Mungkin terdengar aneh di telinga orang lain ketika mendengar
nama geng kami, “The Mirror” begitu kami menyebutnya. Ya, itu memang bukan nama yang tepat bagi geng kami, tetapi itu sudah dapat menggambarkan perilaku kami dimasa-masa kami SMP. Kami dikenal sebagai sekumpulan anak yang mungkin dapat dibilang kementelan, mungkin karena kami selalu menjaga dan memelihara penampilan kami di halayak ramai. Dan itu mengharuskan kami untuk selalu membawa cermin dan berbagai alat kecantikan lainnya. Andre, begitu panggilanku. Aku mempunyai 5 orang sahabat baik, yang selalu ada disampingku disaat aku senang, sedih, suka, dan duka. Sebut saja mereka Evan, Nina, Siska, dan Reina. Ketika Aku mengingat kembali bagaimana kami dapat mendirikan The Mirror ini, ya,aku bisa saja tertawa, dan juga dapat menangis. Awal minggu di liburan pasca Ujian Nasional yang telah kami lalui, kami memang masih biasa-biasa saja. Masih ada saja teman-teman yang masih membahas soal-soal ujian nasional itu. Tetapi, Aku dan Evan sudah tidak mau lagi membahas itu. Kami merasa sangat menyesal apabila menemukan soal-soal yang kami salah menjawabnya. Diawal minggu itu terasa amat membosankan, bagaimana tidak, teman-teman seangkatanku sudah banyak yang berpergian untuk liburan. Aku dan Evan menjadi sangat kesepian ketika berada disekolah. “Van, elo enggak liburan?”tanyaku ke Evan. “Enggak, lagian juga kalau mau liburan kan bisa minggu depan. ” jawabnya santai kepadaku. Aku memang berkeinginan untuk mengunjungi nenekku tercinta di Palembang, tetapi Aku tidak terlalu berniat untuk menghabiskan waktu liburanku disana. “ Elo enggak liburan ? Biasanya elo yang pergi duluan ke Palembang . ” tanyanya kepadaku . “Enggak tau nih , Aku juga lagi bingung. ” jawabku . Mungkin Evan merasa kesepian dengan keadaan dimana kami hanya berdua saja , tiba-tiba saja Evan terpikirkan dengan ide yang dianggapnya cemerlang. Walaupun menurutku masih biasa-biasa saja. “Ndre , kita gabung yuk sama temen-temen yang lainnya. Kan enggak enak kalau kita cuma berdua terus . “ ajak Evan kepadaku . “ Iya juga sih , tapi kita gabung sama siapa ? mmm, bagaimana kita gabung sama Nina and firiendnya tu“ tanyaku. Aku menunjuk pada Nina dan teman-temannya disalahsatu kantin sekolah. Aku memang sudah dekat dengan mereka. Bagaimana tidak, mereka adalah teman sekelasku di kelas IX A yang kami cintai. Entah kenapa, setelah kami bergabung dengan Nina dan kawan- kawannya. Kami merasa lebih akrab dengan mereka. Kami mulai menjalin ikatan tali persahabatan kami, ya, kami selalu pergi kekantin bersama-sama, jalan-jalan bersama, kami sebenarnya tidak menganggap perkumpulan kami ini adalah sebuah geng, tapi Evan menunjukan sikap yang menyatakan bahwa kami ini adalah geng. Ya, walaupun tidak terlalu dianggap. “Teman-teman, mau dikasih nama apa ni geng kita? ” tanya Evan kepada kami. Kami tiba-tiba saja terkejut mendengar kata-kata yang terucap oleh Evan. “Geng ? Kita buat geng ? “ tanya Nina. “ iya, kan kita udah sedekat ini. Kenapa enggak kita buat geng aja. ” jelas Evan. Pada awalnya memang kami tidak menyangka akan seperti ini. Kami memang telah mencoba mencari calon nama geng kami, contohnya saja the ewer - ewer, the jungkat dan yang lainnya. Kami memang agak sedikit bingung, kami sudah kelabakan untuk mencarinya. Mulai dari buku-buku, internet, dan pendapat-pendapat. Sudah dua minggu kami terkatung-katung tanpa nama. Dan akhirnya kami mendapat ilham untuk memberi nama geng kami itu dengan nama “The Mirror”. Sebagaimana dengan organisasi lainnya, akhirnya kami mengesyahkan nama kami itu dengan cara membeli baju yang sama untuk dipakai dihari dimana akan diadakan acara kumpul-kumpul, ya, anggap saja untuk rapat. Dengan lahirnya geng kami itu, memang banyak teman-teman yang kurang suka dengan adanya geng kami, tetapi kami hanya menunjukan sikap acuh tak acuh. Prinsip kami, bila mereka mengganggu kami, baru mereka akan kami tindas. Dan apabila mereka mendukung kami, kami akan selalu membantu mereka. Kami memang tidak terlalu mengerti dengan arti persahabatan yang sesungguhnya. Kami selalu membantu salahsatu anggota yang tertimpa musibah, bersukarela untuk menjadi teman curhat. Tetapi, disetiap persahabatan pasti akan timbul sesuatu masalah. Ya, kami sebenarnya tidak menyangka, sahabat kami yang selalu kami bela, berani menipu kami, tidak pernah ada waktu buat bersama kami. Selalu saja ada alasan yang tidak bisa diterima oleh akal sehat. “ Teman-teman, kalian merasa enggak sih dengan sikap dan perilakunya Siska ? “ tanya Evan kepada teman-teman The Mirror lainnya. “ Emang sih, dia sekarang sudah tidak ada waktu lagi buat kumpul bareng sama kita lagi.Selalu saja ada alasan dari dia. “ jawabku. “ Kalau menurutku sih kita enggak boleh tinggal diam, ini sama saja kita dipermainkan. “ tegas si Nina. Nina memang agak tegas kepada kami semuanya.Kali ini adalah masalah terbesar digeng kami.Sebelumnya hanya masalah-masalah kecil saja yang kami hadapi. Sebenarnya kami tidak ingin terlalu mempermasalahkan ini lebih lanjut. Tetapi dengan sikap dari Siska yang kami hawatirkan dapat menghancurkan geng yang kami cintai ini. Ditambahkan lagi dengan mimpi burukku yang menerawang bahwa The Mirror akan musnah. Aku tidak ingin . Tidak terasa tiba waktunya untuk mendaftarkan diri masuk ke SMA, memang pada saat itu kami sudah asyik dijalannya sendiri-sendiri. Mulai dari Nina yang sibuk dengan siswa unggulnya, Evan dengan teman barunya, dan yang lainnya. Bahkan selalu saja ada alasan dari teman-teman yang lainnya untuk tidak jadi kumpul-kumpul. Aku tidak ingin persahabatan kami putus disini. Tetapi, takdir tidak memihak kepadaku. Sahabat-sahabatku kini sudah melupakan The Mirror. Mereka tidak ingat akan waktu-waktu kami bersama, tetapi tetap saja itu sudah terjadi. Mimpi buruk yang Aku mimpikan, akhirnya terwujud!. Sekarang aku sudah kelas XI SMA, memang aku sudah mempunyai banyak sahabat. Kami memang sering kumpul bersama. Tetapi keadaannya sama saja seperti dulu, salahsatu anggota harus ada yang dikorbankan. Dengan datangnya mimpi burukku itu. Tetapi aku tidak ingin itu terjadi kembali seperti The Mirror. Aku ingin memiliki sahabat-sahabat yang abadi didalam hatiku untuk selamanya. Dan nama The Mirror akan terukir indah didalam dadaku .