PKP Bab 12
PKP Bab 12
1
dalam negeri bila terjadi pembelian surat-surat obligasi oleh penduduk negara debitur dari
negara kreditur.
d. Suku bunga pinjaman
Sebagai suatu katentuan, maka hutang-hutang negara dikenai bunga dengan tingkay bunga
tetap. Jika tingkat bunga ataupun harga-harga naik atu turun, tidak akan ada perubahan
dalam tingkat bunga yang dikenakan. Sehingga dalam masa-masa ada kenaikan harga umum
(inflasi) akan lebih menguntungkan untuk bertindak sebagai debitur daripada sebagai
kreditur.
2. Sumber Pinjaman Negara
a) Dari para individu dalam masyarakat
b) Dari sektor perusahaan dan
c) Bank umum
d) Dari bank sentral
Ini berlaku baik untuk pinjaman dalam negeri maupun luar negeri.
a) Para individu sebagai kreditur
Pemberian pinjaman oleh para individu dengan cara mereka membeli obligasi negara
dapat mempengaruhi pola konsumsi dan pola tabungan mereka. Pada umumnya orang tidak
akan mengurangi konsumsi sekedar uuntuk membeli obligasi negara, tetapi merka akan
mengurangi tabungan mereka untuk membeli obligasi. Namun pembelian obligasi oleh para
indavidu tidak banyak mempengaruhi konsumsi dan investasi melainkan lebih berpengaruh
pada penggunaan dana yang semula untuk membeli surat-surat berharga lainnya.
b) Lembaga keuangan bukan bank sebagai kreditur
Pemerintah dapat pula menjual surat obligasi negara kepada perusahaan asuransi dan
sebagainya yang bukan bank. Pembelian obligasi oleh perusahaan jenis ini dilakukan dnegan
menggunakan dana yang menganggur yang seharusnya dapat pula dipakai untuk membeli
surat-surat saham dan sebagainya. Akibatnya kemungkinan perluasan usaha perusahaan
yang ingin menjual saham jadi terhambat karena kekurangan dana.
c) Bank-bank umum sebagai kreditur
Bank umum karena kemampuannya memberikan kredit berbeda dengan lembaga
keuangan lain maka hal ini dapat meciptakan tenaga beli baru dengan mendasarkan pada
deking (reserve) yang dipunyai.
d) Bank sentral sebagai kreditur
2
Pemeritah dapat menjual obligasi kepada bank sentral. Tindakan ini juga menciptakan
tenaga beli baru seperi bila pemerintah menjual obligasi kepada bank umum. Pinjaman
pemerintah dari bank sentral tidak akan bersifat menekan pendapatan nasional.
3
langsung kepada masyarakat melalui perpajakan yang selanjutnya mempengaruhi produksi
dan konsumsi masyarakat lewat kemampuan untuk bekerja, menabung dan berinvestasi.
4. MasalahPengelolaanHutang Negara
Yang dimaksud dengan berbicara mengenai kebijakan fiskal pemerintah adalah pembahasan
mengenai penerimaan Negara, pengeluaran Negara, pinjaman Negara berserta
pengelolaannya.Tentu saja pemerintah dengan kebijakan fiskalnya ini bertujuan baik, yaitu
mencapai kestabilan ekonomi.
Namun, kadang tiba suatu saat dimana Negara memerlukan suntikan-suntikan dana atau
capital(modal) dari pihak lain. Mereka(Negara) dapat memperolehnya dari pinjaman-pinjaman luar
negeri. Namun, masalah yang timbul adalah bagaimana mengelola pinjaman yang diterima tersebut.
Dan perlu diperhitungkan seberapa besar kemampuan Negara dalam pengelolaan pinjaman
tersebut, khususnya kemampuan membayar.
4
“interest-service ratio” adalah pembarayan bunga dibagi dengan ekspor
barang dan jasa.
Pada saat timbul keadaan dimana para investor memiliki keyakinan mengenai
perkembangan ekonomi di suatu negara, pembayaran kembali akan mudah sekali
teratasi. Dalam keadaan yang demikian, “interest-service ratio” dapat merupakan
indikator yang lebih baik dalam mengetahui kemampuan suatu negara
melakukan pembayaran ke luar negeri karena indikator ini melakukan
pengabaian terhadap akibat-akibat yang timbul dari adanya pembayaran kembali
atau pembelanjaan kembali.
Apabila kita ingin mengukur kemampuan suatu negara dalam menciptakan
sumber-sumber riil untuk membiayai impor dan “debt service”, perbandingan antara
pembayaran bunga dengan GNP(Gross National Product) sering dipakai untuk
menggambarkan beban pinjaman (debt service) atas kapasitas produksi suatu
perekonomian.
Oleh karena itu, hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa peranan dari pinjaman
luar negeri itu adalah sebagai pelengkap dana yang berasal dari dalam negeri guna mempercepat
proses pembangunan ekonomi. Sekarang, masalahnya adalah bagaimana kita dapat meminimumkan
beban pinjaman tersebut, sehingga pinjaman yang terkait benar-benar dimanfaatkan untuk
menggiatkan dan mendorong pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang.
Guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada suatu tingkat tertentu, penerimaan
total devisa termasuk aliran dana ke dalam negeri (gross capital inflow) dan tabungan dalam negeri
serta tersedianya devisa harus melebihi nilai impor barang-barang dan jasa-jasa serta investasi
domestic sebesar pembayaran jasa-jasa pinjaman.
Akhirnya, perlu dinyatakn bahwa bagi negara-negara sedang berkembang, kapasitas untuk
mendapatkan pinjaman dari negara lain adalah tergantung pula pada kemauan dari negara-negara
maju dan untuk mendapatkan pinjaman dengan syarat-syarat yang murah dan paling baik adalah
benar-benar sulit.
5
SUMBER :