A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak
ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah
adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan
otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat
muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan
haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat
terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia
lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang
tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan
gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi
dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma
yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler
< 100
<80
<110
<90
100-200
80-200
110-120
90-110
>200
>200
>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
H. Pengkajian
? Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
? Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien
untuk menanggulangi penyakitnya.
? Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
? Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
? Integritas Ego
Stress, ansietas
? Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
? Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
? Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
? Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
? Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
? Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
I. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
J. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
? Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
? Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
? Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
? Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
? Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan
makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
? Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera
jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
? Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
? Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
? Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
? Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
? Kolaborasi dengan ahli diet.
Intervensi :
? Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
? Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
? Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
? Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
? Pantau masukan dan pengeluaran
? Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung
? Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
? Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
? Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
? Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
? Kaji tanda vital
? Kaji adanya nyeri
? Lakukan perawatan luka
? Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
? Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I
Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit
gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam
darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas
tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk
mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses)
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semua dialami oleh penderita :
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri
bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu
ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita
penyakit diabetes mellitus tipe 1.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai
gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin
yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor
lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes
tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya
menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka
sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya
faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat
dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet
diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam
darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.
Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami
penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila
kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi
dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126
mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam)
mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random
(sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara
140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.
Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat
penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy
machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu
untuk membelinya.
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan
pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi
kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal
ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan
pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula
darah.
B. PATHWAYS
C. ANALISA DATA
NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
masalah yang sedang dialami Etiologi berisi
Berisi data subjektif dan
Diisi pada pasien seperti gangguan pola tentang
data objektif yang didapat
1 saat tanggal nafas, gangguan keseimbangan penyakit yang
dari pengkajian
pengkajian suhu tubuh, gangguan pola diderita
keperawatan
aktiviatas,dll pasien
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran
darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
DIAGNOSA
NO TUJUAN PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tercapainya proses
Kaji luas dan keadaan
penyembuhan luka. luka serta proses penyembuhan
Kriteria Hasil : Rawat luka dengan baik dan
1.Berkurangnya oedema benar : membersihkan luka secara
Gangguan abseptik menggunakan larutan yang
integritas jaringan sekitar luka. tidak iritatif, angkat sisa balutan yang
berhubungan menempel pada luka dan nekrotomi
2 2. pus dan jaringan
dengan adanya jaringan yang mati.
gangren pada berkurang
ekstrimitas
3. Adanya jaringan Kolaborasi dengan
granulasi. dokter untuk pemberian insulin,
pemeriksaan kultur pus pemeriksaan
4. Bau busuk luka gula darah pemberian anti biotik.
berkurang.
rasa nyeri
hilang/berkurang
Kriteria Hasil :
1.Penderita secara verbal
Kaji tingkat, frekuensi,
mengatakan nyeri dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
berkurang/hilang . Jelaskan pada pasien tentang
sebab-sebab timbulnya nyeri.
2. Penderita dapat
Ciptakan lingkungan yang tenang.
Gangguan rasa melakukan metode atau Ajarkan teknik distraksi dan
nyaman ( nyeri ) relaksasi.
tindakan untuk mengatasi
3 berhubungan
dengan iskemik atau mengurangi nyeri . Atur posisi pasien senyaman
jaringan. mungkin sesuai keinginan pasien
3. Pergerakan penderita Lakukan massage dan kompres
bertambah luas. luka dengan BWC saat rawat luka.
4. Tidak ada keringat
dingin, tanda vital dalam Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian analgesik.
batas normal.( S : 36 – 37,5
0C, N: 60 – 80 x /menit, T :
100 – 130 mmHg, RR : 18 –
20 x /menit ).
Diabetes timbul ketidakmampuan mengubah glukosa menjadi tenaga. Ketika kadar gula
dalam darah sudah terlalu tinggi, ginjal tidak mampu menyaring semua darah sehingga
urine mengandung glukosa.
1 butir biji avokad dikeringkan setelah itu dijadikan bubuk. 5 gram bubuk avokad
diseduh dengan 200 cc air.
4 biji rambutan disangrai hingga kering kemudian ditumbuk halus. Setelah itu,
bubuk biji rambutan direbus dengan air secukupnya.
2-3 sendok makan bubuk kedelai diseduh dengan air secukupnya, kemudian
diminum.
30 gram rambut jagung dan 100 gram batang kangkung direbus dengan air
secukupnya.
100 gram labu parang/labu kuning dan 100 gram labu bligo/labu tangkua ditim,
kemudian dimakan.
10 lembar daul salam dan 30 gram daun ceplukan direbus dengan 400 cc air
hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat.
60 gram labu parang (labu kuning) dan 1 buah pare diiris-iris menurut selera lalu
dimasak dengan cara ditumis atau masakan lain sesuai selera, kemudian
dimakan.
2 buah apel , 1 buah avokad, 60 gram labu parang (labu kuning), dan 50 gram
nanas dijus kemudian diminum.
Cuci bersih dan Rajang 4 gram umbi bawang merah, 15 gram buah buncis, 10
helai daun salam. Haluskan bahan, lalu campurkan dengan 120 ml air matang.
Peras.
Pemakaian : Minum 1 kali sehari sebanyak 100 ml. Lakukan selama 14 hari.
Cuci bersih 1/3 genggam dau sambiloto, 1/3 genggam daun kumis kucing, 21
lembar mimba, dan 6 cm batang brotowali. Potong-potong bahan, lalu rebus
dengan 3 gelas air hingga tersisa 2 gelas.
Rebus 12 lembar daun kacapiring dengan 2 gelas air hingga tersisa 1 gelas.
Belah 1 buah jambu biji setengah matang menjadi 4 bagian, lalu rebus dengan 1
liter air sampai mendidih. Angkat dan setelah dingin disaring.
Cuci bersih Tanaman ciplukan yang sudah berbuah dan dicabut beserta akarnya.
Rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring.
Rebus 2 potong kulit batang jambu monyet dan adas pulawaras secukupnya
dengan 2 liter air sampai mendidih. Setelah dingin, saring.
Read more about Obat Herbal dan Obat Tradisional Diabetes Mellitus | Info Seputar Obat
Herbal, Obat Tradisional dan Tanaman Obat by www.tanaman-obat.com
Saat ini, penyakit diabetes mellitus (kencing manis) bukan hanya milik kaum lansia. Semua
kalangan usia, mulai balita hingga orang dewasa, juga bisa terjangkit salah satu jenis sindrom
metabolic tersebut.
Ada tiga terapi pengobatan penyakit kencing manis. Yakni, menjalani pola hidup sehat, rutin
senam diabetes, dan minum obat. “Namun, obat bukan terapi utama untuk diabetisi,” kata
Andri Sumarni, instruktur senam diabetes dari Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) Unit
RSU dr Soetomo. Diabetisi adalah sebutan untuk penderita diabetes mellitus.
Karena itu, diabetisi dianjurkan melakukan senam diabetes secara rutin 3-4 kali seminggu.
Rutin senam terbukti bisa mengontrol kadar gula darah tubuh agar tak bertambah tinggi.
“Kalau senam, harus rutin tiap hari. Jangan hari ini senam, besok absen,” kata perempuan 53
tahun tersebut. “Hasilnya tak akan terasa bila senamnya tak rajin,” lanjut dia.
Andri menjelaskan, senam diabetes dibuat oleh tim ahli yang terdiri atas tiga dokter, spesialis
rehabilitasi medis, penyakit dalam, olahraga kesehatan, serta ahli gizi dan sanggar senam.
Gerakan senam itu energik, tapi tak mengentak seperti senam kesegaran jasmani (SKJ). Tapi,
senam diabetes juga tidak low impact seperti senam lansia. “Meski gerakannya tidak high
impact, senam ini bisa membakar kalori tubuh,” jelasnya.
Variasi gerakan dalam senam diabetes cukup banyak. Senam tersebut bisa mengolah semua
organ tubuh manusia, mulai otak hingga ujung kaki. Sebab, dampak penyakit kencing manis
menyerang seluruh tubuh. Dampak paling ringan adalah kaki kesemutan. Sedangkan yang
terparah adalah menderita stroke.
“Gerakan yang bervariasi membuat otak bekerja untuk bisa menghafalnya. Membiasakan
otak bekerja bisa meningkatkan daya ingat dan memperkuat konsentrasi,” papar Andri. “Itu
merupakan terapi untuk stroke ringan serta mencegah terjadinya demensia (pikun),” tuturnya.
Karena manfaatnya banyak, senam diabetes tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan
diabetisi. Tapi, senam itu juga bisa dilakukan oleh orang yang belum jadi penderita diabetes.
Tujuannya, mencegah agar tak terkena penyakit tersebut.
Andri mencontohkan dirinya sendiri. Dia bukan diabetisi, namun pemerhati diabetes.
Sebelum mengenal senam diabetes, dia rajin melakukan senam aerobik. “Saya lihat, gerakan
senam diabetes sudah menyangkup semua organ tubuh. Makanya, saya tak lagi aerobik,” kata
ibu empat anak itu. (ai/tia)
Gerakan Senam
Pemanasan 1
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke atas selurus bahu. Kedua tangan bertautan.
Lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh.
Pemanasan 2
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu. Kemudian,
gerakkan kedua jari tangan seperti hendak meremas. Lalu, buka lebar. Lakukan secara
bergantian, namun tangan diangkat ke kanan-kiri tubuh hingga lurus bahu.
Inti 1
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan maju selangkah ke depan. Kaki kiri tetap di tempat. Tangan
kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri ditekuk hingga telapak
tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.
Inti 2
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan diangkat hingga paha dan betis bentuk sudut 90 derajat. Kaki
kiri tetap di tempat. Tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan
kiri ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.
Pendinginan 1
Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus ke depan selurus bahu. Tangan
kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.
Pendinginan 2
Posisi kaki bentuk huruf V terbalik. Kedua tangan direntangkan ke atas dengan membentuk
huruf V.
Nyatanya kegiatan berjalan selama 45 menit per hari dapat membantu penderita diabetes
menggunakan kadar gula darah dalam tubuhnya lebih baik. Hal itu diungkapkan oleh Michael
Trenell dari Brittain Newcastle University dan tim dalam studi yang dilaporan pada journal
Diabetes Care.
Olahraga yang teratur dapat mengendalikan risiko diabetes. Manfaat olahraga bagi penderita
diabetes antara lain:
Berikut adalah beberapa tips berolah raga bagi penderita diabetes (diabetesi):
1. Bila tidak ada larangan, mulailah dengan olah raga ringan seperti senam
aerobik, berjalan, berenang, dan bersepeda. Olah raga aerobik tersebut
bermanfaat memperdalam pernafasan dan meningkatkan kerja jantung.
Bagi Anda yang tidak pernah berolahraga, awali dengan 10 – 20 menit
setiap kali latihan, beberapa kali seminggu.
2. Banyak penderita diabetes yang tidak menyadari bila memiliki masalah di
kaki mereka. Sebelum berjalan sehat atau jogging, pastikan kenyamanan
dan keamanan sepatu yang dipakai:
o Selalu gunakan kaus kaki yang nyaman.
o Periksa apakah ada krikil atau benda lain sebelum mengenakan
sepatu.
3. Hindari lecet atau goresan di kaki.
4. Bila Anda memiliki masalah di kaki, sebaiknya pilih berenang, senam atau
bersepeda yang tidak terlalu membebani kaki.
5. Jangan mengangkat beban berat karena dapat meningkatkan tekanan
darah secara tiba-tiba.
6. Awali dan akhiri latihan dengan pemanasan dan pendinginan selama 5-10
menit untuk mengurangi risiko jantung dan cedera otot.
7. Jangan menambah porsi latihan secara drastis. Setiap kali, naikkan hanya
satu faktor saja (frekuensi, lama atau intensitas latihan).
8. Kenakan tanda pengenal diabetes, agar orang tahu bila terjadi sesuatu
dengan Anda. Hipoglikemi adalah risiko yang dapat terjadi sewaktu
berolah raga. Kenaikan penyerapan glukosa oleh otot dapat menurunkan
gula darah ke tingkat yang sangat rendah (hipoglikemi). Gejala
hipoglikemi adalah badan gemetar, jantung berdebar, keringat
bertambah, rasa lapar, pusing, lesu, bingung, dan perubahan mood yang
cepat.
9. Bila terkena gejala hipoglikemi:
o Lakukan tes gula darah untuk mengecek.
o Konsumsi makanan atau minuman manis, misalnya jus atau
manisan buah. Hindari makanan yang mengandung lemak karena
menghalangi penyerapan glukosa oleh tubuh.
o Istirahat selama 10 -15 menit dan lakukan pengecekan lagi sebelum
melanjutkan latihan. Jangan meneruskan berolah raga bila gula
darah di bawah 100 mg/dl.
o Bila melanjutkan berolah raga, selalu waspada terhadap munculnya
kembali gejala hipoglikemi.
o Setelah selesai berolah raga, makanlah makanan yang
mengandung karbohidrat kompleks seperti ubi, roti, dan jagung.
10.Lakukan pengetesan glukosa darah 12 jam setelah latihan yang agak
berat untuk mengecek adanya hipoglikemi yang muncul setelah latihan
(late onset).
11.Berolahragalah dengan gembira. Untuk meningkatkan dan
mempertahankan motivasi Anda berolahraga, bergabunglah dengan klub-
klub olah raga diabetes yang ada di dekat tempat tinggal Anda.
Sumber : Persadia