Anda di halaman 1dari 8

Makalah Psikologi Agama

Laporan ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah


PSIKOLOGI AGAMA

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Susilaningsih

Disusun oleh :

Rizqi Dwi Mustika (08710004)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA


UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
BAB I

PENDAHULUAN

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan


dari kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya,
agama dan kehidupan beragama tersebut telah menggejala dalam kehidupan,
bahkan memberikan corak dan bentuk dari semua perilaku budayanya.Psikologi
secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan
pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi). Gejala tersebut
secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri manusia dewasa,
normal dan beradab. Ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan
perilaku manusia. Religiositas berkembang sejak usia dini melalui proses
perpaduan antara potensi bawaan keagamaan dengan pengaruh yang datang dari
luar diri manusia. Dalam proses perkembangan tersebut akan terbentuk macam,
sifat, serta kualitas religiositas yang akan terekspresikan pada perilaku kehidupam
sehari-hari. Proses perkembangan religiositas melewati tiga fase utama, yakni fase
anak, remaja dan dewasa. Masing-masing fase perkembangan memiliki ciri dalam
sifat serta perannya terhadap keseluruhan perkembangan religiositas. Dalam
makalah ini akan membahas tentang bagaimana religiusitas pada tahap anak-anak
hingga remaja.
BAB II

PEMBAHASAN

Dari sudut padang manusia, pendidikan ialah proses sosialisasi, yakni


memasyarakatkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
kehidupan. Emile Durhaim dalam karyanya education and sociology
(1956)berpendapat bahwa pendidikan merupakan kelanggengan kehidupan
manusia itu sendiri, yaitu mampu hidup konsisten mengatasi ancaman dan
tantangan masa depan. John Dewey mengungkapkan bahwa Pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional ke arah alam dan sesama manusia. Menurut Emile Durkheim
mengartikan agama sebagai suatu kumpulan keyakinan warisan nenek moyang
dan perasaan-perasaan pribadi; suatu peniruan terhadap modus-modus, ritual-
ritual, aturan-aturan, konvensi-konvensi dan praktik-praktik yang secara sosial
telah mantap selama ke generasi-generasi. J.G. Frazer berpendapat bahwa agama
adalah suatau ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi
dari pada manusia yang dipercayai mengatur dan mengendalikan alam dan
kehidupan umat manusia. Menurut dia agama itu terdiri dua element yakni,
bersifat teorstis dan yang praktis. Contoh yang bersifat teoristis berupa
kepercayaan kepada kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia sedangkan
yang bersifat praktis ialah usaha manusia untuk tunduk kepada kekuatan-kekuatan
tersebut serta usaha mengembirakannya.

Rasa keagamaan merupakan suatu dorongan dalam jiwa yang membentuk


rasa percaya kepada suatu Dzat Pencipta manusia, rasa tunduk, serta dorongan
taat atas aturan-Nya. Kehidupan remaja adalah keadaan suatu fase perkembangan
yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dari masa
tanpa identitas ke masa pemilikan identitas diri. dalam prosesnya terjadi saling
pengaruh antara satu aspek jiwa dengan aspek jiwa yang lain. Perkembangan rasa
agama remaja juga mengalami transisi transisi yaitu situasi keagamaan yang
berada dalam perjalanan menuju kedewasaanyang mampu menumbuhkan rasa
tanggungjawab serta menjadikan agama sebagai dasar filsafat hidup. Dalam hal
ini hati nurani mulai berfungsi sebagai sebuah penentu arah dalam hal keagamaan.
Hati nurani melanjutkan proses yang sudah terjadi ketika di masa anak-anak.
Sebagai proses pengembangan dan pengayaan terkait dengan berfungsinya hati
nurani. Perkembangan hati nurani terkait rasa agama ditandai dengan dorongan
ingin lebih banyak berada di lingkungan teman sebaya sebagai ekspresi dorongan
kemandirian. Lingkungan teman sebaya remaja adalah tempat terjadinya proses
aplikasi hati nurani pada perilaku yang bervariasi bentuknya. Dalam proses itu
terjadi asimilasi dari berbagai bentuk perilaku yang bersumber dari dasar nilai
yang sama atau mirip.

Keimanan orang Muslim kepada urgensi niat bagi seluruh amal perbuatan,
dan kewajiban perbaikan niat itu, pertama, berdasarkan firman-firman Allah
Ta‘ala, misalnya, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; dalam (menjalankan) agama
dengan lurus." (Al-Bayyinah: 5). "Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama’." (Az-Zumar: 11). Kedua, berdasarkan sabda-sabda
Rasulullah saw., misalnya, "Sesungguhnya amal perbuatan itu harus dengan niat,
dan setiap orang itu tergantung pada niatnya." (Muttafaq Alaih). “Tidak melihat
kepada bentuk fisik kalian, dan harta kalian, namun melihat kepada hati kalian,
dan amal perbuatan kalian.”

Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, masa remaja menduduki


masa Progresif. Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka
agama pada para remaja turut dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya
penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang
tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.
Perkembangan pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan
rohani dan jasmaninya. Karakteristik rasa agama pada usia remaja salah satunya
adalah konversi. Konversi merupakan perubahan secara cepat atau tiba-tiba terkait
dengan pengalaman keagamaan. Seseorang yang mengalami konversi akan tiba-
tiba merasa mendapatkan insight yang meningkatkan rasa religiusitasnya. Ia akan
memiliki minat beragama yang lebih besar daripada sebelum mengalami konversi.
Konversi ini sebelumnya berawal dari perasaan ragu terhadap keyakinan
beragamanya. Ketika ia mengalami keraguan, maka ia akan mencari hal-hal yang
sekiranya bisa meyakinkannya dalam hal keagamaan. Keraguan ini menghilang
ketika ia mendapatkan insight yang kemudian merubah keraguannya menjadi
keyakinan yang sangat besar. Konversi ini berasal dari dua hal yaitu terkait
dengan pilihan yang rasional untuk berubah dan ledakan emosional karena
tekanan jiwa. Ledakan emosional ini mempengaruhi keadaan jiwanya ketika ia
mengalami tekanan jiwa sehingga ia menjadi labil, dan ketika konversi itu
dialaminya maka minat beragamanya akan tumbuh. Minat beragama ini tidak
hanya berdasarkan pada dirinya saja tetapi juga bergantung pada orang-orang
disekitarnya. Sehingga seseorang yang memiliki lingkungan yang religius dan
dibiasakan untuk beragama maka ia akan akrab dengan hal-hal keagamaan.
Sebaliknya jika orang disekitarnya atau lingkungannya tidak memberikan
dukungan terhadap rasa beragamanya maka perlahan rasa itu akan hilang. Dalam
hal inilah remaja mengalami kebimbangan. Banyak kejadian konversi dialami
oleh remaja terkait dengan keagaman. Perkembangan itu antara lain menurut W.
Starbuck adalah:

a) Pertumbuhan pikiran dan mental

Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-
kanak sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama
mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah
kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
b) Perkembangan perasaan

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial,


etis, dan estetis mendorong remaja untuk menghayati berkehidupan yang terbiasa
dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya
lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya, bagi remaja yang kurang
mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi
dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual. Didorong
oleh perasaan ingin tahu dan perasan super, remaja lebih terperosok ke arah
tindakan seksual yang negative.

c) Pertimbangan sosial

Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan


sosial. Dalam kehidupan keagamaan mareka timbul konflik antara pertimbangan
moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu. Karena
kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka remaja lebih
cenderung jiwanya untuk bersikap materialis.

d) Perkembangan moral

Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha
untuk mencari proteks. Tipe moral yang juga terlihat pada remaja juga
mencakupi:

1. Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan


pertimbanganpribadi.

2. Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.

3. Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.

4. Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.


5. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan masyarakat.

e) Sikap dan minat

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan


sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaaan masa kecil dan lingkungan
agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya).

f) Ibadah

Ibadah terkait dengan intensitas ibadah remaja untuk pergi ke tempat ibadah
dan melaksanakan kegiatan keagamaan.

Sedangkan menurut Verbit ada enam dimensi rasa agama pada remaja yaitu
doktrin, ritual, emosi, knowledge, ethic, dan comunity. Doktrin merupakan
pernyataan hubungan dengan Tuhan. Hal ini berkaitan dengan pemahamannya
terhadap Tuhan terkait ajaran-ajaran agamaNya. Ritual adalah dimensi rasa agama
yang berkaitan dengan perilaku peribadatan yaitu perilaku yang menunjukkan
pernyataan tentang keyakinan diri terhadap adanya Tuhan. Perkembangan emosi
keagamaan remaja banyak dipengaruhi oleh berbagai perasaan negatif maupun
positif. Sensitivitas emosi remaja sangat berpengaruh terhadap perkembangan
emosi keagamaannya. Hal ini dikarenakan kesungguhan sikap remaja terhadap
pengalaman jiwanya mengaaaarahkan dalam hal keyakinan dan peribadatan.
Selain itu arahan keagamaan dapat membantu remaja memecahkan konflik yang
sedang dihadapinya. Pengetahuan keagamaan remaja juga membantu dalam
merubah dan menambah pemikiran keagamaan yang tertanam ketika usia anak
akan muncul disertai dengan pemikiran yang lebih baik. Hal ini akan tercermin
pada ethic keagamaan yang ditunjukkan melalui tingkah laku sehari-hari.
Sehingga orientasi sosial keagamaan mendukung untuk meningkatnya rasa
agama. Hal ini juga mendukung adanya konversi rasa agama. Karena lingkungan
sangat berpengaruh besar terhadap konversi tersebut.
Penyebab adanya doubt dan konversi yang dialami ketika masa remaja
dikarenakan oleh beberapa hal yaitu bentuk pendidikan agama masa anak-anak
dan masalah yang dihadapi yang berlawanan dengan hati nurani. Pendidikan
agama masa anak-anak ini terkait dengan metode doktriner yang digunakan olh
orangtua untuk mengajarkan agama kepada anak-anaknya yang diikuti tanpa
bertanya. Selain itu materi yang diberikan merupakan materi sederhana yang
bersifat konkrit sehingga mudah dipahami oleh anak-anak. Perilaku agama
dilakukan dengan rutinitas seperti yang diajarkan oleh orang tua, apabila orangtua
mengajarkan secara rutin maka anak juga akan melakukannya secara rutin,
sedangkan bagi anak yang berada di lingkungan yang kurang menjalankan
rutinitas keagamaan hal ini menimbulkan keraguan dalam diri anak karena asupan
keagamaan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diterapkan oleh orangtua
sebagai contoh. Ketika berhadapan dengan masalah yang kontradiktif dengan hati
nurani karena kenyataan yang dihadapi semakin kompleks sehingga merasa harus
beragama tapi materi dan metode yang tidak sesuai dengan hati nuraninya hal
inilah yang membuat ia menjadi ingin mandiri.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konversi pada remaja
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan minat
dan motivasi yang tinggi dari diri remaja tersebut sedangkan faktor dari luar
berasal dari teman sebaya dan lingkungannya dimana hal itu mempengaruhi
keinginannya untuk mencari arti dari keraguan yang dialaminya mengenai
keyakinan dalam hal agama. Dengan adanya dukungan dari lingkungan di
sekitarnya mengenai kenyamanan pada keyakinan yang dimiliki sebagiann besar
orang disekitarnya membuat konversi itu dapat terlaksana dengan baik dan sesuai
dengan keyakinan yang selama ini ia cari.

Anda mungkin juga menyukai