Anda di halaman 1dari 6

1.

Macam dan Ciri Hutang Negara


a. Reproductive debt dan dead weight debt
Reproductive debt adalah hutang yang dijamin seluruhnya dengan keka yaan negara
berhutang atas dasar nilai yang sama besarnya. Sedangkan dead weight debt adalah hutang
tanpa disertai dengan jaminan kekayaan. Pembayaran cicilan bagi reproductive debt
biasanya diambil dari pendapatan yang berasal dari kekayaan negara atau hasil usaha negara
tersebut dan biasanya hutang tersebut harus dibayar paling lama sepanjang umur dari
barang-barang atau kekayaan yang dipakai sebagai jaminan. Sedangkan untuk dead weight
debt pembayaran bunga dan cicilan hutang harus diambil dari sumber penerimaan negara
yang lain, yang pada umumnya berasal dari pajak dan mengenai masa lamanya utang
tersebut tidak ada ketentuan karena memang tidak ada kekayaan yang dikaitkan padanya.
b. Pinjaman sukarela dan pinjaman paksa
Keuntungan utama dari adanya suatu pinjaman sukarela bila dibandingkan dengan
pinjaman paksa adalah bahwa para pemberi pinjaman bebas menyerahkan dananya
tergantung pada kemauan mereka sendiri, namun jumlah yang dikumpulkan oleh negara
biasanya akan tidak terlalu besar. Sedangkan untuk pinjaman paksa karena pengumpulannya
dapat dipaksakan, maka jumlah yang dapat dikumpulkan akan lebih memuaskan, walaupun
nantinya ada pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjamannya, bunga tersebut
biasanya akan lebih rendah daripada bila pinjaman itu adalah pinjaman sukarela.
c. Pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri
Pinjaman dalam negeri adalah pinjaman yang berasal dari orang-orang atau lembaga-
lembaga sebagai penduduk negara itu sendiri. Sedangkan pinjaman luar negeri adalah
pinjaman yang berasal dari orng-orang atau lembaga-lembaga negara lain. Adapun pinjaman
dalam negeri itu dapat bersifat paksa maupun sukarela, sedangkan pinjaman luar negeri
biasanya bersifat sukarela, terkecualli bila ada suatu kekuasaan dari suatu negara atas
negara lain.
Pinjaman dalam negeri hanya mencakup pemindahan kekayaan di dalam masyarakat
negara itu sendiri, baik pada saat terjadinya pinjaman maupun terjadinya pembayaran bunga
dan pengembalian cicilan pinjaman. Sedangkan pinjaman luar negeri mencakup pemindahan
kekayaan dari negara yang meminjamkan (kreditur) kepada negara yang meminjam (debitur)
pada saat terjadinya pinjaman, aliran kekayaan yang sebaliknya terjadi bila terdapat
pembayaran bunga dan cicilan pokok pinjaman bersangkutan.
Pinjaman dalam negeri dapat berubah menjadi pinjaman luar negeri melalui pembelian
surat-surat obligasi di negara lain. Sebaliknya pinjaman luar negeri dapat menjadi pinjaman

1
dalam negeri bila terjadi pembelian surat-surat obligasi oleh penduduk negara debitur dari
negara kreditur.
d. Suku bunga pinjaman
Sebagai suatu katentuan, maka hutang-hutang negara dikenai bunga dengan tingkay bunga
tetap. Jika tingkat bunga ataupun harga-harga naik atu turun, tidak akan ada perubahan
dalam tingkat bunga yang dikenakan. Sehingga dalam masa-masa ada kenaikan harga umum
(inflasi) akan lebih menguntungkan untuk bertindak sebagai debitur daripada sebagai
kreditur.
2. Sumber Pinjaman Negara
a) Dari para individu dalam masyarakat
b) Dari sektor perusahaan dan
c) Bank umum
d) Dari bank sentral
Ini berlaku baik untuk pinjaman dalam negeri maupun luar negeri.
a) Para individu sebagai kreditur
Pemberian pinjaman oleh para individu dengan cara mereka membeli obligasi negara
dapat mempengaruhi pola konsumsi dan pola tabungan mereka. Pada umumnya orang tidak
akan mengurangi konsumsi sekedar uuntuk membeli obligasi negara, tetapi merka akan
mengurangi tabungan mereka untuk membeli obligasi. Namun pembelian obligasi oleh para
indavidu tidak banyak mempengaruhi konsumsi dan investasi melainkan lebih berpengaruh
pada penggunaan dana yang semula untuk membeli surat-surat berharga lainnya.
b) Lembaga keuangan bukan bank sebagai kreditur
Pemerintah dapat pula menjual surat obligasi negara kepada perusahaan asuransi dan
sebagainya yang bukan bank. Pembelian obligasi oleh perusahaan jenis ini dilakukan dnegan
menggunakan dana yang menganggur yang seharusnya dapat pula dipakai untuk membeli
surat-surat saham dan sebagainya. Akibatnya kemungkinan perluasan usaha perusahaan
yang ingin menjual saham jadi terhambat karena kekurangan dana.
c) Bank-bank umum sebagai kreditur
Bank umum karena kemampuannya memberikan kredit berbeda dengan lembaga
keuangan lain maka hal ini dapat meciptakan tenaga beli baru dengan mendasarkan pada
deking (reserve) yang dipunyai.
d) Bank sentral sebagai kreditur

2
Pemeritah dapat menjual obligasi kepada bank sentral. Tindakan ini juga menciptakan
tenaga beli baru seperi bila pemerintah menjual obligasi kepada bank umum. Pinjaman
pemerintah dari bank sentral tidak akan bersifat menekan pendapatan nasional.

3. Beban dari Hutang Negara


Dalam hal-hal tertentu pembiayaan pembangunan melalui hutang negara itu lebih baik
daripada melalui penarikan pajak atau pencetakan uang. Dengan penarikan pajak akan dapat
mengekang laju pendapatan sebagai akibat tambahan pengeluaran negara itu. Di lain pihak jika
pengeluaran pemerintah itu dibiayai dengan pinjaman, laju pertumbuhan ekonomi tidak akan
terkekang kecuali jika pinjaman itu merupakan pinjaman paksa atau jika pinjaman itu harus
ditempuh dengan menekan konsumsi dan investasi.
Alternatif lainnya adalah dengan pencetakan uang, pengaruhnya terhadap pendapatan
nasional adalah besar dan tidak bersifat mengekang pertumbuhan pendapatan. Sayangnya bila
pemerintah sudah mulai terlibat dengan pencetakan uang maka sulit untuk meninggalkan cara ini.
Hasil akhir daripada kebijakan ini tergantung pada kekuatan penggandaan antara pengeluaran
pemerintah dan pemungutan pajak.
a) Hutang luar negeri
Beban riil langsung yang diderita negara peminjam berupa kerugian dalam bentuk
kesejahteraan ekonomi yang hilang karena adanya pembayaran dalam bentuk uang.
Hilangnya kesejahteraan ekonomi ini dapat diukur dengan besarnya guna (utility) yang
hilang dari negara tersebut sebagai akibat pembayaran.
Beban tidak langsung dari pinjaman luar negeri timbul karena adanya pengaruh yang
terjadi di bidang produksi melalui pemungutan pajak, serta melalui kegiatan pengeluaran
negara untuk meningkatkan produksi dengan dana hasil pinjaman tersebut.
b) Hutang dalam negeri
Pinjaman dalam negeri hanya berupa pemindahan dana dalam suatu masyarakat suatu
negara, ini berarti secara makro tidak ada suatu beban langsung dalam bentuk uang yang
timbul dari adanya pinjaman dalam negeri itu. Walaupun demikian pinjaman ini masih
memberikan keuntungan maupun beban riil terhadap masyarakat. Beban riil tergantung
pada bagaimana cara pemindahan kekayaan atau dana kepada debitur dari pembayar pajak.
Pada umumnya pinjaman ini, bila harga-harga stabil, akan memperbesar perbedaan
pendapatan, karena pada umumnya obligasi negara itu dibeli oleh orang kaya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pinjaman dalam negeri juga menimbulkan beban tidak

3
langsung kepada masyarakat melalui perpajakan yang selanjutnya mempengaruhi produksi
dan konsumsi masyarakat lewat kemampuan untuk bekerja, menabung dan berinvestasi.
4. MasalahPengelolaanHutang Negara
Yang dimaksud dengan berbicara mengenai kebijakan fiskal pemerintah adalah pembahasan
mengenai penerimaan Negara, pengeluaran Negara, pinjaman Negara berserta
pengelolaannya.Tentu saja pemerintah dengan kebijakan fiskalnya ini bertujuan baik, yaitu
mencapai kestabilan ekonomi.

Namun, kadang tiba suatu saat dimana Negara memerlukan suntikan-suntikan dana atau
capital(modal) dari pihak lain. Mereka(Negara) dapat memperolehnya dari pinjaman-pinjaman luar
negeri. Namun, masalah yang timbul adalah bagaimana mengelola pinjaman yang diterima tersebut.
Dan perlu diperhitungkan seberapa besar kemampuan Negara dalam pengelolaan pinjaman
tersebut, khususnya kemampuan membayar.

a. Kemampuan membayar pinjaman


Kemampuan membayar pinjaman perlu dipikirkan secara matang. Pencapaian
tujuan Negara dalam pembangunan akan tercapai dengan dana pinjaman ini apabila
Negara tersebut secara finansial benar-benar kuat dalam artian pendapatan nasional
mampu memikul beban pinjaman yang bersangkutan. Beban itu berupa pembayaran
bunga pinjaman dan cicilan hutang (debt service)
Beban pinjaman luar negeri ini dapat diukur dengan melihat proporsi dari
penerimaan devisa pada “current account” dalam Neraca Pembayaran Internasional
yang berasal dari ekspor barang-barang dan jasa-jasa yang diserap oleh seluruh “debt
service” yang berupa bunga dan cicilan.
Sebenarnya ada dua indikator utama mengenai pinjaman. Apabila kita mengukur
kapasitas suatu negara guna melakukan pembayaran dalam valuta asing, alat pengukur
yang dipakai adalah:
1) Debt-service ratio
Yang dimaksud dengan debt service ratio adalah perbandingan antara jumlah
pembayaran Bunga dan cicilan pokok pinjaman jangka panjang dibagi dengan
ekspor barang-barang dan jasa.
Terkadang, makna dari indikator ini tidak mudah dimengerti, sehingga
indikator ini tidak begitu mutlak dalam mengenali kemampuan pembayaran
pinjaman suatu negara.
2) Interest-service ratio

4
“interest-service ratio” adalah pembarayan bunga dibagi dengan ekspor
barang dan jasa.
Pada saat timbul keadaan dimana para investor memiliki keyakinan mengenai
perkembangan ekonomi di suatu negara, pembayaran kembali akan mudah sekali
teratasi. Dalam keadaan yang demikian, “interest-service ratio” dapat merupakan
indikator yang lebih baik dalam mengetahui kemampuan suatu negara
melakukan pembayaran ke luar negeri karena indikator ini melakukan
pengabaian terhadap akibat-akibat yang timbul dari adanya pembayaran kembali
atau pembelanjaan kembali.
Apabila kita ingin mengukur kemampuan suatu negara dalam menciptakan
sumber-sumber riil untuk membiayai impor dan “debt service”, perbandingan antara
pembayaran bunga dengan GNP(Gross National Product) sering dipakai untuk
menggambarkan beban pinjaman (debt service) atas kapasitas produksi suatu
perekonomian.
Oleh karena itu, hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa peranan dari pinjaman
luar negeri itu adalah sebagai pelengkap dana yang berasal dari dalam negeri guna mempercepat
proses pembangunan ekonomi. Sekarang, masalahnya adalah bagaimana kita dapat meminimumkan
beban pinjaman tersebut, sehingga pinjaman yang terkait benar-benar dimanfaatkan untuk
menggiatkan dan mendorong pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang.
Guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada suatu tingkat tertentu, penerimaan
total devisa termasuk aliran dana ke dalam negeri (gross capital inflow) dan tabungan dalam negeri
serta tersedianya devisa harus melebihi nilai impor barang-barang dan jasa-jasa serta investasi
domestic sebesar pembayaran jasa-jasa pinjaman.
Akhirnya, perlu dinyatakn bahwa bagi negara-negara sedang berkembang, kapasitas untuk
mendapatkan pinjaman dari negara lain adalah tergantung pula pada kemauan dari negara-negara
maju dan untuk mendapatkan pinjaman dengan syarat-syarat yang murah dan paling baik adalah
benar-benar sulit.

5
SUMBER :

Suparmoko,M., M.A.,Ph.D., Drs.1987. Keuangan Negaradalamteoridanpraktek.Yogyakarta:BPFE


Yogyakarta.
Bab IX :Hutang Negara

Anda mungkin juga menyukai