Anda di halaman 1dari 30

LA P O R A N

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA KELUARGA BAPAK DWI
Dalam Rangka Praktek Lapangan Keperawatan Komunitas
DI RT.01 RW.01 KEL. BALAS KLUMPRIK KEC. WIYUNG
SURABAYA
----------------------------------------------------------------------------------------

OLEH :
IRFAN MAULANA
NIM : 010130275 B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
S U RABAYA
2003
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA KELUARGA BAPAK H. KUNAWI
Dalam Rangka Praktek Lapangan Keperawatan Komunitas
DI RT.01 RW.01 KEL. BALAS KLUMPRIK KEC. WIYUNG
SURABAYA
----------------------------------------------------------------------------------------
OLEH : IRFAN MAULANA

SURABAYA, DESEMBER 2003

MENGETAHUI / MENYETUJUI

PEMBIMBING AKADEMIK

SAMILATUL K., SKP. AH. YUSUF, SKP.


NIP : NIP :
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga.
Keluarga unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si
penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan
yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah
sakit dapat menjadi sia – sia jika tidak menjadi tidak dilanjutkan oleh keluarga di
rumah. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan
kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau sangat signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan
individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam
pemberian pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai – nilai dan
budaya keluarga, sehingga keluarga dapat menerima.
Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan yang
diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap memiliki
otonomi untuk memutuskan hal – hal yang terkait dengan masalah kesehatannya.
Perawat yang melakukan keperawatan di rumah bertanggung jawab untuk
meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencegah penyakit dan pemeliharaan
kesehatan. Namun, di Indonesia belum ada lembaga ataupun organisasi perawat
yang mengatur pelayanan keperawatan di rumah secara administratif. Perawatan
yang diberikan di rumah–rumah khususnya oleh perawat komunitas masih
bersifat sukarela, belum ada pengaturan terhadap imbalan atas jasa yang
diberikan.
Pengalaman belajar klinik memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk memperoleh pengalaman nyata asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
yang mengalami masalah kesehatan dengan penerapan berbagai konsep dan teori
keperawatan keluarga serta proses keperawatan sebagai pendekatan.
B. Tujuan.
1. Tujuan umum :
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan sesuai tugas
dan perkembangan keluarga.
2. Tujuan khusus :
Setelah menyelesaikan belajar klinik mampu :
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan keluarga
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Keperawatan Kesehatan Keluarga.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya 1989).
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan perawatan (Freeman) adalah
keluarga sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat, keluarga sebagai kelompok dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah
kesehatan dalam kelompoknya sendiri, masalah kesehatan dalam keluarga
saling berkaitan, penyakit pada salah satu anggota keluarga akan
mempengaruhi seluruh keluarga tersebut, keluarga merupakan perantara yang
efektif dan mudah untuk berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat, perawat
dapat menjangkau masyarakat hanya melalui keluarga, dalam memelihara
pasien sebagai individu keluarga tetap berperan dalam pengambil keputusan
dalam pemeliharaannya, keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk
mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga. Sedangkan tujuan
perawatan kesehatan keluarga adalah memungkinkan keluarga untuk
mengelola masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi keluarga dan
melindungi serta memperkuat pelayanan masyarakat tentang perawatan
kesehatan.

2. Type-Type Keluarga :
a. Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti.
d. Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

B. Tanggung Jawab Perawat


Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai tanggung
jawab yang meliputi :
1. Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengakajian fisik atau psikososial,
menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan memberikan intervensi.
Kerjasama dari klien dan keluarga serta pemberi perawatan utama di keluarga
dalam perencanaan sangaat penting untuk menjaga kesinambungan perawatan
selama perawat tidak ada di rumah. Perawat hanya memberikan perawata
dalam waktu yang terbatas. Perawatan yang dilakukan di rumah lebih
merupakan tanggung jawab dari keluarga dari pada perawat. Oleh karena itu
pendidikan kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam perawatan di
rumah.

2. Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat penting
untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang
dialaminya.

3. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus


Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para professional lain
dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus peran perawat yang
yang menjadi manajer kasus adalah kemampuan untuk mengkaji kebutuhan,
menentukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasi cara untuk mememuhi
kebutuhan tersebut dan mengimplementasikan rencana yang disusun.
4. Menentukan frekuensi dan lama perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan selama
periode waktu tertentut sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu
perawatan yang dilakukan di rumah.

5. Advocacy
Tanggung jawab sebagai penasehat bagi klien yang dimaksud di sini adalah
peran perawat sebagai penasehat terutama yang berhubungan dengan masalah
pembayaran yang terkait dengan pelayanan yang diberikan.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga meupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga.
1. Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Hal – hal
yang dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum :
 Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis
kelamin, hubungan dengan KK, umur, pendidikan, dan status
imunisasi dari masing – masing anggota keluarga serta genogram.
 Type keluarga. Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tiper keluarga tersebut.
 Suku bangsa. Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan
 Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
 Status sosial ekonomi keluarga. Status social ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Selain itu status social ekonomi keluarga ditentukan
pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang – barang yang dimiliki oleh keluarga.
 Aktivitas rekreasi keluarga. Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan saja keluarga pergi bersama – sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


 Tahap perkembangan keluarga saat ini. Dimana ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
 Riwayat keluarga inti. Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing – masing anggota dan sumber pelayanan yang
digunakan keluarga.

c. Pengkajian Lingkungan
 Karakteristik rumah. Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaat ruangan, peletakan
perabotan rumah, dan denah rumah.
 Karakteristik tetangga. Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga
dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya yang
mempengaruhi kesehatan.
 Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga yang
ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan
mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
 Sistem pendukung keluarga. Yang termasuk sistem pendukung adalah
jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis,
atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat setempat.
d. Struktur Keluarga
 Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antar anggota keluarga.
 Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.
 Struktur peran. Menjelaskan peran dari masingg – masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
 Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma yang
dianut keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi Keluarga
 Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
 Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau hubungan dalam
keluarga dan sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma
atau budaya dan perilaku.
 Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang sakit.
Pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit, kesanggupan keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
- mengenal masalah kesehatan : sejauh mana keluarga mengenal fakta –
fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala,
penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
- mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : sejauh
mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah
masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut
akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative terhadap
masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada,
kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi
yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
- merawat anggota keluarga yang sakit : sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber –
sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap
yang sakit.
- memelihara lingkungan rumah yang sehat : sejauh mana mengetahui
sumber – sumbver keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat
pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan
kekompakan antar anggota keluarga.
- menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat :
apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami
keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut
terjangkau oleh keluarga.
 Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan
jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
 Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.

f. Stres dan Koping Keluarga


 Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu + 6 bulan dan jangka panjang yaitu yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
 Kemampuan keluargaa berespon terhadap situasi atau stressor.
Mengkaji sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
 Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
 Strategi adaptasi disfungsional. Dijelaskan mengenai adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.

h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga.


Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkana pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan.
b. Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

Dalam satu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa
keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga.


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan Kriteria
dan Standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil
yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus
yang ditetapkan.
4. Tahapan Tindakan Keperawatan Keluarga.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberika informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulais keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan,
mengidentfikasi sumber–sumber yang dimiliki keluarga dan
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara menemukan sumber–sumber yang
dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.

5. Tahap Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru
yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan
dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Tahapan evaluasi dapat
dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilakukan selama proses asuhan keperawatan sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi akhir.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA KELUARGA BAPAK H. KUNAWI
DI RT.01 RW.01 KEL. BALAS KLUMPRIK KEC. WIYUNG

Pengkajian (Tanggal. 02 Desember 2003)


A. Data Umum
1. Nama KK : H. Kunawi
2. Umur : 58 th.
3. Alamat : RT 1 RW 1 No. Kel. Balas Klumprik.
4. Pendidikan : STM
5. Pekerjaan : Pensiunan PNS.
6. Agama : Islam
7. Komposisi Keluarga :
Hub.
Se
No. Nama Umur Dg. Pendd Agama Pekerjaan Status kes
x
KK
1. H. Kunawi L 58 th. KK STM Islam Pensiun Sehat
2. Hj. Sami P 57 th. Isteri SD Islam - Hipertensi
3. M. Nasrul L 21 th. Anak D1 Islam Swasta Sehat

Genogram
Keterangan:
= = Perempuan

= Laki-laki

= Sakit

= Tinggal serumah

8. Tipe keluarga : Nuclear family


Yang terdiri dari ayah, ibu serta anak.
Kewargaan negara / suku bangsa : Indonesia / Jawa.
9. Agama : Islam.
10. Status social ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga adalah : antara Rp. 500.000,- sampai Rp.
1.000.000,- perbulan yang diperoleh dari pensiunan PNS. Menurut
pengakuan keluarga penghasilan yang ada cukup untuk memenuhi
keperluan sehari-hari
11. Aktivitas rekreasi keluarga :
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi nonton TV di rumah.
Kadang-kadang kumpul-kumpul dengan sanak saudara atau tetangga
dekatnya.

B. Riwayat Perkembangan Keluarga


1. Pada saat ini keluarga Bp H. Kunawi sedang berada pada tahap
perkembangan keluarga yaitu pada tahap keluarga dengan anak dewasa
(pelepasan), karena anak memisahkan diri dari keluarga, sudah menikah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: adalah membantu
anak untuk mandiri di masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan data, bahwa
dari anggota keluarga/anak yang ke-5 berumur 21 tahun, masih belum
menikah dan masih hidup serumah dengan keluarga.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Bp. H. Kunawi mengatakan bahwa istrinya Ibu Hj. Sami menderita
hipertensi dan sampai sekarang belum sembuh-sembuh padahal sudah
berobat ke Klinik RS Marinir.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (yang lalu)
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa orang tua Bp. H.Kunawi
tidak pernah mempunyai riwayat penyakit menular atau penyakit kronis
yang berat.

C. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah yang ditempati + 50 m2 (12 m x 16), terdiri dari 1 ruang tamu,
2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang dapur dan 1 kamar mandi dan
didepan ada teras rumah. Bangunan rumah berbentuk rumah jawa yang
dimodifikasi. Lantai rumah terbuat dari tegel dengan keadaan bersih dan
penataan alat/probot rumah tangga yang cukup rapi, penerangan dan
ventilasi cukup. Sumber air minum dan untuk keperluan cuci dan mandi
menggunakan PAM. WC menggunakan septic tank yang terletak di
samping rumah

Kamar R. Keluarga R. Tamu


T B

Kamar
U
Dapur Km. Mandi/
WC

Gb. Denah Rumah Keluarga binaan

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Keluarga Ibu Sutri hidup dilingkungan tempat tinggal yang padat
penghuni dan Sebagian besar dari tetangga di lingkungan tempat tinggal
keluarga Ibu Sutri sebagian besar adalah penduduk asli yang merupakan
pekerja pabrik dan pekerja bangunan. Mereka tinggal dalam rumah yang
berhimpirtan, keadaan lingkungan kurang mendukung . Interaksi antar
warga banyak dilakukan pada waktu sore dan malam hari.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Ibu Sutri sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak
berumah tangga sampai sekarang, berdasarkan keterangan dulu daerah
sekitar lingkungan tempat tinggal masih jarang ditempati penduduk.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyrakat
Saat berada di kampung, keluarga termasuk anggota masyarakat yang
aktif dalam mengikuti kegiatan masyarakat.
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Bp. H.Kunawi 3 orang, dan anaknya yang sudah menikah juga
masih bertempat tinggal di sekitar rumahnya sehingga bila mana ada
anggota keluarga yang sakit, semua saling memperhatikan dan membantu
untuk penyembuhan.
Fasilitas penunjang kesehatan yang dimiliki keluarga masih kurang,
seperti tidak ada dana khusus untuk anggaran pemeliharaan kesehatan,
tidak tersedia obat P3K dalam rumah.
Ibu Sami bila sakit atau kambuh hiper tensinya, beliau berobat ke Puskesmas
atau klinik Marinir.

D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan, komunikasi selalu dilakukan untuk minta
pertimbangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Antar anggota
keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi suatu
permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum
memutuskan suatu permasalahan. Anak-anaknya biasa memberikan
alternatif pemikiran kepada Bp. H.Kunawi bagaimana untuk memutuskan
pemecahan masalah.

2. Struktur Kekuatan Keluarga:


Didalam aktivitas sehari-hari keluarga saling perhatian dan merasakan
bahwa mengatasi masalah menjadi tanggung jawab bersama dalam keluarga

3. Struktur Peran Keluarga


a. Bp H.Kunawi sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam
membimbing dan mendidik anak-anak serta mengatur rumah tangga
dengan dibantu isterinya Hj. Sami.
b. M. Nasrul anak Bp. H.Kunawi yang juga tinggal se rumah dengannya.

4. Nilai dan norma keluarga


Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai
dalam agama yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.
Keluarga ini menganggap bahwa hipertensi yang diderita Bu Hj. Sami
adalah penyakitnya orang tua yang biasa terjadi. Tapi upaya untuk
mengendalikan dilakukan dengan mengatur makanan dan segera periksa
ke Klinik bila dirasakan ada gangguan kesehatannya. Keluarga Bp.
H.Kunawi mempercayakan perawatan kesehatannya kepada tenaga
kesehatan, akan tetapi bila ada anggota keluarga yang sakit ada kalanya
hanya membeli obat di toko dan mengkonsumsi obat tradisional saja.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afeksi
Menurut keterangan keluarga, dalam kehidupan sehari-harinya mereka
selalu damai dan saling menjaga kepentingan bersama.
Ibu Hj. Sami memahami keadaan penyakit yang dideritanya dan suami
juga membantu sering mengingatkan tentang diet yang harus ditaati oleh
isterinya, misalnya makan rendah garam, rendah lemak dan lain-lain.
Mereka saling menyayangi dan memberi perhatian.

2. Fungsi Sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik.
Seperti memenuhi kebutuhan pendidikan, kalau ada kegiatan
kemasyarakatan, keluarga selalu ikut didalamnya.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan.


Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit
hipertensi hal ini ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak
masalah kesehatan akibat penyakit hipertensi.
Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan juga terbatas karena
keluarga tidak mengetahui secara luas tentang masalah yang terjadi pada
penyakit hipertensi.
Keluarga mempunyai kesadaran tentang terciptanya lingkungan yang
sehat, hal ini di buktikan dengan aktivitas Bp H.Kunawi dan isterinya, bila
ada waktu luang membersihkan ruangan, lingkungan sekitar rumah.
Selama ini keluarga jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
karena keluarga lebih cenderung membeli obat bebas di toko atau
mengkonsumsi obat tradisional.

4. Fungsi Reproduksi
Ibu Hj. Sami saat ini sudah berusia 57 tahun dan tidak menjadi akseptor
KB karena alasan sudah tua, tidak mungkin hamil. Selama melahirkan
mulai anak pertama sampai anak terakhir, tidak mengalami gangguan
yang berarti.

5. Fungsi Ekonomi
Keluarga Ibu Sutri menggunakan penghasilannya untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan setiap hari. Menurut pengakuan
keluarga penghasilan tiap bulan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari saja. Jika ada sisa keuangan, maka disimpan untuk keadaan yang
mendadak bagi keluarga.

F. Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor yang dimiliki
Stressor jangka panjang yang dirasakan oleh keluarga Bp. H.Kunawi
adalah penyakit hipertensi yang diderita isterinya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan penyakit yang diderita oleh Ibu
Hj. Sami karena sakit yang dideritanya sudah semenjak dahulu dan
keluarga yakin bahwa penyakitnya akan sembuh .
3. Strategi koping yang digunakan
Dalam menghadapi suatu permasalahan, biasanya keluarga Bp. H.Kunawi
mendiskusikannya terlebih dahulu sebelum mengambil suatu keputusan.
Beliau memberikan pengertian kepada anggota keluarganya tentang
masalah yang dihadapinya. Keluarga berhati-hati dalam memilih makanan
terutama yang memiliki kadar garam yang tinggi.

4. Strategi adaptasi disfungsional


Keluarga selalu menyediakan persiapan uang untuk berobat, kalau kalau
terjadi kekambuhan hipertensinya.

G. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan
keluarga.
1) Pemeriksaan fisik umum:
Keadaan umum Ibu Hj. Sami : Nampak sudah mulai lemah karena sudah
memasuki usia lebih dari setengah baya, makan dan minum masih dalam
batas normal,
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 160 / 100 mmHg.
Respirasi : 24 x/mnt
Suhu : 36,5 0C
TB : 154 cm

2) Pemeriksaan fisik khusus:


♦ Kepala dan leher
Pada pemeriksaan kepala, tidak terdapat adanya benjolan, bentuk
kepala normal.
♦ Leher : Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan
vena jugularis dan arteri carotis.
♦ Mata : Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak
terdapat udema, kornea tampak kehitaman, penglihatan masih baik.
♦ Hidung : tidak ada kelaianan yang ditemukan.
♦ Mulut : bibir tidak kering dan tidak terlihat tanda–tanda
sianosis.
♦ Dada : Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung
S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat palpitasi, suara mur–mur tidak ada
ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
♦ Abdomen : Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan
adanya pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus
baik, tidak ada bekas luka operasi.
♦ Ektrimitas :Pada ekstrimitas atas dan bawah tidak terdapat
udema, tidak terjadi kelumpuhan, dari ke-4 ektrimitas mampu
menggerakan persendian, mampu mengangkat dan melipat persendian
secara sempurna.

H. Harapan Keluarga
Keluarga Ibu Sutri berharap anggota keluarga dapat berperan masing-masing
tanpa ada yang mengalami gangguan kesehatannya. Sehingga semua bisa
berjalan lancar tanpa hambatan. Penyaki Hipertensinya dapat sembuh total.

Analisa Data
N
DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1. Data Subyektif:
 Ibu Hj. Sami Ketidakmampuan Kurangnya
mengatakan sudah lama keluarga merawat pengetahuan
mengalami tekanan darah tinggi. anggota keluarga keluarga tentang,
 Ibu Hj. Sami yang menderita gejala, penyebab,
mengatakan kadang-kadang penyakit hipertensi pencegahan dan
pusing, penatalaksanaan
 Merasa kaku di penyakit hipertensi
daerah tengkuk.

Data obyektif:
Berdasarkan hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital didaptkan :
 Tekanan darah :
160/100 mmHg.
 Nadi: 84 X/menit.
 Pernafasan : 24
x/menit.
2. Ketidakmampuan Resiko terjadinya
 Suhu : 36,5 x/menit. keluarga kesalahan dalam
menggunakan penatalaksanaan
fasilitas kesehatan penyakit hipertensi
Data subyektif: secara optimal
 Ibu Hj. Sami jarang berobat
ke Klinik.
 Ibu Hj. Sami mengatakan
berobat ke Klinik bila dirasakan
parah. Kalau pusing cukup
membeli jamu atau obat di
warung saja.

Data obyektif.
 Pendidikan terakhir Ibu
Hj. Sami SD.
 Terakhir kunjungan ke
Klinik Kesehatan 6 bulan yang
lalu.
Rumusan diagnosa keperawatan
1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang, gejala, penyebab, pencegahan dan
penatalaksanaan penyakit hipertensi berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

2. Resiko terjadi kesalahan dalam penatalaksanaan penyakit hipertensi berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara
optimal.

3. Resiko terjadinya kecelakaan berhubungan dengan Kondisi fisik yang sudah menurun
(Usia > 50 Th )
Skoring perioritas masalah
1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang, gejala, penyebab, pencegahan dan
penatalaksanaan penyakit hipetensi berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

N
KRITERIA SKALA BOBOT SKORING PEMBENARAN
O

1. a. Sifat masalah : 3 1 3/3x1=1 Ketidak tahuan keluarga tentang


Tidak/kurang sehat masalah penyakit hipertensi
merupakan bahaya terhadap
kondisi klien.

b. Kemungkinan 1 2 1/2x2= 1 a. Kondisi klien pada usia


masalah dapat lansia.
diubah : Hanya
sebagian b. Lama penyakit sudah + 10
tahun

c. Berdasarkan prognosa
masalah hipertensi hanya
sebagian kecil bisa sembuh,
dan hanya bisa dilakukan
tindakan pencegahan.

c. Potensial 2 1 2/3x1=2/3 a. Penyakit hipertensi


masalah untuk memungkinkan untuk
dicegah : tinggi dicegah dengan
menghindari faktor resiko.

b. Keluarga mau diajak


kerjasama (kooperatif)

d. Menonjolnya 2 1 2/2x1=1 Bila tidak segera ditanganni


masalah : Masalah maka akan terjadi komplikasi
berat, harus segera lebih lanjut, seperti stroke,
ditangani kekumpuhan.

Total 4
2. Resiko terjadi kesalahan dalam penatalaksanaan penyakit hipertensi berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara
optimal.

N
KRITERIA SKALA BOBOT SKORING PEMBENARAN
O

1. a. Sifat masalah : 2 1 2/3x1=2/3 penyakit hipertensi , bila dalam


Ancaman melakukan tindakan pengobatan
kesehatan yang salah akan memperberat
penyakit hipertensi

b. Kemungkinan 2 2 2/2x2= 2 a. Respon keluarga mau


masalah dapat menerima masukan berupa
diubah : mudah pendidikan kesehatan
b. Setelah dilakukan tindakan
penyuluhan keluarga mau
menggunakan fasilitas
kesehatan

c. Potensial 2 1 2/3x1=2/3 Penyakit hipertensi dapat


masalah untuk dilakukan tindakan pencegahan
dicegah : cukup dengan menghindari faktor
resiko.

d. Menonjolnya 0 1 0/2x1=0 Bila tidak segera ditanganni


masalah : maka akan terjadi komplikasi
Masalah tidak lebih lanjut, seperti stroke,
dirasakan kekumpuhan.

Total 3 1/3
3. Resiko terjadinya kecelakaan berhubungan denganKondisi fisik yang sudah
menurun (Usia > 50 Th )

N
KRITERIA SKALA BOBOT SKORING PEMBENARAN
O

1 a. Sifat masalah : 2 1 2/3x1=2/3 a. Dengan kondisi fisik


Ancaman yang sudah menurun
kesehatan pada lansia akan
memudahkan untuk
terjadinya kecelakaan
baik didalam rumah
maupun diluar rumah.

b. Kemungkinan 2 2 2/2x2= 2 b. Dengan penataan


masalah dapat lingkungan perubahan
diubah : yang teratur akan dapat
mudah menghindari kecelakaan,
klien memaklumi hal
tersebut.

c. Potensial 2 1 2/3x1=2/3 c. Kecelakaan dapat


masalah untuk dicegah dengan
dicegah : membatasi bepergian
Cukup keluar rumah dan menata
halaman rumah dengan
baik.

d. Menonjolnya 1 1 1/2x1=1/2 d. Bila tidak segera


masalah : ditangani maka akan
Masalah ada, terjadi komplikasi lebih
tapi tak perlu lanjut, seperti, daya tahan
penanganan tubuh rendah,
segera. perkembangan terhambat.

Total 4 ,00
Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan
pada Keluarga Ibu Sutri adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang, gejala, penyebab, pencegahan
danpenatalaksanaan penyakit hipetensi berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi

2. Resiko terjadi kesalahan dalam penatalaksanaan penyakit hipertensi berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara
optimal.

3. Resiko terjadinya kecelakaan berhubungan dengan Kondisi fisik yang sudah


menurun (Usia > 50 Th )
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
No. Tujuan Kriteria evaluasi
Intervensi
Dx Umum Khusus Kriteria Standar
1. Setelah dilakukan - Menyebutkan Verbal (pengetahuan) • Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan keluarga.
tindakan pengertian hipertensi menyebutkan tanda- 2. Kaji kemampuan keluarga yang
keperawatan - Menyebutkan tanda tanda dan gejala telah dilakukan pada Bu Sutri.
tidak terjadi dan gejala hipertensi penyakit hipertensi. 3. Kaji tindakan yang pernah dilakukan
serangan (3-6) • Keluarga dapat bila Bu Sutri serangan hipertensi.
hipertensi yang - Menyebutkan 3 faktor mengidentifikasi gejala 4. Diskusikan dengan keluarga tentang
lebih berat resiko yang dini terjadinya tanda dan gejala peny. Hipertensi.
terhadap Bu menyebabkan serangan. 5. Diskusikan dengan keluarga cara
Sutri. hipertensi • Keluarga dapat mengiidentifikasi serangan.
- Menyebutkan 2 akibat memutuskan tindakan 6. Diskusikan alternatif yang dapat
hipertensi bila tidak yang harus dilakukan dilakukan untuk mencegah serangan
dirawat. bila terjadi serangan. berulang.
- Menyebutkan 2 cara 7. Berikan kesempatan keluarga
mencegah timbulnya menanyakan penjelasan yang telah
hipertensi. diberikan setiap kali diskusi.
8. berikan penjelasan ulang bila ada
penjelasan yang belum dimengerti.
9. Evaluasi secara singkat terhadap
topik yang didiskusikan dengan keluarga.
10. Berikan pujian terhadap kemampuan
yang diungkapkan keluarga
11. setiap kali diskusi.

2. Setelah dilakukan - Dapat Verbal - Klien dan 1. Kaji pengetahuan keluarga.


tindakan menjelaskan akibat keluarga dapat 2. Kaji kemampuan keluarga yang telah
keperawatan tekanan darah tinggi menjelaskan akibat dilakukan pada Bu Sutri.
pasien tidak pada pembuluh darah tekanan darah tinggi 3. Kaji tindakan yang pernah dilakukan bila
mengalami halus. pada pembuluh darah Bu Sutri mengalami serangan.
komplikasi/pecah - Dapat halus. 4. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat
nya pembuluh menyebutkan bagian - Klien dan peny. Hipertensi pada pembuluh darah.
darah halus. tubuh yang rawan keluarga dapat 5. Diskusikan dengan keluarga tentang bagian
terjadi pecahnya menyebutkan bagian tubuh yang rawan terjadi pembuluh darah
pembuluh darah. tubuh yang rawan pecah.
- Dapat terjadi pecahnya 6. Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan
menyebutkan upaya pembuluh darah. untuk mencegah terjadinya komplikasi.
untuk mencegah - Klien dan 7. Berikan kesempatan keluarga menanyakan
terjadinya komplikasi. keluarga dapat penjelasan yang telah diberikan setiap kali
menyebutkan upaya diskusi.
untuk mencegah 8. berikan penjelasan ulang bila ada penjelasan
terjadinya komplikasi. yang belum dimengerti.
9. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang
didiskusikan dengan keluarga.
10. Berikan pujian terhadap kemampuan yang
diungkapkan keluarga
11. setiap kali diskusi.
No.Dx. Diagnose keperawatan Tujuan khusus Tanggal Implementasi Evaluasi
1. 1. Kurangnya - Menyebutkan 24 Pebruari 2003 Penyuluhan tentang :
pengetahuan keluarga pengertian hipertensi - pengertian S:
tentang, gejala, - Menyebutkan tanda hepertensi - Keluarga khususnya klien Bu
penyebab, dan gejala hipertensi (3-6) - Penyebab hiper Sutri mengatakan mengerti maksud
pencegahan dan
- Menyebutkan 3 tensi dan tujuan kunjungan hari ini.
penatalaksanaan
penyakit hipetensi
faktor resiko yang - Tanda dan gejala - Keluarga dapat menyebutkan
berhubungan dengan menyebabkan hipertensi hipertensi pengertian hipertensi
Ketidakmampuan - Menyebutkan 2 - Faktor resiko - Menyebutkan tanda dan
keluarga merawat akibat hipertensi bila tidak hipertensi gejala hipertensi ( 3-6 )
anggota keluarga dirawat. - Akibat hipertensi - Menyebutkan 3 faktor resiko
yang menderita - Menyebutkan 2 - Upaya pencegahan yang menyebabkan hipertensi
penyakit hipertensi cara mencegah timbulnya hiper tensi - Menyebutkan 2 akibat
hipertensi. hipertensi bila tidak dirawat
- Menyebutkan 2 cara
mencegah timbulnya hipertensi.
O:
- Keluarga Bu Sutri dapat
bekerjasama dengan mahasiswa.
- Keluarga dapat terlihat aktif
dalam diskusi
- Keluarga menunjukkan minat
terhadap kegiatan atau tindakan yang
dapat dilakukan
- Keluarga dapat memberikan
responverbal dan non verbal yang
baik
- Keluarga kooperatif selama
kegiatan berlangsung
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. 2. Resiko terjadi - Dapat menjelaskan 27 Pebruari 2003 Memeberi penyuluhan S:
kesalahan dalam akibat tekanan darah tinggi tentang akibat pecahnya - Keluarga khususnya klien Bu
penatalaksanaan pada pembuluh darah halus. pembuluh darah karena Sutri mengatakan mengerti maksud
penyakit hipertensi - Dapat menyebutkan hipertensi. dan tujuan kunjungan hari ini.
berhubungan bagian tubuh yang rawan - Keluarga dapat menjelaskan
dengan terjadi pecahnya pembuluh akibat hipertensi
ketidakmampuan darah. - Menyebutkan bagian tubuh
keluarga dalam - Dapat menyebutkan yang rawan terjadi pecahnya
menggunakan upaya untuk mencegah pembuluh darah.
fasilitas kesehatan terjadinya komplikasi. - Menyebutkan upaya untuk
secara optimal. mencegah terjadinya komplikasi
O:
- Keluarga Bu Sutri dapat
bekerjasama dengan mahasiswa.
- Keluarga dapat terlihat aktif
dalam diskusi
- Keluarga menunjukkan minat
terhadap kegiatan atau tindakan yang
dapat dilakukan
- Keluarga dapat memberikan
responverbal dan non verbal yang
baik
- Keluarga kooperatif selama
kegiatan berlangsung
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai