Disusun oleh :
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Keimanan orang Muslim kepada urgensi niat bagi seluruh amal perbuatan,
dan kewajiban perbaikan niat itu, pertama, berdasarkan firman-firman Allah
Ta‘ala, misalnya, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; dalam (menjalankan) agama
dengan lurus." (Al-Bayyinah: 5). "Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama’." (Az-Zumar: 11). Kedua, berdasarkan sabda-sabda
Rasulullah saw., misalnya, "Sesungguhnya amal perbuatan itu harus dengan niat,
dan setiap orang itu tergantung pada niatnya." (Muttafaq Alaih). “Tidak melihat
kepada bentuk fisik kalian, dan harta kalian, namun melihat kepada hati kalian,
dan amal perbuatan kalian.”
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-
kanak sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama
mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah
kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
b) Perkembangan perasaan
c) Pertimbangan sosial
d) Perkembangan moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha
untuk mencari proteks. Tipe moral yang juga terlihat pada remaja juga
mencakupi:
f) Ibadah
Ibadah terkait dengan intensitas ibadah remaja untuk pergi ke tempat ibadah
dan melaksanakan kegiatan keagamaan.
Sedangkan menurut Verbit ada enam dimensi rasa agama pada remaja yaitu
doktrin, ritual, emosi, knowledge, ethic, dan comunity. Doktrin merupakan
pernyataan hubungan dengan Tuhan. Hal ini berkaitan dengan pemahamannya
terhadap Tuhan terkait ajaran-ajaran agamaNya. Ritual adalah dimensi rasa agama
yang berkaitan dengan perilaku peribadatan yaitu perilaku yang menunjukkan
pernyataan tentang keyakinan diri terhadap adanya Tuhan. Perkembangan emosi
keagamaan remaja banyak dipengaruhi oleh berbagai perasaan negatif maupun
positif. Sensitivitas emosi remaja sangat berpengaruh terhadap perkembangan
emosi keagamaannya. Hal ini dikarenakan kesungguhan sikap remaja terhadap
pengalaman jiwanya mengaaaarahkan dalam hal keyakinan dan peribadatan.
Selain itu arahan keagamaan dapat membantu remaja memecahkan konflik yang
sedang dihadapinya. Pengetahuan keagamaan remaja juga membantu dalam
merubah dan menambah pemikiran keagamaan yang tertanam ketika usia anak
akan muncul disertai dengan pemikiran yang lebih baik. Hal ini akan tercermin
pada ethic keagamaan yang ditunjukkan melalui tingkah laku sehari-hari.
Sehingga orientasi sosial keagamaan mendukung untuk meningkatnya rasa
agama. Hal ini juga mendukung adanya konversi rasa agama. Karena lingkungan
sangat berpengaruh besar terhadap konversi tersebut.
Penyebab adanya doubt dan konversi yang dialami ketika masa remaja
dikarenakan oleh beberapa hal yaitu bentuk pendidikan agama masa anak-anak
dan masalah yang dihadapi yang berlawanan dengan hati nurani. Pendidikan
agama masa anak-anak ini terkait dengan metode doktriner yang digunakan olh
orangtua untuk mengajarkan agama kepada anak-anaknya yang diikuti tanpa
bertanya. Selain itu materi yang diberikan merupakan materi sederhana yang
bersifat konkrit sehingga mudah dipahami oleh anak-anak. Perilaku agama
dilakukan dengan rutinitas seperti yang diajarkan oleh orang tua, apabila orangtua
mengajarkan secara rutin maka anak juga akan melakukannya secara rutin,
sedangkan bagi anak yang berada di lingkungan yang kurang menjalankan
rutinitas keagamaan hal ini menimbulkan keraguan dalam diri anak karena asupan
keagamaan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diterapkan oleh orangtua
sebagai contoh. Ketika berhadapan dengan masalah yang kontradiktif dengan hati
nurani karena kenyataan yang dihadapi semakin kompleks sehingga merasa harus
beragama tapi materi dan metode yang tidak sesuai dengan hati nuraninya hal
inilah yang membuat ia menjadi ingin mandiri.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konversi pada remaja
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan minat
dan motivasi yang tinggi dari diri remaja tersebut sedangkan faktor dari luar
berasal dari teman sebaya dan lingkungannya dimana hal itu mempengaruhi
keinginannya untuk mencari arti dari keraguan yang dialaminya mengenai
keyakinan dalam hal agama. Dengan adanya dukungan dari lingkungan di
sekitarnya mengenai kenyamanan pada keyakinan yang dimiliki sebagiann besar
orang disekitarnya membuat konversi itu dapat terlaksana dengan baik dan sesuai
dengan keyakinan yang selama ini ia cari.