Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN GIBAH

Oleh: IBNU SAHUDIN

Ghibah adl penyakit hati yg memakan kebaikan mendatangkan keburukan serta


membuang-buang waktu secara sia-sia. Penyakit ini meluas di masyarakat krn kurangnya
pemahaman agama kehidupan yg semakin mudah dan banyaknya waktu luang. Kemajuan
teknologi telepon misalnya juga turut menyebarkan penyakit masyarakat ini. Hakekat
Ghibah Ghibah adl membicarakan orang lain dgn hal yg tidak disenanginya bila ia
mengetahuinya baik yg disebut-sebut itu kekurangan yg ada pada badan nasab tabiat
ucapan maupun agama hingga pada pakaian rumah atau harta miliknya yg lain. Menyebut
kekurangannya yg ada pada badan seperti mengatakan ia pendek hitam kurus dan lain
sebagainya. Atau pada agamanya seperti mengatakan ia pembohong fasik munafik dan
lain-lain. Kadang orang tidak sadar ia telah melakukan ghibah dan saat diperingatkan ia
menjawab “Yang saya katakan ini benar adanya!” Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam dgn tegas menyatakan perbuatan tersebut adl ghibah. Ketika ditanyakan
kepada beliau bagaimana bila yg disebut-sebut itu memang benar adanya pada orang yg
sedang digunjing-kan beliau menjawab “Jika yg engkau gunjingkan benar adanya pada
orang tersebut maka engkau telah melakukan ghibah dan jika yg engkau sebut tidak ada
pada orang yg engkau sebut maka engkau telah melakukan dusta atasnya.” Ghibah tidak
terbatas dgn lisan saja namun juga bisa terjadi dgn tulisan atau isyarat seperti kerdipan
mata gerakan tangan cibiran bibir dan sebagainya. Sebab intinya adl memberitahukan
kekurangan seseorang kepada orang lain. Suatu ketika ada seorang wanita datang kepada
‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Ketika wanita itu sudah pergi ‘Aisyah mengisyaratkan dgn
tangannya yg menunjukkan bahwa wanita itu berbadan pendek. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam lantas bersabda “Engkau telah melakukan ghibah!” Semisal dgn ini adl
gerakan memperagakan orang lain seperti menirukan cara jalan seseorang cara
berbicaranya dan lain-lain. Bahkan yg demikian ini lbh parah daripada ghibah krn di
samping mengandung unsur memberitahu kekurangan orang juga mengandung tujuan
mengejek atau meremehkan. Tak kalah meluasnya adl ghibah dgn tulisan krn tulisan adl
lisan kedua. Media massa sudah tidak segan dan malu-malu lagi membuka aib seseorang
yg paling rahasia sekalipun. Yang terjadi kemudian sensor perasaan malu masyarakat
menurun sampai pada tingkat yg paling rendah. Aib tidak lagi dirasakan sebagai aib yg
seharusnya ditutupi perbuatan dosa menjadi makanan sehari-hari. Macam dan Bentuk
Ghibah Ghibah mempunyai berbagai macam dan bentuk yg paling buruk adl ghibah yg
disertai dgn riya’ seperti mengatakan “Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan yg
tidak tahu malu semacam ini semoga Allah menjagaku dari perbuatan itu.” padahal
maksudnya mengungkapkan ketidaksenangannya kepada orang lain namun ia
menggunakan ungkapan doa utk mengutarakan maksudnya. Kadang orang melakukan
ghibah dgn cara pujian seperti mengatakan “Betapa baik orang itu tidak pernah
meninggalkan kewajibannya namun sayang ia mempunyai perangai seperti yg banyak
kita miliki kurang sabar.” Ia menyebut juga dirinya dgn maksud mencela orang lain dan
mengisyaratkan dirinya termasuk golongan orang-orang shalih yg selalu menjaga diri dari
ghibah. Bentuk ghibah yg lain misalnya mengucapkan “Saya kasihan terhadap teman
kita yg selalu diremehkan ini. Saya berdoa kepada Allah agar dia tidak lagi
diremehkan.” Ucapan semacam ini bukanlah doa krn jika ia menginginkan doa untuknya
tentu ia akan mendoakannya dalam kesendiriannya dan tidak menguta-rakannya
semacam itu. Ghibah yg Diperbolehkan Tidak semua jenis ghibah dilarang dalam agama.
Ada beberapa jenis ghibah yg diperbolehkan yaitu yg dimaksudkan utk mencapai tujuan
yg benar dan tidak mungkin tercapai kecuali dgn ghibah. Setidaknya ada enam jenis
ghibah yg diperbolehkan Pertama Melaporkan perbuatan aniaya. Orang yg teraniaya
boleh mela-porkan kepada hakim dgn mengatakan ia telah dianiaya oleh seseorang. Pada
dasarnya ini adl perbuatan ghibah namun krn dimaksudkan utk tujuan yg benar maka hal
ini diperbolehkan dalam agama. Kedua Usaha utk mengubah kemungkaran dan
membantu seseorang keluar dari perbuatan maksiat seperti mengutarakan kepada orang
yg mem-punyai kekuasaan utk mengubah kemungkaran “Si Fulan telah berbuat tidak
benar cegahlah dia!” Maksudnya adl meminta orang lain utk mengubah kemungkaran.
Jika tidak bermaksud demikian maka ucapan tadi adl ghibah yg diharamkan. Ketiga
Untuk tujuan meminta nasehat. Misalnya dgn mengucapkan “Ayah saya telah berbuat
begini kepada saya apakah perbuatannya itu diperbolehkan? Bagaimana caranya agar
saya tidak diperlakukan demikian lagi? Bagaimana cara mendapatkan hak saya?”
Ungkapan demikian ini diperbolehkan. Tapi lbh selamat bila ia mengutarakannya dgn
ungkapan misalnya “Bagaimana hukum-nya bila ada seseorang yg berbuat begini kepada
anaknya apakah hal itu diperboleh-kan?” Ungkapan semacam ini lbh selamat krn tidak
menyebut orang tertentu. Keempat Untuk memperingatkan atau menasehati kaum
muslimin . Contoh dalam hal ini adl jarh yg dilakukan para ulama hadits. Hal ini diper-
bolehkan menurut ijma’ ulama bahkan menjadi wajib krn mengandung masla-hat utk
umat Islam. Kelima Bila seseorang berterus terang dgn menunjukkan kefasikan dan
kebid’ahan seperti minum arak berjudi dan lain sebagainya maka boleh menyebut
seseorang tersebut dgn sifat yg dimaksudkan namun ia tidak boleh menyebutkan aib-
aibnya yg lain. Keenam Untuk memberi penjelasan dgn suatu sebutan yg telah masyhur
pada diri seseorang. Seperti menyebut dgn sebutan si bisu si pincang dan lainnya. Namun
hal ini tidak diperbolehkan bila dimaksudkan utk menunjukkan kekurangan seseorang.
Tapi alangkah baiknya bila memanggilnya dgn julukan yg ia senangi. Taubat dari Ghibah
Menurut ijma’ ulama ghibah termasuk dosa besar. Pada dasarnya orang yg melakukan
ghibah telah melakukan dua kejahatan; kejahatan terhadap Allah Ta’ala krn melakukan
perbuatan yg jelas dilarang olehNya dan kejahatan terhadap hak manusia. Maka langkah
pertama yg harus diambil utk menghindari maksiat ini adl dgn taubat yg mencakup tiga
syaratnya yaitu meninggalkan perbuatan maksiat tersebut menyesali perbuatan yg telah
dilakukan dan berjanji utk tidak melakukannya lagi. Selanjutnya harus diikuti dgn
langkah kedua utk menebus kejahatannya atas hak manusia yaitu dgn mendatangi orang
yg digunjingkannya kemudian minta maaf atas perbuatannya dan menunjuk-kan
penyesalannya. Ini dilakukan bila orang yg dibicarakannya mengetahui bahwa ia telah
dibicarakan. Namun apabila ia belum mengetahuinya maka bagi yg melakukan ghibah
atasnya hendaknya mendoakannya dgn kebaikan dan berjanji pada dirinya sendiri utk
tidak mengulanginya. Kiat Menghindari Ghibah Untuk mengobati kebiasaan ghibah yg
merupakan penyakit yg sulit dideteksi dan sulit diobati ini ada beberapa kiat yg bisa kita
lakukan.
MATAN KEYAKINAN DAN CITA - CITA HIDUP
MUHAMMADIYAH
Selasa, Januari 26, 2010 | Diposkan oleh IMM FARMASI UAD | Edit Entri
1.   Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja
untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk
malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka
bumi.
2.   Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan
kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai
kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada
umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan
spritual, duniawi dan ukhrawi.
3.   Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a.    Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
b.   Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang diberikan
oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam. 
4.  Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang:
a.    'Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari
gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut ajaran Islam.
b.    Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan
berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi
kepada nilai-nilai ciptaan manusia
c.    Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah
SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
d.   Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan
dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi
semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT. 
5.   Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat
karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan,
kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu
negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:
"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"
 
SUMBER :
(Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo)
Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah:
1. Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai