Anda di halaman 1dari 34

I.

Definisi

Manifestasi gangguan otak dengan berbagai


gejala klinis yang disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik dari neuron-neuron otak secara
berlebihan dan berkala, tetapi reversibel,
dengan berbagai etiologi.
II. Etiologi (1)

1. Idiopatik (77%)
• Semua umur, terutama 5-20 tahun,
• kelainan neurologis (-), riwayat keluarga sering (+).
2. Kelainan kongenital
• Trauma lahir (terutama anak <10 tahun).
3. Kelainan metabolik
• DM.
• Gangguan elektrolit.
• GGK.
• Defisiensi nutrisi.
• Intoksikasi alkohol/obat-obatan.
II. Etiologi (2)
4. Trauma kepala
• Terutama kontusio cerebri (2 tahun post-trauma).
5. Tumor
• Pada semua umur, terutama >30 tahun,
• Parsial s.d. umum tonik-klonik.
6. GPDO (Stroke)
• Pada usia lanjut.
7. Infeksi
• Ensefalitis, meningitis, abses.
• Infeksi berat di bagian lain.
• Infeksi kronis (sifilis).
• Komplikasi AIDS.
8. Penyakit degeneratif
• Demensia Alzeimer.
9. Kejang demam
III. Faktor Presipitasi
(Faktor Pencetus)
1. Faktor Sensoris
• Cahaya yang berkedip-kedip.
• Bunyi-bunyi yang mengejutkan.
• Air panas.
2. Faktor Sistemik
• Demam.
• Penyakit infeksi.
• Obat-obatan tertentu (golongan fenotiazin).
• Hipoglikemi.
• Makan tidak teratur.
• Kelelahan fisik.
3. Faktor Mental
• Stress.
IV. Patofisiologi
Ketidakseimbangan:
1. Gangguan fungsi neuron otak L-glutamat, aspartat, achetilcoline ↑
(eksitasi)
2. Gangguan transmisi pada sinaps GABA, glisin ↓ (inhibitory)

Kelainan pelepasan muatan listrik sejumlah besar neuron.

Karena berbagai keadaan yang mempengaruhi metabolisme


otak
(tergantung: daerah yang mencetuskan muatan listrik abnormal
dan jalur yang dilalui).

Sehingga: serangan beragam dan kompleks.


V. Gejala Klinis
1. Gangguan kesadaran:
kesadaran ↓ / hilang (sementara).
2. Gangguan motorik: kejang umum/fokal.
3. Gangguan sensorik: parestesia, halusinasi,
gangguan pengecapan dan penciuman.
4. Gangguan vegetatif: gangguan saraf otonom
(misalnya: ngompol).
5. Gangguan psikis
Tanda Khas Epilepsi Fokal (Parsial):
1. Ada aura.
2. Ada pemutaran kepala
(pada saat kejang kepala tidak di tengah-tengah, tetapi menoleh
ke salah satu sisi 
Fokus letaknya berlawanan arah kepala).
3. Ada hemiparesis post-iktal (Todd’s paralysis)
 Monoplegia/hemiplegia pasca epilepsi yang berlangsung beberapa
menit/jam/kadang-kadang sampai beberapa hari post serangan.
4. Kejang saat mau bangun tidur/akan tidur.
5. Kejang mulai terjadi pada usia <3 tahun/setelah pubertas.
VI. Klasifikasi Epilepsi
A. Bangkitan Parsial
1. Parsial Sederhana.
2. Parsial Kompleks (Epilepsi Psikomotor).
3. Kejang Parsial Mid Tonik-Klonik Umum secara Sekunder.

B. Bangkitan Umum
1. Absence Seizure (Petit Mal).
2. Tonik-Klonik (Grand Mal).
3. Epilepsi Mioklonik.
4. Epilepsi Atonik (Astatic Seizure).
5. Clonic Seizure.
6. Tonic Seizure.

C. Kejang yang Tidak Dapat Diklasifikasikan


A. Bangkitan Parsial (1)
1.Parsial Sederhana
Manifestasi motorik
• Terbatas pada 1 bagian tubuh saja.
• Dari 1 bagian tubuh  menjalar ke bagian lain
(Epilepsy Jackson).
• Disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh (Epilepsy Versif).
• Lengan dan tungkai kaku dalam sikap tubuh tertentu
(Epilepsi Postural).
• Arus berbicara terhenti/mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu (Epilepsy
Fonasi).
Manifestasi sensorik
• Kulit: rasa seperti ditusuk jarum.
• Visual: melihat cahaya.
• Auditorik.
• Olfactoric.
A. Bangkitan Parsial (2)
1.Parsial Sederhana
Manifestasi otonom
• Nyeri epigastrium.
• Pucat.
• Berkeringat.
Manifestasi psikis
• Disfagia.
• Dysmnesia (ingatan berkurang).
• Kognitif.
• Afektif.
• Ilusi.
• Halusinasi.
A. Bangkitan Parsial (3)
2. Parsial Kompleks (Epilepsi Psikomotor)
a. Dengan gangguan kesadaran sejak onset.
b. Onset parsial sederhana diikuti
penurunan kesadaran.
Terdapat amnesia, deja vu/jamais vu.

3. Kejang Parsial Mid Tonik-Klonik Umum


secara Sekunder
a. Parsial sederhana  tonik-klonik umum.
b. Parsial kompleks  tonik-klonik umum.
c. Parsial sederhana  parsial kompleks 
tonik-klonik umum.
B. Bangkitan Umum (1)
1. Absence Seizure (Petit Mal)
– Tidak kejang, tidak sampai jatuh.
– Terjadi gangguan kesadaran singkat (6-10 detik).
– Terutama pada anak-anak.
– Seakan-akan melamun  beraktivitas kembali seperti normal.
– Dapat terjadi 10-20x/hari.
2. Tonik-Klonik (Grand Mal)
– Paling sering dijumpai.
– Ada gejala prodromal
(merasa tegang, cepat tersinggung, dll.).
– Tidak ada aura.
– Dimulai fase tonik (±30 detik)  fase klonik (±60 detik)  fase
post-iktal (15-30 menit).
B. Bangkitan Umum (2)
2. Tonik-Klonik (Grand Mal)

Fase tonik:
 Semua lengan dan tungkai ektensi.
 Penderita tampak mengejan (wajah merah) 
apnea 30 detik  akhir fase:
- sianosis, tekanan darah ↑, pupil melebar,
refleks cahaya (-), refleks patologis (+),
incontinensia urin.

Fase klonik:
 Kejang ritmik  lidah tergigit (buih kemerahan).
 Wajah Normal, tekanan darah ↓, vital sign Normal.

Post-iktal:
 Setelah kejang  penderita sadar  disorientasi  sadar
total.
B. Bangkitan Umum (3)
3. Epilepsi Mioklinik
» Banyak pada anak-anak.
» Gangguan kesadaran sebentar, disertai gerakan involunter
aneh, terutama tubuh bagian atas
(bahu dan lengan).

 ”Myoclonic Jerking ”
4. Epilepsi Atonik (Astatic Seizure)
» Mendadak kehilangan tonus otot.
» Berlangsung singkat (drop attack).
5. Clonic Seizure
6. Tonic Seizure
C. Kejang yang Tidak Dapat Diklasifikasikan
 Gerakan bola mata ritmik.
 Mengunyah-ngunyah.
 Gerakan seperti berenang.
 Pernafasan berhenti.
 pada bayi
VII. Diagnosis (1)
1. Anamnesa

Kejang Psikogenik Kejang Epileptik


1. Remaja/dewasa. 1. Semua umur.
2. Serangan malam dapat terjadi 2. Serangan malam dapat terjadi
 diketahui keluarga/penderita.  penderita tidak merasa/tidak tahu.
3. Gigitan lidah jarang dijumpai. 3. Sering dijumpai gigitan lidah.
Jika (+): di pipi/di ujung lidah.
4. Tidak ngompol. 4. Ngompol.
5. Tidak ditemukan luka di tubuh. 5. Sering ada luka-luka di tubuh.
6. Aura macam-macam 6. Perasaan aneh dan sensasi di
(pembauan dan penglihatan). abdomen.
7. Ada konflik yang mendasarinya 7. Penderita sadar konflik dapat
dan penderita tidak menyadari. mencetuskan kejang.
8. EEG Normal. 8. EEG Abnormal.
9. Tidak sembuh dengan OAE 9. Sembuh dengan OAE.
VII. Diagnosis (2)
2. Pemeriksaan Neurologis
3. Pemeriksaan Tambahan
a. Pemeriksaan laboratorium
• Darah lengkap dan urin lengkap: untuk mengetahui adanya gangguan
metabolik.
• LCS: bila dicurigai ada radang otak.
b. EEG
• Adanya spike dan sharp wave, maupun kelainan fokal.
c. Foto Ro Kepala
• Dapat terlihat impresio digitatae/kerusakan sela tursika.
d. Eko-ensefalografi: untuk menentukan lateralisasi.
e. CT-Scan: untuk melihat kelainan seperti:
infark, perdarahan, kista, tumor, AVM.
f. Arteriografi: bila dicurigai ada AVM.
VIII. Differential Diagnose (1)
1. Syncope
 Hilang kesadaran sementara karena iskemia otak.
 Terjadi saat berdiri.
 Serangan tiba-tiba, rasa lemah, dahi berkeringat, pusing, pucat, nadi
cepat, kulit dingin.
 Bila penderita dibaringkan  cepat pulih.
2. Drop Attack
 Penderita tiba-tiba jatuh karena ekstremitas inferior lemah akibat
insufisiensi A. Basilaris.
 Sering disertai vertigo dan bicara sulit.
 Berlangsung sementara dan sembuh sendiri.
3. Narcolepsy
 Penyebab tidak diketahui.
 Keinginan tidur yang tidak terkendali dan berulang.
 Kehilangan tonus otot ekstremitas.
 Bersifat familial.
VIII. Differential Diagnose (2)

4. Histeria
 Sering timbul di hadapan orang banyak,
untuk menarik perhatian.
 Kejadian di tempat aman dan tidak melukai dirinya.
 Ada latar belakang gangguan psikis.
5. Breath Holding Spells
 Tidak kejang, tetapi menangis keras.
 Menahan nafas waktu ekspirasi.
 Terjadi anoksemia.
6. Sindrom neurologis periodik tanpa gangguan kesadaran
 Misalnya: TIA, migren, tetani, dan hiperventilasi.
IX. Tata Laksana Epilepsi
1. Terapi Kausal
– Infeksi otak  antibiotik.
– Tumor  operasi.
– GPDO  O2.
2. Terapi Medikamentosa (Anti Kejang)
– Menggunakan OAE:
sedini mungkin dan jangka lama.
– Cara kerja OAE:
• Memperbaiki peredaran darah lesi epileptogen,
mencegah perubahan keseimbangan ion.
• Menurunkan/mencegah pelepasan muatan yang berlebihan.
• Mencegah menjalarnya pelepasan muatan yang berlebihan.
Penatalaksanaan pada tahap akut:
– Penolong tenang, jaga supaya penderita aman.
– Miringkan posisi penderita untuk mencegah aspirasi
saliva/muntahan.
– Penolong jangan melakukan tindakan melawan
gerakan/kejang.
– Pakaian dilonggarkan, kalung/kacamata dilepas.
– Setelah kejang-dapat bingung dan atau agresif: jangan
diberi makan/minum.
– Bila telah sadar betul, baru dapat ditinggal.
Prinsip Terapi (OAE):
– Monoterapi spesifik.
– Mulai dengan dosis serendah mungkin yang berefek terapi
sebaik mungkin dengan efek samping seminimal mungkin.
– Bila monoterapi kurang memuaskan 
kombinasi 2 atau 3 obat.
– Periksa kadar obat dalam plasma pada awal terapi dan
periksa ulang tiap 3 bulan (pada tahun I) dan tiap 6 bulan
(pada tahun II).
– OAE dihentikan minimal 2-3 tahun bebas kejang
(penghentian obat secara bertahap).
Dengan pengobatan yang baik, sebagian besar
penderita dapat terbebaskan dari penyakitnya.

Kendala-kendala pengobatan:
1.Penderita:
 Malu.
 Bosan dengan pengobatan.
 Tidak teratur berobat.
2. Keluarga:
 Disembunyikan (kutukan, turunan).
Obat Anti Epilepsi
Tipe: Obat yang efektif:
1. Parsial:
a. Parsial Sederhana - Fenobarbital
- Difenilhidantoin
- Karbamazepin
b. Parsial Kompleks - Fenobarbital
- Difenilhidantoin
- Karbamazepin
c. Umum Sekunder - Fenobarbital
- Difenilhidantoin
- Karbamazepin
2. Umum:
a. Lena - Etosuksimid
- Asam Valproat
b. Mioklonik - Etosuksimid
- Asam Valproat
c. Tonik klonik - Asam Valproat
- Fenobarbital
- Difenilhidantoin
- Karbamazepin
d. Atonik - Etosuksimid
- Asam Valproat
Therapy of seizure disorders
A. Partial Seizures:
First choice: Carbamazepine or phenytoin.
Second choice: Phenobarbital or primidone.
Third choice: Valproic acid.
B. General Seizures:
1. Generalized tonic-clonic seizures:
Same choice as above for partial seizures.
2. Absence seizures:
First choice: Ethosuximide.
Second choice: Valproic acid.
3. Atonic seizures:
Resistent to treatment.
Valproic acid.
4. Myoclonic seizures:
First choice: Valproic acid.
Second choice: Clonazepam.
5. Infantile spasms:
Adrenocorticotropic hormone.
Dosis Obat Anti Epilepsi
Obat Dosis
Anti Epilepsi: Dewasa: Anak:

Fenobarbital 1,5-3 mg/kg BB 1-5 mg/kg BB


Difenilhidantoin 4 mg/kg BB 4-8 mg/kg BB
Asam Valproat 4 mg/kg BB 10-70 mg/kg BB
Karbamazepin 1,5-8 mg/kg BB 15-25 mg/kg BB
Etosuksimid 1,5-8 mg/kg BB 10-70 mg/kg BB
X. Status Epileptikus (1)

 Suatu keadaan yang ditandai dengan kejang epilepsi


yang sangat frekwen dan lama sebagai satu keadaan
kejang yang menetap.
 Merupakan medical emergency.
 Harus dihentikan sesegera mungkin untuk mencegah:
– kecacatan permanen.
– kematian.
 Mortalitas: 8-20%.
X. Status Epileptikus (2)
 Di dalam praktek  pasien mengalami kejang
epilepsi berulang tanpa sadar sebelum kejang
berikutnya atau kejang secara klinis dan atau elektris
yang berakhir >30 menit, baik kesadaran terganggu
atau tidak.
1. General tonic-clonic status epileptikus
(di antara dua kejang: kesadaran (-)).
2. Non-convulsive seizures yang lama –
Absence status atau parsial kompleks status.
3. Fokal seizures yang terus menerus.
Pengelolaan Status Epileptikus
Tujuan:
 Segera mengakhiri aktivitas kejang baik secara klinis maupun
elektris (sangat baik dalam 30 menit).
 Mencegah kejang berulang.
 Jaga fungsi kardiorespirasi dan oksigenasi serebral dengan
menjaga jalan nafas dan tekanan darah.
 Koreksi faktor presipitasi:
- Hipoglikemi.
- Hiponatremi.
- Hipokalsemi atau demam.
 Mencegah dan mengatasi komplikasi sistemik, khususnya
hiperpireksia, kejang terus-menerus.
 Mencari dan melakukan terapi terhadap kemungkinan kausa
status epileptikus.
Terapi Status Epileptikus (1)

A. Umum:
– Bebaskan jalan nafas.
– Beri O2 8L/menit.
– Infus D5/NS.
– Catat vital sign secara teratur, terutama suhu, untuk
mencegah hipertermi (kompres, dll.)
B. Spesifik (Obat-obatan)
- Diazepam.
- Phenitoin.
- Phenobarbital.
Terapi Status Epileptikus (2)

B. Terapi Spesifik
1. Diazepam 5 mg I.V. – setelah 2 menit.
–  Diazepam 5 mg I.V.
– Harus diberikan I.V. langsung.
– Efektif 10-20 menit.
– Hati-hati depresi pernafasan pada injeksi yang berulang.
2. Phenitoin
– Loading dose: 15 mg/kg BB – diberikan perlahan: I.V. 50 mg/menit.
– Jika belum memberikan efek dosis ditingkatkan 7 mg/kg BB.
– Harus diberikan I.V. perlahan dalam NS untuk menghindari hipotensi.
– Cek tekanan darah setiap 5 menit.
– Bila tekanan darah <90/60: hentikan pemberian obat, beri dopamin.
– Tidak mendepresi pernafasan (namun kadang-kadang dapat terjadi).
– Hati-hati aritmia kordis.
– KI: AMI, gangguan konduksi jantung.
3. Phenobarbital
– Diberikan 200-300 mg I.V. dengan kecepatan 50 mg/menit.
– Awasi respirasi.
4. Bila masih kejang: konsul anaestesi
(pentobarbital, midazolam, propofol).
Bantuan respirasi terus-menerus.
Monitoring ketat tekanan darah dan EKG.
XI. Aspek Psikososial (1)
1. Serangan epilepsinya sendiri
– Khawatir (kejang atau lainnya), kelainan jiwa, masalah
psikososial.
– Kurangi serangan:
– minum obat teratur.
– makan/minum teratur.
– tidur cukup.
– hindari faktor pencetus.
2. Gangguan tingkah laku
– Serangan yang berulang-ulang.
– Efek samping obat.
3. Cacat jasmani
– Psikoterapi dan fisioterapi.
XI. Aspek Psikososial (2)

4. Sikap dan pandangan masyarakat


 Lingkungan keluarga kadang-kadang depresi:
- tidak dapat sembuh. - aib keluarga.
- cacat mental. - ekstra biaya.
Rejeksi:
- orang tua menolak diagnosa.
- dilarang keluar rumah.
Overproteksi:
- orang tua takut terjadi serangan.

Orang tua harus realistis, mempersiapkan masa depan anak,


melakukan pengobatan, dll.

 Lingkungan sekolah:
- serangan di sekolah: dikucilkan/diliburkan.
 Lingkungan pekerjaan:
- diperlakukan kurang wajar oleh rekan/pimpinan.
 Dalam perkawinan:
- banyak perceraian dan perlakuan kurang wajar.
XI. Aspek Psikososial (3)

5. Mengemudi kendaraan
 Boleh mengemudi kendaraan
bila 2 tahun bebas kejang.
6. Olah raga
 Semua boleh.
 Berenang (harus di bawah pengawasan).
 Hindari memanjat tebing, mendaki gunung.

Anda mungkin juga menyukai