Anda di halaman 1dari 2

Angin berhembus dengan perlahannya, menyapa kesyahduan hatiku.

Ia mengajakku
hanyut dalam hembusannya yang lembut. Semakin ia memaksa, semakin kuat aku
menolaknya. Hingga pada suatu keadaan, ia mampu meluluhkan hatiku. Akupun
terhanyut dalam buaian lembutnya. Ia pun kemudian bercerita tentang kehidupannya.

"Aku ditakdirkan oleh Tuhan, untuk hanya menjadi sebuah 'Angin'. Dan akupun patut
dan harus mensyukurinya.

Dan akupun bersyukur, Tuhan berikan aku energi menghidupkan dan energi untuk
menhancurkan.

Kata menghidupkan disini mensiratkan bahwa, disaat aku menjadi hanya sebatas angin
ringan, akan mensiratkan sebuah keindahan dan kelembutan bagi kalian, manusia.

Sedangkan, kata menghancurkan disini mensiratkan bahwa aku mampu menjadi momok
yang mungkin menakutkan, tetapi itu hanyalah sekejap saja, dan nanti akan terbentuk lagi
suatu keadaan yang baik bagi kalian.

Oh ya, terkadang kalian menganggapku, tak memiliki arah yang jelas. Kalian salah
mempunyai pikiran seperti itu. Aku memiliki mata angin yang akan menjadi patron
dalam setiap aktivitasku. Dan akupun seperti rel untuk kereta api dalam perjalannya.

Ya, inilah aku. Sang Angin."

Aku tersentak dalam lamunanku. Yah, ternyata alam bawah sadarku membawaku
berkelana bersama sang angin.

Sebuah perkelanaan alam bawah sadar yang bermanfaat. Aku mendapat sebuah pelajaran
yang sangat berharga dari kehidupan sang angin.

Pelajaran ini berupa Filosofi Sang Angin itu sendiri, yaitu :

Pertama, Konsep syukurnya sang angin. Ia menyadari kodratnya sebagai angin, dan ia
pun mensyukurinya. Kalo aku pikir-pikir ternyata sinergisasi dengan kehidupan manusia
memiliki kesamaa. Bagaimana tidak. Manusia harus senantiasa bersyukur layaknya sang
angin. Realisasinya seperti dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 7. (coba deh buka Al-
Qurannya, renungin dan aplikasikan apa yang terkandung sisalamnya)

Kedua, 2 energi yang dimiliki sang angin, yaitu energi menghidupkan dan
menghancurkan. Mari kita sinergiskan dengan kehidupan manusia! Ternyata, manusia
memiliki 2 energi tersebut. Energi menghancurkan dalam konsepnya manusia adalah
manusia memiliki sebuah kemampuan untuk memberikan manfaat yang baik bagi orang
lain, sehingga terbentuknya sebuah keadaan yang membahgiakan dan mengindahkan.
Sedangkan konsep menghancurkan versi manusia adalah manusia memiliki sebuah
kemampuan untuk ’menghancurkan’ atau menyelesaikan masalah dalam hidupnya,
dengan kata lain manusia adalah Problem Solver bagi diri mereka sendir.
Ketiga, konsep mata arah yang dimilik sang angin ternyata berlaku juga bagi kita
manusia. Dalam setiap melakukan aktivitas, manusia pastikan ditentukan pada banyak
pilihan yang akan mempengaruhi orientasi kita. Nah, dikala banyak pilihan tersebut,
manusia harus memiliki sebuah patron atau jalur yang baik untuk menempatkan segala
aktivitas manusia. Jalur tersebut berupa pedoman ataupun petunjuk dalam hidup manusia.

Ternyata, lamunan kali ini membawa sebuah manfaat yang baik bagiku sebagai sebuah
pelajaran tentang filosofi kehidupan sang angin, yang kalo disinergikan sama dengan
konsep hidup manusia.

Terimakasih Ya Allah, Engkau bisikan sebuah pelajaran melalui perantara angin.

***

Anda mungkin juga menyukai