Anda di halaman 1dari 1

Calo CPNS

Tak elok dipandang pendaftar Calon Pegawai Negeri Sipil yang notabebe
lulusan sarjana. Membengkaknya pelamar lantaran tergiur upah tetap setiap bulan
dan yang pasti tidak terjangkit PHK. Mereka sudi mengantre dan berdesakan
hingga berjam-jam, agar bisa memasukkan lamarannya. Dimana ada gula, disitu
ada semut, ya itulah cuplikan pribahasa yang cocok mewarnai suasana tersebut.

Tidak heran jika dalam pendaftaran CPNS, panitia mendeteksi adanya


segelintir berkas oplosan. Berkas oplosan seperti pengesahan dari perguruan
tinggi tempat mereka berasal, ditolak mentah-mentah oleh panitia. Oplosan itu
mendorong munculnya budaya uang pelicin, uang kopi, dan faktor X lain, yang
semua itu termasuk kategori tindak pidana korupsi.

Muncuatnya kecurangan dalam penerimaan CPNS yang sudah terisolasi


cukup meresahkan. Pelamar CPNS yang terjerat suap calo penerimaan CPNS sudi
menyetorkan sejumlah uang demi lolos seleksi. Rekrutmen CPNS semacam ini
yang telah banyak menerima pengaduan, merupakan tidak pidana korupsi.

Mampukah pihak panitia melaksanakan kewajiban dengan jujur terhadap


pelamar yang dinilai menyalahi aturan yang telah ditentukan? Benarkah polisi
yang bertugas untuk menciduk praktek percaloan dapat merealisasikan janjinya
memberantas korupsi? Jawabannya, kembali kepada diri kita masing-masing,
tidak hanya polisi dan panitia yang wajib menekan korupsi, tetapi juga para
pelamar, calo, dan semua orang dapat melakukan itu.

Kejujuran merupakan kunci kesuksesan. Petuah itulah yang harus kita


tanamkan dalam diri kita. Akan tetapi, jika kita berpikiran orang jujur pasti hancur
dan orang curang pasti mujur, itu 100% keliru. Suatu saat akan terlihat bagaimana
cara bekerja orang curang yang tidak mempunyai skill dan keahlian apapun. Oleh
karena itu, kejujuran tidak dapat diperjualbelikan atau ditukar dengan apapun.

Nama : Danny’s Woro


No.Absen : 05

Anda mungkin juga menyukai