Anda di halaman 1dari 22

MODUL METODE PENDIDIKAN KESEHATAN

METODE SIMULASI
Topik: Program Penanggulangan DBD di RT

Pembimbing:
Mahfudli S. Kep., Ns. M. Kep

Disusun oleh:
Enny Susilawati 010710048B
Reni Dwi Kurnia 010710049B
Setyawanti 010710050B
Rizki Dwi Fitriana 010710051B
Irma Afifatul Aini 010710052B
Boby Febri K 010710053B
Mas Ayu Karina A.P 010710054B
Ulya Khoirotunnisa’ 010710058B
Anggi Setyowati 010710059B
Devin Prihar Ninuk 010710169B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

1
2010

PENDAHULUAN

1. Pengertian Metode Simulasi


Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat
seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara
penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat
digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses
pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya
(Depdiknas, 2008).
Simulasi merupakan peniruan suatu situasi untuk pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, serta klarifikasi nilai dalam suatu konteks individu,
organisasi, atauu social. Simulasi dapat berupa role playing dan permainan
dengan keterbatasan tertentu (aturan, waktu, sumber daya tertentu) dengan
suatu tujuan akhir yang spesifik (Ferry E dan Mahfudli, 2009).
Metode simulasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan pelajaran
dengan menggunakan situasi atau proses nyata, dengan peserta didik terlibat
aktif dalam berinteraksi dengan situasi di lingkungannya. Peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini
berguna untuk memberikan respons (membuat keputusan atau melakukan
tindakan) untuk mengatasi masalah atau situasi dan menerima umpan balik
tentang respons tersebut. (Rheba de dan Martha A. Thompson (1987) dalam
Nursalam dan ferry E (2008)).

2. Kelebihan Metode Simulasi


Menurut Nursalam dan Ferry Efendi (2008), kelebihan metode simulasi
adalah sebagai berikut:
a. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan, serta pengalaman yang
tidak langsung diperlukan dalam menghadapi berbagai masalah sosial
b. Peserta didik berkesempatan untuk menyalurkan perasaan yang terpendam
sehingga mendapat kepuasan, kesegaran, dan kesehatan jiwa

2
c. Sekalipun bukan tujuan metode ini, melalui simulasi dapat dikembangkan
bakat dan kemampuan yang mungkin dimiliki oleh peserta didik, misalnya
dalam seni drama, bermain peran dan sebagainya

3. Kekurangan Metode Simulasi


Menurut Nursalam dan Ferry Efendi (2008), kekurangan metode simulasi
adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman yang diperoleh dari simulasi tidak selalu tepat dan sempurna
dengan kenyataan di lapangan atau dalam kehidupan
b. Tidak jarang simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sedangkan fungsinya
sebagai alat belajar jadi terabaikan
c. Pelaksanaan simulasi sering menjadi kaku, bahkan jadi salah arah, karena
kurangnya pengalaman keterampilan atau penguasaan siswa terhadap
masalah social yang diperankan
d. Simulasi dipengaruhi oleh faktor-faktor emosional seperti rasa malu, ragu-
ragu, atau takut yang dapat mempengaruhi peserta didik dalam melakukan
simulasi.

4. Langkah-langkah Simulasi
Menurut Ferry Efendi dan Mahfudli (2009), prosedur simulasi adalah:

a. Introduksi: berisi penjelasan cara dan tujuan simulasi

b. Enactment: proses bermain peran atau permainan

c. Meringkas: meninjau (review) pengalaman bersimulasi, mengidentifikasi


kejadian dalam simulasi yang paling berkesan, menganalisis kesan yang
didapat, membuat generalisasi.

Berikut ini langkah-langkah simulasi menurut Departemen Pendidikan


Nasional (2008).

a. Persiapan Simulasi
1. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak
dicapai oleh simulasi.

3
2. Memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
disimulasikan.
3. Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan
yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang
disediakan.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
b. Pelaksanaan Simulasi
1. Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
2. Para siswa (peserta) lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
3. Guru (fasilitator) hendaknya memberikan bantuan kepada
pemeran yang mendapat kesulitan.
4. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam
menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
c. Penutup
1. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun
materi cerita yang disimulasikan. Fasilitator harus mendorong agar
peserta dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses
pelaksanaan simulasi.
2. Merumuskan kesimpulan.

4
ISI

1. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : DBD


Sub Pokok Bahasan : Program Penanggulangan DBD di RT
Hari, tanggal : Jumat, 6 Oktober 2010
Waktu Pertemuan : 09.00-10.00 WIB
Tempat : Balai desa Karang Malang
Sasaran : Semua Warga di RT

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan penyuluhan simulasi tentang penanggulangan
penyakit DBD, diharapkan masyarakat mampu memahami dan menerapkan
penanggulangan DBD dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri meliputi
program 3M plus (3M plus abatisasi).

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapatkan penyuluhan simulasi tentang penanggulangan penyakit
DBD selama 1x60 menit diharapkan masyarakat mampu:
1. Memahami pengertian penyakit DBD
2. Memahami penyebab dan cara penularan DBD
3. Mengenali tanda dan gejala DBD
4. Menerapkan pertolongan pertama pada penderita DBD
5. Menerapkan cara pencegahan dan penanggulangan DBD yaitu 3M
plus, pelaksanaan fogging
6. Memperagakan simulasi tentang cara pencegahan dan
penanggulangan DBD dan melakukan pertolongan pertama pada
penderita DBD.

5
III. Materi Pembelajaran
Pokok Bahasan:
Penanggulangan penyakit DBD (materi terlampir)
Sub Pokok Bahasan:
1. Pengertian DBD
2. Penyebab dan cara penularan DBD
3. Tanda dan gejala pada DBD
4. Pertolongan pertama pada penderita DBD
5. Pencegahan dan penanggulangan DBD
6. Penanggulangan DBD dengan 3M plus (3M plus abatisasi)

IV. Metode Pembelajaran


Simulasi

V. Media dan alat


LCD, layar, laptop, peralatan simulasi : bubuk abate, tempat penampungan
air, skop, lahan (tanah) sebagai tempat penguburan sampah, tempat sampah.

VI. Kegiatan Simulasi


Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Introduksi 6 Oktober 2010 o Salam pembuka Peserta menjawab
(15 menit) 09.00-09.15 oleh moderator salam dari
o Perkenalan diri moderator,
o Pembukaan acara memperhatikan
oleh moderator dan
(dengan doa) mendengarkan

o Penyampaian secara seksama

kontrak : tentang simulasi

o Waktu yang akan


dilaksanakan,
o Materi
mengajukan
(simulasi)
pertanyaaan jika
o Susunan acara
ada yang belum

6
o Orientasi dimengerti.
1. Menyajikan topik
simulasi dan
konsep-konsep
yang akan
diintegrasikan
dalam proses
simulasi tentang
penanggulangan
DBD
2. Menjelaskan prinsip
simulasi dan
permainan tentang
penanggulangan
DBD
3. Memberikan
gambaran teknis
secara umum
tentang proses
simulasi tentang
penanggulangan
DBD yaitu
pertolongan
pertama pada
penderita DBD,
pelaksanaan 3M
plus, pemberian
bubuk abate.
4. Menetapkan pemain
yang akan terlibat
dalam simulasi,
peranan yang harus

7
dimainkan oleh para
pemeran, serta
waktu yang
disediakan
5. Memberikan
kesempatan pada
peserta untuk
bertanya khususnya
pada peserta yang
terlibat dalam
pemeranan simulasi
Enactment 6 Oktober 2010 o Latihan bagi peserta Memperagakan
(Pelaksanaan 09.15-09.35 1. Membuat skenario dan ikut
simulasi) yang berisi aturan, memainkan
(20 menit) peranan, langkah, simulasi
pencatatan, bentuk
keputusan yang
harus dibuat, dan
tujuan yang akan
dicapai.
2. Menugaskan para
pemeran dalam
simulasi
penanggulangan
DBD
3. Mencoba secara
singkat suatu
episode tentang
penanggulangan
DBD
o Proses simulasi
1. Melaksanakan

8
aktivitas permainan
dengan pengaturan
kegiatan tersebut.
2. Memperoleh umpan
balik dan evaluasi
dari hasil
pengamatan
terhadap
performansi
pemeran.
3. Menjernihkan hal-
hal yang
miskonsepsional
4. Melanjutkan
permainan/simulasi.

Meringkas 6 Oktober 2010 Pemantapan atau Masyarakat aktif


(diskusi dan 09.35-10.00 debriefing: bertanya tentang
evaluasi) 1. Memberikan materi dalam
(25 menit) ringkasan simulasi yang
mengenai tidak dipahami
kejadian dan
persepsi yang
timbul selama
simulasi
penanggulanga
n DBD
2. Memberikan
ringkasan
mengenai
kesulitan-
kesulitan dan
wawasan para

9
peserta
3. Menganalisis
proses
4. Membandingk
an aktivitas
simulasi
dengan dunia
nyata
5. Menghubungk
an isi simulasi
dengan isi
pelajaran
6. Menilai dan
merancang
kembali
simulasi
7. Merumuskan
kesimpulan
8. Penutupan
a. Mengucapkan
terima kasih dan
permohonan
maaf kepada
peserta jika ada
kesalahan
b. Menutup acara
dengan doa

VII. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Rizki Dwi Fitriana
Penyaji/penyuluh : Anggi Setyowati
Ulya Khoirotunnisa’
Moderator : Enny Susilowati

10
Notulen : Reni Dwi Kurnia
Fasilitator : Devin Prihar Ninuk
Observer : Setyawanti
Perlengkapan : Bobby Febri K
Dokumentasi : Masayu Karina A P

VIII. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan melalui :
1) Evaluasi Struktur
a) Alat-alat yang mendukung pelaksanaan penyuluhan simulasi
tersedia dan dapat berfungsi dengan baik dalam proses kegiatan
penyuluhan simulasi
b) Mahasiswa mampu memberikan penyuluhan dan informasi
dalam bentuk simulasi yang dapat dimengerti dan dipahami
oleh peserta

2) Evaluasi Proses
a) Kehadiran peserta saat diadakan penyuluhan dan simulasi dapat
mencapai target yang diinginkan
b) Peserta dapat mengikuti proses simulasi dengan baik dari awal
sampai akhir acara
c) Peserta aktif dalam mengikuti simulasi dengan berperan sesuai
perannya secara aktif
d) Peserta dapat melakukan simulasi dengan baik
3) Evaluasi Hasil
a) Peserta dapat menerapkan bagaimana cara penangggulangan
DBD yang telah disimulasikan
b)Jumlah peserta ditargetkan 20 orang.

11
Lampiran
Materi Penyuluhan Simulasi Penanggulangan DBD di RT

A. Pengertian DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthro podborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
(aedes albopictus dan aedes aegepty).
Demam berdarah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue
yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti.
B. Penyebab dan Cara Penularan
Penyebab DHF adalah Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk
Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty)
Terdapat 3 hal penting dalam penularan, yaitu: manusia, virus & vektor perantara
yaitu nyamuk Aedes Aegypti.
Nyamuk dapat mengandung virus Dengue pada saat menggigit manusia. Sekali
virus masuk dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan
menularkan virus selama hidupnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penularan DBD antara lain:
1. Demam berdarah hanya dapat ditularkan oleh nyamuk penular Demam
Berdarah (Aedes Aegypti).
2. Nyamuk Aedes Aegypti mendapatkan virus Demam Berdarah dari orang yang
didalamnya terdapat virus tersebut. orang ini disebut " Carrier “
3. Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue mungkin sakit demam
berdarah, tapi mungkin juga tidak, yaitu bila orang tersebut bertepatan
memiliki kekebalan terhadap virus tersebut.
4. Sebagai orang yang tidak sakit, ia bisa pergi kemana saja dan menularkan
virus tersebut kepada orang lain.
5. Bila orang yang ditulari virus dengue tidak memiliki kekebalan ( umumnya
anak - anak ) orang itu akan segera menderita demam berdarah.
Berikut hal-hal yang mempengaruhi terserang DBD :

12
1. Kekebalan tubuh
2. Kepadatan vektor nyamuk
3. Perpindahan virus Dengue
4. Keganasan virus Dengue
5. Kondisi geografis
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit DBD sebagai berikut :
1. Mendadak panas tinggi selama 2 sampai 7 hari
2. Tampak lemah dan lesu
3. Sering terasa nyeri di ulu hati
4. Kadang tibul bintik - bintik merah pada kulit. untuk membedakan dengan
bintik merah bekas gigitan nyamuk : renggangkan kulit , bila bintik merah itu
hilang, itu bukan tanda demam berdarah.
5. Bila sudah parah penderita gelisah. tangan dan kakinya dingin dan
berkeringat (pre shock) kematian terjadi dalam 2-3 hari akibat turunya
tekanan darah.
6. Perdarahan berupa:
a) Ptekia (bercak merah pada kulit)
b) Perdarahan gusi
c) Perdarahan saluran pencernaan
7. Hasil pemeriksaan Laboratorium: Trombosit turun (Trombositopenia < 100.000/ul)
D. Pencegahan dan Pemberantasan DBD
1. Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty
dengan cara:
a) Rumah selalu terang (penerangan cukup)
b) Tidak menggantung pakaian di kamar atau ruangan lain
c) Bak atau tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti
airnya minimal 4 hari sekali
d) Kubur barang-barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat
terkumpulnya air hujan

13
e) Tutup tempat penampungan air
2. Pemberantasan penyakit DBD antara lain :
A. Pengelolaan Lingkungan
1. Upaya pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan nyamuk,
sehingga mengurangi kontak dengan manusia dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) atau 3M
2. Sumber utama perkembangbiakan Aedes Aegypti adalah di wadah
penampungan air untuk keperluan rumah tangga, vas bunga, wadah air
di bawah meja, ban mobil bekas,dan sejenisnya merupakan tempat
perkembangbiakan Aedes Aegypti.
B. Perlindungan diri
Dengan pakaian pelindung, obat nyamuk atau repellent yang intinya
mengurangi gigitan nyamuk.
C. Pengendalian biologik
Pengendalian Jentik vektor dengan ikan pemakan jentik (ikan cupang)
D. Pengendalian dengan bahan kimiawi
Dapat dilakukan dengan cara pengasapan terhadap insektisida (Fogging).
Cara ini sebenarnya tdk efektif krn hanya berpengaruh kecil terhadap
nyamuk.
3. Penanganan penderita di rumah
a) Kompres dengan air biasa
b) Pemberian obat penurun panas
c) Makan makanan bergizi
d) Istirahat yang cukup
e) Banyak minum air putih
f) Segera bawa ke pelayanan kesehatan
E. Metode penanggulangan DBD (pemberantatasan sarang nyamuk/ PSN)
Masing-masing metode penanggulangan DBD mempunyai kelebihan dan
kekurangan, akan tetapi dari semua metode yang ada, metode yang paling efektif
dan efisien adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau yang biasa disebut

14
3M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, dan Mengubur
barang bekas). Umumnya PSN disertai dengan abatisasi sehingga disebut 3M Plus
(plus abatisasi).

Metode Efektivitas Efisiensi Keterangan


Fogging atau Untuk mengurangi Tidak efisien
pengasapan populasi vektor (mahal) -
(sesaat)
Abatisasi selektif Efektif jika digunakan Efisien, tergantung Cocok untuk
(dengan larvasida sesuai anjuran. penggunaannya. (1 tempat
misalnya sendok=10 gram penampungan
abate/altosid) untuk 100 L air) yang jarang/sulit
dikuras
Penyuluhan Kurang efisien Cukup efisien -
PSN atau 3M Efektivitas Efisien Paling rasional
(efektif serta
efisien)
Posko DBD Efektif Kurang efisien
(biaya besar)

Penggunaan Bubuk Abate


Takaran : 1 gram / 10 liter air
1 sendok makan ( 10 gram ) untuk 100 liter air.
Cara Penggunaan :
Tempat penampungan air ( bak mandi, tempayan, dll) harus diisi penuh dahulu, baru
ditaburi bubuk Abate.
Banyaknya bubuk Abate disesuaikan dengan volume/isi tempat penampungan
tersebut. Misalnya bak mandi dengan kapasitas volume 200 liter air, maka bubuk
abate yang ditaburkan = 20 gram abate.
Daftar Gambar

15
1. 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, dan Mengubur
barang bekas).

(www.google.com)
2. Pemberian bubuk abate (abatisasi)

(www.google.com)
3. Fogging (pengasapan)

(www.google.com)
4. Juru pemantau jentik (jumantik)

(www.google.com)

16
Sumber:
Agatha. (2009). Field Lab: Pengendalian Penyakit Menular: Demam Berdarah
Dengue di Puskesmas Masaran II Kabupaten Sragen.

Djopie. (2008). Penanggulangan Bemam Berdarah Dengue.


http://www.wonosari.com.title="WONOSARI.COM - Forum Komunitas Online
Gunungkidul" border="0"
dikutip dari : PROYEK PKM PROP.DIY.TH.1998/1999 NO.12/PKM
DIY/VI/1998 . Akses tanggal 20 November 2010. Pukul 10.20 WIB

Kristina. Isminah. Wulandari, Leny. 2004. Demam Berdarah Dengue.


http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm Akses
tanggal 29 September 2010. Pukul 20.00 WIB

2. Skenario
Anak : Setyawanti
Ibu : Reni Dwi Kurnia
Bu RT : Devin Prihar Ninuk
Bu Dokter : Rizki Dwi Fitriana
Mahasiswa : Enny Susilawati
Anggi Setyowati
Ulya Khoirotunnisa’
Bobby Febri K
Peserta penyuluhan : Irma Afifatul Aini
Massayu Karina Anggar P

Skenario
Prolog
Pada musim hujan seperti ini biasanya banyak memnyebabkan penyakit demam
berdarah karena banyak tempat yang tergenang dan menjadi sarang nyamuk.
Marilah kita simak bagaimana tempat tersebut menjadi sarang nyamuk

17
Suatu pagi, seorang mahasiswi bernama Wanti hendak berangkat ke kampus.
di teras rumahnya dia digigit nyamuk Aides Aigepty yang membawa virus DBD.
Wanti : “bu, saya langsung berangkat ya” (sambil memakai sepatu)
Reni : “yaaa” (dari dalam rumah)
Wanti : “aduh, kok banyak nyamuk!” (sambil menepuk tangannya)
“ibuuu, banyak nyamuknya nih, aku gatal-gatal”
Reni : (datang menghampiri) “wah iya, ya sudah nanti ibu bersihkan”
Wanti : “aku berangkat, assalamu alaikum” (sambil mencium tangan ibunya)
Reni : “waalaikum salam, hati-hati”
Beberapa hari kemudian...
Wanti : “ibuuuu, badanku rasanya dingin, pusing bu...” (sambil menggigil
diatas tempat tidur)
Reni : “aduh tapi badanmu panas sekali nak, ini juga kok mucul merah –
merah kenapa ya... bagaimana ini...” (kebingungan) sebentar ibu cari
bantuan dulu...!”
Lalu pergilah bu Reni ke rumah bu RT untuk meminta bantuan...
Reni : “bu RT... bu RT...” (sambil mengetuk-ketuk pintu)
Devin : “ada apa bu? Ayo masu dulu...”
Reni : “nggak usah bu, cepet ikut saya.... Anak saya bu, wanti, badannya
panas sekali tapi dia merasa pusing”
Devin : “ya sudah ayo kesana”

Setelah melihat keadaan Wanti, bu RT mengusulkan supaya cepat dibawa ke


Puskesmas
Rizki : “silakan masuk. Siapa yang sakit, bu?”
Reni : “ini bu dokter, anak saya sudah 2 hari badannya panas kalau malam.
Ini juga mucul merah-merah di tubunya kenapa dok?”
Rizki : “coba lihat tangannya” (mengamati)
“tidur disana ya mbak, biar saya periksa”

18
Beberapa saat kemudian...
Rizki : “menurut hasil pemeriksaan saya, anak ibu menderita DBD. Untung
cepat dibawa kemari, karena penyakit itu sangat berbahaya”
Devin : “iya, dok. Di kawasan tempat tinggal saya sudah ada 2 orang yang
terkena penyakit ini”
Reni : “anak saya tidak apa-apa kan dok??”
Rizki : “tidak usah terlalu khawatir, insya Allah anak ibu tidak apa-apa. Oh
ya, sebaiknya ibu bisa menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal
ibu karena nyamuk suka tempat yang lembab dan kotor.. nah ini
resepnya silakan diambil di loket obat”
Reni : “terima kasih”
Devin : “terima kasih dok...” (sambil bersalaman)
Rizki : “semoga cepat sembuh”

Setelah terdengar ada kejadian DBD, tim mahasiswa keperawatan mendatangi


puskesmas untuk mendata kasus DBD di tempat itu.
Enny : “selamat pagi dok, kami mahasiswa dari keperawatan UNAIR ingin
mengadakan penyuluhan tentang demam berdarah di wilayaah kerja
puskesmas ini. Kira-kira daerah mana dok?”
Rizki : “oh kalau begitu di desa Karang Malang saja, karena ada beberapa
warga yang datang kesini menderita DBD. Nah trus mbak mbak ini
kalau bisa memberikan metode simulasi, mungkin dalam tema 3M
sehingga warga bisa mencegah serangan penyakit ini”
Ulya : “iya dok, baiklah, terima kasih”

Seminar DBD
(slide)
Simulasi jumantik
Anggi : “sebelum melakukan 3M, yang kita lakukan adalah mengadakan
jumantik atau Juru Pemantau Jentik. Tugas jumantik adalah:

19
1. Melihat adanya jentik pada tempat penampungan air atau
tempat yang tergenang air
2. Mengecek kain-kain yang tergantung atau pakaian yang
tergantung di rumah
3. Melihat kolam renang dan kolam ikan apakah terdapat jentik
4. Menyambangi rumah kosong
Alat yang dibutuhkan jumantik adalah senter, lalu matikan lampu
kamar mandi. Kita susuri bak dengan dengan senter apakah terdapat
jentik. Bila didapatkan jentik, kita dapat melaporkan ke kelurahan agar
dilakukan abatesasi.”

Simulasi 3M
Enny : “penanggulangan demam berdarah yaitu dengan 3M plus.
Yang pertama adalah menguras kamar mandi. Tujuannya agar kamar
mandi tidaak ditempati sebagai sarang nyamuk atau jentik-jentik
nyamuk.” (simulasi menguras kamar mandi)
Enny : “selanjutnya adalah program abatesasi. Caranya letakkan abate ke
dalam kain atau kasa, lalu celupkan pada bak mandi. Ukurannya kira-
kira 1 gram abate dalam 10 L air.” (simulasi pemberian abate)
Enny : “3M yang kedua yaitu menutup tempat penampungan air yang terbu-
ka” (simulasi menutup tong air)
Anggi : “3M yang ketiga adalah mengubur kaleng bekas atau plastik-plastik.
Tujuannya agar tidak dipakai sarang nyamuk. (simulasi mengubur
kaleng bekas dan plastik)

Evaluasi acara seminar dan simulasi


Anggi : “nah, ibu-ibu... itu tadi adalah simulasi tentang 3M plus. Ada yang
ditanyakan?”
Peserta : “tidaaak”
Anggi : “baiklah kalau begitu saya yang akan tanya. Siapa yang tau tanda dan

20
gejala terkena demam berdarah?”
Irma : “saya mbak. Gejalanya panas, pusing, keluar bintik-bintik merah”
Anggi : “benar. Lalu bagaimana cara mencegah demam berdarah?”
Massayu: “dengan cara 3M plus. Yaitu menguras kamar mandi, menutup tempat
penampungan air, mengubur kaleng bekas dan abatesasi”
Anggi : “sepertinya semua sudah memahami dan mengetahui tentang demam
berdarah dan cara pencegahannya. Marilah kita bersama-sama menjaga
lingkungan tetap bersih agar tidak dipakai sebagai sarang nyamuk. Terima kasih
atas partisipasi ibu-ibu sekalian. Semoga bermanfaat”
Selesai

21
Daftar pustaka

Nursalam dan Ferry Efendi, (2008). Pendidikan dalam Keperawatan, Jakarta:


Salemba Medika. Hal.112, 113
Makhfudli, dan Ferry Efendi, (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. Hal.108
Dharma, Surya.(2008). Strategi pembelajaran dan Pemilihannya.
www.scribd.com/.../14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-Dan-Pemilihannya
Akses tanggal 10 desember 2010 pukul 08:15 WIB

22

Anda mungkin juga menyukai