Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mata Kuliah MBP Eropa

Oleh: Kurnia Sari Nastiti


070810531
Eropa Timur dan Tengah: Karakteristik Geopolitik, Demografi, dan
Posisi Strategis dalam Uni Eropa

Berbicara mengenai wilayah Eropa Timur dan Tengah atau Central Eastern Europe,
pertama-tama kita harus mengetahui terlebih dahulu negara-negara mana saja yang termasuk ke
dalam wilayah ini. Istilah Central Eastern Europe (CEE) itu sendiri sejauh ini didefinisikan secara
berbeda-beda oleh masing-masing ilmuwan. Tim Haughton misalnya, ia mendefinisikan wilayah
Eropa Timur dan Tengah sebagai wilayah basis komunisme dalam kaitannya dengan politik tirai
besi (iron curtain) dan merupakan wilayah yang dahulunya merupakan bagian dari kerajaan
Austria-Hungaria, serta merupakan wilayah yang terletak di antara Jerman dan Rusia.1 Sehingga,
secara kesuluruhan negara-negara yang dapat dikategorikan sebagai negara CEE antara lain adalah
Republik Ceko, Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Polandia, Slovakia, Slovenia, Bulgaria, dan
Rumania.

Secara geopolitik, wilayah ini sangat terpengaruh oleh paham-paham komunisme yang dulu
sempat berkuasa di wilayah ini sampai akhirnya Uni Soviet runtuh di akhir tahun 1991. Di era
sebelum tahun 1945, wilayah Eropa Timur dan Tengah merupakan arena perebutan kekuasaan
antara empat kerajaan besar yakni Prussia, Russia, Ottoman dan Austria.2 Menurut pandangan
penulis, merupakan hal yang wajar bahwasanya daerah ini menjadi rebutan bagi banyak pihak
karena wilayah Eropa Timur dan Tengah mengandung sejumlah aspek geopolitik yang penting,
diantaranya: (1) wilayah Balkan merupakan wilayah yang menghubungkan distribusi minyak yang
berasal dari Timur Tengah sehingga sangat strategis bagi ekonomi politik; (2) wilayah Eropa
Timur dan Tengah kaya akan sumber daya gas alam, salah satunya yang terbesar berada di wilayah
Soviet (sekarang Rusia); (3) letak geografis Eropa Timur dan Tengah berbatasan langsung dengan
Asia sehingga memberikan keuntungan tersendiri sebagai jalan masuk darat ke daratan Asia ;dan
(4) secara teoritis, wilayah ini menjadi salah satu aspek penting bagi siapapun yang ingin
menguasai dunia karena letak negara-negara Eropa Timur dan Tengah berada di daerah pivot area
sesuai dengan teori Mackinder dan Spykman. Namun, di era setelah tahun 1945 (khususnya pada
sekitar tahun 1989 hingga 1991) wilayah Eropa Timur dan Tengah mengalami perubahan
geopolitik yang signifikan setelah runtuhnya rezim komunisme Soviet.3 Sejumlah tantangan baru
mulai muncul terutama terkait dengan demokratisasi, marketisasi, dan proses state-building di
sejumlah negara di wilayah ini.
1
Tim Haughton. European Politics (New York: Oxford University Press Inc., 2007), hlm.133
2
Anon. 2002. Two Thousand Years of The Modern Era in Central and Eastern Europe: 19 th and 20th Century
Struggles for Independent <online> diakses dari www.biega.com/history.html [diakses 4 November 2010,17:00].
3
Haughton.hlm.135
|1
Tugas Mata Kuliah MBP Eropa
Oleh: Kurnia Sari Nastiti
070810531
Demokratisasi muncul karena adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan
komunis yang banyak dicirikan dengan adanya korupsi dan juga represi sehingga mayarakat
menginginkan adanya perubahan terutama dalam kaitannya dengan legislatif.4 Sementara itu,
tantangan dalam hal ekonomi yakni keinginan untuk marketisasi muncul karena rezim
pemerintahan komunis dianggap telah gagal mengimplementasikan ideologi Marxis-Leninisme
yang menjajikan adanya kepuasan secara material bagi semua kalangan dan runtuhnya rezim
pemerintahan komunis Soviet justru semakin memperparah buruknya perekonomian di negara-
negara wilayah Eropa Timur dan Tengah pada tahun 1990-an. Oleh karena itu, masyarakat Eropa
Timur dan Tengah berusaha memperbaiki perekonomian mereka dengan cara mengubah
mekanisme pasar dengan menekankan pada dua kunci penting yakni liberalisasi harga (price
liberalisation) dan privatisasi (privatisation). Terakhir, tantangan yang ketiga yakni adanya proses
state-building muncul karena enam negara yang berada di wilayah Eropa Timur dan Tengah yakni
Republik Ceko, Estonia, Latvia, Lithuania, Slovakia, dan Slovenia merupakan negara-negara baru
pecahan Cekoslovakia, Yugoslavia, dan Uni Soviet sehingga keenam negara ini seringkali
mengalami masalah terkait nasionalisme, kewarganegaraan, dan keloyalan warga negara terhadap
negaranya khususnya pada dua dekade awal setelah berdiri sebagai sebuah negara baru.

Sementara jika ditinjau dari aspek demografi, negara-negara Eropa Timur dan Tengah
merupakan wilayah yang sangat beragam. Masing-masing negara memiliki latar belakang historis,
bahasa, agama, dan budaya yang berbeda-beda sehingga perbedaan (diversity) justru menjadi ciri-
ciri penting dari wilayah Eropa Timur dan Tengah.5 Namun, di sisi lain wilayah ini juga
mempunyai kesamaan (commonality) terutama terkait isu-isu yang dihadapi.6 Oleh karena itu, Tim
Haughton mencirikan wilayah Central Eastern Europe dengan diversity dan commonality. Sebagai
penulis review ini, saya setuju dengan pendapat Haughton tersebut karena sejumlah fakta yang
memang menunjukkan adanya perbedaan (diversity) dan kesamaan (commonality) antara negara-
negara di Eropa Timur dan Tengah. Perbedaan (diversity) tersebut wajar adanya karena memang
negara-negara Eropa Timur dan Tengah memiliki latar belakang historis yang berbeda-beda seperti
misalnya Ceko dan Slovakia yang merupakan pecahan dari Cekoslovakia, sementara Slovenia
merupakan pecahan dari Yugoslavia, dan Hungaria serta Polandia merupakan pecahan Uni Soviet.

Sementara itu, kesamaan (commonality) antara negara-negara Eropa Timur dan Tengah adalah
terkait dengan isu-isu yang dihadapi seperti misalnya isu pembangunan ekonomi, isu integrasi ke
dalam Uni Eropa, isu-isu kaum minoritas, dan upaya pemberantasan budaya korupsi yang masih
4
Haughton.hlm.134
5
Ibid.hlm.133
6
Ibid.hlm.137
|2
Tugas Mata Kuliah MBP Eropa
Oleh: Kurnia Sari Nastiti
070810531
terpengaruh dari budaya komunisme. Lebih lanjut, dalam kaitannya dengan Uni Eropa, upaya
integrasi negara-negara Eropa Timur dan Tengah ke dalam Uni Eropa secara tidak langsung telah
membuat negara-negara tersebut melakukan perubahan terhadap aspek politiknya karena adanya
tuntutan dari Uni Eropa bahwa setiap negara yang akan bergabung menjadi anggota haruslah
demokratis secara hukumk dan peka terhadap persoalan-persoalan kaum minoritas. Di era yang
sekarang, setelah sejumlah negara-negara Eropa Timur dan Tengah menjadi anggota dari Uni
Eropa, negara-negara tersebut kini tidak hanya menjadi objek bagi setiap kebijakan yang dibuat
oleh Uni Eropa melainkan juga menjadi subjek yang dapat berpengaruh terhadap setiap kebijakan
yang dibuat oleh Uni Eropa.

Referensi:
Anon. 2002. Two Thousand Years of The Modern Era in Central and Eastern Europe: 19 th and 20th
Century Struggles for Independent <online> diakses dari www.biega.com/history.html
[diakses 4 November 2010, 17:00].
Haughton, Tim. 2007. “Central and Eastern Europe”, dalam Hay,Colin dan Menond, Anand.
European Politics. New York: Oxford University Press Inc.

www.cia.gov [diakses pada 6 Oktober 2010, 15:25]

|3

Anda mungkin juga menyukai