Anda di halaman 1dari 9

c  


  - Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai fakta dan
opini. Dalam dunia informasi sekarang, sering kita dibingungkan apakah suatu berita itu
suatu fakta atau hanya sekedar opini. Sering kali suatu opini diyakini sebagai fakta. Untuk
mengetahui perbedaan antara fakta dan opini, perhatikan beberapa kalimat yang terdapat
kalimat di bawah!

1. Ny. Imin adalah bagian dari warga miskin yang berjumlah 1.031.600 jiwa dari 4 juta
penduduk NTB
2. Gambaran kemiskinan ini kian lengkap dilihat dari rumahnya yang berukuran 8X4 meter.
3. ³Kalau hujan kami tidur sambil duduk, tidak bisa menggelar tikar karena atap rumah
bocor,´ ungkap Ny. Imin.
4. Data kuantitatif itu agaknya tidak nyambung dengan kenyataan hidup Ny. Musniah warga
Dusun Datar, Lombok Barat maupun Ny. Raidah warga Dusun Karang Bucu, Desa Bagek
Polak, Lombok Barat.
5. Nasib yang harus dihadapi Ny. Imin, Ny. Musniah, Ny. Raidah, dan lainnya,hendaknya
mampu menggunggah pemerintah dan semua kalangan untuk mengatasi kemiskinan
struktural warga pedesaan di NTB.
6. Tak cukup hanya membuat argumentasi lewat angkaangka, yang tak mampu
menyelesaikan persolan.

Kalimat 1,2, dan 3 termasuk kalimat fakta, sedangkan kalimat 4, 5, dan 6 termasuk kalimat
opini atau pendapat. Kata-kata yang bercetak tebal merupakan ciri dari jenis kalimat tersebut.

Kalimat opini dibedakan menjadi kalimat opini perorangan dan opini umum. Untuk dapat
membedakannya, perhatikan kalimat berikut:

1. Menurut para ahli, penduduk Indonesia pada tahun 2010 akan mencapai 300 juta. (Opini
perorangan)
2. Menghisap rokok secara berlebihan akan merugikan diri sendiri dan orang lain yang berada
di dekatnya. (Opini umum)
FAKTA DAN OPINI
Pengertian Fakta dan Opini
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
fak·tan hal (keadaan, peristiwa) yg merupakan kenyataan; sesuatu yg benar-benar ada atau
terjadi;
opi·nin pendapat; pikiran; pendirian;
Berdasarkan sumber lain
sFaktaadalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang benar dan bisa

dibuktikan. Termasuk di dalamnya ucapan pendapat atau penilaian orang atas sesuatu. Dalam
kode
etik jurnalistik, pasal 3 ayat (30) dijelaskan antara lain,
³«di dalam menyusun suatu berita, wartawan Indonesia harus membedakan
antara kejadian (fact) dan pendapat (opini) sehingga tidak mencampuradukkan
yang satu dengan yang lain untuk mencegah penyiaran berita-berita yang
diputarbalikkan atau dibubuhi secara tidak wajar.´
Pendapat juga disebut opini. Dikenal public opinion atau pendapat umum

dan general opinion atau anggapan umum. Opini merupakan persatuan (sintesis)
pendapat-pendapat yang banyak; sedikit banyak harus didukung orang banyak
baik setuju atau tidak setuju; ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi; dapat
berubah; dan timbul melalui diskusi sosial.

Membedakan Fakta dan Opini


Kata Kunci :
Fakta biasanya ditandai oleh hadirnya data berupa angka.
Opini ditandai dengankata-kata yang bersifat subyektif, misalnya sangat, semakin, dapat,
mungkin.
Karakteristik lainnya adalah mengandung bentuk-bentuk kata sifat: baik, buruk, mudah,
sukar; dan
diawali kata menurut« (yang merupakan pernyataan seseorang )
Fakta dan Opini dalam Soal
Tips singkat menjawab soal

Dalam soal, kalimat fakta dan opini biasanya dihadirkan berdampingan. Untuk fakta, carilah
kalimat
yang berisi hal-hal yang benar-benar terjadi atau telah terjadi (terlihat dari data-data akurat
yang
diberikan ).

CONTOH SOAL 1

Gubernur Jawa Barat H. Danny Setiawan menyampaikan itu pada peringatan Hari Pahlawan
yang
digelar di lapangan Gedung Sate, Jl.Diponegoro Bandung, Senin (12/11) ´Bangsa Indonesia
termasuk
didalamnya masyarakat Jabar, akan tetap hidup dan berdiri tegak bila memiliki semangat
nasionalisme
tersebut,´ katanya.

Fakta yang terdapat dalam tajuk di atas adalah«


A. Menurut H.Danny Setiawan bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya masyarakat Jabar,
akan tetap
hidup dan berdiri tegak bila memiliki semangat nasionalisme.
B. Semangat kebersamaan itu diharapkan untuk diperlihatkan masyarakat dengan ³hitung-
hitungan³

perannya masing-masing

C. Esensi kepahlawanan bisa direfleksikan dalam setiap upaya pembangunan masyarakat di

Jabar.
D. Peringatan Hari Pahlawan yang digelardi lapangan gedung Sate, Jl.Diponegoro Bandung,

Senin

(12/ 11).
PEMBAHASAN
Konsep dasar
Fakta adalah sesuatu yang benar-benar terjadi atau hal yang diungkapkan berdasarkan suatu
bukti
nyata (realita). Sesuai dengan kata kunci di atas, kata menurut
(opsiA), kata diharapkan (opsiB), dan kata bisa (opsi C) menunjukkan sebuah opini
(persepsi), bukan
fakta.
Cara Cepat
Dalam opsi (D) dimuat data berupa tempat dan tanggal terjadinya sebuah peristiwa. Hal ini
tentu
merupakan bukti atas sesuatu yang benar-benar telah terjadi, atau disebut sebagai fakta.
Jawaban : D
CONTOH SOAL 2
Pemerintah Kabupaten Tangerang memperbaiki 42 sekolah.Dana diperoleh dari pinjaman
Bank Jabar.
Sepuluh sekolah di antaranya mengalami kerusakan yang terutama parah. Hidayat selaku
pimpro

mengatakan bahwa kecil kemungkinan proyek tersebut gagal.

Kalimat opini dalam paragraf di atas terdapat pada kalimat«.

A. Pertama

B. Kedua

C. Ketiga

D. Keempat

PEMBAHASAN
Konsep dasar
Opini atau pendapat adalah hasil pemikiran yang berupa penilaian, masukan, ide, pandangan,
perkiraan, atau gambaran perasaan seseorang terhdap sesuatu masalah. Sifatnya subyektif.
Berdasarkan kata kunci di atas, kalimat opini ditandai oleh kemunculan kata mungkin
Selain itu, Hidayat mengatakan bahwa merupakan bagian kalimat yang menunjukkan opini
seseorang.
Cara Cepat
Kalimat pertama kalimat fakta(data : 42 sekolah)

Kalimat kedua kalimat fakta (data : pinjaman Bank Jabar)

Kalimat ketiga kalimat fakta (data : 10 sekolah )

Kalimat pendapat kalimat opini (Hidayatmengatakan bahwa «..) Pendapat Hidayat .

Jawaban : D

(  c     

Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Kedudukan
dan fungsi itu diakui sudah lama. Kalau dihitung usianya sudah memasuki separuh abad.
Rentangan usia tersebut harusnya sudah mampu mencapai tingkat kematangan dan sempurna
dalam berbahasa. Namun nasibnya semakin memprihatinkan. Bahasa Indonesia menjadi anak
tiri atau dipandang sebelah mata oleh penuturnya. Bahkan di sekolah peserta didik sendiri
merasa bosan dan enggan belajar Bahasa Indonesia.

Keluhan mereka bahwa yang dipelajari hanya itu-itu saja seperti : EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan), kosakata, kalimat, tata bahasa, cerpen, puisi dengan segala unsur-unsur
intrinsik, dan sebagainya. Materi tersebut mulai dipelajari sejak di SD, SMP, dan SMA
bahkan sampai di PT pun demikian. Pembelajarannya lebih bersifat teoritis sehingga dalam
berbahasa kurang dari harapan, yaitu berbahasa yang baik dan benar. Hal ini karena
paradigma yang dibentuk dalam pembelajaran bahasa Indoensia bukan menekankan pada
keterampilan siswa menggunakan bahasa (language use) melainkan pada aturan
pemakaiannya (language usage).

Dari segi usia, kita boleh merasa bangga, tetapi dalam pemakaiannya justru bahasa Indonesia
mengalami banyak masalah. Anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar masih sebatas slogan. Dalam pemakaiannya ditemukan bahwa EYD tidak diperhatikan,
kalimat rancu dan kacau, kosakata lebih parah, dan semantik sulit dipahami maknanya. Maka
kita boleh bertanya di era globalisasi ini, kapankah potret suram pembelajaran bahasa
Indonesia mengalami pencerahan? Tidak pasti, karena iklim pembelajaran kita masih
dominatif dan tidak humanis.
Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Humanis

Bahasa menunjukkan bangsa. Bahasa mencirikan kebudayaan dan peradaban manusia. Jika
itu menjadi esensi dari bahasa Indonesia, maka dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu
revitalisasi. Iklim pembelajaran harus menempatkan siswa (peserta didik) sebagai manusia
yang mempersiapkan masa depan secara kritis dan kreatif. Tandanya pembelajaran bahasa
Indonesia harus bercirikan humanis. Pembelajaran bahasa Indonesia yang humanis dapat
direpresentasikan dalam berbagai aspek pembelajaran. Aspek-aspek pembelajaran itu seperti
proses penyiapan bahan, proses pembelajaran, dan evaluasi. Pembelajaran humanis harus
mengedepankan pemikiran-pemikiran kritis, kreatif, dan dialogis, sehingga dapat memenuhi
harapan dari aspek tersebut.
Pendidikan yang membebaskan, menawarkan pembelajaran yang humanis. Siswa merupakan
subjek didik dan sebagai individu yang memiliki keinginan dan karakteristik yang beragam.
Dengan demikian, proses pembelajaran di kelas harus mendorong siswa untuk mengenal dan
menangkap realitas kehidupan secara kritis. Pembelajaran tidak direduksi menjadi
penyeragaman pikiran, perasaan, maupun prilaku, sehingga pembelajaran di kelas merupakan
proses bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk hidup.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah kita masih cenderung didominasi oleh


guru-guru. Guru-guru masih berpegang teguh pada buku pelajaran. Padahal bahan pelajaran
atau materi pembelajaran dalam buku tersebut hanya berdasarkan asumsi-asumsi para ahli
dan perancang kurikulum yang kurang mengenal kebutuhan dan lingkungan siswa. Begitulah
nasib pembelajaran bahasa Indonesia sampai saat ini. Selain itu, guru berceramah dan siswa
mendengar atau mencatat. Kita lupa bahwa apa yang dipelajari itu harus bertolak dari diri dan
pengalaman siswa atau berpusat pada diri peserta didik (student centered instruction), bukan
mengabdi kepada penguasa.

Guru harus sadar bahwa pembelajaran itu harus berpusat pada siswa atau peserta didik.
Kesadaran ini memberi peran guru sebagai berikut. Pertama, guru membantu siswa
menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi dirinya sendiri atau bukan berceramah dan
mengendalikan seluruh kegiatan kelas. Kedua, guru membantu siswa dengan memberikan
informasi yang bermakna dan relevan bagi siswa serta memberi kesempatan kepada siswa
untuk menerapkan ide-ide yang ditemukannya. Ketiga, guru menjadi tangga yang dapat
mengantar siswa mencapai pemahaman yang lebih tinggi sesuai dengan minat, kemampuan,
dan bakatnya. Keempat, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk bekerja secara
kooperatif, artinya dapat memecahkan masalah dalam kelompok kecil, ia juga belajar
demokrasi melalui interaksi satu dengan yang lain. Pembelajaran yang kooperatif ini
merupakan pilihan yang tepat untuk membangun pembelajaran bahasa Indonesia yang
humanis.

Pembelajaran yang kooperatif

Paradigma pembelajaran kooperatif ini tidak jauh berbeda dengan pembelajaran yang
konstruktif yang diadopsi dari teori Vygotsky. Pada prinsipnya teori tersebut menekankan
hakikat sosial dari pembelajaran. Siswa belajar melalui interaksi orang dewasa dan teman
sebaya yang lebih mampu. Siswa dihadapkan pada proses berpikir teman sebaya mereka,
sehingga hasil belajar terbuka untuk seluruh siswa. Menurut Ibrahim dkk. (2000), ada tujuh
dasar pembelajaran kooperatif, yaitu (a) siswa dalam kelompoknya merasa sehidup
sepenanggungan bersama, (b) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam
kelompoknya (c) siswa di dalam kelompoknya mempunyai tujuan yang sama, (d) siswa
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompok, (e) siswa akan
mendapat nilai atau penghargaan untuk semua anggota kelompok, (f) siswa berbagi
kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama, dan (g) siswa diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
koopertatif.

Dengan pembelajaran yang kooperatif, kita dapat menikmati keunggulannya dalam hasil
belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan
sosial. Keunggulan tersebut dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
Hal-hal seperti inilah menjadi sarana efektif untuk mendidik perilaku humanis siswa. Di sini
secara makro pembelajaran bahasa Indonesia dapat menanamkan nilai-nilai humanis dalam
diri siswa yang heterogen itu.

Akan tetapi, pembelajaran yang kooperatif ini tidak banyak dikembangkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini karena guru dan siswa telah µdininabobokan¶ dengan
pembelajaran yang konvensional, yakni berpegang teguh pada buku teks dan latihan soal-soal
untuk ujian nasional (UN). Inilah momok pembelajaran bahasa Indonesia yang lebih
menekankan hasil bukan proses.

Sungguh ironis hasil itulah yang menentukan ³nasib´ siswa. Nasib peserta didik cenderung
divonis dari performansi akhir, tanpa melihat bagaimana usaha mereka. Sangat disayangkan,
pembelajaran bahasa Indonesia sepertinya tidak membumi lagi yang mau membentuk nilai-
nilai humanis sehingga menjadi budaya dalam hidup bermasyarakat. Sebab dengan cara
demikian, berarti kita mengorbankan jutaan generasi yang memiliki kebanggaan dan
kecintaannya terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan persatuan yang lahir
dari sekolah itu akan musnah, sirna, dan lenyap. Selain itu, kita juga mengajar dan mendidik
mereka tidak menghargai bahasa Indonesia itu sendiri. Sungguh malang nasib Bahasa
Indonesia. **

Apakah yang dimaksud dengan Fakta dan Opini ?

Fakta adalah suatu hal atau peristiwa yang benar-benar terjadi dengan apa
adanya sedangkan Opini adalah suatu hal yang berupa pendapat atau tanggapan
seseorang, namun belum tentu terjadi. Fakta sering kita temukan dari berbagai
media, yang banyak digunakan sebagai penyempurna suatu laporan. Begitu pula
dengan Opini, Opini biasanya berasal dari sumber laporan atau penulis laporan.
Namun, Opini bisa salah atau benar, tergantung dengan bukti-bukti/ fakta yang
mendukungnya.

Opini sangat dipengaruhi oleh suatu pengalaman, latar belakang, dan perspektif
seseoran.Terhadap suatu hal, orang-orang dapat berbeda opini karena faktor -faktor
pengalman tersebut. Bahkan, faktor kepentingan juga sering mempengaruhi
pendapat seseorang. Untuk menentukan fakta dan opini suatu laporan dari sumber
yang kita peroleh terkadang tidak mudah. Oleh karena itu, untuk mengenal lebih cepat
dalam menetukan apakah laporan yang kita dapat itu fakta atau opini. Berikut
sebagian ciri-cirinya.
diperkirakan akan hancur dan seluruh makhluk hidup akan mati akibat dari pergeseran lempengan bumi yang

sangat besar.

Manfaat

Bagi pendengar atau pembaca, opini membantu memahami sesuatu yang diuraikan dalam berita ataupun laporan

Karena opini berbeda dengan fakta. Sebagai pembanding, perhatikan ciri-ciri fakta sebagai
berikut.
Ciri-ciri Fakta
Aspek
Ciri-ciri
Isi

Isi fakta merupakan suatu peristiwa atau kejadian, benda, orang, atau entitas faktual lainnya dan selalu bersifat

faktual.

Kebenaran
Kebenaran suatu fakta seperti apa adanya
sesuai dengan konteksnya masing-masing.
Cara pengungkapan
Berupa kalimat berita atau pernyataan
Wujud
Dalam kalimat berita atau pernyataan.
Contoh ; Pada tanggal 27 November 2009,

Shalat Idul Adha yang dilaksanakan di daerah Kecamatan Situraja tepatnya di Mesjid Agung Situraja berjalan

dengan lancar.

Manfaat

Bagi pendengar atau pembaca, fakta berguna untuk melengkapi informasi dan menambah pemahaman suatu

konsep tertentu.

Anda mungkin juga menyukai