(perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua
komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-
sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan
yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-
menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana
penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya
menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali
sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan.
Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.
Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin
dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja
kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi
kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang
sudah lemah oleh adanya penyakit.
d. Diet/Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet
dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya.
Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
e. Obat-obatan
Pemberian  obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan
penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

 Aktivitas / istirahat
Gejala :  Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda :  Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan
pada sendi.
 Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
 Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan),
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada
orang lain).
 Makanan / cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan / cairan
adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ)
Tanda: Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
 Hygiene
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
 Neurosensori
Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala: Pembengkakan sendi simetris
 Nyeri / kenyamanan
Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak
pada sendi).
 Keamanan
Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
ringan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga. Demam  ringan menetap.
Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
 Interaksi sosial
Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
 Penyuluhan / pembelajaran
Gajala :  Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja). Penggunaan makanan
kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa pengujian. Riwayat perikarditis, lesi
katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.

Pertimbangan: DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.


Rencana Pemulangan: Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi, aktivitas
perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah tangga.

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.


 Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
 Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
 Laju Endap Darah: Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat
 Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
 Sel Darah Putih: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
 Haemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang.
 Ig (Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab
AR.
 Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
 Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
 Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
 Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen
(C3 dan C4).
 Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
C. PRIORITAS KEPERAWATAN

 Menghilangkan nyeri
 Meningkatkan mobilitas.
 Meningkatkan monsep diri yang positif
 mendukung kemandirian
 Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan pengobatan.

D. TUJUAN PEMULANGAN

 Nyeri hilang/ terkontrol


 Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
 Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.
 Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

I. NYERI AKUT/ KRONIS

Dapat dihubungkan dengan:

o Agen pencedera
o Distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi
o Destruksi sendi.

Dapat dibuktikan oleh: 

o Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan.


o Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan fokus
o Perilaku distraksi/ respons autonomic
o Perilaku yang bersifart ahti-hati/ melindungi
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan:

o Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol


o Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
o Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
o Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional:

o Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Rasional: Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program
o Berikan matras / kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
Rasional: Matras yang lembut / empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
o Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace.
Rasional: Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi
o Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
Rasional: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
o Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun
dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-
sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan
sebagainya.
Rasional: Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
o Berikan masase yang lembut
Rasional: Meningkatkan relaksasi / mengurangi nyeri
o Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,
sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri,
dan pengendalian napas.
Rasional: Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping
o Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
Rasional: Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat
o Beri obat sebelum aktivitas / latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
Rasional: Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
o Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
Rasional: Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi
kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
o Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan
Rasional: Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode
akut

II. MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN

Dapat dihubungkan dengan :

o Deformitas skeletal
o Nyeri
o Ketidaknyamanan
o Intoleransi aktivitas
o Kenurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh:

o Keengganan untuk mencoba bergerak / ketidakmampuan untuk dengan sendiri


bergerak dalam lingkungan fisik
o Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan
otot / kontrol dan massa (tahap lanjut).

Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan:

o Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya / pembatasan kontraktur.


o Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
o Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasional:


o Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
Rasional: Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari
peoses inflamasi
o Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganmggu.
Rasional: Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan
o Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan
isometris jika memungkinkan
Rasional: Mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas
yang berlebihan dapat merusak sendi
o Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan /
bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
Rasional: Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit
o Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
Rasional: Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera) dan
memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi
kontraktor
o Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
Rasional: Mencegah fleksi leher
o Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan
Rasional: Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas
o Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan
pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
Rasional: Menghindari cidera akibat kecelakaan / jatuh
o Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
Rasional: Berguna dalam memformulasikan program latihan / aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat
o Kolaborasi: Berikan matras busa / pengubah tekanan.
Rasional: Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi risiko imobilitas
o Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut

III. GANGGUAN CITRA TUBUH/ PERUBAHAN PENAMPILAN PERAN

Dapat dihubungkan dengan :


o Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum
o Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas

Dapat dibuktikan oleh:

o Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.


o Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan
penampilan.
o Perubahan pada gaya hidup / kemapuan fisik untuk melanjutkan peran,
kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat
o Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
o Perasaan tidak berdaya, putus asa.

Hasil yang dihapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :

o Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk


menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
o Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi dan Rasional:

o Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa


depan.
Rasional: Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung
o Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
Rasional: Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/
konseling lebih lanjut
o Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.
Rasional: Isyarat verbal / non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
o Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
Rasional: Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan
umum terjadi
o Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
Rasional: Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,
membutuhkan intervensi lebih lanjut
o Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
Rasional: Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri
o Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas.
Rasional: Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam terapi
o Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
Rasional: Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri
o Berikan bantuan positif bila perlu.
Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri.
Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri
o Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri,
psikolog.
Rasional: Pasien / orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang / ketidakmampuan
o Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-
obatan peningkat alam perasaan.
Rasional: Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien
mengembangkan kemampuan koping yang lebih efektif

IV. KURANG PERAWATAN DIRI

Dapat dihubungkan dengan :

o Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu


bergerak, depresi.

Dapat dibuktikan oleh:

o Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.

Hasil yang dihapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan :

o Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan


kemampuan individual.
o Mendemonstrasikan perubahan teknik / gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
o Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi / komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:

o Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi


penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
Rasional: Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
o Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
Rasional: Mendukung kemandirian fisik/emosional
o Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi / rencana
untuk modifikasi lingkungan.
Rasional: Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri
o Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional: Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu,
menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran
o Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan
evaluasi setelahnya.
Rasional: Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena
tingkat kemampuan aktual
o Kolaborasi: atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan
rumah, ahli nutrisi.
Rasional: Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah

V. PENATALAKSANAAN PEMELIHARAAN RUMAH, KERUASAKAN, RESIKO


TINGGI TERHADAP

Faktor risiko meliputi:

o Proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.

Dapat dibuktikan oleh:

o (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala membuat diagnosa menjadi
aktual)
Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan :

o Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.


o Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

Intervensi dan Rasional:

o Kaji tingkat fungsi fisik


Rasional: Mengidentifikasi bantuan/ dukungan yang diperlukan
o Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri
sendiri.
Rasional: Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah
untuk memenuhi kebutuhan individu
o Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.
Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, mis: membagi tugas-
tugas rumah tangga antara anggota keluarga.
Rasional: Menjamin bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terus-menerus
o Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: lift, peninggian dudukan toilet.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang
o Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi.
Rasional: Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara-cara untuk
mengubah tugas-tugas untuk mengubah tugas-tugas untuk mempertahankan
kemandirian
o Kolaborasi: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan pembantu
rumah tangga bila ada.
Rasional: Memberikan kemudahan berpindah pada / mendukung kontinuitas
dalam situasi rumah

VI. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR), MENGENAI


PENYAKIT, PROGNOSIS, DAN KEBUTUHAN PENGOBATAN.

Dapat dihubungkan dengan :

o Kurangnya pemajanan / mengingat.


o Kesalahan interpretasi informasi.

Dapat dibuktikan oleh:

o Pertanyaan / permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.


o Tidak tepat mengikuti instruksi / terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, pasien akan :

o Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.


o Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi dan Rasional:

o Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.


Rasional: Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi
o Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui
diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.
Rasional: Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas
o Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
Rasional: Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani
proses penyakit kronis kompleks
o Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
Rasional: Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis
o Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu
tidur.
Rasional: Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan
meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari
o Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan
gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
Rasional: Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat
mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik 
darah yang tinggi
o Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-
obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
Rasional: Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat
meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya
o Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi.
Rasional: Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan
o Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi
penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
Rasional: Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi,
terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki
o  Berikan informasi mengenai alat bantu
Rasional: Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan
individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan
o Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk dari pada berdiri untuk
mempersiapkan makanan dan mandi
Rasional: Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan
kemandirian
o Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun
pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang,
tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan
tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada
mengangkat benda jika memungkinkan.
Rasional: Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien
untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri
o Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah
bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat.
Rasional: Mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit
o Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan / pemeriksaan laboratorium, mis:
LED, Kadar salisilat, PT.
Rasional: Terapi obat-obatan membutuhkan pengkajian / perbaikan yang terus
menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping
yang berbahaya.
o Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan
Rasional: Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan
lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi
dan perasaan harga diri / percaya diri
o Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis (bila ada).
Bantuan / dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal

http://kapukpkusolo.blogspot.com/2010/09/askep-artritis-reumatoid.html

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya
terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya
sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade
keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat
insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).

Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak diketahui.
Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi terhadap penyakit.

 I.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan


asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Artritis Reumatoid, dan sebagai
bahan literatur bagi mahasiswa keperawatan.

1.2.2. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dan mahasiswa


keperawatan dalam :

1.      Mengidentifikasi tanda dan gejala Artritis Reumatoid.

2.      Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita Artritis Reumatoid.

3.      Mencegah untuk tidak terjadinya komplikasi pada penderita Artritis.

 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 2.1. PENGERTIAN

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah
pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.
( Susan Martin Tucker.1998 )

Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai


membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku
sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.

( Diane C. Baughman. 2000 )

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.

( Arif Mansjour. 2001 )

 2.2. INSIDEN

AR terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun dengan puncak insiden antara usia 40 tahun
dan 60 tahun. Wanita terkena dua sampai tiga kali lebih sering dari pada pria.

 2.3. ETIOLOGI

AR adalah suatu penyakit otoimun yang timbul pada individu – individu yang rentang
setelah respon imun terhadap agen pencetus yang tidak diketahui. Faktor pencetus mungkin
adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara
antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG.
Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap
AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi Ig G semula.
Antibodi ynng ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR
menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan AR
diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun.

 
2.4. PATOFISIOLOGI
Faktor genetik, infeksi

Sasaran primer Sinovium

Sinovitis Proliferatif

Pelepasan kolagenesa & produksi  lisozim o/ fagosit    Pembengkakan, kekakuan pergelangan tangan & sendi jari tangan

                                                                                                    

Erosi sendi & periartikularis                     P’katan tekanan sendi distensi serta putusnya kapsula & ligamentum

            Kista dan kolaps sendi                   Sublaksasi sendi MCP & p’kembangan penyimpangan ulna klasik sering
timbul                        

 
                                                             Hiperekstensi / deformitas fleksi bisa b’kembang dlm sendi IP ibu jari tangan,
sendi PIP jr tgn, sendi MCP & IP jr tgn

                                                                          Tenosinovitis, jari tng pelatuk, rupture tendo & sindroma terowongan kaspal lazim
di temukan

2.5. MANIFESTASI KLINIS

1. Ditetapkan dengan tahapan dan keparahan penyakit.


2. Nyeri sendi, bengkak, hangat, eritema, dan kurang berfungsi adalah gambaran klinis yang
klasik.
3. Palpitasi persendian menunjukan jaringan spon atau boggi.
4. Seringkali dapat diaspirasi cairan dari sendi yang mengalami pembengkakan.

 Pola karakteristik dari persendian yang terkena 

1. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.


2. Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang
belakang serviks, dan temporomandibular.
3. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.
4. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung
selama lebih dari 30 menit.
5. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.

 Gambaran Ekstra-artikular

1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia


2. Fenomena Raynaud.
3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di temukan pada
jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.

 2.6. EVALUASI DIAGNOSIS

1. Beberapa faktor yang menujang diagnosa AR: nodulus reumatoid, inflamasi sendi,
temuan laboraturium.
2. Faktor reumatoid ( FR ) terdapat lebih dari 80% pada darah pasien.
3. jumlah sel darah merah dan komponen komplemen C4 menurun.

 2.7. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan umum yang lengkap penting di lakukan. Disamping menilai adanya sinovasi
pada setiap sendi, perhatian juga hal –hal berikut ini :

1. Keadaan umum – komplikasi steroid, berat badan.


2. Tangan – meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan.
3. Lengan – siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila.
4. Wajah. Periksa mata untuk sindroma Sjorgen, skleritis, episkleritis, skleromalasia
perforans, katarak, anemia dan tanda – tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar
parotis membesar ( sinroma Sjogren ). Mulut ( kering, karies dentis, ulkus ), suara serak,
sendi temporomandibula ( krepitus ). Catatan : artritis rematoid tidak menyebabkan
iritasi.
5. Leher – adanya tanda – tanda terkenanya tulang servikal.
6. Toraks. Jantung ( adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta dan
mitral ). Paru – paru ( adanya efusi pleural, fibrosis, nodul infark, sindroma Caplan ).
7. Abdomen – adanya splenomegali dan nyeri tekan apigastrik.
8. Panggul dan lutut.
9. Tungkai bawah – adanya ulkus, pembengkakan betis ( kista Baker yang reptur )
neuropati, mononeuritis  multipleks dan tanda – tanda kompresi medulla spinalis.
10. Kaki.
11. Urinalisis untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan adanya
darah.
 2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan diagnosa klinis)

1. Tes serologik

(a) faktor rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif.

             Catatan: 100% dengan factor rematoid yang positif jika terdapat nodul
atasindroma                                       

             Sjogren

             (b) Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20 kasus

       2.  Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat di te 

            mukan adalah:

            (a) pembekakan jaringan lunak;        

            (b) penympitan rongga sendi;

            (c) erosi sendi;

            (d) osteoporosis juksta artikuler;

 
             Untuk menilai aktivitas penyakit:

1.      Erosi progresif pada foto sinar X serial.

2.      LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada artritis reumatoid
meliputi :

(a)    penyakit aktif ;


(b)    amiloidosis ;

(c)    infeksi ;

(d)    sindroma Sjorgen ;

3.      Anemia – berat ringannya anemia normakromik biasanya berkaitan dengan aktifitas.

4.      Titer factor rematoid – makin tinggi titernya makin mungkin terdapat kelainan ekstra
artikuler. Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis.

 2.9. KOMPLIKASI

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi
faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

 2.10. PENATALAKSANAAN

Tujuan dari penatalaksanaan termasuk penyuluhan, keseimbangan antara istirahat dan latihan,
dan rujukan lembaga di komunitas untuk mendapatkan dukungan.

1. AR dini : penatalaksanaan pengobatan termasuk dosis terapeutik salisilat atau obat – obat
antiinflamasi nonsteroid ( NSAIDS ); antimalaria emas, pensilamin, atau sulfasalazin,
methotreksat; analgetik selama periode nyeri hebat.
2. AR sedang , erosit: program formal terapi okupasi dan terapi fisik.
3. AR persisten, erisif; pembedahan rekonstruksi dan kortikosteroid.
4. AR tahap lanjut yang tak pulih: preparat immunosupresif, seperti metotreksat,
siklosfosfamid, dan azatioprin.
5. Pasien AR sering mengalami anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia, sehingga
membutuhkan pengkajian riwayat diit yang sangat cermat untuk mengidntifikasi
kebiasaan makan dan makanan yang disukai. ( kortikosteroid dapat menstimulasi napsu
makan dan menyebabkan penambahan berat badan ).       

 2.11. PROGNOSIS

Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung pada ketaatan pasien
untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 – 70% pasien artritis reumatoid akan
mengalami prognosis yang lebih buruk. Golongan ini umumya meninggi 10 – 15 tahun lebih
cepat dari pada orang tanpa arthritis rheumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit
jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna. Umumnya mereka memiliki
keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah sendi yang mengalami peradangan, dengan
manifestasi ekstraartikuler, dan tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi
secara agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2 tahun pertama.

 
BAB III

PROSES KEPERAWATAN

 3.1. PENGKAJIAN

1. Kaji citra diri pasien yang berhubungan dengan perubahan muskuloskletal dan tetapkan
apakah pasien mengalami keletihan yang tidak lazim, kelemahan umum, nyeri, kaku pada
pagi hari, demam, atau anoraksia.
2. Kaji sistem kardiovaskular, pulmonal, dan renal.
3. Kaji persendian dengan pengamatan, palpasi, penyelidikan adanya nyeri tekan, bengkak ,
dan kemerahan pada sendi yang terkena.
4. Kaji mobilitas sendi, batasan gerak, dan kekuatan otot.
5. Fokuskan pada pengidentifikasi masalah dan faktor – faktor pasien.
6. Kaji kepatuhan terhadap pengobatan dan penatalaksanaan diri.
7. Kumpulan informasi mengenai pemahaman pasien, motivasi, pengetahuan, kemampuan
koping, penglaman masa lalu, persepsi dan ketakutan yang tidak diketahui.

 3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, kerusakan jaringan, dan immobilitas sendi.
2. Kerusakan immobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbatasan gerakan sendi.
3. Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketergantungan fisik dan psikologis dari
penyakit kronis dan kehilangan kebebasan.

  3.3. INTERVENSI

DX I :

1. Kaji tingkat nyeri


2. Ajarkan dan lakukan teknik – teknik penatalaksanan nyeri untuk penatalaksanaan jangka
pendek segera ( misal gunakan kompres panas dan dingin, istirahat, dan analgesik ).
3. Ajarkan tentang penatalaksaan nyeri jangka panjang ( misal penggunaan obat – obat
antiinflamasi, menetapkan regimen latihan untuk mempertahankan mobilitas sendi, dan
teknik – teknik relaksasi ).
4. Berikan tindakan yang menghasilkan rasa nyaman ketika memberikan perawatan.
5. Buat pengharapan yang realitis sehingga pasien dan orang terdekat mengenali bahwa
nyeri dapat dikontrol tergantung pada aktivitas penyakit.

 DX II :

1. Hilangkan nyeri menetap dan kekakuan pada pagi hari untuk meningkatkan kemampuan
mobilitas dan perawatan diri pasien.
2. Bantu dan ajarkan dan / atau latihan rentang gerak aktif setelah tindakan kompres panas.
3. Kembangkan dan ajarkan rencana program latihan setiap hari
4. Observasi toleransi pasien terhadap program latihan.
5. Dorong aktivitas perawatan diri dan kemandirian.
6. Pertahankan periode istirahat terencana.
7. Pertahankan lingkungan yang aman.

DX III :

1. Coba untuk memahami reaksi emosional pasien terhadap penyakit.


2. Beri semangat untuk melakukan komunikasi sehingga pasien dan keluarga dapat
mengungkapkan perasaan, persepsi, dan ketakutannya yang berhubungan dengan
penyakit.
3. Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk patuh terhadap program penatalaksanaan
sehingga memungkinkan untuk mencapai hasil yang lebih positif.
4. Anjurkan mengungkapkan rasa takut dan ansietes terhadap proses penyakit.
5. Bantu pasien dalam memilih keterampilan.
6. Terima perubahan prilaku: menyangkal, ketidakberdayaan, ansietas, ketergantungan.
7. Bersikap suportif tetapi tegas dalam menyusun tujuan.
8. Tingkatkan perawatan diri dan libatkan dalam perencanaan perawatan.
9. Dorong kemandirian dan berikan penghargaan trhadap penyelesaian tugas.
10. Modivikasi lingkungan dan sediakan waktu untuk pasien mencapai tujuan.
11. Diskusikan perlunya pembatasan dan perubahan gaya hidup ; berikan empati dan
pemahaman.

 http://andrian24.multiply.com/journal/item/42

Anda mungkin juga menyukai