Anda di halaman 1dari 15

c c

   


 c  

Tingkat pengangguran merupakan salah satu indikator kesehatan ekonomi


sebuah negara, selain tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Saat ini,
pengangguran tidak hanya menjadi masalah negara-negara berkembang saja tetapi
menjadi salah satu isu penting yang menjadi keprihatinan dunia. Tingginya
tingkat penggangguran dunia menjadi isu yang dapat membahayakan proses
pemulihan ekonomi. Bila pengangguran tidak segera diatasi akan menimbulkan
masalah. Berdasarkan hukum Okun, kanaikan pengangguran akan menurunkan
Produk Domestik Bruto (PDB) riil.

Sejak akhir tahun 1997, Indonesia mengalami kriris ekonomi. Krisis ini
mengalami puncaknya pada tahun 1998 dan telah membawa dampak yang besarr
tehadap ketenagakerjaan. Jumlah pengangguran semakin membengkak karena
banyaknya PHK serta jatuhnya upah riil. Pengangguran terselubung semakin
banyak karena jumlah jam kerja kurang sehingga penghasilannya kurang.
Akibatnya kesejahteraan mereka pun menjadi berkurang. Demikian juga
pengangguran dari angkatan kerja baru yang kehilangan kesempatan untuk masuk
pasar kerja akibat pertumbuhan ekonomi yang minus.

Menurut Simanjuntak (2004) dalam Ade Mulyani (2010), masalah


ketenagakerjaan memang sangat luas dan kompleks. Sebelum krisis ekonomi,
Indonesia sudah tergolong negara bermasalah dengan ketenagakerjaan karena
tingginya pertumbuhan penduduk. Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia tidak
seimbang dengan pertambahan jumlah angkatan kerja sehingga berdampak pada
tingginya angka pengangguran. Sedangkan menurut Gustav F. Papanek, Presiden
Boston Institute for Developing Economies, pengangguran merupakan masalah
ekonomi terbesar di Indonesia. Dikhawatirkan akan timbul pertumbuhan tanpa
pekerjaan. Setelah krisis ekonomi tahun 1998, terdapat 22 juta pengangguran.
Papanek menghitung, hanya 5,5 juta yang telah mendapat pekerjaan tetap.
Sementara itu, 3,5 juta orang mencari pekerjaan di luar negeri, sebagian besar
berprofesi sebagai pembantu rumah tangga dan 4 juta lainnya mengganggur.
Sisanya bekerja tidak tetap atau work in income sharing (pekerjaan berbagi
penghasilan).

Banten merupakan salah satu provinsi muda di Indonesia yang juga


memiliki masalah pengangguran. Provinsi ini terbilang masih muda umurnya
karena baru berdiri pada tahun 2000. Provinsi Banten terbentuk dari pemisahan
provinsi lain. Berdasarkan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000,
Banten dipisahkan dari provinsi asalnya Jawa Barat. Sebuah provinsi seharusnya
telah memilki kemandirian untuk membiayai kebutuhannya sendiri termasuk
mampu menciptakan sumber ekonomi yang bisa membiayai seluruh kebutuhan
penduduk maupun pemerintah provinsi, salah satunya dengan tersedianya
lapangan pekerjaan. Sehingga provinsi tersebut diharapkan mampu mandiri.
Apalagi sebagai sebuah provinsi baru, dimana negara sudah percaya pada
kemampuan daerah tersebut untuk bisa hidup mandiri sehingga bisa lepas dari
pemerintahan provinsi asalnya, seperti Provinsi Banten. Tetapi, pada
kenyataannya provinsi ini memiliki masalah yang cukup pelik terkait jumlah
penggangguran yang tinggi. Berdasarkan data statistik, diketahui bahwa pada
tahun 2009 Banten memiliki angka pengangguran terbuka tertinggi keempat di
Indonesia setelah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Berikut
tabel mengenai tingkat pengangguran terbuka di Indonesia menurut provinsi:
Banten yang beribukota di Kota Serang, memiliki luas wilayah 9.160,70
km2 yang terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten, 154 kecamatan, 262 kelurahan, dan
1.273 desa. Wilayahnya terkecil nomor lima di Indonesia setelah provinsi DKI
Jakarta, DI Yogyakarta, Bali, dan Kepulauan Riau. Luas ini terbilang cukup kecil
untuk sebuah provinsi di Indonesia yang memiliki sebagian besar memiliki luas
puluhan hingga ratusan ribu km2. Fakta ini lantas menimbulkan pkekhawatiran
sebab luas wilayahnya kecil tetapi jumlah pengangurannya tinggi. Seperti pada
tabel diatas pada tahun 2009 jumlah pengangguran di provinsi Banten mencapai
angka 652.462 ribu jiwa. Dengan luas wilayah yang ada yakni sebesar 9.662,92
km2 maka dapat dihitung bahwa terdapat 67,5222 pengangguran tiap km2 di
wilayah Banten. Angka ini ternyata lebih besar dibandingkan provinsi-provinsi
lain yang memiliki angka pengangguran jauh lebih tinggi seperti Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Jawa Barat memiliki luas wilayah 35.377,76 km2 dan
angka pengangguran sebesar 2.079.830 sehingga terdapat 58,7892 pengangguran
tiap km2. Jawa Tengah memiliki luas wilayah 32.800,69 km2 dan angka
pengangguran sebesar 1.252.267 maka terdapat 38,1781 pengangguran tiap km2.
Sedangkan Jawa Timur memiliki luas wilayah 47.799,75 km2 dan angka
pengangguran sebesar 1.033.512 sehingga terdapat 21,6217 pengangguran tiap
km2.

Dari persentase tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut provinsi


tahun 2008-2009 tiingkat pengangguran di provinsi Banten ternyata menempati
posisi tertinggi yakni sebesar 15,18 % pada tahun 2008 dan 14,97 % pada tahun
2009. Artinya dari 100 orang di provinsi Banten terdapat 15,18 orang yang
menggangur pada tahun 2008 dan 14,97 orang yang menggangur pada tahun
2009. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata TPT di Indonesia sebesar
8,39 % pada tahun 2008 dan 7,87 % pada tahun 2009. Bahkan angka tersebut
hampir dua kali lebih besar dari rata-rata angka TPT Indonesia. Angka TPT
Banten lebih besar dibanding provinsi yang memiliki jumlah angka pengangguran
lebih besar dari provinsi Banten yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Fakta tersebut mengindikasikan bahwa meskipun secara agregat jumlah
pengangguran di Jawa Barat, Jawa tengah, dan Jawa Timur lebih besar daripada
Banten tetapi secara riil pengangguran di Banten lebih tinggi karena disesuaikan
dengan luas wilayah dan jumlah penduduk di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur yang lebih besar dibanding Banten.

Secara ekonomi Banten memiliki potensi yang cukup besar. Beberapa


tempat penting sebagai sumber ekonomi terletak disana seperti Bandara Udara
Internasional Soekarno Hatta yang merupakan gerbang masuknya barang dan
penumpang ke Indonesia, Pelabuhan Merak di Selat Sunda yang merupakan jalur
lalu lintas strategis yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatra serta
menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara, dan
beberapa Stasiun Kereta Api yang menghubungkan berbagai provinsi di Pulau
Jawa. Banten juga memiliki kawasan wisata yang sudah terkenal di tingkat
nasional maupun internasional seperti Taman Nasional Ujung Kulaon, dan
Gunung Krakatau. Dan yang tak kalah penting adalah Banten memiliki kawasan
yang merupakan penyangga bagi Jakarta yaitu Kota Tangerang dan Kabupaten
Tangerang yang sekaligus merupakan kawasan industri di Indonesia. Berbagai
potensi ekonomi tersebut seharusnya dapat menciptakan berbagai lapangan
pekerjaan yang secara langsung dapat menurunkan angka pengangguran di
Banten. Tetapi, pada kenyataan hingga saat ini angka pengangguran di Banten
masih cukup tinggi.

    c     


Sebagai provinsi baru, seharusnya Banten dipandang telah dapat mandiri.
Tetapi, pada kenyataan tingkat penganggurannya masih cukup tinggi. Luas
wilayah dan dan jumlah penduduk di provinsi relatif lebih kecil dibanding
provinsi-provinsi lainnya tetapi justru tingkat penganggurannya (TPT) tertinggi di
Indonesia. Lebih tinggi dibanding provinsi-provinsi yang secara agregat memiliki
jumlah pengangguran lebih besar seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Timur.
Selain itu, potensi ekonomi yang terdapat di provinsi Banten cukup besar.
Disana terdapat tempat-tempat dapat menjadi penyangga perekonomian tidak
hanya bagi Banten saja tetapi bahkan bagi ibukota Indonesia, Jakarta dan secara
tidak langsung juga bagi Indonesia. Potensi-potensi tersebut seharusnya dapat
menjadi sumber ekonomi dan lapanga pekerjaan di provinsi Banten. tetapi, pada
kenyataan pengangguran lebih banyak terdapat di Banten bukan di provinsi lain
yang secara langsung maupun tidak tergantung pada pusat-pusat ekonomi di
Banten.
Fenomena-fenomena tersebut menarik untuk diteliti mengenai faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di provinsi
Banten. Dalam penelitian ini, tingkat pengangguran diteliti dari beberapa variabel
yaitu demografi, migras, pendidikan, upah, dan kesempatan kerja pada tahun
2011.


   
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui gambaran umum serta besarnya angka pengangguran di provinsi
Banten.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di
provinsi Banten.
3. Mengetahui faktor-faktor yang potensial berpartisipasi secara dominan
terhadap tingkat pengangguran di provinsi Banten.

   
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
bahan masukan bagi instansi-instansi terkait dalam rangka menetapkan
kebijaksanaan di bidang ketenagakerjaan. Penelitian ini juga dapat sebagai bahan
masukan bagi semua pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.

      


Penulisan ini disusun berdasarkan sistematika yang disajikan dalam lima
bab yang saling berhubungan dimana penjelasan singkat mengenai bab-bab
tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi dan batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka, kajian teori, kerangka pikir,
definisi peubah operasional, dan hipotesis statistik.
BAB III METODOLOGI
Bab ini berisi tentang prosedur pengumpulan data dan metode analisis
yang digunakan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisis tentang uraian secara rinci dan interpretasi hasil
perhitungan dan hasil analisis yang dilakukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini tentang kesimpulan yang diperoleh penulis dan beberapa saran
yang diajukan penulis untuk bahan pertimbangan dalam rangka
pengambilan keputusan terhadap masalah yang diteliti.












c c
   


    

2.1.1 Pengangguran

Definisi Pengangguran

Pengangguran adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah


angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan. Sedangkan orang yang
menganggur dapat didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja dan yang
secara aktif mencari pekerjaan selama empat minggu sebelumnya, sedang
menunggu panggilan kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan
atau sedang menunggu untuk melapor atas pekerjaan yang baru dalam waktu
empat minggu(Mulyadi Subri, 2003)

.Menurut konsep ILO , penganggur terbuka atau dikenal dengan istilah


penganggguran didefinisikan sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja
atau tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran mencakup :
1. Mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan mencari pekerjaan.
2. Mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan mempersiapkan usaha.
3. Mereka yanng tidak mempunyai pekejaan dan tidak mencari pekerjaan,
karena merasa tidak mngkin mendapatkan pekerjaan.
4. Mereka yang sudah mempunyai pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

Klasifikasi Pengangguran
Pengangguran dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara
misalnya menurut wilayah geografis, jenis pekerjaan dan alasan mengapa
orang tersebut menganggur. Berikut jenis pengangguran menurut sifat dan
penyebabnya :
a. Pengangguran Friksional
Adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer
dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada.
Kesulitan temporer ini dapat berbentuk waktu proses seleksi pekerjaan,
faktor jarak serta kurangnya informasi. Pengangguran friksional dapat pula
terjadi karena kurangnya mobilitas pencari kerja dan pencari kerja tidak
mengetahui dimana adanya lowongan pekerjaan. Secara teoritis jangka
waktu pengangguran tersebut dapat di persingkat melalui penyediaan
informasi pasar kerja yang lebih lengkap. (Payaman J. Simanjuntak, 2001).
b. Pengangguran Struktural
Adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan dalam stuktur
atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur yang demikian
memerlukan perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan
sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan
ketrampilan baru tersebut. Penganggur sebagai akibat perubahan struktur
perekonomian pada dasarnya memerlukan tambahan latihan untuk
memperoleh ketrampilan baru yang sesuai dengan permintaan dan
teknologi baru. (Payaman J. Simanjuntak, 2001 ).
c. Pengangguran Siklis
Pengangguran Siklis terjadi karena kurangnya permintaan timbul
apabila pada tingkat upah dan harga yang berlaku, tingkat permintaan
tenaga kerja secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan
jumlah pekerja yang menawarkan tenaganya (Payaman J. Simanjuntak,
2001).
d. Pengangguran Terpaksa dan Pengangguran Sukarela
Pada tingkat keseimbangan yang diciptakan oleh pasar kompetitif,
perusahaan-perusahaan akan mau memperkerjakan semua pekerja yang
memenuhi kualifikasi dan mau bekerja pada tingkat upah yang berlaku.
Pengangguran yang terjadi kalau ada pekerjaan yang tersedia, tetapi orang
yang menganggur tidak bersedia menerimanya pada tingkat upah yang
berlaku untuk pekerjaan tersebut disebut pengangguran sukarela (Payaman
J.Simanjuntak, 2001).
e. Pengangguran Musiman
Adalah pengangguran yang terjadi karena pergantian musim.
Pengangguran musiman bersifat sementara saja dan berlaku dalam waktu-
waktu tertentu.( Payaman J. Simanjuntak, 2001).

2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran

1. Demografi
Demografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tinggiya angka pengangguran. Hal ini disebabkan, karena demografi
mencakup umur, jenis kelamin dan status perkawinan.
1.a Umur
Menurut konsep BPS, penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur
15 ± 64 tahun. Penduduk usia kerja dibedakan menjadi dua kelompok
berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya, yaitu:
1.a.1 Angkatan kerja
Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk
usia kerja( 15-64 tahun) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun
sementara tidak bekerja dan pengangguran.
1.a.2 Bukan Angkatan Kerja
Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah
penduduk usia kerja (15-64 tahun) yang masih sekolah, mengurus
rumah tangga atau melaksanakn kegiatan lainnya selain kegiatan
pribadi.
1.b Jenis Kelamin
1.c Status Perkawinan
Status Perkawinan dibedakan menjadi:
1.c.1 Belum Kawin
1.c.2 Kawin
Kawin adalah status dari mereka yang terikat dalam
perkawinan pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun
terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah, secara
hukum (adat, agama,negara dan sebagainya) tetapi juga mereka
yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap
sebagai suami istri.
1.c.3 Cerai Hidup
Cerai hidup adalah status dari mereka yang hidup berpisah
sebagai suami istri karena bercerai dan belum kawin lagi.
1.c.4 Cerai Mati
Cerai mati adalah status dari mereka yang suami/istrinya
telah meninggal dunia dan belum kawin lagi.
2. Upah
Menurut konsep BPS upah atau gaji bersih adalah imbalan yang
diterima selama sebulan oleh buruh atau karyawan baik berupa uang atau
barang yang dibayarkan perusahaan / kantor / majikan. Imbalan daam
bentuk barang dinilai dengan harga setempat. Upah atau geji bersih yang
dimaksud tersebut adalah setelah dikurangi dengan potongan-potongan
iuran wajib, pajak penghasilan dan sebagainya.
3. Status Pendidikan
Menurut konsep BPS Tingkat Pendidikan Tertinggi atau disingkat
untuk TPT adalah persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah
ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah
ditamatkan. Tamat adalah selesai mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi
suatu sekolah sampai akhir dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah.
Seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi, tetapi ia
mengikuti ujian dan lulus, dianggap ³tamat´. Dalam SUPAS 2005,
pendidikan yang ditamatkan dibagi menjadi 9 golongan yaitu: 1. Tidak
punya 2. Sekolah Dasar (SD)/MI/Sederajat 3. Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP)/MTs/Sederajat/Kejuruan 4. Sekolah Menengah Umum
(SMU)/MA/Sederajat 5. Sekolah Menengah Kejuruan 6. Diploma I/II 7.
Diploma III/Sarjana Muda 8. Diploma IV/S1 9. S2 dan S3
4. Migrasi
Menurut konsep BPS migrasi adalah perpindahan penduduk
dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati
batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi
internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai
perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke
daerah (negara) lain.
Informasi yang didapatkan dari migrasi adalah:
4.1 Tempat Lahir
Tempat lahir responden adalah propinsi dan kabupaten/kota tempat
tinggal ibu responden pada saat melahirkan responden.
4.2 Tempat Tinggal Terakhir
Tempat tinggal terakhir adalah propinsi dan kabupaten / kota
tempat tinggal terakhir sebelum responden tinggal di propinsi dan
kabupaten/kota tempat tinggal sekarang.
4.3 Tempat Tinggal 5 Tahun yang Lalu
Tempat tinggal 5 tahun yang lalu adalah propinsi dan
kabupaten/kota tempat tinggal responden 5 tahun yang lalu atau tempat
tinggal responden pada saat survei.
5. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja
dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja
harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan
kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau
keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga
semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi
dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan
bakatnya.
 !  "

Menurut para pakar pembangunan ekonomi, salah satu gejala


pembangunan ekonomi yang pesat seperti negara berkembang yang lebih
mengutamakan proses industrialisasi yang pesat khususnya industrialisasi yang
padat modal, adalah terjadinya peningkatan pengangguran, terutama di daerah
perkotaan yang merupakan pusat sebagian besar industri yang baru didirikan,
seperti yang terjadi di Provinsi Banten. Masalah pengangguran terbuka pada
umumnya adalah ciri khas dari angkatan kerja di daerah perkotaan. Pengangguran
banyak dicirikan oleh perempuan, berusia muda, berpendidikan relatif tinggi, dan
baru pertama kali mencari pekerjaan.

Pengangguran atau Tuna Karya - yang dikutip dari Wikipedia edisi Bahasa
Indonesia di http://id.wikipedia.org/wiki/ - pengangguran adalah istilah untuk
orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan. Pengangguran umumnya terjadi karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.

Konsep dan definisi yang digunakan dalam survei mengacu pada konsep
BPS dan Ê  Hal ini bertujuan agar indikator ketenagakerjaan Provinsi Banten
bersifat nasional sehingga dapat dibandingkan dengan provinsi lain. Menurut
BPS, mereka yang sudah diterima bekerja tetapi selama seminggu yang lalu
belum mulai bekerja dikategorikan sebagai pengangguran (sesuai konsep Ê 
pada buku  Ê   

    
 hal. 97). Menurut konsep
ILO, penganggur terbuka atau dikenal dengan istilah pengangguran didefinisikan
sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan.
Pengangguran ini mencakup : (1) penduduk yang mencari pekerjaan; (2)
penduduk yang mempersiapkan usaha; (3) penduduk yang tidak mencari
pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa); dan
(4) penduduk yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.
Definisi standar untuk penganggur adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan, bersedia untuk bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. Sedangkan,
mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat
pencacahan orang tersebut sedang mencari pekerjaan, misalnya : orang yang
belum pernah bekerja tetapi sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau orang
yang sudah pernah bekerja tetapi karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan
dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan
lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada
di Provinsi Banten menjadi semakin serius. Batas bawah usia kerja yang
digunakan dalam survei ini adalah 15 tahun dan batas atas usia kerja adalah 64
tahun. Penduduk yang dibatasi dengan batas-batas usia kerja ini disebut penduduk
usia kerja.

Menurut konsep BPS dan Ê , penduduk usia kerja dibedakan


berdasarkan kegiatan utamanya, yaitu Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan
Kerja. Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, punya pekerjaan
tetapi sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Sedangkan Bukan Angkatan
Kerja adalah penduduk usia kerja yang hanya bersekolah, mengurus rumah tangga
atau melaksanakan kegiatan lainnya.

Dalam survei ini, analisis pengangguran terutama berkaitan dengan faktor-


faktor penyebab tingginya angka pengangguran di Provinsi Banten yaitu
demografi, migrasi, upah, pendidikan, dan kesempatan kerja sehingga dapat
diperoleh informasi penduduk usia keja berdasarkan kegiatan utama yang
dilakukan (angkatan kerja dan bukan angkatan kerja), pengangguran
kabupaten/kota di Provinsi Banten menurut kategori (mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, putus asa, mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai
bekerja), jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan tertinggi yang ditamatkan,
migrasi, puas/tidak puas terhadap upah yang diterima sebelumnya dan kecocokan
dengan kesempatan kerja.
u  
 

Dalam penelitian ini tingkat pengangguran di provinsi Banten ditetapkan


sebagai variabel tak bebas. Sedangkan variabel bebas yang diperkirakan akan
mempengaruhi tingkat pengangguran di provinsi Banten terdiri dari demografi
migrasi pendidikan, upah, dan kesempatan kerja.

Gambar 1. Kerangka Pikir

u  #      

Berdasarkan latar belakang dan teori teori yang telah diuraikan, maka
hipotesis penelitian yang pada penelitian ini adalah bahwa demografi, migrasi,
pendidikan, upah, dan kesempatan kerja berpengaruh terhadap tingkat
pengangguran di provinsi Banten.

Anda mungkin juga menyukai