Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan hidup Indonesia yang dianugrahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada

rakyat dan bangsa Indonesia, merupakan karunia dan rahmat-Nya yang wajib

dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat tetap menjadi sumber dan

penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia, serta makhluk hidup lainnya demi

kelangsungan dan peningkatan kualitas hidupnya. Pancasila sebagai dasar dan

falsafah negara merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh yang memberikan

keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan hidup akan

tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik dalam

hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia,

manusia dengan alam, manusia sebagai pribadi dalam rangka mencapai kemajuan

lahir dan batin. Antara manusia, masyarakat, dan lingkungan hidup terdapat

hubungan timbal balik, yang selalu harus dibina dan dikembangkan agar tetap dalam

keselarasan, keserasian, dan keseimbangan yang dinamis.1

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan

bahwa lingkungan lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan

hak konstitusional bagi setiap warga Negara Indonesia. Oleh karena itu, negara atau

1
Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

1
pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan

berkelanjutan (Suistainable Development),2 agar lingkungan hidup Indonesia dapat

menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup

lainnya. Indonesia mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya

alam yang melimpah. Kekayaan alam itu perlu dilindungi dan dikelola dalam suatu

sistem perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terpadu dan integrasi

antara lingkungan laut, darat, dan udara berdasarkan wawasan nusantara.3

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 33 ayat (3)

menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam dikuasai 4 oleh negara dan

dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Mengingat mineral dan

batubara sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber

daya alam yang tidak dapat diperbaharui, maka pengelolaannya perlu dilakukan

2
Menurut Komisi Brundtland, suistainable depelopment adalah pembangunan yang mencukupi
kebutuhan generasi sekarang tanpa berkompromi (mengurangi) kemampuan generasi yang akan datang
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sehubungan dengan konsep tersebut, pembangunan di Indonesia
belum dikatakan suistainable, karena pembangunan ternyata mempunyai sisi ganda, yaitu sisi positif
dan sisi negative. Sisi positif adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Sedangkan sisi negatirf
adalah rusaknya lingkungan hidup. Sutikno dan Maryuni, Ekonomi Sumber Daya Alam, Cet 1, Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, 2006, hlm 223
3
Penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlingdungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4
Kata-kata dikuasai oleh negara secara etimologis adalah dikuasai oleh negara(kalimat pasif)
mempunyai padanan arti negara menguasai atau penguasaan negara (kalimat aktif). Pengertian kata
“menguasai” ialah berkuasa atas (sesuatu), memegang kekuasaan atas (sesuatu), sedangkan pengertian
kata “penguasaan” berarti: proses, cara, perbuatan menguasai atau mengusahakan .Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (edisi kedua), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Balai Pustaka, Jakarta,
1995, hlm 533. Menurut Abrar Saleng makna dan substansi kata-kata ( istilah) dikuasai oleh negara
atau hak penguasaan negara adalah pertama, negara menguasai bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya. Kedua, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya (bahan
galian) dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hak negara menguasai atau hak
penguasaan negara merupakan konsep yang didasarkan pada organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat.

2
secara optimal, efisien, transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta

berkeadilan agar memperoleh manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat secara

berkelanjutan.5

Dalam kerangka penguasan negara atas pertambangan mengandung pengertian

negara memegang kekuasan untuk menguasai dan mengusahakan segenap sumber

daya bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia.

Penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam (Pasal 33 ayat (3) UUD 1945),

dalam rangka hak penguasaan negara, tidak berarti dikelola atau diusahakan oleh

negara atau pemerintah dengan birokrasinya, tetapi dapat menyerahkan kepada usaha

swasta, asalkan tetap dibawah penguasaan negara atau pemerintah. 6 Wujud

penyerahan kepada swasta adalah perusahaan negara atau BUMN.7Perusahaan

pertambangan negara yang mengusahakan bahan galian yang strategis dan diberikan

kewenangan penuh untuk melakukan usahanya termasuk melakukan hubungan

dengan pihak ketiga, asalkan segala kemajuan dan hasil produksinya tetap dibawah

pengendalian serta pengawasan negara.8

Dalam menjalankan fungsinya negara harus menjunjung tinggi nilai-nilai

keadilan, karena negara itu sendiri adalah salah satu komunitas yang bercirikan

keadilan. Eksistensi hak penguasaan negara dalam sistem ekonomi pada hakekatnya

5
Lihat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara
6
Mohammad Hatta, Ekonomi Terpimpin, Djambatan, Jakarta, 1967, hlm 46
7
Misalnya perusahaan Minyak dan Gas Bumi oleh Pertamina dan PT. Gas Negara, Listrik oleh PT.
PLN dan berbagai Public Utilities lainnya.
8
H. Abrar Saleng, Op.cit, hlm 31

3
bertujuan untuk melayani kepentingan warganya.9Stiglitz sebagaimana dikutif Didik

J. Racbani,10menyebutkan dalam studinya tentang peran negara bahwa setelah melihat

dasar-dasar teoritisnya, terdapat berbagai bentuk alternatif intervensi yang bisa

dilakukan negara. Setidak-tidaknya ada empat alternatif bentuk intervensi negara

dalam urusan ekonomi adalah;

a. Negara dapat memberikan hak monopoli bagi perusahaan negara.

b. Negara menciptakan kondisi yang bersaing antara perusahaan-perusahaan

negara.

c. Negara dapat membuat seperangkat perturan perundang-undangan yang dapat

menimbulkan kompetisi.

d. Negara dapat mengatur monopoli swasta.

Keterlibatan negara dalam kegiatan ekonomi yang menyangkut kepentingan

dan menguasai hajat hidup orang banyak bersumber dari konsep hak penguasaan

negara dan politik perekonomian negara. Oleh karena itu, dimuat konsep hak

penguasaan negara (HPN) dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 didasarkan

pada:11

a) Pertimbangan demokrasi ekonomi ;12


9
M.Rusli Karim, Negara: Suatu Analisis Mengenai Pengertian Asal-Usul dan Fungsi, Tiara Wacana
Yogya,Yogyakarta,1997, hlm 28
10
Didik Racbani, Ekonomi Politik Paradigma, Teori dan Perspektif Baru, CIDES, Jakarta, 1996, hlm
84-85
11
Penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
12
Menurut mubyarto sebagaimana dikutif oleh Hermansyah bahwa demokrasi ekonomi Pancasila
mempunya ciri-ciri sebagai berikut: pertama, dalam system ekonomi Pancasila koperasi adalah sosko
guru perekonomian; kedua, perekonomian Pancasila digerakan oleh ekonomi, sosial, moral; ketiga,

4
b) Untuk menghindari terjadinya penumpukan produksi dan jatuh ketangan

orang-seorang yang berkuasa; dan

c) Untuk menghindari penindasan terhadap rakyat banyak oleh mereka yang

secara ekonomi dan politik sangat kuat.

Demokrasi ekonomi menghendaki pemberdayaan ekonomi rakyat secara

keseluruhan diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk ikut serta menguasai

cabang-cabang produksi. Terciptanya suasana ekonomi tidak begitu saja diserahkan

kepada kekuatan pasar, tetapi memerlukan intervensi negara, baik secara langsung

(direct) maupun tidak langsung (indirect). Secara langsung dengan memfungsikan

BUMN dan secara tidak langsung dalam bentuk regulasi yang disertai atau tanpa

regulasi.13

Dalam menjalankan fungsinya melindungi lingkungan dan memberdayakan

lingkungan yang bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Salah satu

bentuk perlingdungan dan pemberdayaan kekayaan negara adalah dengan hukum

administrasi negara. Hukum administrasi adalah keseluruhan dari norma-norma dan

aturan-aturan mengenai pelaksanaan administrasi negara dalam menyelenggarakan

perekonomian Pancasila berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dalam Pancasila
terdapat solidaritas sosial; keempat, perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia,
yang berarti nasionalisme menjiwai setiap kebijakan ekonomi; kelima, system perekonomian Pancasila
tegas dan jelas adanya keseimbangan antara perencanaan sentral (nasional) dengan tekanan
desentralisasi didalam pelaksanaan kegiatan ekonomi. Arif Firmansyah, Peranan Komoite Audit
dalam Mengoptimalkan Auditor Internal dalam Upaya Mewujudkan Good Corporate Governance,
Skripsi, Universitas Islam Bandung, 2005, hlm 2
13
H. Abrar Saleng, Op.cit, hlm 3

5
kepentingan umum.14 Fungsi hukum administrasi adalah mengatur hubungan antara

pemerintah dengan rakyat. Bagi pemerintah hukum administrasi berfungsi menata

(Regeling) baik organisasi pemerintahan maupun aparatnya. Selain itu, hukum

administrasi juga memberikan arah perilaku (normering) menyangkut reksa

pemerintahan dan masalah pengayoman. Sementara bagi rakyat, hukum administrasi

mengatur kewajiban yang bersifat mengikat secara individual, baik melalui penetapan

(beschikkingen) maupun perjanjian (overeenkomsten).15

Dalam menjalankan pemerintahan (termasuk hukum administrasi) pemerintah

harus menerapkan prinsip good governance. Prinsip good governance bermakna


16
berorientasi pada kepada kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Good

Governance hadir diatas prinsip-prisnsip penegakan supremasi hukum, transparansi

dan akuntabilitas, egalitarian, serta efektif dan efisien.17

Dalam pengelolaan sumber daya alam negara mengatur tentang tata cara

perizinan pajak dan iuran eksploitasi. Proses perizinan lahan pertambangan, diawali

dengan Penentuan lahan wilayah pertambangan ditentukan oleh pemerintah.

Pemerintah menunjuk lembaga riset untuk menentukan wilayah mana saja yang

menjadi wilayah usaha pertambangan, setelah itu pemerintah melakukan lelang untuk
14
H.Amrah Muslimin, Beberapa Asas dan Pengertian Pokok Tentang Administrasi dan Hukum
Administrasi, Alumni, Bandung, 1985, hlm 32
15
Koerniatmanto Soertoprawiro, Fungsi Hukum Administrasi dalam Pemecahan Masalah Kemiskinan,
desertasi Universitas Airlangga Surabaya , 1998, hlm 11
16
Pipin Hanapiah, Good Governance Membangun Masyarakat yang Demokratis dan Nasionalis,
Makalah disampaikan pada kegiatan peningkatan wawasan kebangsaan bagi tokoh agama, Purwakarta
tanggal 31 Oktober 2007
17
Azyumardi Azra (dll),Islam Good Governance, dan Pengentasan Kmemiskinan, Ma’arif institute,
Jakarta, 2007, hlm 129

6
menentukan pengelola pertambangan tersebut. Setelah ada pemenang lelang,

pemenang lelang mengajukan izin eksplorasi. Izin eksplorasi meliputi penyelidikan

umum, eksplorasi, studi kelayakan. Sedangkan izin operasi produksi meliputi

kegiatan konstruksi,penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan

penjualan.18

Dalam kenyataannya, walaupun pemerintah telah menetapkan berbagai

prosuder dan tahapan-tahapan dalam melakukan penambangan, akan tetapi dampak

dari penambangan itu tetap besar. Bekas pertambangan yang dilakukan PT. KEM di

Kutai Barat Kalimantan Timur yang meninggalkan kubangan-kubangan sumur

raksasa yang mengandung bahan berbahaya. Air dari kubangan-kubangan tersebut

jebol dan mengalir kesuangai Mahakam, sehingga sungai tersebut airnya tercemar.19

Atas dasar uraian-uraian diatas menjadikan dasar pertimbangan bagi penulis

untuk mengadakan penelitian dengan judul “PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN

PERTAMBANGAN MELALUI HUKUM ADMINISTRASI DALAM RANGKA

MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE”.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana Pemberdayaan Lingkungan Pertambangan Melalui Hukum

Administrasi Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance?

18
Lihat Pasal 36 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara
19
Kompasiana.com tanggal 21 juli 2010

7
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pemberdayaan Lingkungan Pertambangan Melalui

Hukum Administrasi Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan teoritis dan praktis:

1. Kegunaan teoritis

Menambah pengetahun bagi mahasiswa fakultas hukum, fakutas

pertambangan dan penulis dalam rangka pengembangan ilmu hukum pada

umumnya dan khususnya hukumadministrasi dan hukum Lingkungan.

2. Kegunaan Praktis

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hak-haknya yang

dijamin oleh konstitusi, bahwa pemanfaatan sumber daya alam harus

dimanfaatkan bagi kesejahtraan masyarakat, memberikan pengetahuan kepada

masyarakat pada umumnya dan khususnya pada praktisi yang bersentuhan

langsung dengan kegiatan pertambangan supaya mengetahui betapa

pentingnya pengelolaan lingkungan, Serta memberikan masukan kepada

pemerintah untuk menyempurnakan peraturan-peraturan yang telah ada, yang

dirasakan masih kurang dalam melindungi lingkungan dan masyarakat

8
E. Kerangka Pemikiran

good governance dalam sejarah perkembangan program Bank Dunia lebih

diarahkan untuk pembangunan ekonomi atau pemulihan ekonomi. Misalnya, upaya

menghilangkan faktor yang berpengaruh negatif yang merintangi pembangunan

ekonomi secara positif (negative influencing factors hindering positive economic

development). Tetapi sebenarnya juga dalam menyelenggarakan kehidupan sosial

politik yang sehat.20

Tiga pilar utama dalam melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik

tersebut yakni transparansi berarti keterbukaan pemerintah dalam memberikan

informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada

pihak-pihak yang membutuhkan informasi.21 Akuntabilitas adalah

pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.

Akuntabilitas meliputi pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan

pemakai lainnya sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menilai

pertanggungjawaban pemerintah atas semua aktivitas keuangan yang dilakukan.22

Partisipatif adalah Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi

yang mewakili kepentingannya. Keterlibatan masyarakat menjadi penting, sebagai

20
H. Bintoro Tjokroamidjojo, Reformasi Nasional Penyelenggaraan Good Governance dan Perwujudan Masyarakat
Madani, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, 2004, hlm.65.
21
Mardiasmo, op.cit, hlm.30.
22
Ibid, hlm. 32.

9
upaya memadukan model pembangunan top down dengan bottom up agar program

pembangunan dapat diterima oleh masyarakat banyak.23

Konsep partisipasi dalam pengertian luas meliputi tata pemerintahan

(governance) dan kebijakan publik. Dalam konteks tata pemerintahan, partisipasi

dihubungkan dengan manajemen atau model pemerintahan. Menghubungkan

partisipasi dengan sistem tata pemerintahan yang berpusat pada rakyat (society

center) sebagai lawan dari tata pemerintahan yang berorientasi pada prinsip-prinsip

manajemen. Tata pemerintahan yang berpusat pada rakyat merupakan pilihan yang

harus ditempuh untuk menjamin keberlanjutan demokrasi, pembangunan dan

keadilan sosial.

Lebih lanjut dikatakan bahwa partisipasi berarti mendorong proses belajar

bersama, komunikasi yang seimbang dalam membahas persoalan publik, menjadikan

kesepakatan rakyat sebagai sumber utama dalam pengambilan keputusan di tingkat

politik formal dan memberikan ruang yang cukup bagi rakyat untuk mengontrol

keputusan publik agar dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.24

23
Puriyadi, Siasat Anggaran Posisi Masyarakat Dalam Perumusan Anggaran Daerah, Lokus Tiara Wacana Group,
Yogyakarta, 2003, hlm.3.
24
Yohanes Golot Tuba Helan, Implementasi Prinsip Demokrasi Dalam Pembentukan Peraturan Daerah Di Era
Otonomi Daerah, Disertasi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 2006, hlm. 99-100.

10
BAB II
PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN PERTAMBANGAN MELALUI HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD
GOVERNANCE

A. Pemberdayaan Lingkungan Melalui Hukum Administrasi Negara

Administrasi negara diserahi apa yang disebut lemaire “bestuurszorg”

(penyelenggaraan kesejateraan umum, yang dilakukan oleh pemerintah).

Bestuurszorg menjadi suatu cirri dari walfare state yaitu negara hukum modern, yang

memperhatikan kepentingan seluruh rakyat dan telah meninggalkan asas

staatsonthouding.25

Tugas bestuurszorg kepada administrasi negara itu, membawa konsekuensi

khusus, yaitu agar dapat menyelenggarakan kesejateraan umum sebaik-baiknya, maka

adiministrasi negara memerlukan kemerdekaan, yaitu kemerdekaan untuk dapat

bertindak atas inisiatif sendiri, terutama dalam penyelesaian soal-soal yang genting

dan peraturan penyelesaian sengketa belum dibuat oleh badan legislative. Dalam hal

demikian, administrasi negara, harus bertindak cepat, tidak dapat menunggu sampai

adanya peraturan perundang-undangan dari badan legislative, tetapi dia harus

membuat sendiri peraturan penyelesaian yang diperlukan itu. 26

Utrecht mengatakan dengan tepat, bahwa diberinya freies Ermessen kepada

administrasi negara itu sebenarnya berarti, bahwa sebagaian kekuasaan yang

25
Djaenal Hoesen Koesoemahatmadja, Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha Negara, Alumni, Bandung,
1983, hlm 102
26
Ibid

11
dipegang oleh DPR, sebagai badan legislative dipindahkan kedalam tangan

pemerintah administrasi negara sebagai badan eksekutif.27

Uraian diatas mencerminkan bahwa pejabat administrasi negara diberikan

wewenang untuk membuat keputusan yang bebas bila tidak ada peraturan perundang-

undangan yang mengatur. Ketika peraturan perundang-undangannya sudah ada (telah

mengatur perbuatan tersebut) maka pejabat administrasi negara tidak boleh

menjalankan wewenang yang lain selain yang ditetapkan didalam undang-undang

tersebut, supaya para pejabat tidak menyalah gunakan wewenang tersebut.

Dalam memberdayakan lingkungan dengan hukum administrasi negara di

perlukan aturan khusus yang mengatur tentang pengelolaan dan pengeksploitasian

sumber daya alam. Aturan tersebut di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor

4 tahun 2009 tentang mineral dan batu bara. Mineral dan batu bara adalah sumber

daya alam yang tidak dapat diperbaharui,sehingga karena tidak dapat diperbaharui

pemerintah harus melindungi dengan cara negara menguasai sumber daya alam

tersebut guna dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Penguasaan negara terhadap sumber daya alam diselenggarakan oleh

pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Kewenagan pemerintah dalam pengelolaan

pertambangan mineral dan batu bara adalah pertama, penetapan kebijakan nasional;

kedua, pembuatan peraturan perundang-undangan; ketiga, penetapan standar,

nasional, dan criteria, keempat, penetapan system perizinan pertambangan mineral

dan batu bara nasional; kelima, penetapan wilayah pertambangan yang dilakukan

27
Ibid, hlm 103

12
setelah berkoordinasi dengan pemerintahan daerah dan berkonsultasi dengan dewan

perwakilan rakyat Indonesia; keenam, pemberian izin usaha pertambangan,

penyelesaian konflik masyarakat, dan pengawasan usaha pertambangan yang berada

dilintas wilayah provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12 mil dari garis pantai ;

dan lain-lain.28

Dalam pengelolaan sumber daya alam negara mengatur tentang tata cara

perizinan pajak dan iuran eksploitasi. Proses perizinan lahan pertambangan.

Penentuan lahan wilayah pertambangan ditentukan oleh pemerintah diawali dengan

menunjuk lembaga riset untuk menentukan wilayah mana saja yang menjadi wilayah

usaha pertambangan, setelah itu pemerintah melakukan lelang untuk menentukan

pengelola pertambangan tersebut. Setelah ada pemenang lelang, pemenang lelang

mengajukan izin eksplorasi. Izin eksplorasi meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,

studi kelayakan. Sedangkan izin operasi produksi meliputi kegiatan

konstruksi,penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan.

Ijin usaha pertambangan diberikan kepada badan usaha, koperasi dan

perseorangan. Dalam hal badan usaha dan/atau koperasi dan/atau perseorangan yang

mengajukan ijin eksploitasi disetuji oleh pemerintah, ijin tersebut diberikan dalam

waktu tujuh tahun dan berkewajiban untuk menerapkan kaidah tehnik pertambangan

yang baik, mengelola keuangan sesuai dengan system akuntansi Indonesia,

meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batu bara, melaksanakan

28
Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang mineral dan batu bara

13
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat, dan mematuhi toleransi daya

dukung lingkungan.29

Dalam uraian diatas terlihat bahwa dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2009 mengatur tentang perijinan dan pemberdayaan, sekaligus perlindungan terhadap

sumber daya alam (pertambangan) guna sebesar-besar kemakmuran masyarakat.

B. Hukum Administrasi Negara Menuju Good Governance

Dalam pembahasan diatas telah membahas tentang pemberdayaan lingkungan

melalui hukum administrasi negara. Hukum administrasi negara akan terlaksana

dengan baik apabila para aparatnya menerapkan prinsip good governance dan clean

government.

Good Governance mendapat relevansi di Indonesia dalam pandangan

masyarakat transparansi paling tidak ada tiga sebab: pertama, krisis ekonomi dan

politik yang masih terus-menerus dan belum ada tanda-tanda akan segera berakhir;

kedua, masih banyaknya korupsi dan berbagai bentuk penyimpangan dalam

pengelenggaraan negara ; Ketiga, kebijakan otonomi daerah yang merupakan harapan

besar bagi proses demokratisasi sekaligus kakhawatiran akan kegagalan program

tersebut. Alasan lain adalah masih belum optimalnya pelayanan birokrasi

pemerintahan dan sector swasta dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

publik.30

29
Lihat Pasal 95 Undang-Undang No mor 4 Tahun 2009 tentang mineral dan batu bara
30
Dede Roshada (dkk), Demorasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakay Madani, Prenada Media,
Jakarta, 2005, hlm 180

14
Meskipun istilah Good Governance sering disebut dalam berbagai

kesempatan, istilah tersebut dimaknai berlainan. Disatu sisi ada yang memaknai

Good Governance sebagai kinerja dari satu lembaga. Menurut MM. Billah, Istilah

merujuk pada arti asli Governance yang berarti mengarahkan atau mengendalikan

atau mempengaruhi masalah public dalam suatu negeri. Karena itu Good Governance

dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai

yang bersifat mengarahkan,mengendalikan atau mempengaruhi masalah public untuk

mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan sehari-hari. Dengan

demikian ranah Good Governance tidak terbatas pada negara atau birokrasi

pemerintahan, tetapi juga pada ranah masyarakat cipil yang dipresentasikan oleh

organisasi non- pemerintah. (MM. Billah, 1996, hlm 40)

Pada dasarnya konsep Good Governance memberikan rekomendasi pada

system pemerintahan yang menekankan kesetaraan antara lembaga-lembaga negara

baik ditingkat pusat maupun daerah, sector swasta dan masyarakat madani. Good

Governance berdasarkan pandangan ini berarti suatu kesepakatan menyangkut

pengaturan negara yang diciptakan oleh pemerintah, masyarakat madani, dan sector

swasta. Kesepakatan tersebut mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, proses dan

lembaga-lembaga dimana warga \dan kelompok masyarakat mengutarakan

kepentingannya menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani

perbedaan diantara mereka.31

31
Dede Rosyada (dkk) , Ibid, hlm 181

15
Aspek fundamental dalam perwujudan Good Governance, yaitu:32

1. Partisipasi

2. Penegakan hukum

3. Responsive

4. Orientasi kesepakatan

5. Keadilan

6. Efektifitas dan efisiensi

7. Akuntabilitas

8. Visi strategis

Langkah-langkah perwujudan Good Governance, yaitu:33

1. Penguatan fungsi dan petan lembaga perwakilan

2. Kemandirian lembaga peradilan

3. Aparatur pemerintah yang professional dan penuh integritas

4. Masyarakat madani yang kuat dan partisipatif

5. Penguatan upaya otonomi daerah

Good Governance sebagai sebuah paradigm dapat terwujud bila ketiga pilar

pendukungnya berfungsi secara baik yaitu negara, sector swasta, dan masyarakat

madani. Negara dengan birokrasi pemerintahannya dituntut merubah pola pelayanan

dari birokrasi elitis menjadi birokrasi populis. Sector swasta sebagai pengelola

sumber daya luar negara dan birokrasi pemerintahanpun harus memberikan

32
Ibid, hlm 182
33
Ibid, hlm 190

16
konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya tersebut. Penerapan cita Good

Governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan organisasi masyarakat sebagai

kekuatan penyeimbang negara.34

BAB III
34
Ibid

17
PENUTUP

A. Simpulan

Pemberdayaan lingkungan pertambangan telah ada dalam Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang mineral dan batu bara, dengan menerapkan wilayah

usaha pertambangan, ijin eksplorasi dan ijin produksi. Dengan demikian, terciptanya

Negara menuju Good Governance akan terlaksana dan dengan adanya tahapan

tersebut kondisi lingkungan akan semakin baik dan berdaya guna bagi sebesar-besar

kemakmuran rakyat.

B. Saran

Peraturan mengenai pemberdayaan lingkungan sudah diakomodir oleh

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang mineral dan batu bara, akan tetapi

tidak lantas langsung pemberdayaan itu menjadi baik. Untuk itu maka pemerintah

harus menerapkan prinsip-prinsip Good Governance, sehingga bisa terlaksanya

Negara yang Good Governance.

18
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Abrar Saleng, Hukum pertambangan, Cet I, UII Press, Yogyakarta, 2004.

Arif Firmansyah, Peranan Komoite Audit dalam Mengoptimalkan Auditor Internal


dalam Upaya Mewujudkan Good Corporate Governance, Skripsi,
Universitas Islam Bandung, 2005.

Azyumardi Azra (dll), Islam Good Governance, dan Pengentasan Kmemiskinan,


Ma’arif institute, Jakarta, 2007.

Dede Roshada (dkk), Demorasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakay Madani,
Prenada Media, Jakarta, 2005.

Didik Racbani, Ekonomi Politik Paradigma, Teori dan Perspektif Baru, CIDES,
Jakarta, 1996.

Djaenal Hoesen Koesoemahatmadja, Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha Negara,


Alumni, Bandung, 1983

H.Amrah Muslimin, Beberapa Asas dan Pengertian Pokok Tentang Administrasi dan
Hukum Administrasi, Alumni, Bandung.

H. Bintoro Tjokroamidjojo, Reformasi Nasional Penyelenggaraan Good Governance


dan Perwujudan Masyarakat Madani, Lembaga Administrasi Negara,
Jakarta, 2004.

Koerniatmanto Soertoprawiro, Fungsi Hukum Administrasi dalam Pemecahan


Masalah Kemiskinan, desertasi Universitas Airlangga Surabaya, 1998.

Mohammad Hatta, Ekonomi Terpimpin, Djambatan, Jakarta, 1967.

M.Rusli Karim, Negara: Suatu Analisis Mengenai Pengertian Asal-Usul dan Fungsi,
Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1997.

Pipin Hanapiah, Goog Governance Membangun Masyarakat yang Demokratis dan


Nasionalis, Makalah disampaikan pada kegiatan peningkatan wawasan
kebangsaan bagi tokoh agama, Purwakarta tanggal 31 Oktober 2007.

19
Puriyadi, Siasat Anggaran Posisi Masyarakat Dalam Perumusan Anggaran Daerah,
Lokus Tiara Wacana Group, Yogyakarta, 2003.

Sutikno dan Maryuni, Ekonomi Sumber Daya Alam, Cet 1, Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, 2006.

Yohanes Golot Tuba Helan, Implementasi Prinsip Demokrasi Dalam Pembentukan


Peraturan Daerah Di Era Otonomi Daerah, Disertasi Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 2006.

20

Anda mungkin juga menyukai