Anda di halaman 1dari 3

ABOUT EUTHANASIA

Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti “baik”,
dan thanatos, yang berarti “kematian” (Utomo, 2003:177). Dalam bahasa Arab
dikenal dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut. Menurut istilah
kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang
dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat
kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang
kematiannya (Hasan, 1995:145).

Hippokrates pertama kali menggunakan istilah "euthanasia" ini pada


"sumpah Hippokrates" yang ditulis pada masa 400-300 SM. Sumpah tersebut
berbunyi: "Saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat yang
mematikan kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu".

Ada empat metode euthanasia:

• Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar


menginginkan kematian.

• Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai
contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman
untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).

• Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat
ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat
terjadi ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.

• Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan
wacana untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat dilibatkan,
namun tidak harus hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat
dalam euthanasia tipe ini, biasanya disebut sebagai ‘bunuh diri atas
pertolongan dokter’. Di Amerika Serikat, kasus ini pernah dilakukan oleh dr.
Jack Kevorkian.

Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:

• Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan


tujuan untuk menimbulkan kematian. Contoh dari kasus ini adalah
memberikan suntik mati. Hal ini ilegal di Britania Raya dan Indonesia.

• Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan oleh


penghentian tindakan medis. Contoh dari kasus ini adalah penghentian
pemberian nutrisi, air, dan ventilator.

KASUS YANG DITEMUKAN

1. Wanita dalam kasus euthanasia di Korea Selatan meninggal dunia

11januari,2010
Para pejabat medis di Korea Selatan mengatakan, wanita umur 77 tahun yang
mengalami mati otak, telah meninggal dunia, setelah lebih dari 200 hari
ditanggalkan dari alat bantu hidup. Ini adalah kasus pertama euthanasia secara
hukum.

Tim dokter di RS Severance di Seoul mengatakan, wanita yang hanya dipanggil


Kim itu, dinyatakan tutup usia Ahad sore, 202 hari setelah sebuah perintah
pengadilan memaksa para dokter untuk mencabutnya dari respirator.

Dia terus bernafas sendiri sejak bulan Juni tahun lalu, dan terus menerima nutrisi.

Mahkamah Agung Korea Selatan Juni lalu menegakkan keputusan peradilan lebih
rendah, yang membenarkan tim dokter menanggalkan alat bantu hidup bagi
seorang pasien yang berada dalam keadaan koma permanen.

Menurut peradilan, perawatan medis terus-menerus terhadap pasien seperti Kim


berpotensi merusak harga dirinya sebagai manusia.

2. Di Indonesia sendiri, setelah kasus Ny Agian Isna Nauli Siregar mulai "pudar"
dari publikasi media, seiring dengan kondisi kesehatannya yang kini kian
membaik, sebenarnya ada kasus paling gres yang membuat publik Indonesia
kembali gempar, menyusul permohonan euthanasia yang diajukanoleh suami Ny
Siti Zulaeha, Rudi Hartono, ke PN Jakarta Pusat.

Menurut Rudi Hartono, selama tiga bulan terakhir istrinya sudah tidak bisa
berkomunikasi, fungsi kesadarannya rendah, dan bahkan motoriknya hanya
berfungsi sedikit, sehingga secara medis tidak bisa disembuhkan. Karena itu, atas
nama "kasih sayang" seorang suami yang tidak ingin melihat istrinya lebih lama
menderita, ditambah lagi dengan biaya yang kian membengkak, ia pun
memberanikan diri untuk meminta penetapan izin euthanasia dari PN Jakarta
Pusat.

Tampaknya, permohonan Rudi Hartono akan sia-sia dan bernasib serupa dengan
permohonan Panca Kusuma yang lebih dahulu ditolak oleh pengadilan ketika ia
ingin meng-euthanasia-kan istrinya, Ny Agian. Sebab, secara yuridis-formal,
hukum di Indonesia tidak mengizinkan euthanasia. Pasal 334 KUHP menyebutkan,
barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan sendiri bisa diancam
hukuman penjara selama 12 tahun.

Disamping itu, secara sosiologis, merampas nyawa orang berdasarkan kemauan


sendiri juga melanggar hak asasi manusia. Ini sebagaimana diatur pada Tap MPR
No XVII/MPR/1998 dan Amandemen UUD 45 Pasal 28 a. Terlebih, bila ditinjau
dari sudut agama, sebagaimana fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), bahwa
euthanasia hukumnya haram.

Anda mungkin juga menyukai