Pendahuluan
Sebuah buku menarik telah saya baca. “The Fabric of the Cosmos”. Sebuah
komentar mengatakan “Another Hawking, only better” untuk sang penulis. Dialah
Brian Greene dari Columbia University yang juga penulis “The Elegant Universe”
yang menjadi best seller. Tidak hanya buku, sebuah tiga episode film berjudul sama,
“The Elegant Universe” diproduski oleh NOVA dan PBS dan bisa di tonton online di
internet. Bagi yang lebih menyukai menonton film ketimbang membaca buku, Film ini
sangat bagus dan lebih mudah dimengerti. Rasa takjub saya kepada alam semesta
bertambah dan membuat saya berpikir panjang.
Sempat saya angkat sedikit tulisan saya ke sebuah mailing list di internet, dan
mendapatkan banyak tanggapan. Sungguh sebuah topik yang sangat serius dan
menggugah siapa pun untuk ikut serta dalam diskusi panjang dan meluas hingga
kepada agama.
Tulisan ini merupakan rangkuman dari beberapa buku fisika yang saya baca namun
saya berusaha untuk menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dimengerti
dan berharap bisa menjadi sebuah referensi sederhana bagi siapa pun. Saya
memulai tulisan saya dengan ucapan Bismillahirrohmaanirrohiim. Semoga Allah
memberi berkah dan pahala kepada hamba-Nya yang mau berpikir.
Fisika Klasik
Perjalanan kita dimulai dari sebuah kecelakaan di masa lampau yang menimpa
kepala seorang pemikir terkenal. Sebuah apel jatuh dari pohonnya dan memberi ide
kepada Isac Newton. Ide apel yang jatuh ini merupakan awal popularitas gaya atau
forsa (force) gravitasi yang diperkenalkan Newton. Forsa gravitasi-lah yang
menyebabkan apel jatuh. Forsa ini pula lah yang menyebabkan planet melintas pada
orbitnya mengelilingi matahari. Karya Isac Newton mengenai forsa gravitasi dalam
bukunya yang tekenal “Principia of Mathematica” masih digunakan orang hingga
sekarang untuk meluncurkan roket mengelilingi bulan dan mengirimkan rover ke
planet Mars.
Newton berhasil merubah pandangan orang. Gaya tarik-menarik yang tak terlihat itu
bisa dihitung dan menjadi nyata dalam aplikasinya. Gravitasi adalah sebuah forsa
fundamental di alam ini. Walaupun demikian Newton belum bisa menjawab apakah
gravitasi tersebut.
Dalam menyelidiki ini, Einstein menemukan bahwa sebuah benda massif di alam
semesta seperti bintang atau matahari kita, melengkungkan ruang. Anda bisa
membayangkan sebuah bola bowling di atas permukaan trampoline. Karet
trampoline melendut atau melengkung ke bawah karena massa bola bowling.
Kemudian bila sebuah bola yang lebih kecil dan lebih ringan massanya, misal bola
tennis, digelindingkan di samping bola bola bowling menyeberangi permukaan
trampoline, maka lintasan bola tennis akan membelok dikarenakan permukaan karet
trampoline yang melengkung. Einstein menemukan apa yang disebut forsa gravitasi.
Lintasan planet yang mengelilingi matahari sebenarnya adalah lintasan planet yang
bergerak lurus namun terlengkungkan oleh ruang yang melengkung dikarenakan
massa matahari di dekatnya.
Lalu apa yang terjadi bila tiba-tiba matahari lenyap? Menurut Newton, planet-planet
akan kehilangan forsa gravitasi dari matahari dan seketika itu pula melanjutkan
gerak lurusnya menjauh dari matahari. Ilustrasi yang benar namun tidak seluruhnya
tepat. Einstein menambahkan bahwa cahaya memerlukan waktu 8 menit untuk
mencapai bumi. Jika tiba-tiba matahari lenyap, maka kelengkungan ruang yang
disebabkan massa matahari akan kembali ke kondisi ruang yang rata. Dengan kata
lain anda bisa membayangkan permukaan trampoline yang menjadi rata kembali
ketika bola bowling diangkat, atau permukaan air yang beriak kemudian tenang
kembali. Sebuah riak gelombang terjadi dari pusat lokasi matahari. Gelombang forsa
gravitasi ini merambat dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya.
Sehingga Einstein mengemukakan bahwa planet bumi tidak akan langsung
meninggalkan orbitnya sebelum 8 menit, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh forsa
gravitasi untuk mencapai bumi dari matahari.
Einstein membuka wawasan tentang bagimana orang seharusnya melihat ruang dan
waktu. Ruang dan waktu bagaikan sebuah fabric atau lembaran kain yang
membentang. Ruang-waktu dapat mengkerut, meregang, terpilin dan terdistorsi oleh
medan gravitasi dari benda massif.
Fisika Quantum
Mulai dari sini tulisan saya akan lebih rumit untuk diikuti, saya pun menemukan
kesulitan dalam menuliskannya. Kehadiran Einstein yang cemerlang dan teorinya
yang memukau membangkitkan semangat seluruh fisikawan teoretis diseluruh
dunia. Gagasan-gagasan baru diajukan dalam waktu yang hampir bersamaan. Pada
kesempatan ini saya hanya akan menyinggung yang penting-penting saja.
Ilmuan lain, Kaluza dan Klein mengusulkan bahwa dimensi extra itu sangat kecil.
Bayangkan saja bila anda melihat sebuah kawat listrik dari jauh. Anda melihat kawat
tersebut sangat kecil bagaikan sebuah tali yang memiliki panjang saja tanpa lebar.
Namun bila kita melihat dari jarak yang sangat dekat, misalkan dari pandangan
seekor semut, maka seekor semut itu dapat bergerak maju, mundur serta berputar
ke kanan dan ke kiri di badan kawat listrik tersebut. Inilah dimensi extra yang tak
tampak tesebut. Kaluza-Klein mengusulkan bahwa dimensi extra berukuran sangat
kecil di setiap titik lokasi pada ruang. Karena terlalu kecil maka ia tak terlihat.
Einstein terinspirasi oleh forsa EM ini dan meyakini bahwa untuk mengerti alam ini
secara fundamental maka forsa Gravitasi harus bisa disatukan dengan forsa EM.
Sebuah penggabungan atau unification. Sejak saat itu seluruh hidupnya dihabiskan
untuk menemukan sebuah rumusan tunggal yang mampu menjelaskan forsa
gravitasi dan EM.
Sementara itu Neils Bohr memperkenalkan model atomnya yang diterima dengan
baik, yaitu bahwa atom terdiri dari inti, inti terbentuk dari proton yang bermuatan
positif dan neutron yang bermuatan netral, di sekitar inti mengorbit electron yang
bermuatan negatif.
Di sinilah orang mulai berpikir pada semesta yang sangat kecil. Untuk mengerti
perilaku alam semesta secara keseluruhan, maka orang harus mengerti interaksi
antar partikel. Penelitian ini menghantarkan orang pada alam sub-atomic. Disinilah
lahirnya fisika quantum.
Jika Teori Relativitas menjelaskan alam semesta dalam ukuran besar, maka fisika
quantum menjelaskan alam semesta dalam ukuran sangat kecil.
Namun terjadi sebuah kontradiksi. Pada ukuran alam yang sangat kecil ini, gravitasi
bagaikan tidak punya gigi. Maksudnya, forsa gravitasi tidak memiliki peran sama
sekali dalam reaksi antar partikel. Malahan, fisikawan berhasil menemukan forsa
fundamental lainnya, yaitu forsa nuklir Kuat (Strong Nuclear Force) yang merekatkan
inti atom pada tempatnya, dan forsa nuklir lemah (Weak Nuclear Force) yang
menyebabkan peluruhan atom atau radiasi.
Sejauh ini telah ditemukan seluruh forsa fundamental alam. Mereka adalah forsa
gravitasi, forsa electromagnetic, forsa nuklir kuat dan forsa nuklir lemah. Ditinjau dari
kekuatan energi-nya, maka forsa nuklir kuat adalah yang terkuat. Ini telah dibuktikan
dengan dibuatnya bom atom. Peledakan bom atom adalah sebuah pelepasan energi
forsa nuklir kuat yang disebabkan oleh pemisahan partikel pada inti atom.
Pemecahan inti atom ini membuat luruhnya (radiasi) atom yang energi-nya (energi
forsa nuklir lemah) masih dapat dideteksi hingga sekarang.
Forsa gravitasi adalah yang terlemah di antara ketiganya. Bila dibandingkan dengan
forsa EM saja, maka forsa EM trilyunan kali lebih kuat. Forsa Gravitasi hanya dapat
dirasakan pada benda-benda ber-massa sangat besar seperti planet dan bintang.
Pada alam quantum, forsa gravitasi tidak memiliki pengaruh, karena kekuatan forsa
ini terlalu kecil untuk diperhitungkan.
Sebuah dilema dan masalah serius bagi fisikawan. Unification mengalami kendala.
Pada kesempatan lain, Roger Penrose dan Stephen Hawking mendalami sebuah
fenomena alam, yaitu keruntuhan bintang. Sebuah bintang dapat runtuh bila setiap
partikel yang membentuknya kehilangan energi. Electron yang kehabisan energi
akan jatuh ke inti atom. Ukuran atom mengkerut sangat signifikan sehingga ukuran
bintang itu pun mengkerut ke ukuran yang sangat kecil. Namun demikian, forsa
gravitasi tidak berubah. Singkatnya, pada ukuran yang sangat kecil ini, forsa
gravitasi sangat kuat. Ruang terlengkungkan ke ukuran tak hingga.
Demikian kuatnya forsa gravitasi hingga cahaya pun tidak dapat lolos. Bila cahaya
tidak dapat lolos, maka kita tidak mungkin bisa melihat bintang runtuh tersebut.
Keberadaan bintang runtuh ini hanya dapat dilihat dengan memperhatikan daerah
hitam gelap di langit yang memiliki gravitasi kuat. Oleh kerenanya bintang runtuh
lebih sering disebut lubang hitam (black hole).
Cahaya, atau partikel cahaya yang disebut photon yang jatuh ke dalam lubang hitam
tidak akan dapat lolos. Namun pada jarak tertentu dari inti lubang hitam dimana
forsa gravitasi tidak terlalu kuat sehingga cahaya masih dapat bertahan untuk tidak
jatuh namun terlalu lemah untuk bisa lolos, maka cahaya tersebut hanya dapat
melayang-layang di situ. Jarak ini disebut horizon peristiwa (event horizon).
Dinamakan demikian karena dipercayai jika cahaya berhenti bergerak, maka waktu
setempat ikut berhenti.
Penrose memberi ide kepada Hawking mengenai asal-usul alam semesta. Ditambah
dengan Sebuah pengamatan mengenai alam semesta yang mengembang,
menyimpulkan bahwa suatu saat di masa lampau, alam semesta ini berukuran
sangat kecil. Hawking menegaskan bahwa alam semesta ini berawal dari sebuah
titik tunggal sangat kecil. Sebuah singularitas.
Singularitas berasal dari kata singular atau sebuah kondisi “tunggal”. Di titik awal
terbentuknya ruang-waktu ini, seluruh forsa fundamental alam seharusnya masih
berupa satu forsa tunggal. Kemudian seperti halnya ledakan bom nuklir, pecahnya
sebuah forsa tunggal ini menjadi empat forsa alam menghasilkan ledakan yang
Maha dahsyat, yang disebut “Big Bang”.
Big Bang adalah peristiwa penciptaan alam semesta ini. Sebuah peristiwa
terpecahnya sebuah forsa tunggal menjadi 4 forsa fundamental.
Penemuan lubang hitam bagaikan melihat Big Bang dari arah terbalik. Lubang hitam
adalah singularitas. Maka untuk mengerti bagaimana alam semesta ini diciptakan,
adalah dengan menggabungkan keempat forsa yang ada. Sampai hingga fase ini,
manusia sudah berhasil menggabungkan forsa EM dengan forsa nuklir lemah
menjadi forsa elektrolemah (Electroweak Force). Juga elektrolemah digabungkan
dengan forsa nuklir kuat menghasilkan sebuah framework yang diyakini sebagai
“model standard” (Standard Model) dari sebuah teori pamungkas yang mampu
menjelaskan asal usul alam semesta dalam sebuah teori tunggal; “Teori Segala
Hal”, atau ”Theory of Everything (TOE)”
Relativitas VS Quantum
Lubang hitam adalah sebuah momok bagi fisika saat itu. Dikala mereka melupakan
forsa gravitasi karena dinilai terlalu lemah, di depan mata mereka terpampang
peristiwa nyata mengenai penyatuan forsa-forsa tersebut ke dalam sebuah
singularitas. Bagaimana sebuah obyek berukuran tak-hingga kecilnya menghasilkan
gravitasi begitu besarnya? Bagaimana menjelaskan mekanika lubang hitam ini?
Teori Relativitas tidak berlaku di alam berukuran quantum karena pada teori ini forsa
gravitasi sangat berperan dan hanya melibatkan benda-benda besar. Teori fisika
quantum mampu menjelaskan alam sangat kecil ini namun ia tidak bisa melibatkan
forsa gravitasi.
Strings Theory
Agak kembali sedikit ke masa lampau, saat hampir semua fisikawan berbondong-
bondong menyelidiki fisika quantum, ada sebagian kecil, mungkin boleh dikatakan,
satu atau dua orang saja yang tersisa dari seluruh ilmuwan yang ada di dunia ini
yang tidak mengikuti jejak rekan-rekan yang lainnya.
Saat semua orang beranggapan bahwa wujud atom dan partikel berbentuk
menyerupai titik atau bola, maka sebagian kecil ilmuwan ini menemukan
kemungkinan lain dari persamaan matematis yang membawa mereka pada ide liar
bahwa kesalahan fisika selama ini terletak pada ‘bentuk’. Kita telah keliru
memandang partikel berbentuk bola. Mereka menemukan bahwa pertikel berbentuk
tali atau string.
String berukuran sangat kecil, yaitu berjuta-juta kali lebih kecil dari quark. Untuk
membayangkan ukuran string yang sangat kecil ini, bayangkanlah bila sebuah atom
adalah tata surya kita, maka sebuah string berukuran sebuah pohon di bumi. String
super kecil ini yang saking kecilnya dianggap hanya memiliki panjang saja (satu
dimensi-ruang) bergetar dan variasi getarannya itulah yang menghasilkan apa yang
kita amati sebagai partikel-partikel. Para pengusung teori string ini mengatakan
bahwa string adalah satu-satu nya bahan dasar pembentuk ruang dan waktu. Yang
kita amati sebagai beraneka ragam partikel itu sebenarnya adalah hasil variasi getar
string-string yang sama.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Bagaimana forsa gravitasi ditemukan dalam
persamaan matematika fisika quantum? Untuk menyinggung ini, perlu kita kilas balik
sedikit sekelumit sejarah panjang perkembangan teori string.
Teori string tidak terjadi dalam semalam saja. Diawali di tahun 1968, oleh seorang
fisikawan muda asal Italy, Gabriele Veneziano, sekarang bekerja untuk CERN, yang
mempelajari persamaan matematis yang menjelaskan forsa nuklir kuat.
Ditemukannya persamaan ini membuka jalan pada penelitian forsa tersembunyi di
inti atom. Kemudian penelitian menggugah ilmuwan lainnya, Leonard Suskind dari
Stanford University yang melihat bahwa persamaan tersebut mengindikasikan
sesuatu yang tersembunyi, sebuah partikel yang memiliki struktur internal yang bisa
melendut dan meragang. Partikel ini bukan berbentuk titik atau bola, namun
berbentuk string yang secara alami bergerak lentur. Temuannya ini sempat tidak
mendapat tanggapan dari fisikawan lainnya.
Adalah seorang fisikawan yang melanjutkan penelitian mengenai string ini, di tahun
1973, yaitu John H. Schwarz dari California Institute of Technology, mengemukakan
bahwa jika string ini benar, maka string akan mampu menjelaskan banyak misteri
alam ini. Schwarz berhasil menarik perhatian para ilmuwan dunia dan orang mulai
banyak bergabung mendalami teori radikal ini.
Namun teori string mengalami kendala besar. Yaitu terdapat beberapa anomali pada
perhitungan atau persamaan matematisnya. Pertama, teori string melibatkan sebuah
partikel bermassa nol dan partikel tachyon, yaitu partikel yang bergerak lebih cepat
dari kecepatan cahaya. Telah disinggung sebelumnya bahwa Teori Relativitas tidak
membenarkan adanya obyek yang bergerak melebihi kecepatan cahaya. Teori string
sekali lagi nyaris turun pamor.
Lebih banyak lagi orang ikut bergabung melanjutkan perjuangan Schwarz dan Green
hingga kemudian sebuah kendala besar dihadapi mereka kembali, yaitu:
Seperti yang kita kenali bersama bahwa kita hidup di alam dengan 3 dimensi-
ruang yaitu panjang, lebar, dan tinggi ditambah 1 dimensi waktu menjadikan
total = 4 dimensi ruang-waktu. Namun string harus bergerak di lebih dari 3
dimensi ruang itu. String harus bergerak di 9 dimensi ruang. Sehingga
menurut teori string, alam yang kita tempati ini sebenarnya memiliki 10
dimensi ruang waktu.
Lalu dimana ke-enam dimensi ruang lainnya? Mengapa kita tidak bisa melihat
atau merasakannya? Sekali lagi Kaluza dan Klein mengajukan bahwa 6
dimensi ruang ini berukuran sangat kecil sehingga tidak bisa teramati.
Namun kemudian orang mulai menerima kehadiran dimensi ektra ini karena
memang HARUS ada dimensi extra di alam ini bagi string untuk wujud.
Dimensi extra adalah sebuah temuan fenomenal.
_
2. Terdapat 5 teori string.
Ini merupakan masalah besar. Bagaimana sebuah teori segala hal hadir dalam 5
variasi? Setiap teori sama-sama benar namun memiliki perbedaan mendasar pada
persamaan matematisnya.
Strings / M-Theory
Edward Witten (Picture from NOVA)
Penerangan yang dibawa oleh Witten dalam M-Theory nya ini adalah dengan
menghadirkan sebuah dimensi ruang tambahan ke dalam hitungan matematis teori
string. Seluruh persamaan menjadi klop dan semuanya mejadi masuk akal. Kini
alam kita diyakini oleh string/M-theory memiliki 10 dimensi ruang menjadikannya
total 11 dimensi ruang-waktu.
Braneworlds
M-theory mengemukakan bahwa:
1. String merupakan tali super kecil yang memiliki panjang saja (1 dimensi)
dengan kedua ujungnya terbuka (open loop).
2. Terdapat string yang melar hinga memiliki panjang dan lebar (2-dimensi),
membentuk membrane (disingkat, “brane”) atau sebuah lembaran super tipis.
Kita sebut ini sebagai 2-brane. Sedangkan string 1 dimensi disebut dengan 1-
brane.
3. Kedua ujung string 1-brane harus melekat / bertumpu pada 2-brane.
Perbedaan signifikan terjadi setelah hadirnya M-Theory adalah bahwa orang mulai
meninggalkan gambaran dimensi extra yang terpilin sangat kecil itu. M-Theory
memberi gambaran pada kemungkinan yang berlawanan, yaitu bahwa dimensi-
ruang extra itu berukuran sangat besar. Kita mungkin hidup di alam semesta 3
diemensi-ruang yang berada di dalam sebuah dimensi-ruang yang lebih besar lagi.
Bahwa alam semesta kita berupa membrane 3 dimensi ruang atau 3-brane, dan
alam 3-brane kita berada di dalam alam berdimensi lebih tinggi – yaitu alam 4
dimensi-ruang atau 4-brane.
Agar lebih mudah mengerti konsep membrane ini, bayangkanlah bahwa layar
televisi anda adalah sebuah dunia dua dimensi. Pemain film di dalam televisi hidup
di alam dengan 2 dimensi-ruang saja (hanya memiliki dimensi panjang dan lebar)
mereka tidak memiliki dimensi ruang ke-tiga. Mereka tidak tau dan tidak
menyadarinya. Jarak antara mata anda ke layar televisi adalah sebuah dimensi-
ruang ke-tiga yang tidak dimiliki alam dalam televisi itu. Atau boleh saya dikatakan
bahwa untuk menemukan dimensi extra, maka makhluk yang hidup di dimensi layar
televisi harus keluar dari layar televisi tersebut.
Sampai tahap ini apakah anda sudah bisa membayangkannya? Sekarang coba
bayangkan alam semesta kita adalah layar televisi tersebut. Televisi dengan 3
dimensi ruang. Maka jarak antara pengamat lain di luar televisi ke layar televisi itu
adalah dimensi ruang ke-empat yang tidak dimiliki oleh alam kita. Alam di luar alam
kita adalah sebuah alam semesta yang memiliki 4 dimensi-ruang.
Sekarang bayangkan bila alam semesta dengan 4 dimensi-ruang itu adalah sebuah
layar televisi. Maka jarak antara pengamat lain di luar televisi ke layar televisi itu
adalah dimensi ruang ke-lima yang tidak dimiliki oleh alam 4 dimensi-ruang.
Demikian seterusnya.
Marilah kita lanjutkan membayangkan dengan cara yang sama ke alam semesta
kita.
Alam semesta kita yaitu 3-brane berada di membrane yang lebih tinggi; 4 brane.
Atau boleh saya katakan alam 3-brane kita dibungkus oleh alam 4-brane. M-Theory
mengatakan bahwa alam 3-brane kita memiliki kemungkinan exist berdampingan
dengan alam 3-brane lainnya (parallel universe). Ada berapa banyak parallel
universe? Tidak ada yang tau.
Alam semesta kita dibungkus oleh alam lainnya yang berdimensi-ruang lebih tinggi.
Dan di setiap membrane terdapat parallel universe.
Lalu dimana dimensi waktu? Dimensi waktu dimiliki semua alam itu. Kekal dan
konstan adanya.
String terbuka (opened-loop string) yang kedua ujungnya tertambat pada membrane. (Picture from
NOVA)
Graviton
M-Theory diterima luas sebagai teori elegan dengan keindahan matematika tingkat
tinggi. Inilah sebuah wujud pencapaian peradaban manusia terkini.
Untuk melengkapi pemaparan saya, saya akan singgung sedikit lagi kelanjutan atau
perkembangan dari teori ini.
Masih ingat forsa gravitasi yang dianggap paling lemah diantara forsa yang lainnya?
Dengan sifat graviton yang bebas itu maka forsa gravitasi sesungguhnya sangat
kuat, bahkan mungkin sama kuatnya dengan forsa Electromagnetic. Ia tampak
lemah karena sebagian kekuatan forsa gravitasi mampu menyebrang ke brane
lainnya dengan bebas.
Graviton adalah satu-satunya partikel saat ini yang diyakini bebas bergerak
menyebrang ke membrane lainnya. Forsa lainnya tidak bisa meninggalkan suatu
membrane. Sehingga tidak mungkin kita bisa melihat alam brane lain atau parallel
universe karena cahaya tidak dapat keluar dari membrane. Forsa nuklir kuat, forsa
nuklir lemah, Electromagnetic dan cahaya terperangkap di dalam sebuah
membrane.
Satu hal yang menjadi perhatian dunia adalah membuktikan keberadaan string
melalui percobaan laboratorium. String adalah teori elegan yang belum terbukti
melalui experimen. Namun dengan syarat yang ditentukan oleh teori ini sendiri,
terbuka peluang untuk membuktikannya dan upaya pembuktian ini menjadi prioritas
utama. Antara lain adalah sedang berjalannya usaha bersama antara
Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan California Intitute of
Technology (CIT) dan didanai oleh The National Science Foundation membangun
sebuah Observatory raksasa yang bukan berbasis cahaya maupun radio, melainkan
berbasis forsa gravitasi. Harapannya adalah terdeteksinya graviton yang muncul
semerta-merta membawa signature dari alam semesta membrane lain. Wahana ini
dinamakan Laser Interferometer Gravitational Wave Observatory (LIGO). Juga
direncanakan untuk dibangun Versi luar angaksa dari LIGO, adalah Laser
Interferometer Space Antenna (LISA).
Hal serupa akan disusul oleh sebuah atom smasher raksasa yang sedang dalam
tahap pembangunan yang memiliki kekuatan 7 kali lebih besar dibandingkan dengan
yang dimiliki Fermilab. Atom smasher dan Akselerator Partikel raksasa ini adalah
milik CERN, Swiss.
Large Hadron Collider (LHC) milik CERN, akselerator partikel terbesar di dunia
(Picture source: NOVA)
Jutaan dollar telah dikeluarkan untuk pembangunan alat-alat raksasa tersebut dan
mereka saling berlomba sebagai yang pertama kali menemukan graviton. Jika
graviton ditemukan, maka teori string kukuh dan benar dengan seluruh impllikasinya;
braneworlds yang meggambarkan alam semesta kita ini berlapis dengan 11 dimensi
ruang-waktu adalah benar. Dan alam semesta ini bisa terjelaskan dengan sebuah
teori tunggal, “Theory of Everything”.
Zero-Brane
Perkembangan lain dari String/M-Theory adalah munculnya sekelompok ilmuwan
yang menemukan kejanggalan atas statement bahwa string adalah satu-satunya
ingredient atau bahan dasar pembentuk ruang dan waktu. Pertanyaan mereka
adalah, jika string perlu ruang dan waktu untuk bergetar dan bergerak, bagaiman
bisa mereka dinobati sebagai bahan dasar pembentuk ruang-waktu?
Jikapun harus ada bahan dasar yang paling fundamental yang membentuk ruang-
waktu, maka entity ini haruslah tidak terikat oleh ruang-waktu, atau space-less and
time-less entity . Entity semacam ini tidak mungkin berbentuk string, melainkan
sebuah titik tanpa dimensi atau berdimensi nol; Zero-Brane Entity. Usulan ini patut
mendapat perhatian karena usulan ini meng-klaim bahwa string bukanlah bahan
fundamental pembentuk ruang waktu.
Zero-Brane yang berbentuk titik tanpa dimensi ini haruslah teratur menandai setiap
titik pada ruang namun tidak terikat oleh ruang. Titik-titik teratur bagai grid. Teori ini
dikenal sebagai Matrix Theory. “M” sebagai “Matrix” dari M-theory.
Kesimpulan
Sampailah saya pada bab kesimpulan yang saya persiapkan untuk menyimpulkan
serta memberi pendapat atau usulan kepada pembaca sebagai bahan pemikiran
dan diskusi.
Dulu Stephen Hawking pernah bertanya, jika ruang dan waktu akan hancur suatu
saat nanti dalam sebuah kehancuran besar atau Big Crunch maka dimana letak
Tuhan? Hawking mendapat julukan atheis (tidak percaya Tuhan). Namun saya pun
pernah menanyakan hal serupa. Seorang teman memperingatkan saya agar berhati-
hati dan menghindari diri dari kekafiran. Tapi saya yakin kita adalah manusia ciptaan
Tuhan yang diberi karunia otak yang berkemampuan mempertanyakan pertanyaan
tersebut. Lalu kenapa harus jadi kafir karenanya?
Keyakinan dan rasa ingin tau saya, saya salurkan dengan mempelajari ilmu-ilmu
kebatinan, fisika, serta melakukan wawancara kepada beberapa pemuka agama.
Kesimpulan yang saya dapat adalah yang tertuang di dalam tulisan saya ini.
Orang yang beriman mengatakan bahwa Tuhan itu lebih besar dari alam semesta
ini. Ia tidak mungkin hancur oleh ciptaanNya sendiri. Benar! Saya setuju, lalu
tentunya ada penjelasan logis yang menempatkan Tuhan di posisi yang Maha Besar
itu. Saya ingin tau. Dan sekarang mungkin telah saya dapatkan. InsyaAllah.
Di alam semesta yang kita tempati ini, kita hidup di sebuah planet bernama bumi.
Bumi dan planet-planet lannya mengorbit mengelilingi matahari. Ini sebuah tata-
surya. Tata surya kita ini adalah satu dari milyaran tata surya lain dalam sebuah
galaksi yang bernama bima sakti. Galaksi Bima sakti adalah satu dari milyaran
galaksi lain dalam sebuah cluster galaksi. Dan cluster galaksi tersebut merupakan
satu dari milyaran cluster galaksi lainnya. Seluas itulah alam semesta kita. Dan Bumi
bagai sebuah debu yang sangat kecil. Dari penjelasan saya mengenai braneworlds,
sedikit terkuak misteri yang menjelaskan bagaimana alam semesta ini berlapis-lapis
hingga 7 lapis. Subahanallah! Maha Besar Allah yang telah menciptakan Alam
berpalis-lapis ini. Kemudian saya bertanya kembali, mengapa? Tentunya tidak sulit
bagi Allah menciptakannya namun, Mengapa?
Jawabannya saya dapatkan dari hasil wawancara. Alam semesta yang luas dan
berlapis ini diciptakan semata-mata untuk menusia. Lebih tepatnya untuk
mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan manusia yang suatu saat akan mampu
mempertanyakan hal tersebut seperti yang saya lakukan sekarang. Perjalanan ilmu
pengetahuan manusia telah melawati tapal batas alam semesta ini dan sekarang
sedang berusaha menyeberang ke alam semesta lainnya yang berdimensi lebih.
Tuhan telah menciptakan sebuah konstruksi alam Maha Besar demi menopang
sebuah planet bernama bumi.
Namun ada ketentuan yang telah saya singgung di atas; Tuhan tidak mungkin
terbelenggu oleh ciptaanNya sendiri. Tuhan tidak mungkin berada di dalam salah
satu-pun ruang membrane/braneworlds. Tuhan tentunya juga tidak mungkin terikat
oleh “waktu” yang diciptakannya sendiri. Tuhan adalah sebuah entity yang terbebas
dari ruang dan waktu. Tuhan pastilah menguasai sebuah realm dimana ruang dan
waktu tidak relevant; The Zero-Brane Entity.
Sampai sini, salahkah saya telah berpikir sejauh ini? Apakah ini membuat saya
sombong dan menjadi kafir? Yang terjadi pada diri saya adalah meyakini dengan
keyakinan yang sangat dalam bahwa Allah Maha Besar dan keimanan saya
bertambah. Saya menyukai penjelasan logis. Dan saya meyakini bahwa Allah
menciptakan alam semesta ini dengan logika melalui fisika dan matematika. Semua
ilmu itu berasal dari Allah. Mempelajarinya dan mempelajari alam ini berarti
membaca kitab suci-Nya.
Lain-lain
Ide untuk kajian-kajian lain memenuhi kepala saya saat itu, seperti; Bagaimana
manusia bisa menyeberang ke alam brane lain sedangkan cahaya saja tidak mampu
menembusnya? Bagaimana Malaikat hilir mudik dengan mudahnya dari satu brane
ke brane yang lainnya? Dimana alam Jin? Seberapa kuasanyakah manusia untuk
bisa menguasai itu semua?
Tidak ada partikel yang mampu pergi ke alam brane lain selain graviton. Bilapun
mungkin ada partikel lain yang memiliki string tertutup (closed-loop), saat ini kita
tidak mengetahuinya. Tapi katakanlah demikian, maka untuk bisa menyeberang ke
alam brane lain adalah dengan cara membungkus diri kita dengan graviton. Teman
saya memberi ide mungkin kita harus berubah wujud dulu menjadi suatu zat dengan
string tertutup, barulah kita bisa pergi ke brane lain. Atau mungkin zat inilah yang
disebut sebagai roh? Roh adalah sebuah zat dengan string tertutup? Ini berarti
bahwa untuk pergi ke brane lain kita harus mati dulu? Atau meraga-sukma seperti
dalam ilmu kejawen?
Yang pasti, entity dengan dimensi lebih sedikit (misalkan alam 3 dimensi-ruang kita),
bila pergi ke alam yang berdimensi lebih banyak (misal alam berdimensi-ruang 4)
akan kekurangan substance dan tidak akan berwujud di alam tersebut. Seperti cara
membayangkan alam di dalam televisi yang orang di dalamnya keluar ke alam 3
dimensi, maka bagaimana bentuk orang yang hanya memiliki 2 dimensi itu berada di
alam 3 dimensi ini?. Kita bisa bayangkan ia hanya akan berwujud lembaran sangat
tipis dan tidak mungkin bisa exist di alam ini.
Begitu pula kita apabila ingin pergi ke alam brane lain yang lebih tinggi, maka tidak
mungkin kita pergi utuh dengan jasad kita seperti apa adanya. Maka usulan yang
terdengar paling tepat adalah dengan berubah wujud terlebih dulu menjadi zat yang
mampu exist di alam brane manapun.
Dan katakanlah kita mampu berubah wujud menjadi zat netral tersebut, apakah kita
masih bisa pergi ke Zero-Brane? Tidak. Mengapa? Karena zat kita itu akan masih
memerlukan ruang dan waktu untuk exist.
Saya meyakini bila manusia menguasai braneworlds, maka manusia menguasai dan
menyatu dengan alam. Pada tingkat kedewasaan seperti ini, seharusnya tingkat
kebijaksanaan manusia sudah mencapai kesempurnaan yang diperlukan untuk
bersatu dengan alam ini di semua tingkat brane. Tidak ada lagi dinding pemisah
antara yang fisik dan yang metafisik. Manusia akan mampu mendengar tawa
bintang, tangisan pohon, serta percakapan semut termasuk keluhan batu-batuan.
Manusia akan memimpin alam ini secara total. Inilah yang saya yakini mengenai apa
yang dimaksud dengan “khalifah”.
Masih banyak lagi yang bisa dikaji dengan bermodalkan teori string ini. Seperti
bagaimana Nabi Muhammad melakukan Isra’ Mi’raj itu?
Saya tutup tulisan saya sampai disini. Semoga bisa terbangkitkan rasa ingin tau
anda dan ikut mencari penjelasan atas kebenaran-kebenaran itu menurut cara anda
sendiri.
Source:
19 comments:
Anonymous said...
Pertamax gan... Bravo buat tulisannya..!!!
Saya jadi teringat akan sebuah softcopy makalah kajian matematika Islam (sayang
saya sudah tidak memilikinya lagi karena kena virus) yang mencoba membahas
perjalanan Isra' Mi'raj Rasulullah s.a.w melalui Teori Guci (kalau saya tidak salah
ingat) dimana dalam teori tersebut dikatakan bahwa ke-7 langit di alam semesta yg
dikatakan dalam Al-Qur'an itu diibaratkan sebagai 7 buah guci. Kemudian perjalanan
Isra' Mi'raj Rasulullah & malaikat Jibril menuju langit ke-7 digambarkan sbg
perjalanan menaiki anak tangga (mendatar & naik) menuju masing2 bibir guci untuk
menuju guci di sebelah luarnya.. dst. Perjalanan mendatar merupakan perjalanan
menuju titik pinggir guci (bibir guci) & perjalanan naik merupakan perjalanan menuju
pusat guci yg lebih tinggi. Dikatakan pula bahwa saat perjalanan naik, saat itulah
terjadi perjalanan lintas dimensi melalui Lubang Cacing (Worm Hole Theory).
Perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha merupakan perjalanan
anak tangga mendatar pertama, kemudian dari Masjidil Aqsha naik menuju ke suatu
titik di matahari (sbg pusat tata surya) merupakan perjalanan anak tangga naik
pertama.. dst.
Kira2 apakah M-Theory ini bisa sejalan dengan teori yg pernah saya baca ya..?
Sungguh luar biasa ciptaan Allah s.w.t.. Subhanallah!
Terima Kasih atas komentarnya. Semoga tulisan saya bisa membawa manfaat bagi
yang membacanya, menambah pengetahuan dan bersama-sama menelusuri dan
menyelidiki misteri alam semesta ini.
M-Theory memang sungguh luar biasa. Namun sayang semua theory yang ada
terutama M-Theory sangat sulit untuk dibuktikan. Kita hanya bisa mencoba
menganalisanya dengan nalar dan logika.
Analogi Guci itu menarik juga. Memang begitulah seharusnya kita membayangkan
bentuk alam semesta berlapis. Manusia yang terbelenggu di alam 3-dimensi ini
hampir tidak mungkin bisa membayangkan alam berdimensi lebih.
Silahkan baca tulisan saya yang lain. Semuanya berhubungan.
searchthetruth said...
Bravo, tulisan ini sangat ilmiah sekali dan masuk akal. Namun perlu diingat bahwa
ilmunya Allah tidak akan bisa kita logika kan dengan ilmu manusia yang sangat
terbatas, artinya kita manusia tidak akan mampu berfikir lebih tinggi dari apa yang
difikirkan Allah.
Manusia juga mungkin akan memasuki suatu keadaan dimana kita tidak terpengaruh
oleh waktu dan hanya berada didalam suatu ruang, mungkin inilah yang disebut
dengan kehidupan kekal di akhirat setelah kiamat atau hari pembangkitan yang kedua
untuk manusia.
Yang jelas, dengan adanya pengetahuan ini kita sebagai manusia harus semakin
mempertebal iman kita, dan meyakini bahwa Allah maha besar dan maha pintar.
Nice post sobat, senang berkunjung dan akan saya jelajahi blogmu ini...
www.searchthetruth.com
Pertama, saya ucapkan banyak terima kasih kepada anda, searchthetruth telah
membaca tulisan saya dan memberikan komentarnya.
Ilmunya Allah yang ada di alam semesta ini seharusnya boleh masuk ke logika
ilmunya manusia karena 'alam semesta' dan manusia eksis di membrane yang sama.
Ilmu di luar alam semesta inilah yang tidak bisa kita ketahuhi karena memang tidak
eksis di membrane yg sama dengan kita.
Silahkan baca juga tulisan saya yang lain. Senang berkenalan dengan anda.
Maha Suci Allah tempat bergantungnya segala sesuatu, bisa dikatakan "letak/posisi"
adalah mahluk dan adanya "di dalam" Allah jangan dibalik..sesungguhnya alam
semesta yg tak terbatas ini sama sekali tidak mampu menampung Dzatnya yang Maha
Besar, mungkin ia hanya sekedar debu yg melekat di jubah kekuasaanNya Rohman
dan Rohim-Nya..Allahu Akbar!
btw Blog ini benar2 bisa memberi manfaat, teruskan kawan semoga dirimu selalu
berada di jalan yang lurus, yaitu jalannya orang2 yang di beri nikmat oleh Allah
dimana mereka tidak sesat tidak pula di murkai oleh Nya..Amiiin :)
Anonymous said...
Subhanallah.
saya sangat sangat tertarik dengan tulisan ini. tulisan ini adalah yang perama
menjelaskan saya keterikatan antara Al quran dengan hukum2 fisika. saya adalah
siswa SMA kelas 12 jurusan IPA. jujur, ini semua membuat saya terinsipasi untuk
mendalami kajian ini.
satu pertanyaan dari saya, jika cahaya saja dipengaruhi oleh keberadaan black hole
(yang setau saya black hole memiliki medan magnet yang sangat kuat). mengapa
dalam hukum fisika yang telah saya pelajari cahaya tidak dipengaruhi oleh medan
magnet?
thanks.
Anonymous said...
@ Surya:
Terima kasih telah membaca tulisan saya dan membubuhkan komentar anda di sini.
Allah ada di mana-mana; Silahkan baca tulisan saya yang berjudul, "The God
Theory".
Misteri alam masih banyak yang belum terkuak oleh akal manusia. Namun pelan-
pelan manusia terus mencoba membukanya. Seperti membuka kotak pandora yang
kalau dibuka membawa konsekuensi yang tidak pernah diduga sebelumnya. Yang
tidak paham pastinya akan menolaknya. Sebuah kebenaran hakiki. Sebuah ilmu sains
yang tempak seperti bukan sains. Sebuah Kenyataan yang lain. Kenyataan yang
hakiki.
Silah baca juga tulisan saya yang berjudul, "The Property of Things"
Salam, Erianto
Anonymous said...
Salam kenal, saya sampai ke blog ini ketika melihat kenalan saya di FB di-tagged
tulisan ttg "Grand Design yg membuat saya membaca lebih jauh artikel lainnya.
Tulisan yang luar biasa, sungguh memuaskan dahaga spiritual saya. Saya tak mampu
menjelaskannya tapi saya bisa merasakan keagungan 'sesuatu' di balik tumpukan teori
fisika ini.
Di dalam kesimpulan, anda mengatakan "Alam semesta yang luas dan berlapis ini
diciptakan semata-mata untuk menusia. Lebih tepatnya untuk mengantisipasi
pertanyaan-pertanyaan manusia yang suatu saat akan mampu mempertanyakan hal
tersebut seperti yang saya lakukan sekarang. Perjalanan ilmu pengetahuan manusia
telah melawati tapal batas alam semesta ini dan sekarang sedang berusaha
menyeberang ke alam semesta lainnya yang berdimensi lebih".
Jika mengacu ke teori di atas, kalau 'kesadaran' bisa melintas berbagai dimensi tsb,
maka pertanyaannya apakah materi penyusun kesadaran adalah graviton?
Hi, sayang anda tidak menyebutkan nama anda. Terima kasih udah membaca blog
saya ini. Saya bersyukur ada orang lain yang tertarik dengan materi Science-Tuhan
seperti saya.
Saya tidak bisa memberikan jawaban pasti. Kemampuan saya terbatas. Tapi kalo mau
berandai-andai brdasarkan logika, Harus ada suatu partikel yang menghantarkan atau
menyambungkan kesadaran kita ke Sang Pencipta. Sifat dari partikel ini 'boleh jadi'
adalah graviton. Atau mungkin ada partikel lain yang mirip.
Menurut Science, semua yang eksis di alam ini harus mematuhi suatu hukum baku.
Hukum yang ilmiah. Termasuk "kesadaran" juga harus mematuhi hukum itu. Karena
jika di alam ini tidak ada hukum atau hukum selalu berubah-ubah maka science tidak
ada gunanya sama sekali. Dan ini tidak cocok dengan pengamatan. Pengamatan kita
selama ratusan tahun ini mengkonfirmasi bahwa alam semesta memang mematuhi
satu set hukum alam yang baku.
Jadi, bagaiman Science menjelaskan 'kesadaran'? roh? malaika?, jin? dan lainnya?
Pernah tau "Noetic Science"? Ini adalah science yang mempelajari hal-hal yang cukup
berani. Mereka mengatakan bahwa "Mind" punya massa! Silahkan baca tulisan saya
berjudul "The God Theory" nanti akan jelas di sana apa yang ingin saya sampaikan di
sini.
Kalau mind punya massa maka tentunya ia patuh kepada hukum alam. Dan tentunya
sangat erat hubunngannnya dengan graviton. Di dalam mind ada kesadaran kita. So,
bisa dilihat hubungannya?
Maaf, saya tidak berani memberikan argumentasi tertutup. Ini adalah sebuah
penjelasan terbuka. bisa salah, bisa benar, atau bisa sesuatu yang lain. "Observer"
adalah istilah yang lebih cocok buat saya.
Salam, ER
inoone said...
Halo Inoone,
Terima kasih telah singgah dan membaca blog saya.
Sesungguhnya saya tidak berniat menggolongkan termasuk yang manakah apa yang
saya yakini. Saya dan mungkin termasuk orang-orang lain hanya ingin mengetahui
kebenaran yang hakiki. Dan menurut saya, dari ALAM kita juga bisa menemukan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kita, paling tidak menguak sedikit tabir misteri
alam dan Sang Pencipta. Menurut saya, Bila Tuhan adalah Maha ESA, maka hanya
ada satu penjelasan yang berupa kebenaran Hakiki mengenai TUHAN. Penggolongan
agama, penggolongan keyakinan, dll adalah ciptaan manusia saja dengan segala
keterbatasan kita. Mencari kebenaran yang hakiki seharusnya seseorang harus
membebaskan diri dari semua yang membatasinya. "Baca" adalah sebuah perintah
yang tegas dan lugas dari TUHAN. Dan manusia diberi kemampuan untuk itu. Dan
sebaiknya kemampuan itu dimanfaatkan bukan untuk membatasi namun untuk
semata-mata mencari penjelasan kebenaran yang hakiki.
Sejak Einstein menelurkan Teori Relativitas Umum-nya, maka ruang dan waktu tidak
lagi terpisahkan. Einstein menyebutnya, "ruang-waktu" sebagai 4 dimensi yang saling
mengikat dan mempengaruhi.
Ruang dan waktu tidak absolut. Melainkan reelatif bagi setiap pengamat. Hal ini suda
dibuktikan. Ingat, Ruang-Waktu TIDAK ABSOLUT. Ruang-waktu bisa melengkung
yang dipengarui oleh gravitasi. Ruang dan waktu akan melengkung di dekat benda
ber-gravitasi besar. Waktu berjalan lebih lamban di dekat benda ber-gravitasi besar
ketimbang jauh darinya.
Contoh: Waktu lebih lamban di dekat matahari ketimbang di bumi. Cahaya yang
melintas di dekat matahari akan membelok mengikuti ruang yang melengkung akibat
gravitasi matahari.
inoone said...
konsep tentang waktu yg "melamban" bisa saya pahami, namun lengkungan ruang-lah
yg saya masih samar.
Kalau anda bisa memahami cahaya melengkung maka tentunya juga mudah untuk
memahami ruang yang melengkung. Cahaya merambat pada ruang. Dan cahaya hanya
bergerak lurus. Namun jika ruang tempat rambatnya melengkung, maka lintasannya
pun ikut melengkung.
jadi, Revolusi Bumi dan planet2 lainnya terhadap matahari adalah peristiwa planet2
yang terjebak di ruang yang melengkung akibat massa matahari (ingat, semakin besar
massa benda, semakin besar gaya gravitasinya).
Misalnya matahari dihilangkan dari tempatnya, maka lintasan planet2 akan berupa
garis lurus. Ini dikarenakan ruang tidak lagi terlengkungkan oleh matahari.
Bisa dipahami? Jadi, Ruang TIDAK Absolut. sehingga anda tidak bisa
membayangkan ruang sebagai "wadah" yang tetap (absolut).
inoone said...
Hmm.. masih susah Bang, kl trampolin kn bs dianggap sbg bidang 2 dimensi, nah
ruang itu kn 3 dimensi, jd melengkungnya k arah mana?
1 lg, mengenai revolusi planet2 thd matahari, itu bukannya krn gravitasi mtahari ya?
maksudnya begini, bukankah aslinya planet2 itu melaju lurus, namun di saat
bersamaan planet tsb (krn gravitasi matahari)"jatuh" k arah matahari, namun krn jarak
dan kecepatannya dr matahari yg somehow "pas", maka gerak melengkung yg terjadi
akibat laju planet dan gerak "jatuh" (ke arah matahari)selalu bersesuaian dg lengkung
bulat matahari, sehingga bumi tidak (belum?)pernah jatuh (dlm arti sesungguhnya)ke
matahari?
Gravitasi berhubungan langsung oleh massa benda. semakin besar massanya, maka
semakin besar pula gaya gravitasinya. yang sebenarnya terjadi di sini adalah; massa
yang besar itu melengkungkan ruang di sekitarnya. ruang seperti mengkerut ke arah
pusat benda. Bisa dibayangkan seperti trampolin tadi. INILAH GRAVITASI.
Lintasan planet senantiasa lurus namun ia terpaksa berbelok di dekat matahari karena
memang "ruang"-nya melengkung. sekali lagi, bayangkan bola dan trampolin. Oleh
karena gravitasi yang besar = kelengkungan ruang yang besar di sekitar matahari,
maka bumi terus menerus melintas dalam kelengkungan itu. yang kita sebut dengan
revolusi planet.
Jadi, space-time di alam semesta ini seperti fabric (kain) 3 dimensi yang membentang.
Fabric of the cosmos ini mengkerut di sana-sini tak keruan bentuknya yang
disebabkan adanya benda2 langit.
Di dalam ruang yang penuh lengkungan ini, jarak antara 2 titik tidak sama di sini
dengan di tempat lain. Space and time is not absolute.