Anda di halaman 1dari 13

1

JUDUL

ANALISA KEKUATAN SAMBUNGAN BELT CONVEYOR DENGAN


METODE COLD SPLICING DI PABRIK PT. SEMEN GRESIK TUBAN

LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin cepat dibutuhkan


sarana dan infrastruktur yang memadai. Dalam pembangunan itu, dibutuhkan
bermacam-macam material bangunan. Salah satu material bangunan yang
memiliki peran penting adalah semen. Oleh karena itu, selama proses
pembangunan masih berlangsung, industri semen sangat dibutuhkan.
Salah satu perusahaan semen di Indonesia adalah PT Semen Gresik
(Persero) Tbk. PT Semen Gresik (Persero) Tbk. memasok semen bagi
pengembang di seluruh indonesia dibantu dua anak perusahaannya yaitu PT
Semen Padang dan PT Semen Tonasa. Semen Gresik Group mampu
menghasilkan semen 9 juta ton per tahun.
Teknologi produksi semen di PT Semen Gresik (Persero) Tbk. sangat
menarik untuk dipelajari karena memiliki sistem produksi yang modern dan
komplek. Di dalamnya tersedia berbagai aplikasi dari ilmu perkuliahan. Secara
garis besar, produksi semen terdiri dari tiga tahapan produksi, yaitu:
a. divisi bahan baku yang berfungsi untuk menyiapkan bahan baku berupa
batu kapur dan tanah liat untuk diolah pada divisi selanjutnya,
b. divisi terak, yang berfungsi untuk mengolah bahan baku dan
menambahkan bahan tambahan lainnya sehingga menjadi klinker,
c. divisi produksi semen yang berfungsi untuk mengolah klinker menjadi
semen sehingga siap untuk dikemas dan dipasarkan.
Dalam proses produksi semen, tidak lepas dari alat transportasi material
untuk memperlancar loading di setiap tahapan produksi. Ada banyak alat trasport
yang ada mendukung proses produksi semen di pabrik semen gresik Tuban, salah
satunya belt conveyor.
Pemakaian Belt Conveyor sebagai alat transportasi material dalam
industri semen merupakan pilihan yang sangat tepat. Karena dengan pemakaian
sistem ban berjalan maka pemeliharaan terhadap equipment yang relatif mudah
dan tidak memerlukan biaya yang sangat besar. Selain itu pemakaian sistem ban
berjalan ini juga dapat mempersingkat waktu pada saat pemindahan material dari
satu tempat ke tempat yang lain. Sehingga dengan pemakaian belt conveyor ini
akan dapat meningkatkan produktifitas, menurunkan biaya produksi dan juga
untuk meninggikan efisiensi kerja.
Perawatan terhadap belt yang merupakan salah komponen utama belt
conveyor perlu dilakukan agar tidak terjadi sobek dan putusnya belt. Untuk
menangani permasalahan tersebut dilakukan penyambungan belt conveyor salah
satu metode penyambungan belt adalah dengan menggunakan metode cold
splicing. Oleh karena itu untuk mengetahui kekuatan penyambungan dengan
metode cold splicing perlu dilakukan pengujian tarik dengan berbagai variasi
penyambungannya.
2

PERUMUSAN MASALAH

1. Apa saja metode penyambungan belt conveyor?


2. Bagaimana cara penyambungan belt conveyor dengan metode splicing?
3. Bagaimana hasil uji tarik penyambungan metode cold splicing dengan
beberapa variasi penyambungan?

TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui berbagai jenis metode penyambungan belt conveyor


2. Mengetahui cara penyambungan dengan metode splicing
3. Mengetahui hasil pengujian tarik penyambungan cold splicing dengan
beberapa variasi penyambungan.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diambil dengan dilakukannya penelitian ini adalah :


1. Bagi mahasiswa
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dan mengembangkan potensi diri
yang didapat pada saat kuliah serta OJT yg dilakukan di PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. dalam menganalisa kekuatan hasil penyambungan belt
conveyor menggunakan metode cold splicing dengan beberapa variasi
penyambungan
2. Bagi perusahaan
Hasil pengerjaan tugas akhir ini dapat digunakan sebagai pertimbangan
dalam pertimbangan penyambungan belt conveyor yang sangat menunjang
proses produksi secara maksimal.

LUARAN YANG DIHARAPKAN

Dari penelitian ini diharapkan akan dihasilkan desain penyambungan belt


conveyor dengan metode cold splicing yang mempunyai kekuatan penyambungan
yang lebih baik.

RUANG LINGKUP

Batasan penelitian yang ada dalam penyelesaian penelitian ini adalah :


1. Specimen belt yang digunakan adalah fabric dengan jenis polyester untuk
digunakan mengangkut material dingin.
2. Lem dan hardener yang digunakan adalah SC2000 dan UT-R 40.
3. Standart pengujian yang digunakan dalam pengujian adalah ASTM
( american society of testing and material ).
3

TINJAUAN PUSTAKA

Belt Conveyor

Belt Conveyor merupakan salah satu alat transportasi material yang


menggunakan sistem ban berjalan yang sangat umum dipakai untuk
memindahkan material padat, dengan desain jarak pendek (m) sampai dengan
jarak jauh (km) dengan kecepatan sampai 5 mm/ dtk dan membawa material
sampai dengan 5000 ton/jam dimana batasan kemiringan alat ini maksimum
adalah 30° namun biasanya kemiringan yang dipakai adalah 18°- 20°.
Dipilihnya sistem belt conveyor sebagai sarana transportasi material adalah
karena memiliki beberapa keuntungan yaitu
1. Menurunkan biaya dan waktu pada saat memindahkan material
a. Membutuhkan relatif sedikit tenaga kerja untuk operasi dan pemeliharaan
b. Memakai lebih sedikit energi dibandingkan sistem lain karena bagian-
bagian yang bergerak memakai bahan yang relatif ringan.
c. Pengoperasian yang lancar
d. Pulley, roll dan ban berjalan dengan bagian-bagiannya memberikan masa
pemakaian yang lebih lama dibandingkan dengan sistem pemindahan jenis
mekanikal
2. Meningkatkan efisiensi pemindahan material
a. Memberikan pemindahan yang terus menerus. Material dipindahkan dari
satu lokasi ke lokasi yang lainnya dalam jumlah yang tetap sesuai yang
diinginkan.
b. Memberikan kemudahan dan siap pakai untuk memindahkan material yang
berlainan jenis
c. Fasilitas kontrol volume pemindahan yang terpusat.
3. Menghemat ruang
a. Membutuhkan sedikit ruang
b. Memberikan kemudahan mobilitas sistem ban berjalan karena ban dapat
diperpanjang dan diperpendek
c. Memakai konstruksi yang relatif ringan.
4. Meningkatkan kondisi lingkungan kerja
a. Tidak gaduh/berisik
b. Menghilangkan atau menurunkan cara kerja manual yang membosankan
dan meletihkan.
c. Menurunkan kemungkinan kecelakaan pada saat pekerja memindahkan
material
d. Menurunkan polusi udara.
4

Prinsip Kerja Belt Conveyor

Pada dasarnya prinsip kerja dari belt conveyor itu sangat sederhana yang
dimulai dari drive/motor penggerak akan memutar head drum/pulley akan
menarik belt yang ditumpu/ditopang oleh berbagai idler atau roll, material yang
diumpankan melalui hopper kemudian dibawa oleh belt yang berjalan disepanjang
roll dan dikeluarkan melalui dicharge spout seperti pada Gambar 1.

Material
Masuk
Hopp
er Bel
t

Tail Head Discharge


Drum Drum Spout
Bend
drum Material
Keluar

Take up
pulley

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Belt Conveyor

Bagian-Bagian Belt Conveyor

Adapun bagian-bagian utama dari sistem belt conveyor seperti pada gambar di
bawah ini:
5 15
4 6 1 2
3 2

+
8
13
7 16 + 11 10
9 12
14
18

Gambar 2.2 Bagian-Bagian Belt Conveyor

Keterangan :
5

1. Belt 7. Return Roll 13. Tail Drum


2. Ujung Depan Belt Conveyor 8. Motor Penggerak 14. Scrapper
3. Ujung Belakang Belt Conveyor 9. Take-up Pulley 15. Skirt board
4. Carrying Idler 10. Snub Pulley 16. Blade Scrapper
5. Impact Roll 11. Bend Pulley 17. Hopper
6. Training Roll 12. Head Drum 18. Couter Weight

Belt

Belt biasanya terbuat dari textil, plat baja dan anyaman dari plat baja.
Tetapi yang biasa digunakan dalam industri semen adalah belt yang terbuat dari
karet berlapis textil.
Dalam proses perawatan belt conveyor, sebelumnya perlu dipahami
spesifikasi/cara pembacaan spec belt dan kapasitas angkut belt itu sendiri.
Contoh Spesifikasi belt :

16 meter EP-315, 800 x 3P x 5 x 1,5 mm T210°C

Keterangan :
16 meter : Panjang belt conveyor
Ep : Tipe Carcase (EP : Poliester)
315 : Tensile Strength (kg/cm/ply)
800 : Lebar Belt (mm)
3P : Jumlah ply (3 ply)
5 : Tebal top Cover (mm)
1,5 : Tebal Bottom Cover (mm)
T210°C : Temperatur maksimum
Type belt : High Temperature Resistances

Formula perhitungan kapasitas angkut belt conveyor :

Kapasitas (tph) = 3,6 x A x V x DM x FC …………………………(1)

dimana :
A = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan belt (m/s)
DM = Densitas Material (kg/m3)
FC = Faktor kapasitas tergantung sudut kemiringan idler
(umumnya 20°)

Jenis-jenis Belt

a. Fabric Belt ( Belt dengan penguat jenis tekstil )


Fabric Belt adalah belt dengan penguat yang disebut Ply yang terbuat dari
serat tekstil ( serat buatan ). Lapisan tersebut disebut CARCASS.
Jenis carcas yang sering dipakai :
- Nylon atau Polymide
- Polyester ( Serat Sintetis )
6

- Cotton ( Serat alam / katun )


- Vinylon fabric
- Aramide fibre
Akan tetapi yang sering dipakai dipabrik Semen Gresik ini adalah Fabric
Belt dengan jenis Polyester.
b. Steel Cord Belt
Steel Cord Belt merupakan jenis Belt yang penerapannya menggunakan
penguat dengan jenis sling. Sehingga belt jenis ini cenderung memiliki
kekuatan tarik yang lebih baik dibandingkan dengan jenis Fabric Belt.

Bagian-bagian Belt

1. Cover Rubber

Fungsi utama Cover Rubber adalah sebagai pelindung lapisan penguat dari
curahan, gesekan dan benturan material pada saat muat agar ply tidak sobek /
rusak.
Cover Rubber terdiri atas :
- Top Cover : lapisan yang langsung bersentuhan dengan material
Tebal Top Cover :
untuk Jenis Fabric Belt : 1 mm s/d 8 mm
untuk jenis Steel Cord Belt : 5 mm s/d 18 mm
- Bottom Cover : karet lapisan bawah yang berhadapan dengan permukaan
puli dan roll pembawa
Tebal Bottom Cover :
untuk jenis Fabric Belt : 1 mm s/d 4 mm
untuk jenis Steel Cord Belt : 5 mm s/d 8 mm

2. Reinforcement

Kekuatan / Tegangan pada Belt Conveyor tergantung pada jenis


Reinforcement serta kekuatan reinforcement yang dipakai. Pada umumnya
reinforcement terbuat dari Serat ( Carcas ) dan Sling Baja ( Steel Cord ).

3. Tie Rubber

Tie Rubber adalah lapisan karet diantara Ply yang fungsinya untuk
meleketkan lapisan ply satu dengan yang lainnya pada fabric belt sedangkan
pada steel cord belt untuk melekatkan sling baja dengan cover rubber.
Tebal Tie Rubber :
untuk jenis Fabric Belt : 0.5 mm – 1 mm
untuk jenis Steel cord belt : 2 mm

Permasalahan Belt Conveyor


7

Permasalahan yang muncul dalam perawatan Belt Conveyor merupakan


permasalahan yang sangat kompleks dan beragam. Sebab sistem perawatan yang
baik terhadap akan mempengaruhi usia dari belt dan menjamin kualitas dan
kemampuan belt dalam menyalurkan material secara berkesinambungan dan terus
menerus. Maka pentingnya perawatan preventive terhadap belt tidak bisa
dipungkiri lagi.
Persentase biaya belt dalam peralatan Industri Semen terutama biaya
peralatan total dalam sistem tersebut berada antara 50% - 60%. Konsumsi belt
menghabiskan bagian terbesar biaya operasi. Maka bisa dibayangkan jika belt
tidak dapat dijaga dalam kondisi kerja terbaik sepanjang waktu, akan bisa
menyebabkan pengeluaran biaya pemeliharaan yang akan membengkak lebih
banyak.
Ganguan dapat timbul karena ketersediaan informasi yang diperlukan
tidak mencukupi pada waktu desain, kegagalan memenuhi kondisi pengoperasian
yang baik, cactnya peralatan conveyor atau praktek perawatan yang tidak benar.
Pada dasarnya belt conveyor adalah alat transportasi material yang
didesain untuk pemakaian jangka panjang, namum seiring dengan perawatan yang
kurang tepat dan peningkatan kapasitas produksi, maka belt conveyor yang
seharusnya bisa digunakan untuk waktu yang lama sering mangalami berbagai
kendala/ masalah. Diantara masalah yang sering terjadi pada belt conveyor adalah:

- Sobek Memanjang

Sobek memanjang searah jalannya belt, baik kerusakan terjadi pada


cover rubber saja atau terkena ply sehingga terbelah dua.

- Sobek Melintang

Sobek melintang, baik kerusakan terjadi pada cover rubber


maupun tembus terkena ply, untuk kerusakan tembus ply, apakah ply
pertama atau semua ply maka kerusakan ini harus dikerjakan sedemikian
rupa sehingga tidak ada kekuatan yang hilang pada daerah kerusakan yaitu
dengan menyisipkan ply yang utuh. Hal ini perlu dilakukan mengingat
arah kerusakan adalah melintang dimana arah ini selalu dalam keadaan
tegang dan cenderung untuk memperbesar sobekan. Kalau lebar sobekan
melampaui 20% dari lebar belt sebaiknya dipotong dan disambung
kembali.

- Sobek Pinggir Belt

Sobek yang terjadi pada pinggiran belt biasanya disebabkan karena


mistracking atau ketidak lurusan jalannya belt conveyor sehingga terjadi
pergeseran antara body hopper dengan pinggiran belt.

- Belt Aus Karena Skirt Board


8

Penggunaan Rubber Skirt dalam sistem belt conveyor sangat


penting. Sebab keseimbangan material terhadap belt sangat tergantung
oleh rubber skirt tersebut. Akan tetapi penggunaan rubber skirt yang
terbuat dari bahan karet sangatlah perlu diperhatikan. Kesalahan pemilihan
dalam penggunaan rubber skirt akan berdampat seperti permasahan diatas
yaitu belt akan cepat aus.
Dalam pemasangan skirt board ini harus memperhatikan gab /
jarak antara ujung skirt bord dengan permukaan belt. Sebab jika ada celah
maka itu nanti akan membuat material menempel pada skirt board tersebut
dan nantinya akan bisa membuat belt sobek karena terkena material yang
menempel dan mengeras tersebut.

- Belt Aus Karena Scrapper

Scrapper merupakan alat yang digunakan untuk membersihkan


material yang menempel pada belt, namun kebanyakan belt juga aus
karena disebabkan oleh scrapper.
Dalam sistem ban berjalan pemilihan scrapper yang baik
merupakan hal yang paling penting. Sebab jika kita salah dalam mamilh
scrapper maka akan mudah terjadi kerusakan atau sobek pada belt.
Walaupun hampir semua blade scrapper terbuat dari bahan karet, namun
tidak semua jenis karet dapat dipakai sebagai scrapper.

- Belt Kurang Kencang

Belt conveyor seiring dengan pengoperasiannya akan mengalami


mulur sebagai akibat dari sifat serat/karet dan juga stress yang dialaminya
sehingga menyebabkan belt kurang kencang.

Penyambungan Belt Conveyor

Pada umumnya penanganan masalah pada belt conveyor adalah dilakukan


dengan penyambungan dan repair pada bagian-bagian belt yang mengalami
kerusakan. Penyambungan belt conveyor antara lain :

1. Penyambungan mekanis

Penyambungan mekanis yaitu penyambungan yang menggunakan alat


penyambungan yang terbuat dari bahan baja berbentuk engsel, kuku macan
dan sejenisnya (Gambar 2.3).
9

Gambar 2.3 Penyambungan dengan fasteneer

2. Splicing System

Splicing merupakan salah satu metode penyambungan belt. Ada dua


cara yang sering digunakan dalam proses splicing ini yaitu metode
penyambungan dingin dan panas. Berikut beberapa metode dan karakteristik
belt yang direkomendasikan untuk dilakukan splicing.
Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam splicing :
Formula Splicing :
L = (0,3 x B) + (S x (n-1) + 25 + 30
.......................................................(2)
Keterangan :
L = Panjang splicing (mm)
B = Lebar belt (mm)
10

S = Step length (mm)


n = Jumlah ply (lapisan canvas)
Berikut beberapa peralatan yang digunakan dalam proses splicing (hot dan
cold) :
- Tool box - Mesin buffing
- Gerinda botol - hand roll (2 ea)
- Gerinda piring - Scratch brush
- Pisau karet - Gunting
- Tang - Penggaris siku
- Tang kakatua (2 ea) - Ply Lifter (tusukan)
- Hocked Ply - batu asah
- Pisau side gum - Meteran
- Sikat kawat - Sikat lem
- Mata gerinda botol - Dryer
- Kapur penggaris

a. Hot Splicing (Penyambungan Panas)

Penyambungan panas adalah proses penyambungan belt


conveyor dengan proses vulkanisasi pada prosesnya menggunakan alat
pemanas yang disebut heating solution.

b. Cold Splicing (Penyambungan Dingin)

Penyambungan dengan sistem dingin adalah proses


penyambungan belt conveyor yang proses vulkanisasinya dengan cara
kimiawi. Yaitu dengan menggunakan lem REMA TIP-TOP SC-2000 yang
menyatu dengan karet.
Penyambungan dengan cara ini adalah penyambungan yang
paling ekonomis dan efesien, serta memiliki kekuatan yang sama dengan
sistem panas. Apabila penyambungan belt sempurna maka belt tidak akan
putus di sambungannya. Namun sambungan tersebut dapat terputus
apabila :
- Ada lapisan penguat yang terpotong saat penyambungan
- Sambungan ditutup saat lem masih basah
- Penempatan cover strip menonjol sehingga terkait oleh scrapper
- Kurang rapatnya cover strip sehingga material masuk ke dalam
sambungan.
- Kurang control pada saat melakukan rol sehingga ada udara yang
terjebak
11

METODE PENELITIAN

Metodologi yang dilakukan pada percobaan ini berdasarkan pada flow chart di
bawah ini:

Start

Studi Pustaka

Persiapan Pengujian

Pengujian Tarik

Analisa

Laporan

Finish

Gambar 3.1Flow Chart

1) Studi Pustaka

Pentingnya studi pustaka adalah untuk memberikan dasar, acuan


ataupun wacana bagi peneliti dalam menyelesaikan masalah sehingga
tercapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Studi pustaka
dilakukan untuk mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan berbagai sumber
pustaka yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi pengujian
tarik rubber berdasarkan ASTM , metode penyambungan belt conveyor
serta perhitungan cost.
Kegiatan diskusi juga dilakukan penulis dengan pihak yang
berkompeten dibidangnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Diharapkan penelitian dapat dilakukan dengan benar, sehingga hasilnya
dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan dunia industri dan
ilmu pengetahuan
12

2) Persiapan pengujian

Setelah didapatkan data-data dari berbagai sumber kemudian dilakukan


tahap persipan pengujian yang meliputi:
- pengadaan material atau bahan yang digunakan untuk mendukung
pengujian antara lain pengadaan belt dengan jenis Fabric Polyester,
lem SC2000 dan hardenernya UT-R 40
- pembuatan spesimen pengujian berupa belt yang disambung
menggunakan metode cold splicing dengan variasi beberapa step
penyambungan yang berbeda.

3) Pengujian

Pengujian dilakukan dengan menggunakn metode tarik dengan panduan


ASTM ( american society of testing and material ) sehingga dapat di
peroleh hasil yang signifikan dengan menggunakan rumus uji tarik sbb:
σt =P/Ao ...........................................................................................(3)
di mana σt = tegangan teknik (kN/mm2)
P = tegangan teknik (kN)
Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)

4) Analisa

Analisa dilakukan bersamaan dengan proses pengujian sehingga dijadikan


data yang real sebagai referensi.

5) Laporan

Laporan dibuat setelah mendapatkan referensi – referensi serta hasil data


pengujian sehingga dijadikan panduan yang fix untuk pembaca.

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN


13

Bulan ke
No. Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Pembuatan Proposal
2. Study Pustaka
3. Persiapan Pengujian
4. Pengujian
5. Analisa
6. Laporan

DAFTAR PUSTAKAAN

(1) Rudenko N. Material Handling and Equipment, Peace Publisher. Moskow.


(2) Spivakovsky A. Dvachkoc. Conveyor and Related Equipment, Peace
Publisher. Moskow.
(3) Conveyor Belt. Dilihat pada tanggal 10 Januari 2011 dari website
<www.wikipedia.org/wiki/conveyor_belt/history.html>

Anda mungkin juga menyukai