Anda di halaman 1dari 4

{part1}

B. FIRMA (FA)
1. Pengertian
Firma adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua orang
atau lebih dengan nama bersama, dalam mana tanggung jawab masing-
masing anggota firma (disebut firmant) tidak terbatas; sedangkan laba yang
akan diperoleh dari usaha tersebut akan dibagi bersama-sama. Demikian
pula halnya jika menderita rugi, semuanya ikut menanggung (Basu Swastha,
1988:55).
Menurut Manulang (1975) persekutuan dengan firma adalah persekutuan
untuk menjalankan perusahaan dengan memakai nama bersama. Jadi ada
beberapa orang yang bersekutu untuk menjalankan suatu perusahaan.
Nama perusahaan seperti umumnya adalah nama dari salah seorang sekutu.
Ketentuan-ketentuan tentang firma ini diatur dalam pasal 16 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel) yang bunyinya
“Perseroan di bawah firma adalah suatu persekutuan untuk menjalankan
perusahaan di bawah nama bersama”.
Selain itu pasal 18 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang menyebutkan inti
dari firma yaitu bahwa tiap-tiap anggota saling menanggung dan untuk
semuanya bertanggung jawab terhadap perjanjian firma tersebut. Agar lebih
jelas, peraturan-peraturan tersebut diperkuat oleh pasal 16 dan 18 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (Bulgerlijk Wetboek) yang menyatakan
bahwa persekutuan adalah suatu perjanjian, dimana dua orang atau lebih
sepakat untuk bersama-sama mengumpulkan sesuatu dengan maksud
supaya laba yang diperoleh dari itu dibagi antara mereka.
Walaupun para anggota mempunyai kesatuan nama dalam menjalankan
usahanya dan perusahaan mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari
kekayaan masing-masing anggota, namun pada umumnya firma bukanlah
badan hukum, melainkan sebagai sebutan dari anggota bersama-sama. Ini
disebabkan karena masing-masing anggota dengan seluruh harta benda
pribadinya bertanggung jawab atas semua utang perusahaan. Sedangkan
badan hukum mempunyai pengertian bahwa tanggung jawab para anggota
terhadap utang perusahaan itu hanya terbatas pada kekayaan dari badan
hukum bersangkutan.
Untuk mendirikan persekutuan dengan firma, maka mereka yang bersekutu
dapat mendirikan dengan membuat suatu akte resmi. Akte tersebut memuat
tentang apa yang sudah disetujui mereka bersama-sama, seperti nama
perusahaan yang mereka dirikan, besarnya modal tiap sekutu, dll.
Selanjutnya akte tersebut harus didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan
Negeri dan mengumumkan di dalam BNRI. Yang harus didaftarkan ialah akte
pendiriannya atau sebuah ikhtisar resmi dari akte itu. Ikhtisar resmi tersebut
memuat hal sebagi berikut:
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat kediaman para firmant (sekutu)
2. Penunjukan tentang firma yaitu nama bersama dengan keterangan
apakah persekutuan itu adalah umum atau terbatas untuk menjalankan
sebuah cabang perusahaan.
3. Penunjukan para firmant yang tidak dikuasakan menandatangani bagi
persekutuan.
4. Saat mulainya dan akan berakhirnya persekutuan.
Ikhtisar resmi dari akte pendirian itu sebagaimana sudah dikatakan harus
diumumkan di dalam BNRI. Jika kedua tersebut diabaikan (tidak
mendaftarkan dan mengumumkan), maka ini berarti bahwa persekutuan
bekerja dalam segala lapangan, persekutuan didirikan untuk waktu yang
tidak terbatas dan tiap sekutu berhak menandatangani dan berbuat
perbuatan hukum bagi persekutuannya.
Uraian lainnya yang menarik adalah masalah yang menyangkut pembagian
laba dalam suatu firma. Uraian ini didasarkan pada peraturan hukum yang
masih berlaku saat ini. Cara pembagian itu adalah sebagai berikut:

Contoh:
Persero yang terdiri dari tuan x, tuan y dan nona z telah mendirikan suatu
firma yang mereka namakan firma xyz & CO. Gambaran sebagian dari
neraca firma itu sebagai berikut:
• Tuan x memasukkan modalnya sebanyak Rp. 400.000,-
• Tuan y memasukkan modalnya sebanyak Rp. 200.000,-
• Nona z memasukkan tenaga dan kecakapannya
Pada tutup buku, firma itu berhasil memperoleh laba sejumlah 1.600.000,-.
Pembagian keuntungan menurut undang-undang 2:1:1. dengan
mengindahkan peraturan itu maka pembagian laba tuan x,y ,dan nona z,
untuk tahun buku itu adalah sebagai berikut:
Tuan X menerima ½ dari Rp. 1.600.000,- = Rp. 800.000,-
Tuan Y menerima ¼ dari Rp. 1.600.000,- = Rp. 400.000,-
Nona Z menerima ¼ dari Rp. 1.600.000,- = Rp. 400.000,- +
Jumlah seluruh laba = Rp. 1.600.000,-

2. Ciri –ciri bentuk badan usaha firma


a. Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.
b. Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah
tangan.
c. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
d. Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terbatas.

3. Kebaikan-kebaikan Firma
a. Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan sehingga lebih
mudah untuk memperluas usahanya.
b. Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan finansial
yang lebih besar.
c. Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja di
antara para anggota. Disamping itu, semua keputusan di ambil bersama-
sama.
d. Tergabung alasan-alasan rasional.
e. Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan

4. Keburukan Firma
a. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas terhadap seluruh utang
perusahaan. Sebagai contoh, dapat dilihat bentuk berikut ini:

Anggota Investasi Dalam


Toko Pengecer Kekayaan
Pribadi
A Rp. 400.000
B Rp. 200.000
C Rp. 100.000
Dengan berbagai macam alasan, toko tersebut mempunyai hutang sebesar
Rp. 800.000. modal yang ditanamkan oleh para anggota hanya sebesar Rp.
700.000 dipakai untuk melunasi hutang tersebut. Sisa hutang sebesar Rp.
100.000 harus dibayar dari kekayaan pribadi. Karena A dan B tidak memiliki
kekayaan pribadi, maka sisa hutang tersebut harus dibayar oleh C.
b. Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang. Hal yang demikian ini
memungkinkan timbulnya perselisihan paham diantara para sekutu.
c. Kesalahan seorang firmant harus ditanggung bersama.

Anda mungkin juga menyukai