(M. Alpiani Noor/Penyuluh Perikanan Kabupaten Banjar)
Pemerintah dalam upaya mempercepat proses pembangunan di bidang
pertanian, perikanan dan kehutanan telah mencoba melakukan berbagai kebijakan. Kebijakan tersebut tampak dari adanya revitalisasi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, serta keharusan ditumbuhkembangkannya kelompok-kelompok di wilayah perdesaan dengan alasan karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan. Kelompok-kelompok tersebut antara lain meliputi kelompok tani, kelompok pembudidaya ikan, kelompok nelayan, kelompok kehutanan dan lain-lain. Pengembangan kelompok mempunyai makna yang strategis dalam mengupayakan peningkatan sumberdaya manusia, khususnya masyarakat pedesaan yang menopang kehidupan ekonominya pada bidang pertanian, perikanan dan kehutanan. Kelompok merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki permasalahan dan kepentingan bersama, disamping juga sebagai wahana untuk belajar berusaha dan media komunikasi antar anggota. Kelompok berperan penting dalam penyebaran inovasi teknologi, dimana kegiatan penyuluhan dikembangkan melalui pendekatan kelompok. Para penyuluh membentuk dan mengembangkan kelompok sebagai bagian dari sistem penyuluhan di Indonesia, yang berfungsi sebagai (1) forum untuk belajar; (2) media untuk kegiatan bekerjasama; dan (3) unit produksi. Penyuluhan menggunakan pendekatan kelompok dikarenakan jumlah masyarakat pelaku usaha yang jauh lebih banyak dibandingkan jumlah penyuluh yang melayaninya. Disamping itu, kondisi sosial ekonomi dan budaya juga mendukung untuk menggunakan pendekatan kelompok. Dalam hal sosial ekonomi, pendekatan kelompok sangat potensial untuk meningkatkan produktivitas, karena diantaranya dengan cara berkelompok dapat melakukan kerjasama dalam pembelian sarana produksi dan pemasaran hasil. Dalam hal sosial budaya, pendekatan kelompok selaras dengan pola kebiasaan masyarakat yang sangat berorientasi pada kelompok dalam setiap masalah kehidupan. Aktivitas masyarakat sangat ditentukan melalui keputusan-keputusan kelompok. Di bidang perikanan, khususnya bidang kegiatan budidaya, para pembudidaya ikan juga membentuk suatu wadah kelompok, yang dinamakan kelompok pembudidaya ikan. Kelompok ini beranggotakan para pembudidaya ikan yang umumnya juga merupakan kepala keluarga. Pembudidayaan ikan, menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Sedangkan pembudidaya ikan didefinisikan sebagai orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan. Kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi, saling mempengaruhi sikap dan perilaku satu sama lain, saling tergantung, memiliki hubungan yang relatif stabil dan memiliki perasaan sebagai bagian dari kelompok. Dengan demikian, kelompok pembudidaya ikan dapat diartikan sebagai kumpulan dari dua orang atau lebih yang sama-sama melakukan kegiatan pembudidayaan ikan, yang saling berinteraksi dan bergantung satu sama lain. Lebih jauh dapat diartikan sebagai kumpulan pembudidaya ikan yang terorganisir, mempunyai pengurus, aturan-aturan serta tumbuh dan berkembang atas dasar perasaan saling tertarik, karena kebutuhan akan tukar menukar informasi untuk saling melengkapi, dan atau karena kesamaan kepentingan dan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumberdaya) untuk mengembangkan usaha perikanan anggotanya. Pendekatan kelompok tidak hanya dalam kegiatan penyuluhan. Berbagai program penguatan modal usaha oleh pemerintah juga berbasis pada pendekatan kelompok, misalnya seperti program Skim Modal Kerja (SMK) dan Intensifikasi Budidaya Ikan (Inbudkan) yang dicanangkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada waktu itu. Program ini merupakan program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumahtangga dan usaha kecil menengah yang berbasis pada kelompok. Ini dimaksudkan agar kelompok dapat meningkatkan produksi, baik kualitas maupun kuantitas, serta pengetahuan anggotanya melalui kegiatan pendampingan dan pelatihan. Disamping itu, pendekatan kelompok juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengawasan pada level paling bawah. Kelompok pembudidaya ikan beranggotakan para pembudidaya ikan yang memiliki kepentingan yang sama, yang pada intinya adalah untuk meningkatkan produksi usaha budidayanya dengan nilai jual produk yang pantas, sehingga pada kelanjutannya dapat dicapai peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggotanya. Kelompok dibentuk oleh para pembudidaya ikan sendiri. Peran penyuluh perikanan dalam pembentukan kelompok hanya sebagai fasilitator dan motivator. Kelompok pembudidaya ikan sebagai salah satu kelembagaan penyuluhan perikanan merupakan institusi sosial yang berperan penting dalam sistem penyuluhan perikanan di Indonesia, dan merupakan basis aktivitas penyuluhan perikanan. Memperhatikan fungsi dan peran kelompok sebagaimana diuraikan diatas, seyogyanya dengan berkelompok para pelaku usaha memperoleh manfaat yang nyata terkait dengan usaha yang digeluti. Namun pada kenyataannya, kebanyakan keberadaan kelompok seolah hanya sebagai sarana atau wadah untuk mendapatkan bantuan sesuai dengan proyek yang diprogram oleh pemerintah. Akibatnya, timbullah adanya kelompok “dadakan” atau “siluman”, yang muncul jika ada proyek dan lenyap begitu proyek tersebut berakhir. Kondisi ini tentunya dapat berdampak pada efektivitas kelompok dan bantuan yang diberikan. Terhadap kelompok, bantuan yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas usaha yang pada kelanjutannya dapat meningkatkan pendapatan anggotanya menjadi tidak efektif. Terhadap pelaksanaan program, bantuan yang diberikan menjadi tidak efektif karena sasaran yang tidak tepat. Pada dasarnya, semua ini tidak terlepas dari peran kepemimpinan ketua kelompok dan institusi yang membina kelompok tersebut. Posisi ketua kelompok sangat strategis karena berfungsi sebagai komunikator antara institusi pembina dengan anggotanya, dan antara anggotanya dalam masyarakat. Ketua kelompok harus mampu menggerakkan, membimbing dan mengarahkan kegiatan kelompoknya guna meningkatkan efektivitas kelompok. Tingkat efektivitas kelompok dapat berdampak pada ragam aktivitas atau dinamika kelompok, dimana semakin efektif kelompok, maka akan semakin beragam aktivitas yang dapat dilakukan oleh kelompok untuk kesejahteraan anggotanya. Disamping itu, dengan adanya ragam aktivitas kelompok maka eksistensi kelompok akan lebih jelas dan diakui oleh masyarakat, sehingga tidak akan ada lagi yang dinamakan kelompok “dadakan” atau “siluman”. Efektivitas kelompok diukur dari tingkat pendapatan dan kepuasan anggota kelompok. kepuasan didefinisikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara hasil yang dirasakan dengan harapan. Dengan demikian, kepuasan anggota kelompok dapat diartikan sebagai perasaan anggota atas pencapaian hasil sesuai dengan harapannya ketika menjadi anggota kelompok. Peran kepemimpinan ketua kelompok diantaranya dapat dilihat dari bagaimana ketua kelompok memfasilitasi dan membantu anggota kelompoknya dalam memenuhi kebutuhan usaha, serta mewakili pendapat anggota dalam berinteraksi dengan pihak lain, terutama pihak-pihak terkait dalam pengambilan keputusan/penentu kebijakan. Menurut Webster’s New World Dictionary of the America Languade, kepemimpinan atau leadership diartikan sebagai the position or guidance of a leader (kedudukan atau pedoman seorang pemimpin), atau the ability to lead (kemampuan untuk memimpin). Dalam hal ini pemimpin atau leader diartikan sebagai a person or thing that leads; directing, commanding, or guiding head, as a group or activity (orang yang memimpin; yang menjalankan, memegang komando, atau membimbing suatu kelompok atau kegiatan). Terkait dengan interaksi antara seseorang dan sekumpulan orang, sebagaimana dikutip dalam buku Foundations of Psychology, keberhasilan dalam memimpin tergantung pada dedikasi seseorang tersebut terhadap nilai-nilai, sikap/pandangan dan kepentingan kelompok. Selain itu, kualitas seseorang tersebut harus lebih tinggi dibandingkan pengikutnya, namun tetap bersifat komunikatif dengan yang dipimpinnya. Dalam hal ini, tampak ada beberapa penekanan pada kepribadian, kemampuan dan kesangupan pemimpin, dan penekanan pada kegiatan, kedudukan dan perilaku pemimpin, serta penekanan pada proses interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin pada situasi tertentu. Terlepas dari semua itu, kewibawaan seorang pemimpin (leader) secara spontan diakui oleh anggota kelompok yang dipimpinnya. Berbeda dengan kepala (headship) yang kewibawaannya timbul karena adanya dukungan dari luar kelompok sehingga terjadi gap sosial yang lebar antara kepala dan bawahannya. Peran institusi pembinaan kelompok, dalam hal ini lembaga penyuluhan juga sangat besar dalam mengefektifkan kelompok. Penyuluh berfungsi sebagai fasilitator dan motivator yang menjembatani terjalinnya komunikasi antara kelompok dengan pihak lain. Melalui pembinaan kelompok yang efektif terutama terkait dengan dinamika kelompok, diharapkan para anggota kelompok dapat lebih memahami akan makna dan manfaat kelompok sehingga rasa memiliki terhadap kelompok akan menjadi lebih besar. Oleh karenanya, kualitas dan intensitas penyuluhan memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan kelompok. Tujuan kelompok akan lebih mudah dicapai jika didukung dengan sarana informasi dan komunikasi yang memadai, kegiatan penyuluhan, kemudahan akses inovasi dan pengakuan masyarakat akan keberadaan kelompok, serta peran kepemimpinan ketua kelompok. Penyuluh dan ketua kelompok diharapkan dapat lebih saling bahu-membahu dalam memajukan kelompok dan mengupayakan peningkatan kesejahteraan anggota kelompok.