SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
OLEH:
FERDY NOVRIZAL
105016300587
Kata kunci: Model Sains Teknologi Masyarakat, Fisika, dan Penguasan Konsep
ABSTRACT
i
6. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatllah Jakarta Program Studi Pendidikan Fisika
7. Ayahanda Syafrizal dan Ibunda Mulyani, yang sepanjang masa memberikan
cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menjadi pribadi seperti saat
ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan cinta dan kasih sayang-Nya
untuk mereka berdua.
8. Adikku tercinta Delvi Andrizal. Terima kasih telah menghadirkan semangat
dan dukungan bagi penulis. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat
dan karunia bagi kita semua.
9. Darmawati S.Ked, terimakasih atas kesabaran, doa, motivasi, dan bantuannya
yang telah diberikan kepada penulis.
10. Keluarga Besar SMP Negeri 48 Jakarta, khususnya Ibu Mami S.Pd. dan Ibu
Tuti alawiyah S.Pd., Guru IPA (fisika) yang telah banyak membantu penulis
selama penelitian dan juga siswa siswi kelas VIII-1 dan VIII-3 angkatan
2009/2010 yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.
11. Teman-teman terbaikku (Samsul, Apik, Ade, Arif, Khaerul, Sulaeman)
Terima kasih atas segala kebaikan yang telah kalian berikan. Teman-teman
seperjuangan di kampus UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2005 khususnya
pendidikan fisika yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, penulis sampaikan
terima kasih atas kerjasama dan bantuannya selama ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia
pendidikan dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Pembatasan Masalah 4
D. Perumusan Masalah 5
E. Tujuan Penelitian 5
F. Manfaat Penelitian 5
BAB II KAJIAN TEOERITIS, KERANGKA PIKIR, dan PERUMUSAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoeritis 7
1. Model STM dalam Pembelajaran Fisika 7
a. Pengertian STM 7
b. Model STM pada Pendekatan Konstruktivisme 9
c. Tujuan Model STM 10
d. Karakteristik Model STM 12
e. Tahap Pembelajaran STM 15
2. Konsep 19
a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran 19
b. Faktor yang Mempengaruhi Konsep 22
3. Sifat Konsep Energi 23
iii
a. Usaha............................................................................. .. 23
b. Energi 25
4. Motivasi Belajar...................................................................... 29
5. Hasil Penelitian yang Relevan 32
B. Kerangka Pikir 34
C. Perumusan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodoe Penelitian 36
B. Waktu dan Tempet Penelitian 36
C. Desain Penelitian 36
D. Populasi dan Sampel 37
E. Teknik Pengumpulan Sampel 37
F. Variabel Penelitian 38
G. Alur Penelitian 39
H. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 40
I. Instrumen Penelitian 40
1. Instrumen Tes 41
a. Uji Validitas 42
b. Uji Reliabilitas 43
c. Taraf Kesukan………………………………………… 43
d. Daya Pembeda Soal 44
2. Instrumen Non Tes………………………………………... 45
J. Teknik Analisis Data 45
1. Uji Normalitas 46
2. Uji Homogenitas 46
3. Uji Hipotesis 46
4. Pengujian Hipotesis………………………………………... 47
BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 47
B. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol................. 48
C. Hasil Instrumen Nontest ......................................................... 50
iv
D. Analisis Data ........................................................................... 54
1. Uji Normalitas ................................................................. 54
2. Uji Homogenitas ............................................................... 55
3. Uji Hipotesis ................................................................... 55
E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 57
F. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 59
BAB V PENUTUP ................................................................................. 61
A. Kesimpulan ........................................................................... 61
B. Saran ..................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 66
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1
La Maronta Golib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains
di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 034 Tahun ke-8, Januari 2002, h. 39.
3
2
http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/
Diakses, tanggal 01 Maret 2010
3
Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran
Kimia di SMUN Kota Banjarmasin, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9 Januari
2003, h. 114.
4
Rai Sujanem, Penerapan Bahan Ajar yang Berwawasan Pendekatan STM Sebagai Upaya
Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktikum Fisika Dasar, Sikap Ilmiah, Literasi Sains
dan Teknologi Mahasiswa Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widya IKIP Negeri
Singaraja No. 1 Th. XXXV Januari 2002, h. 124.
4
dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seorang guru dan murid
dimana menurut guru ketika mengajar fisika lebih dari 50% murid tersebut tidak
paham mengenai pelajaran tersebut, tetapi ketika guru tersebut menggunakan
model sains teknologi masyarakat dalam proses pembelajaran murid lebih
termotifasi lagi untuk mendalami fisika. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
murid, ketika guru tersebut menerapkan pendekatan sains teknologi masyarakat
murid jadi mengerti apa fungsi pembelajaran tersebut dan aplikasi apa saja yang
ada di masyarakat ketika belajar fisika.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas,
maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut
menjadi sebuah judul skripsi yaitu: “Penerapan Model Pembelajaran Sains
Teknologi dan Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa
pada Topik Usaha dan Energi.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang tidak diimbangi
dengan pengetahuan awal siswa mengenai sains (fisika) sehingga siswa
kurang memahami akan fungsi teknologi.
2. Sebagian besar guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa
bosan dalam belajar fisika.
3. Proses pembelajaran fisika lebih menekankan pada pencapaian tuntutan
kurikulum dan penyampaian materi semata, sehingga menyebabkan
rendahnya penguasaan konsep fisika siswa.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memokuskan masalah dari penelitian ini, dilakukan pembatasan
masalah sebagai berikut.
5
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan pada penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep
siswa setelah penerapan model STM pada pembelajaran konsep energi dan
usaha?”
Pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1 Bagaimana penguasaan konsep siswa pada topik Usaha dan Energi sebelum
dan setelah penerapan model pembelajaran STM?
2 Bagaimana motivasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran STM pada
topik Usaha dan Energi?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan penguasaan konsep siswa
setelah diterapkan model STM dalam topik Usaha dan Energi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi peneliti; dapat mengembangkan wawasan tentang model pembelajaran
fisika khususnya model STM serta memberikan pengalaman dalam melakukan
penelitian.
2. Bagi peserta didik; dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep pada
topik Usaha dan Energi melalui pembelajaran dengan model STM.
6
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Model Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran
Fisika
a. Pengertian STM
Model sains teknologi masyarakat sebagai suatu program pendidikan
untuk pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahu 1985. pada tahun
1986, model STM mulai diperkenalkan di Program Pasca Sarjana IKIP
Bandung, sebagai salah satu mata kuliah. Sedangkan penelitian di kelas baru
dilaksanakan pada tahun 1994.1 Sains teknologi masyarakat sebagai suatu
perubahan yang utama di dalam pendidikan ilmu pengetahuan.2 Jadi, dalam
pendidikan ilmu pengetahuan sains teknologi masyarakat merupakan suatu
proses pembelajaran yang dapat mengubah cara berpikir siswa.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris
“Science Techology Society (STS)”, yaitu pada awalnya dikemukakan oleh
John Ziman dalam bukunya Teaching and Lerning about Science and Society.
Pembelajaran Science Technology Society berarti menggunakan teknologi
sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.3 jadi, dalam pembelajaran
menggunakan sains teknologi masyarakat bahwa teknologi dapat digunakan
sebagai penghubung/penerapan antara sains dan masyarakat sehingga siswa
dapat memahami apa yang telah dipelajari.
1
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005).
h. 111.
2
Elif Bakar, dkk, Preservice Science Teachers Belifes About Science-Technology And Their
Impilication In Society, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education,
Volume 2, Number 3, December 2006. h. 19.
3
Anna Poedjiadi, Op.Cit., h. 99.
7
8
4
James Edward Hollenbeck,(1998) Scince, Technology and Society:an American
Approach to Environmental Education in Practice in Lowa Schools, (Europe: A Plenary
Presentation to the Foundation for Environmental), h. 6.
5
Glen S. Aikenhead, Research Into STS Science Education, (Canada : University of
Sasakatchewan 2005),. 385.
6
Sabar Nurohman, Penerapan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM) Dalam
Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, (Pendidikan Fisika
FMIPA UNY).
7
Robert E. Yeger, Assessment Results with the Science/Technology/Society Approach,
Oktober 1999,. h. 35
9
8
Pristiadi Utomo, Pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS. http.//Ilmuan
Muda.Wordpress.com. Diakses tanggal 24 Februari 2010.
9
Muhammad Faiq Dzaki, Teori Konstruktivisme,
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teori-konstruktivisme_06.html.
10
10
Pristiadi Utomo, Op.Cit. h. 12.
11
11
Purwanto,(2008) Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Inelligences)
Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Fisika,
(Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta), h. 6.
12
Zhudan k. Prasetyo,(2006) Kapita Selekta Pembelajaran Fisika, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2006), h. 4.32.
12
13
La Maronta G, (2002) Pendekatan STM dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, h. 47.
13
14
Ibid., h. 51.
15
Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya
2004). h. 25-26
16
I Wayan Sadia, Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat, (Singaraja: Aneka Widya, 1999) h. 26.
17
La Maronta G, Loc.Citt.,
14
18
Robert E. Yager and Rustam Roy, STS: Most Pervasive and Most Radical of Reform
Appoarches to “Science” Education, The University of Lowa and Pennsylvania State University,
2000. h. 9.
15
19
Rumansyah dan irhasyuarna, Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM) Dalam pembelajaran Kimia Di Kalimantan Selatan , Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. No. 029 Tahun Ke-7,, h. 195.
16
sumber belajar yang ada dimasyarakat yang berhubungan dengan materi dan
permasalahan teknologi yang akan dikaji. Pembelajaran bersifat fleksibel
karena guru leluasa untuk menerapkan berbagai strategi dan metode belajar.
Hal ini memungkinkan pendekatan STM melatih pola pikir yang divergen,
kerja kelompok diskusi kelas yang berpusat pada siswa, pemecahan masalah,
simulasi, pengambilan keputusan, dan debat dengan menggunakan sumber
belajar yang ada di masyarakat. Tahapan pembelajaran STM pada model STM
terdiri dari:
1. Pendahuluan
Tahap ini membedakan STM dengan pendekatan pembelajaran yang
lainnya. Pada tahap ini dikemukakan isu atau masalah yang ada di masyarakat.
Siswa diharapkan dapat menggali masalah sendiri, namun apabila guru tidak
mendapatkan tanggapan dari siswa, maka masalah dapat saja dikemukakan
oleh guru. Guru memfasilitasi siswa untuk lebih mendalami permasalahan.
Dalam tahap ini guru melakukan apersepsi berdasarkan kenyataan yang
dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat juga melakukan
eksplorasi melalui pemberian tugas untuk melakukan kegiatan diluar kelas
secara berkelompok. Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran
memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sejak awal.
Selanjutnya kostruksi pengetahuan ini akan terus dibangun dan dikokohkan
pada tahap pembentukan dan pemantapan konsep.
2. Pembentukan konsep
Pada tahap pembentukan konsep guru dapat melakukan berbagai
metode pembelajaran misalnya demonstrasi, diskusi, bermain peran, dan
sebagainya. Pendekatan STM juga memungkinkan diterapkannya berbagai
pendekatan seperti pendekatan ketrampilan proses, pendekatan sejarah,
pendekatan kecakapan hidup, dan pendekatan lainnya. Selama melakukan
berbagai aktivitas pada tahap pembentukan konsep siswa diharapkan
mengalami perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya
konsep yang dimiliki sesuai dengan konsep para ilmuwan. Pada akhir tahap
17
Alur pembelajaran STM dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.20
Tahap 1 Pendahuluan:
Inisiasi/invitasi/apersepsi/ Isu/masalah
eksplorasi thd siswa
Tahap 4 Pemantapan
konsep
Tahap 5 Penilaian
Jadi, tujuan yang ingin dicapai dari model STM dalam pembelajaran
adalah model interdisiplin ilmu dalam pembelajaran sains, memberikan siswa
pengetahuan tentang keadaan dunia yang sebenarnya, memberikan
kesempatan siswa untuk membentuk pemahaman yang kritis tentang
hubungan sains, teknologi dan masyarakat, dan mengembangkan kapasitas
dan kepercayaan diri siswa untuk mengaplikasikan sains dalam kehidupan
sehari-harinya.
20
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2005). h. 126.
19
2. Konsep
a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran
Mempelajari fisika pada dasarnya menguasai kumpulan hukum, teori,
prinsip dan tau rumus yang terbangun oleh konsep sesuai kajiannya. Konsep
merupakan buah pemikiran seseorang yang dinyatakan dalam definisi
sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan
berpikir abstrak.21 Jadi, konsep disini merupakan sesuatu yang nyata sehingga
nantina siswa dapat memahami pembelajaran tersebut.
Dua tujuan utama dari pendidikan adalah meningkatkan ingatan dan
transfer. Ingatan didefinisikan sebagai kacakapan untuk menerima,
menyimpan dan menerima kesan-kesan.22 Sedangkan transfer dalam belajar
atau yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) mengandung arti
pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi kesituasi lainnya
(Reber 1998).23 Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya
keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan
keterampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus
dipahami sebagai pemindahan pengaruh keterampilan melakukan sesuatu
terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lain.24
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ingatan merupakan
suatu kemampuan untuk mengingat atau memanggil kembali materi yang telah
diperoleh dengan cara yang hampir sama seperti saat belajar, sedangkan
transfer adalah kemampuan menggunakan materi yang telah diperoleh untuk
memecahkan masalah baru, menjawab pertanyaan baru atau untuk
mempermudah mempelajari materi baru.
Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan
masalah. Menurut Sutarto, konsep secara sederhana dapat dimengerti sebagai
katagaori suatu rangsangan (stimulus) berdasarkan atribut-atribut yang
21
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 71.
22
Ibid, h. 128.
23
Muhibbin Syah, PsikologiBelajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 159.
24
Ibid.
20
25
Sutarto, Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika sebagai Alat
Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11 (054), 2005, h. 327
26
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasisi Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 14.
27
Sutarto, Op.Cit.,h. 332.
21
28
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara
2006),. h. 117-120
29
http://pkab.wordpress.com/2008/06/21/discovery-inquiry-sts-fisika/
Di akses tanggal 20 April 2009
22
30
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta :
PT. Bumi Aksara). h. 165 - 169
23
W = Fs cos 0 = Fs (1) = Fs
31
Mikrajudin, IPA Terpadu SMP dan MTS, (Jakarta: Erlangga 2007). h. 33.
24
W adalah usaha alias kerja, F adalah besar gaya yang searah dengan
perpindahan dan s adalah besar perpindahan.
Hasil perkalian antara besar gaya (F) dan besar perpindahan (s) di atas
merupakan bentuk perkalian titik atau perkalian skalar. Karenanya usaha masuk
dalam kategori besaran skalar. Pelajari lagi perkalian vektor dan skalar kalau
dirimu bingun… Persamaan di atas bisa ditulis dalam bentuk seperti ini:32
32
Dedi Hidayat, Prinsip-prinsip Fisika, (Jakarta: Yudistira, 2000). h. 243.
25
Perlu anda pahami dengan baik bahwa sebuah gaya melakukan usaha
apabila benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan. Jika benda tidak
berpindah tempat maka gaya tidak melakukan usaha. Agar memudahkan
pemahaman anda, bayangkanlah anda sedang menenteng buku sambil diam di
tempat. Walaupun anda memberikan gaya pada buku tersebut, sebenarnya anda
tidak melakukan usaha karena buku tidak melakukan perpindahan. Ketika anda
menenteng atau menjinjing buku sambil berjalan lurus ke depan, ke belakang atau
ke samping, anda juga tidak melakukan usaha pada buku. Pada saat menenteng
buku atau menjinjing tas, arah gaya yang diberikan ke atas, tegak lurus dengan
arah perpindahan. Karena tegak lurus maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Cos
90o = 0, karenanya berdasarkan persamaan di atas, nilai usaha sama dengan nol.
Contoh lain adalah ketika dirimu mendorong tembok sampai puyeng… jika
tembok tidak berpindah tempat maka walaupun anda mendorong sampai banjir
keringat, anda tidak melakukan usaha. Kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah
gaya tidak melakukan usaha apabila gaya tidak menghasilkan perpindahan dan
arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan.
b. Energi
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari
membutuhkan energi. Untuk bertahan hidup kita membutuhkan energi yang
diperoleh dari makanan. Setiap kendaraan membutuhkan energi untuk bergerak
dan energi itu diperoleh dari bahan bakar. Hewan juga membutuhkan energi untuk
hidup, sebagaimana manusia dan tumbuhan.
Energi merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam fisika.
Konsep yang sangat erat kaitannya dengan usaha adalah konsep energi. Secara
sederhana, energi merupakan kemampuan melakukan usaha. Definisi yang
sederhana ini sebenarnya kurang tepat atau kurang valid untuk beberapa jenis
energi (misalnya energi panas atau energi cahaya tidak dapat melakukan kerja).
Definisi tersebut hanya bersifat umum. Secara umum, tanpa energi kita tidak
dapat melakukan kerja. Sebagai contoh, jika kita mendorong sepeda motor yang
mogok, usaha alias kerja yang kita lakukan menggerakan sepeda motor tersebut.
26
Pada saat yang sama, energi kimia dalam tubuh kita menjadi berkurang, karena
sebagian energi kimia dalam tubuh berubah menjadi energi kinetik sepeda motor.
Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Contoh
ini juga menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni kekekalan
energi. Jumlah total energi pada sistem dan lingkungan bersifat kekal alias tetap.
Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari satu bentuk
energi menjadi bentuk energi lain.
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak jenis energi. Energi kimia
pada bahan bakar membantu kita menggerakan kendaraan, demikian juga energi
kimia pada makanan membantu makhluk hidup bertahan hidup dan melakukan
kerja. Dengan adanya energi listrik, kita bisa menonton TV atau menyalakan
komputer sehingga bisa bermain game sepuasnya. Ini hanya beberapa contoh dari
sekian banyak jenis energi dalam kehidupan kita. Misalnya ketika kita
menyalakan lampu neon, energi listrik berubah menjadi energi cahaya. Energi
listrik juga bisa berubah menjadi energi panas (setrika listrik), energi gerak (kipas
angin) dan sebagainya. Banyak sekali contoh dalam kehidupan kita, dirimu bisa
memikirkan contoh lainnya. Secara umum, energi bermanfaat bagi kita ketika
energi mengalami perubahan bentuk, misalnya energi listrik berubah menjadi
energi gerak (kipas angin), atau energi kimia berubah menjadi energi gerak (mesin
kendaraan).
Pada kesempatan ini kita akan mempelajari dua jenis energi yang
sebenarnya selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yakni energi potensial
dan energi kinetik translasi. Energi potensial dapat berubah bentuk menjadi energi
kinetik ketika benda bergerak lurus dan sebaliknya energi kinetik juga bisa
berubah bentuk menjadi energi potensial. Total kedua energi ini disebut energi
mekanik, yang besarnya tetap alias kekal.
27
Energi Kinetik.
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda yang
bergerak. Energi kinetik suatu benda besarnya berbanding lurus dengan massa
benda dan kuadrat kecepatannya.33
Ek = ½ m v2
Ek = Energi kinetik ; m = massa benda ; v = kecepatan benda
SATUAN
BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS
Energi kinetik (Ek) joule erg
Massa (m) Kg gr
Kecepatan (v) m/det cm/det
Usaha = perubahan energi kinetik.
W = Ek = Ek2 – Ek1
m
g
33
Ibid, h. 250.
28
ENERGI
4. Motivasi Belajar
Woodwort seperti dikutip oleh Wina Sanjaya mengatakan: “motive is a set
predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals”.
Suatu motif adalah suatu set yang bisa membuat individumelakukan kegiatan-
kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.34 Dengan demikian, perilaku atau
tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujian tertentu sangat
trergantung dari motivasi yang dimiliknya.
Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang
ditunjukkan seseorang. Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan
yang terdapat pada diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan
kegiatan tertentu untuk mencapai tujian tertentu.
Menurut Mc. Donald seperi dikutip oleh Sardiman dalam bukunya
interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
34
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), h.27.
30
35
Sardiman A. M, interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 73.
36
”Motivasi Belajar” artikel diakses pada 19 Desember 2007 dari
http://www.damandiri.or.id/file/naniktunpabsbab2.pdf, h. 28.
31
37
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet.1,
h.149
32
mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk
mencapai angka tinggi, diploma, gelar, dan sebagainya.38
Perlu ditegaskan bahwa motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang
tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan
agar anak didik mau belajar. Hal ini disebabkan karena kemungkinan besar
keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen komponen
lain dalam proses pembelajaran ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga
diperlukan motivasi intrinsik.
Berdasarkan penjelasan macam-macam motivasi belajar di atas, baik
motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya merupakan
pendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang timbul
karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Namun,
tentunya agar aktifitas dalam belajar tersebut memberikan kepuasan atau ganjaran
di akhir kegiatan belajar, maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk
belajar adalah motivasi intrinsik.
40
Ida Bagus Putu Arnyana, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam
Pembelajaran Biologi Kelas III Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999,
Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli 2000.
41
I Made Rideng,(2000) Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains
teknologi dan masyarakat Terhadap Hasil Belajar SIswa SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja,
no 4 TH. XXIII Januari. h.56
42
Ni Ketut Rapi, Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui
Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP, Aneka Widya
STKIP Singaraja, no 1 TH. XXII Januari 1999. h.175
34
B. Kerangka Pikir
Konsep-konsep fisika merupakan konsep yang cukup sulit untuk
dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, oleh karena itu
diperlukan metode yang menarik minat para siswa agar konsep fisika mudah
diserap dan dipahami oleh setiap siswa. Rendahnya penguasaan atau
pemahaman tidak terlepas dari penggunaan metode, model, atau pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh para pendidik.
Salah satu model pengajaran yang tepat untuk membuat siswa
memahami terhadap konsep-konsep atau prinsip-prinsip fisika, dan juga
menanamkan pemahaman siswa terhadap teknologi yang berkaitan dengan
konsep tersebut, dan kemungkinan penggunaanya di dalam masyarakat atau
dalam kehidupan sehari-sehari yaitu melalui model STM.
Dalam model STM peserta didik mampu menghubungkan realitas
sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, peserta didik mampu
menggunakan berbagai jalan untuk mensikapi berbagai situasi yang
berkembang di dalam masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah dan peseta
didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki
tanggung jawab sosial.
Dengan demikian dapat diduga bahwa model STM akan dapat
mempertinggi pencapaian penguasaan konsep fisika siswa.
35
Masalah:
D 1. Kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan pengetahuan awal siswa
mengenai sains (fisika)
2. Pembelajaran Usaha dan energy masih belum bersifat kontekstual
3. Penguasaan konsep peserta didik pada topic Usaha dan Energi masih rendah
3
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian
dirumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh penerapan model STM
terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen
atau eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati eksperimen sungguhan
dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel
yang relevan.1 Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah “pretest – posttest control group
design”.2 Sebelum proses pembelajaran dimulai dilakukan tes awal (pretest)
untuk kedua kelompok, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan
konsep siswa. Kemudian setelah akhir penelitian (selesai pertemuan pokok
bahasan) diadakan tes akhir (posttest) dengan butir yang sama pada kedua
kelompok. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah model sains teknologi
msayarakat. Setelah mendapatkan data, kemudian dianalisa untuk mengetahui
apakah penggunaan model sains teknologi masyarakat dalam pengajaran fisika
berpengaruh untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Skema disain
digambarkan sebagai berikut:
1
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1, h. 165.
2
Ibid., h. 222.
36
37
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), edisis revisi IV Cet. Ke-13, h. 1130
4
Ibid., h. 131.
5
Ibid., h. 139-140.
38
F. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono, “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”6 Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada
dua yaitu variabel x atau variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel y
atau variabel terikat (Dependent Variabel).
1. Variable bebas (Independent Variabel) yaitu model sains teknologi
masyarakat (STM)
a) Definisi konseptual model STM adalah pendekatan pengajaran yang
mengacu pada konsep yang terdapat di dalam kurikulum dan yang ada
masalah yang terdapat pada masyarakat sebagai dampak dari penerapan
teknologi.
b) Definisi operasional model STM adalah pengajaran yang diawali
dengan masalah-masalah yang terdapat di dalam masyarakat yang
terkait dengan proses pembelajaran.
6
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2008), cet.13, h. 3.
39
G. Alur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan berbagai tahapan sehingga
peneliti dapat mengetahui dengan pasti permasalahan apa yang ada dalam sekolah
tersebut.
Survei Pendahuluan
Masalah Pembelajaran
Pendahuluan
Penyusunan Instrumen
Uji Coba +
Analisis
Pretest
Posttest
Analisis Data
Hasil Penelitian
Akhir
Penarikan Kesimpulan
1. Pendahuluan
2. Pelaksanaan
Pada tahapan ini hasil dari uji coba instrumen diberikan kepada siswa sebelum
diterapkan model STM untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah itu,
diberikan model STM dalam pembelajaran dan terakhir kembali diberikan tes
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan model STM dalam
pembelajaran.
3. Akhir
Pada tahapan akhir peneliti membuat analisis data serta hasil penelitian yang
telah dilakukan dah terakhir memberikan kesimpulan terhadap penelitian.
I. Instrumen Penelitian
Jenis tes yang digunakan yaitu tes objektif penguasaan konsep fisika dalam
bentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban, yaitu a, b, c, dan d.
Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur sejauh mana efektifitas model
STM untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa pada materi usaha dan
41
Ket.
Nomor soal bertanda bintang (*) adalah soal yang digunakan dalam penelitian
berdasarkan hasil uji coba instrument yang dilakukan.
42
2. Kalibrasi Instrumen
Instrumen tes hasil belajar yang digunakan untuk penelitian terlebih dulu
harus dilakukan uji kelayakan yaitu: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan
daya pembeda. Berikut ini adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk
mengetahui bahwa tes yang akan dipakai memenuhi keempat kriteria tersebut.
a. Uji Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan atau dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat
mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang di evaluasi tersebut. Uji validitas
adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang sebenarnya.
Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item
denmgan skor total. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini
digunakan rumus ”point biserial” :7
M p Mt p
rpbi
SDt q
Keterangan:
rpbi = Koefisien Korelasi Pont Biserial
Mp = Mean skor pada tes yang memiliki jawaban benar
Mt = Mean skor total
SDt = Standar deviasi dari skor total
P = Proporsi peserta tes yang menjawab benar
Q = Proporsi peserta tes yang menjawab salah, q = 1 – p
Perhitungan uji validitas bisa dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 30 soal yang diujicobakan
terdapat 21 soal yang dinyatakan valid. Diantara 21 soal yang valid ini
selanjutnya akan dipilih kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat
digunakan dalam penelitian ini. Adapun butir soal yang valid terdapat pada
tabel 3.2.
7
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001),
cet. 1, h. 187.
43
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan
rumus Spearman-Brown, yaitu :8
2(r1 1 )
r11 2 2
1 r1 1
2 2
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas instrument
r1 1 : rxy yang disebutkan indeks korelasi antara dua belahan instrumen
2 2
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), ed.
Revisi, cet. 8, h. 100-101.
9
Ibid, h 208
44
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari
populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan tes
kecocokan chi-kuadrat, dengan rumus ;11
X2
oi Ei 2
Ei
3. Uji Hipotesis
Setelah prasyarat analisis data dipenuhi, maka hipotesis diuji dengan
uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05. Uji-t ini digunakan untuk
membandingkan dua kelompok yang independen dan biasa digunakan
untuk membandingkan akibat dua treatment yang dilakukan pada suatu
penelitian. Uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan Uji Statistik13
11
M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 149-150.
12
Ibid., h. 161.
47
X1 X 2
t=
1 1
dsg
n1 n2
Keterangan:
N1 = Jumlah sampel kelompok 1
N2 = Jumlah sampel kelompok 2
V1 = Varians data kelompok eksperimen 1 (sd1)2
V2 = Varians data kelompok kontrol 1 (sd2)2
dsg = nilai deviasi standar gabungan
X 1 = rata-rata data kelompok 1
X 2 = rata-rata data kelompok 2
4. Pengujian Hipotesis
Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
Ho : µ 1 = µ 2
H1 : µ 1 > µ 2
Keterangan:
Ho = Hipotesis nihil
H1 = Hipotesis alternatif
µ 1 = Penguasaan konsep peserta didik sesudah diberi pembelajaran dengan model
sains teknologi masyarakat
µ 2 = Penguasaan kosep peserta didik sesudah diberi pembelajaran dengan model
konvensional
13
Ibid., h. 161-162.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
12
10
Jumlah Siswa
8
Kelas Eksperimen
6
Kelas Kontrol
4
0
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
Jarak Antar Kelas
Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen tidak terdapat
siswa yang mendapatkan nilai pada interval 15-19, sedangkan pada kelas kontrol
sebanyak 3 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas
eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 20-24, pada kelas
kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 9 orang mendapat
nilai pada interval 25-29 pada kelas kontrol sebanyak 7 orang. Pada kelas
eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan nilai pada interval 30-34, pada kelas
kontrol sebanyak 10 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang
mendapatkan nilai pada interval 35-39, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada
kelas eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval 40-44, pada
kelas kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai
terendah pada kelas eksperimen adalah 20, sedangkan pada kelas kontrol 15. Nilai
tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 40. Nilai rata-rata
47
48
yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 42,6, siswa yang mendapat nilai
diatas rata-rata sebanyak 55%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata
sebanyak 45%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 42,7,
siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 47,5%, siswa yang mendapat
nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%.
16
14
12
Jumlah Siswa
10
Kelas Eksperimen
8
Kelas Kontrol
6
4
2
0
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81
Jarak Antar Kelas
Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen terdapat 2 siswa
yang mendapatkan nilai pada interval 40-46, sedangkan pada kelas kontrol
sebanyak 2 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas
eksperimen sebanyak 1 orang mendapatkan nilai pada interval 47-53, sedangkan
pada kelas kontrol sebanyak 3 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang
mendapat nilai pada interval 54-60 sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 8
orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval
61-67, pada kelas kontrol sebanyak 9 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 4
orang mendapatkan nilai pada interval 68-74, pada kelas kontrol sebanyak 5
orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 14 orang mendapatkan nilai pada interval
49
75-81, pada kelas kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui
bahwa nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 40, sedangkan pada kelas
kontrol juga 40. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama
yaitu 81. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 68,34,
siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 50%, siswa yang mendapat
nilai dibawah rata-rata sebanyak 50%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang
diperoleh sebesar 62,42, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak
47,5%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%.
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian.
Tabel 4. 1
Rekapitulasi Data Hasil Instrumen Tes
Pretest Posttest
Data
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Skor Max 40 40 85 80
Skor Min 20 15 45 40
Rata-rata 29,53 28,93 68,34 62,42
Median 30 29,25 69,7 62,46
Modus 25 30,75 69,7 61,9
SD 5,56 7,27 11,29 9,68
Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model STM pada saat
pembelajaran siswa lebih aktif dalam bertanya.
orang (12,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebelum dimulainya pelajaran fisika
siswa telah lebih dahulu membaca materi yang akan diajarkan.
D. Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Data variabel penelitian yang dianalisis dengan menggunakan statistik
inferensial melalui uji perbedaan rata-rata dengan analisis varians faktorial satu
jalur harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya adalah:
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari
ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan
dengan menggunakan statistik kai kuadrat χ. Berdasarkan hasil pengujian
normalitas posttest dari kelompok eksperimen didapatkan X2 hitung adalah
2
4,0505 dan X tabel adalah 7,81 (perhitungan lengkap lihat lampiran 26).
Begitu juga pada kelas kontrol didapatkan X2 hitung adalah 2,0848 dan X2tabel
adalah 7,81 Penghitungan uji normalitas untuk data posttest ini disajikan pada
lampiran 24 dan Lampiran 25. Berikut adalah hasinya:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
Nilai χ2tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat
pada taraf signifikansi 5% kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan
pengujian hipotesis normalitas yaitu jika X2 hitung X2tabel maka data
2
dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika X hitung > X2tabel maka
data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel 4.11 tersebut terlihat
bahwa semua nilai X2 hitung data lebih kecil dari nilai X2tabel maka dinyatakan
semua data berdisrtibusi normal.
55
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari
ciri-ciri data yang berdistribusi homogen. Pengujian homogenitas dilakukan
uji perbedaan varians δ2 dengan menggunakan statistik F atau uji-F. Pengujian
homogenitas data posttest penguasaan konsep fisika kelompok eksperimen
dan data posttest penguasaan konsep fisika kelompok kontrol menghasilkan
harga Fhtung sebesar 1,3603 sedangkan Ftabel sebesar 1,84. Pengujian homogen
disajikan pada lampiran 26. Berikut ini adalah hasinya:
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
1 Eksperimen 127,4641
1,3603 1,84 Kedua data homogen
2 Kontrol 937024
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji
homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas
yaitu jika nilai Fhitung Ftabel maka semua data memiliki varians homogen.
Sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka semua data memiliki varians tidah
homogen. Tampak bahwa hasil penghitungan tersebut nilai Fhitung Ftabel
sehingga dinyatakan semua data memiliki varians homogen.
Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis terhadap data dari
kedua kelompok di atas, maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat
dianalisis dengan menggunakan uji t dapat dilakukan.
2. Uji Hipotesis
Setelah diketahui dan dinyatakan bahwa data hasil posttest berdistribusi
normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
Adapun kriterianya adalah:
Ho : µX1 < µX2
H1 : µX1 > µX2
56
itu, kelas kontrol walaupun keragaman kemampuannya lebih merata dari pada
kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan, namun peningkatan
kemampuannya lebih kecil dari pada kelas eksperimen.
1
Dewi Nur Widayanti, Pengaruh Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM)
Pada Proses Pembelajaran IPA Biologi Materi Ekosistem Terhadap Penguasaan Konsep dan
Sikap Positif Siswa Kelas VII SMP N 5 Wates, http://one.indoskripsi.com
58
2
Ita Pahitah, (2008) Pengaruh Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM)
terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi, Skripsi S1 Jurusan
Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
59
F. Keterbatasan Penelitian
Pada akhir penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disampaikan yang
terkait selama proses penelitian, antara lain:
1. Waktu yang relatif singkat yakni selama kurang lebih satu bulan, sehingga
tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan secara utuh kemampuan siswa
secara keseluruhan
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan di bab sebelumnya,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Penguasaan konsep fisika peserta didik pada topik Usaha dan Energi
mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari skor pretest yang diperoleh
peserta didik sebesar 39,5 dan setelah diberika tindakan berupa model STM
rerata skor posttest menjadi 68,34. Dilihat dari rerata hasil posttest peserta
didik sudah mencapai standar ketuntasan minimum dalam pembelajaran fisika
( 65). Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada topik
Usaha dan Energi dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran
STM.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terbukti bahwa hipotesis alternatif (H1)
yang diajukan secara signifikan dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis
menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep fisika dengan
menggunakan penerapan model pembelajaran STM, yang ditunjukkan thitung
sebesar 2,22 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1,996 pada pengujian satu
arah dengan 0,05 . Dan hasilnya thitung = 2,22 > ttabel = 1,996.
3. Model STM ternyata cukup efektif diterapkan pada mata pelajaran fisika
khusunya pada konsep Usaha dan Energi. Hal ini dapat dilihat dari motivasi
yang baik yang dilakukan oleh peserta didik.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut.
1. Model Pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu alternatif model
pembelajaran yang menekankan pada pengembangan sains dan teknologi
dalam kehidupan masyarakat.
61
62
Daftar Pustaka
E. Yager, R and Rustam Roy. (2000). STS: Most Pervasive and Most Radical of
Reform Appoarches to “Science” Education, The University of Lowa and
Pennsylvania State University.
Ketut Rapi, Ni. (1999). Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa
Melalui Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan
masyarakat di SLTP, Aneka Widya STKIP Singaraja, no 1 TH. XXII
Sadia, I Wayan. 1999. Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) Berwawasan Sains-Teknologi-Masyarakat, Aneka Widya
STKIP Singaraja.
65
Sutarto. (2005). Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika
sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 11.
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian
1. Materi dalam instrumen ini adalah materi pelajaran fisika yang dibatasi hanya
pada konsep zat kelas VIII semester genap tingkat SLTP.
2. Instrumen ini berbentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat alternative
jawaban a, b, c dan d.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat a, b, c atau d dengan
memberi tanda silang (X) pada lembar pertanyaan dibawah ini.
4. Waktu dalam mengisi instrument ini adalah 90 menit.
5. Instrumen penelitian ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak
mempengaruhi nilai siswa.
6. Sebelum menjawab pertanyaan terlebih dahulu tulis nama, kelas dan nama
sekolah dengan lengkap pada kolom dibawah ini.
7. Atas partisipasi dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.
8. Awali pengisian jawaban ini dengan mengucap basmalah.
Nama : ……………………………………
Kelas : ……………………………………
Sekolah : ……………………………………
Penulis
67
1. Apabila akan menyalakan kompor diperlukan energi, begitu pula ketika akan
mengayuh sepeda maka kita memerlukan energi agar sepeda itu bergerak.
Jadi, energi adalah . . . (C1)
a. kemampuan benda melakukan gaya
b. kemampuan benda melakukan kerja
c. kemampuan benda melakukan kecepatan
d. kemampuan benda melakukan percepata
2. Ketika kita mendengar nama Negara Belanda maka yang ada dibayangan kita
adalah kicir angin. Jika angin bertiup maka kicir angin akan berputar. Pada
peristiwa ini energi yang terjadi ketika kicir itu berputar adalah. . . . (C2)
a. angin c. listrik
b. air d. matahari
berkekuatan tinggi. Perubahan energi yang terjadi pada kereta tersebut adalah..
(C2)
= 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut 350
a. 50 kg c. 5 kg
b. 500 kg d. 5000 kg
11. Sebuah benda dijatuhkan dari keringgian 5 m di atas tanah. Pada saat
mengenai taanh, benda tersebut memperoleh energi kinetik sebesar 450 joule,
a. 90 kg c. 100 kg
b. 9 kg d. 10 kg
12. Bunyi hukum kekekalan energi adalah. . . . (C1)
a. energi dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke
bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan energi.
b. energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu
bentuk ke bentuk lain.
c. energi dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu bentuk
ke bentuk lain.
d. energi tidak dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke
13. Hubungan antara energi mekanik, potensial dan kinetik secara matematis
a. E M E p E k c. E m Ep Ek
Ep
b. E M E p E k d. Em
Ek
14. Sebuah benda dengan massa 1 kg didorong dari permukaan meja hingga
kecepatan pada saat lepas dari bibir meja adalah 2 m/s. Energi mekanik benda
pada saat ketinggian dari tanah 1 m adalah . . . .(g=10m/s 2 ) (C2)
a. 2 joule c. 12 joule
b. 10 joule d. 22 joule
15. Suatu mesin mempunyai energi mekanik sebesar 750 joule pada saat mesin
mempunyai energi potesnsial sebesar 100 joule, maka besar energi kinetik
a. 850 J c. 650 J
b. 800 J d. 600 J
16. Perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui adalah . . . . (C1)
a. sumber energi yang dapat diperbaharui terbatas di alam sedangkan yang
tidak dapat diperbaharui tidak terbatas
b. sumber energi yang dapat diperbaharui tidak terbatas di alam sedangkan
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui terbatas
c. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui tidak
d. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang tidak
17. Contoh penggunaan energi matahari secara langsung oleh manusia adalah. . . .
(C1)
1 2 3 4
Yang termasuk sumber energi yang dapat diperbaharui adalah. . . . (C2)
a. 1 dan 2 c. 1, 2, dan 4
b. 3 dan 4 d. 2, 3, dan 4
a. 10 J c. 1000 J
b. 10000 J √ d. 100 J
21. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule. Jika
massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah 250 N,
a. 2 m c. 4 m
b. 3 m d. 5 m
22. Seorang anak mendorong meja sejauh 2 m dengan gaya 50 N, maka usaha
b. 50 joule d. 75 joule
23. Sebuah bus mogok di tengah jalan. Beberapa orang turun untuk mendorong
dan sisanya p N. Jika usaha yang digunakan untuk mengeser bus ke pinggir
a. 200 N c. 300 N
b. 250 N d. 350 N
24. Seorang anak menarik mobil mainan menggunakan tali dengan gaya sebesar
mobil mainan berpindah sejauh 10 meter dan usaha total yang dilakukan anak
tersebut adalah 153 joule, maka gaya gesekan tanah dengan roda mobil
a. 2 N √ c. 6 N
b. 4 N d. 8 N
25. Energi potensial yang dimiliki pohon kelapa pada ketinggian 8 m di atas
permukaan tanah adalah 320 joule, maka massa kelapa pada pohon tersebut
adalah . . . . (g = 10 m/s2) (C3)
a. 4 N c. 2 N
b. 40 N d. 20 N
26. Usaha total yang dilakukan Ronaldo untuk menendang bola dari keadaan diam
sehingga bergerak lurus menuju gawang dengan kelajuan 30 m/s adalah 67,5
joule, maka massa bola yang ditendang oleh Ronaldo adalah . . . . (C4)
a. 150 meter c. 1,5 meter
b. 15 meter d. 0,15 meter
27. Hubungan dari besarnya usaha dan daya secara matematis dirumuskan
dengan. . . . (C1)
w
a. p c. t p w
t
73
t p
b. p d. t
w w
28. Sebuah pesawat sederhana mempunyai daya 100 watt. Apabila pesawat
29. Andi yang bermassa 60 kg menaiki tangga selama 4 sekon. Apabila ketinggian
vertikal tangga tersebut adalah 4 meter, maka daya Andi menaiki tangga
watt. Jika waktu yang diperlukan anak mendorong meja 30 detik, maka gaya
a. 10 N c. 30 N
b. 20 N d. 40 N
74
Lampiran 2
KUNCI JAWABAN
1 B 11 B 21 C
2 A 12 D 22 A
3 C 13 A 23 B
4 A 14 C 24 A
5 A 15 D 25 A
6 B 16 B 26 D
7 C 17 D 27 A
8 A 18 B 28 D
9 C 19 A 29 C
10 C 20 B 30 C
75
Lampiran 3
SOAL PRETEST DAN POSTES
Nama : ...............................................
Kelas : ...............................................
Sekolah : ...............................................
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah soal dengan teliti sebelum menjawab.
2. Kerjakan terlebih dahulu soal yang dianggap paling mudah
3. jawaban dikerjakan dengan memberikan tanda silang (X) sesuai dengan
jawaban yang dianggap paling benar.
4. Periksa kembali jawaban sebelum dikumpulkan.
5. Awali pengisian jawaban ini dengan mengucap basmalah.
1. Apabila akan menyalakan kompor diperlukan energi, begitu pula ketika akan
mengayuh sepeda maka kita memerlukan energi agar sepeda itu bergerak.
Jadi, energi adalah . . .
a. kemampuan benda melakukan gaya
b. kemampuan benda melakukan kerja
c. kemampuan benda melakukan kecepatan
d. kemampuan benda melakukan percepata
2. Ketika kita mendengar nama Negara Belanda maka yang ada dibayangan kita
adalah kicir angin. Jika angin bertiup maka kicir angin akan berputar. Pada
peristiwa ini energi yang terjadi ketika kicir itu berputar adalah. . . .
a. angin c. listrik
b. air d. matahari
b. 500 kg d. 5000 kg
8. Bunyi hukum kekekalan energi adalah. . . .
a. energi dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke
bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan energi.
b. energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu
bentuk ke bentuk lain.
c. energi dapat diciptakan dan tidak dapat berubah bentuk dari satu bentuk
ke bentuk lain.
d. energi tidak dapat diciptakan dan dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke
bentuk yang lain tanpa mengurangi keseluruhan jumlah energi.
9. Hubungan antara energi mekanik, potensial dan kinetik secara matematis
ditulis dengan...
a. E M E p E k c. E m Ep Ek
Ep
b. E M E p E k d. Em
Ek
10. Suatu mesin mempunyai energi mekanik sebesar 750 joule pada saat mesin
mempunyai energi potesnsial sebesar 100 joule, maka besar energi kinetik
mesin tersebut adalah . . .
a. 850 J c. 650 J
b. 800 J d. 600 J
11. Perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui adalah . . . .
a. sumber energi yang dapat diperbaharui terbatas di alam sedangkan yang
tidak dapat diperbaharui tidak terbatas
b. sumber energi yang dapat diperbaharui tidak terbatas di alam sedangkan
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui terbatas
c. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui tidak
78
d. sumber energi yang dapat diperbaharui adalah sumber energi yang tidak
dimanfaatkan oleh masyarakat sedangkan sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui sering dimanfaatkan
12. Berikut merupakan beberapa sumber energi.
1 2 3 4
Yang termasuk sumber energi yang dapat diperbaharui adalah. . . .
a. 1 dan 2 c. 1, 2, dan 4
b. 3 dan 4 d. 2, 3, dan 4
13. Usaha merupakan. . . .
a. hasil kali antara gaya dengan perpindahan.
b. hasil kali antara gaya dengan kecepatan.
c. hasil kali antara gaya dengan waktu.
d. hasil kali antara gaya dengan percepatan
14. Seekor sapi menarik pedati sejau 2 km pada jalan yang lurus. Jika gaya tarik
sapi kira-kira 5 N, maka usaha yang dilakukan sapi adalah . . . .
a. 10 J c. 1000 J
b. 10000 J d. 100 J
15. Seorang anak mendorong meja sejauh 2 m dengan gaya 50 N, maka usaha
yang dilakukan anak tersebut untuk mendorong meja adalah . . . .
a. 100 joule c. 25 joule
b. 50 joule d. 75 joule
16. Sebuah bus mogok di tengah jalan. Beberapa orang turun untuk mendorong
bus tersebut. Masing-masing orang mengeluarkan gaya 200 N, 300 N, 400 N,
dan sisanya p N. Jika usaha yang digunakan untuk mengeser bus ke pinggir
jalan sejauh 4 m adalah 4,6 kj, maka harga p adalah . . . .
a. 200 N c. 300 N
79
b. 250 N d. 350 N
17. Energi potensial yang dimiliki pohon kelapa pada ketinggian 8 m di atas
permukaan tanah adalah 320 joule, maka massa kelapa pada pohon tersebut
adalah . . . . (g = 10 m/s2)
a. 4 N c. 2 N
b. 40 N d. 20 N
18. Usaha total yang dilakukan Ronaldo untuk menendang bola dari keadaan diam
sehingga bergerak lurus menuju gawang dengan kelajuan 30 m/s adalah 67,5
joule, maka massa bola yang ditendang oleh Ronaldo adalah . . . .
a. 150 meter c. 1,5 meter
b. 15 meter d. 0,15 meter
19. Sebuah pesawat sederhana mempunyai daya 100 watt. Apabila pesawat
melakukan usaha selama 20 s, maka usaha pesawat tersebut adalah . . .
a. 5 joule c. 120 joule
20. Seorang anak mampu mendorong meja sejauh 5 meter dengan daya sebesar 5
watt. Jika waktu yang diperlukan anak mendorong meja 30 detik, maka gaya
anak tersebut adalah . . . .
a. 10 N c. 30 N
b. 20 N d. 40 N
80
1 A 11 D
2 D 12 B
3 B 13 B
4 D 14 C
5 A 15 A
6 C 16 C
7 B 17 D
8 C 18 C
9 C 19 D
10 B 20 A
81
Lampiran 4
ANGKET MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII IPA
SMP N 48 JAKARTA
Petunjuk
Berilah tanda cek list (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan apa
yang anda alami dalam belajar fisika dengan memilih salah satu kolom yang telah
disediakan.
SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju
S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
Jawaban pernyataan
No Pernyataan
SS S TS STS
Saya sangat antusias dalam belajar fisika karena
1. dikaitkan langsung dengan penerapannya dalam
bentuk tekonolgi yang ada di sekitar saya.
Saya bercanda dengan teman ketika guru
menyampaikan materi pelajaran fisika karena
2.
penyamapian materi pembelajaran oleh guru
membosankan.
Dalam proses pembelajaran fisika, apabila ada
3. kesulitan saya selalu bertanya hingga saya
mengerti.
Dalam proses pembelajaran fisika, apabila saya
4. tidak mengerti maka saya akan diam saja karena
saya malu untuk bertanya.
Saya membaca terlebih dahulu materi atau bahan
5. yang akan diajarkan oleh guru karena guru selalu
bertanya sebelum proses pembelajaran dimulai.
Saya malas untuk belajar di rumah jika tidak ada
6. ulangan karena salami ini guru jarang memberikan
tugas.
82
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas / Semester : VIII / 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Pertemuan ke : Satu
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1. Menjelaskan pengertian energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Mendeskripsikan perubahan energi dan contohnya dalam kehidupan
sehari-hari
3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial
E. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian energi.
2. Menyebutkan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menyebutkan aplikasi konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Membedakan konsep energi kinetik dan enrgi potensial
83
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Diskusi
3. Eksperimen
I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan 1)
A. Kegiatan Awal
Tahap 1
Seandainya BBM di bumi telah habis, bagaimanakah keadaan bumi?
Dapatkah manusia menciptakan energi?
B. Kegiatan Inti
Tahap 2
1. Guru menjelaskan mengenai energi
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
Apabila ada yang belum dipahami peserta didik dibolehkan untuk
bertanya.
3. Guru memberikan pertanyaan kepada murid mengenai energi untuk
mengetahui pemahaman murid.
Tahap 3
4. Guru membimbing peserta didik dalam membuat kelompok
5. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai isu yang
telah diberikan serta mencari solusi atau isu tersebut.
6. Peserta didik mendiskusikan hasil kelompoknya secara klasikal
7. Guru memberikan kesimpulan mengenai hasil diskusi
Tahap 4
8. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusika perubahan energi
9. Perwakilan tiap kelompok mengembil alat dan bahan yang sudah
disipakan
84
Ferdy Novrizal
86
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1. Menghitung besar energi kinetik dan energi potensial
2. Menjelaskan hokum kekekalan energy
3. Menjelaskan perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui
dengan energi yang tidak dapat diperbaharui
E. Tujuan Pembelajaran
1. Membedakan konsep energi kinetik dengan energi potensial
2. Menyebutkan bunyi hukum kekekalan energi mekanik
3. Membedakan antara energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang
tidak dapat diperbaharui
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat
87
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Diskusi
3. Latihan
4. Pengamatan
I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan 2)
A. Kegiatan Awal
Tahap 1
Pemanasan global yang diyakini sedang terjadi dan akan memasuki
tahap yang mengkhawatirkan juga merupakan dampak penggunaan
energi minyak bumi yang merupakan sumber energi utama saat ini
B. Kegiatan Inti
Tahap 2
1. Guru menjelaskan mengenai energi kinetik dan energi potensial
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
Apabila ada yang belum dipahami peserta didik dibolehkan untuk
bertanya.
3. Guru memberikan pertanyaan kepada murid mengenai energi untuk
mengetahui pemahaman murid.
Tahap 3
4. Guru membimbing peserta didik dalam membuat kelompok
5. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai isu yang
telah diberikan serta mencari solusi atau isu tersebut.
6. Peserta didik mendiskusikan hasil kelompoknya secara klasikal
7. Guru memberikan kesimpulan mengenai hasil diskusi
Tahap 4
8. Guru meminta kepada salah seorang peserta didik untuk menjatuhkan
kelereng yang diletakan diatas meja dengan menggunakan salah satu
jari
9. Peserta didik mengemati apa yang terjadi
10. Guru menjelaskan proses kelereng tersebut ketika jatuh
88
11. Guru menjelaskan mengenai energi potensial, energi kinetik dan energi
mekanik serta memberikan aplikasi contohnya dalah kehidupan sehari-
hari
12. Guru memberikan soal kepada peserta didik mengenai energi
potensial, energi kinetik dan energi mekanik
C. Kegiatan Akhir
Tahap 5
13. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat
rangkuman
14. Guru memberikan tugas berupa latihan soal.
J. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 34-41
2. Buku referensi yang relevan
K. Penilaian Hasil Belajar
Tes Essay
1. Sebuah mobil yang massanya 800 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s.
Besar energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut adalah . . . .
Diketahui : m = 800 kg
v = 10 m/s
Ditanya : Ek
1 2
Ek mv
2
E k 800 10
1 2
Jawab : 2
1
E k 800 100
2
E k 40.000 joule
2. Sebuah mangga tergantung ditangkainya pada ketinggian 7 m di atas tanah
(g = 10m/s2). Jika energi potensial yang tersimpan pada mangga tersebut
350 joule, maka massa benda tersebut adalah . . . .
Diketahui : Ep = 350 Joule
h=7m
89
g = 10 m/s2
Ditanya : m
E p mgh
Ep
m
Jawab : gh
350
m
10 7
m 5 kg
Jakarta, 01 Maret
2010
Mengetahui Kepala SMP Guru Mata
Pelajaran
Ferdy Novrizal
90
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1. Menjelaskan pengertian usaha
2. Menganalisis hubungan antara usaha dan energi potensial serta kinetik
3. Menganalisis hubungan antara usaha dan daya
E. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian usaha.
2. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.
3. Membedakan usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif.
4. Menghitung usaha oleh beberapa buah gaya.
5. Menentukan besarnya daya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat
91
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Diskusi
3. Latihan
4. Pengamatan
I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-3)
A. Kegiatan Awal
Tahap 1
Apakah lifter yang mengangkat beban tergolong melakukan usaha?
B. Kegiatan Inti
Tahap 2
1. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian usaha.
2. Peserta didik memperhatikan cara menentukan rumusan usaha yang
dilakukan suatu benda yang disampaikan oleh guru.
3. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan usaha yang
disampaikan oleh guru.
4. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai kaitan usaha dan
energi.
Tahap 3
5. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan antara
usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif.
6. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.
7. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya.
8. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan usaha yang
dilakukan oleh beberapa gaya yang disampaikan oleh guru.
9. Guru memberikan beberapa soal menentukan usaha yang dilakukan oleh
beberapa gaya untuk dikerjakan oleh peserta didik.
10. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum.
Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar,
guru dapat langsung memberikan bimbingan.
92
m = 100 kg
F = 250 N
Ditanya :s
W Fs
1000 250 s
Jawab : 1000
s
250
s 4m
Jakarta, 01 Maret
2010
Mengetahui Kepala SMP Guru Mata
Pelajaran
Ferdy Novrizal
94
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas / Semester : VIII / 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Pertemuan ke : Satu
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1. Menjelaskan pengertian energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Mendeskripsikan perubahan energi dan contohnya dalam kehidupan
sehari-hari
3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial
E. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian energi.
2. Menyebutkan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menyebutkan aplikasi konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Membedakan konsep energi kinetik dan enrgi potensial
95
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Konvensional
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Latihan
I. Langkah-langkah Pembelajaran (pertemuan ke-1)
1. Kegiatan Awal
Motivasi
Kenapa benda yang dilempar ke atas akan selalu jatuh ke bawah?
2. Kegiatan Inti
a. Guru Menjelaskan pengertian energy
b. Guru menjelaskan bentuk-bentuk energy yang ada dalam kehidupan
sehari-hari
c. Jika ada yang tidak dimengerti peserta didik dipersilakan bertanya oleh
guru
d. Guru bertanya kepada pesrta didik aplikasi konsep energy apa saja
yang ada dalam kehidupan sehari-hari
e. Guru kembali menerangkan apliaksi konsep energy apa saja yang ada
dalam kehidupan sehari-hari
f. Guru menjelaskan kembali mengenai energy kinetic dan energy
potensial
g. Guru memberikan soal kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan yang telah didapat oleh peserta didik
3. Kegiatan Akhir
a. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini
b. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di
rumah
96
J. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 26-35
2. Buku referensi yang relevan
K. Penilaian Hasil Belajar
Dalam penilaian hasil belajar, guru memberikan soal berupa tes essay untuk
mengetahui apakah siswa sudah memahami mengenai pelajaran yang telah
diberikan. Contoh tes esay yang dibrikan sebagai berikut :
1. Jelaskanlah pengertian konsversi energi! Serta berikan 2 contoh perubahan
energi dalam kehidupan sehari-hari!
Jawab :
Konsversi energi adalah perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain
Contohnya : Lampu bohlam : energi listrik – energi cahaya
Radio : energi listrik – energi bunyi
Ferdy Novrizal
97
A. Standar Kompetensi
5.Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1 Menghitung besar energi kinetik dan energi potensial
2 Menjelaskan hukum kekekalan energy
3. Menjelaskan perbedaan antara sumber energi yang dapat diperbaharui
dengan energi yang tidak dapat diperbaharui
E. Tujuan Pembelajaran
1. Membedakan konsep energi kinetik dengan energi potensial
2. Menyebutkan bunyi hukum kekekalan energi mekanik
3. Membedakan antara energi yang dapat diperbaharui dengan energi yang
tidak dapat diperbaharui
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Konvensional
98
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Diskusi
3. Latihan
4. Pengamatan
I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-2)
1. Kegiatan Awal
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan mengenai energi kinetik dan energi potensial serta
cara pengitungannya
b. Guru memberi contoh untuk menghitung energi kinetik dan energi
potensial
c. Guru memberikan latihan kepada peserta didik tentang cara
menghitung energi kinetik dan energi potensial
d. Jika ada peserta didik yang belum paham guru membantu peserta didik
untuk menyelesaikan soal tersebut
e. Guru menjelaskan bunyi hukum kekekalan energi
f. Guru menjelaskan perbedaan energi yang dapat diperbaharui dengan
energi yang tidak dapat diperbaharui
g. Peserta didik dibimbing guru untuk menyebutkan apa saja energi yang
dapat diperbaharui dan energi yang tidak dapat diperbaharui
h. Guru memberikan beberapa soal kepada peserta didik
3. Kegiatan Akhir
a. Jika ada peserta didik yang belum paham guru memberikan
kesempatan untuk bertanya
b. Guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi yang telah
dipelajari hari ini
J. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 34-41
2. Buku referensi yang relevan
99
Jawab : k 2
1
E k 800 100
2
E k 40.000 joule
Ferdy Novrizal
100
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Materi Pelajaran
Usaha dan Energi
D. Indikator
1. Menjelaskan pengertian usaha
2. Menganalisis hubungan antara usaha dan energi potensial serta kinetik
3. Menganalisis hubungan antara usaha dan daya
E. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian usaha.
2. Menjelaskan kaitan antara energi dan usaha.
3. Membedakan usaha yang bernilai positif dan usaha yang bernilai negatif.
4. Menghitung usaha oleh beberapa buah gaya.
5. Menentukan besarnya daya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Alokasi Waktu
2 x 40 menit (2JP)
G. Model Pembelajaran
Konvensional
101
H. Metode Pembelajaran
1. Multimedia
2. Tanya Jawab
3. Latihan
I. Langkah-langkah Pembelajaran (Pertemuan ke-3)
1. Kegiatan awal
Apersepsi
Guru sedikit bercerita mengenai usaha dalm kehidupan sehari-hari
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan definisi usaha dalam kehidupan sehari-hari dan
usaha dalam fisika dengan memberikan contoh yang ada kaitanya
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Guru menjelaskan kaitan antara usaha dengan energi
c. Jika ada yang kurang dimengerti guru mempersilakan peserta didik
untuk bertanya
d. Guru bertanya kepada salah satu peserta didik mengenai usaha
e. Guru menjelaskan cara untuk menghitung besarnya usaha dan daya,
serta memberikan contoh kepada peserta didik
f. Guru memberikan latihan soal kepada peserta didik untuk mengetahui
tingkat pemahamannya
g. Jika masih ada peserta didik yang belum mengerti guru membantu
peserta didik untuk menyelesaikan latihan soal
3. Kegiatan Akhir
a. Guru dan peserta didik bersama-sama memberikan kesimpulan
mengenai pelajaran hari ini
J. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu Jl.2B (Yudhistira) halaman 41 – 44
2. Buku referensi yang relevan
L. Penilaian Hasil Belajar
Tes Essay
102
1. Besar suatu usaha yang dilakukan oleh sebuah benda adalah 1000 joule.
Jika massa benda adalah 100 kg dan gaya yang bekerja pada benda adalah
250 N, maka besar perpindahan yang dilakukan oleh benda adalah . . . .
Diketahui : w = 1000 Joule
m = 100 kg
F = 250 N
Ditanya :s
W Fs
1000 250 s
Jawab : 1000
s
250
s 4m
Jakarta, 01 Maret
2010
Mengetahui Kepala SMP Guru Mata
Pelajaran
Ferdy Novrizal
103
Lampiran 7
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Sekolah : SMP Negeri 48 Jakarta
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas : VIII
Semester : 2
Materi Pokok : Usaha dan Energi
A. Tujuan
1. Menyelidiki perubahan energi
B. Alat dan bahan
1. lampu 1 buah
2. baterai 2 buah
3. kabel secukupnya
C. Langkah-langkah kegiatan
1. Tiap-tiap kelompok mengambil alat dan bahan yang telah disediakan
2. Sambungkan kabel dengan batubaterai
3. Ujung kabel yang telah disambungkan dengan baterai disambungkan juga
dengan lampu. Seperti gambar di bawah ini
D. Pertanyaan
1. Apang yang terjadi pada lampu setelah dirangkai?
2. Apakah ada perubahan energi?. Jika ada perubahan energi apa yang
terjadi!
E. Kesimpulan
104
Fenomena/Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata usaha dan energi.
Berkaitan dengan kata usaha dan energi ini, sering muncul pertanyaan seperti:
apakah orang yang mendorong tembok kokoh dapat dikatakan melakukan usaha?
Seorang pramusaji yang sedang berjalan mengantarkan makanan ke meja
pelanggannya. Apakah pramusaji ini dikatakan melakukan usaha?
Apakah seorang anak yang berjalan sambil menjunjung tas di atas kepalanya
dapat dikatakan melakukan usaha? Demikian pula seorang atlet angkat besi
mengangkat barbel dari lantai. Pada angkatan pertama, atlet sudah mengerahkan
seluruh tenaganya tetapi barbel tidak terangkat dari lantai. Apakah atlet ini telah
melakukan usaha? Pada kasus yang lain, orang sering menanyakan apakah buah
kelapa yang berada di pohon memiliki energi?
B. Tujuan
1. Menyelidiki besarnya usaha yang dilakukan oleh suatu gaya.
C. Alat dan bahan
1. Balok 1 buah
2. Pegas 1 buah
3. Mistar (100 cm)
D. Langkah-langkah kegiatan
1. Angkatlah sebuah benda perlahan-lahan dengan menggunakan neraca
pegas, dari lantai sampai ke atas meja, amati dan baca besar gaya yang
diperlukan untuk mengangkat itu.
105
Lampiran 8
Uji Validitas
Dimana:
rpbi = indeks point biserial
Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
SDt = Deviasi standar skor total.
p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya.
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya
Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel
bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan
untuk menguji validitas instrumen.
107
Mt
rpbi
SD
Uji
AE
AB
Mp
AC
AD
rtabel
Hipotesis
1
0
1
0
13
Valid 15.46 0.57 0.43
0.38
0.35
5.41
13.1
0
0
0
0
14
Valid 15.21 0.53 0.47
0.36
0
0
0
1
13
0.59
0
0
0
0
17
0.56
-
0
1
0
1
17
0.18
-
1
1
1
0
20
0.05
0
0
0
0
14
0.59
0
0
0
0
13
18
13
11
12
18
15
13
19
13
18
10
10
Skor total
No Skor untuk item no (Xt)2
(Xt)
Subjek
23 24 25 26 27 28 29 30
A 1 1 1 0 1 1 0 0 24 576
B 1 0 1 1 0 0 1 0 23 529
C 1 1 0 1 1 1 1 1 23 529
D 1 1 1 1 0 1 1 0 20 400
E 1 1 0 1 0 1 0 1 19 361
F 0 1 1 0 0 1 1 0 18 324
G 1 1 1 0 0 1 0 0 18 324
H 0 0 0 1 0 0 0 1 17 289
I 1 0 1 1 1 0 1 0 16 256
J 1 1 0 0 1 1 0 1 16 356
K 1 1 1 1 1 1 0 0 15 225
L 1 0 0 1 0 0 0 0 15 225
M 0 1 1 0 0 1 1 0 14 196
N 0 1 0 1 0 1 1 0 14 196
O 1 0 0 0 0 0 0 0 13 169
P 1 0 0 1 0 0 1 0 13 169
R 1 1 0 0 0 1 0 0 13 169
S 0 0 0 0 0 0 0 0 10 100
T 1 0 0 0 0 0 0 0 10 100
U 1 0 1 0 0 0 1 0 10 100
V 0 0 0 0 0 0 0 0 9 81
W 1 0 1 0 0 0 0 0 9 81
X 0 0 0 0 0 0 1 0 9 81
Y 1 0 0 1 0 0 0 0 8 64
Z 0 1 0 0 0 1 0 0 8 64
Uji
q
p
Σ
Hipotesis Mt
rpbi
SD
AE
AB
Mp
AC
AD
AA
rtabel
0
1
0
0
1
19
0.35
0.35
5.41
13.1
0
0
0
1
0
13
0.48
0
0
0
0
1
11
12
13
11
394
16
25
49
49
49
6052
110
111
Lampiran 9
Perhitungan Realibitas
Untuk keperluan perhitungan realibitas instrumen tes ini, digunakan rumus Spearman-Brown
berikut ini.
N r 12
rn
1 N 1 r 12
Simbol-simbol yang terdapat pada persamaan tersebut dijelaskan pada keterangan berikut ini.
rn = koefisien korelasi seluruh tes
N = perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang tes yang
dikorelasikan
r½ = koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainnya
Tabel berikut ini adalah ringkasan perhitungan realibilitas ini.
Σ 13 13 17 14 18 11 18 13 5 18 10 19 11 6 11 197
112
Σ 14 17 20 13 13 12 15 19 13 10 9 13 12 13 4 197
113
Subjek X Y XY X2 Y2 Dimana:
A 12 12 144 144 144 X : skor total subjek pada item
B 11 12 132 121 144 bernomor ganjil
C 12 11 132 144 121 Y : skor total subjek pada item
D 10 10 100 100 100 bernomor genap
E 7 12 84 49 144
F 9 9 81 81 81
G 9 9 81 81 81
Dari perhitungan tersebut diperoleh
H 7 10 70 49 100
bahwa nilai reliabilitas instrumen ini
I 9 7 63 81 49 adalah 0,911. Nilai ini termasuk
J 8 8 64 64 64 kategori cukup.
K 9 6 54 81 36
L 8 7 56 64 49
M 7 7 49 49 49
N 8 6 48 64 36
O 6 7 42 36 49
P 5 8 40 25 64
R 5 8 40 25 64
S 4 6 24 16 36
T 3 7 21 9 49
U 5 5 25 25 25
V 4 5 20 16 25
W 4 5 20 16 25
X 6 3 18 36 9
Y 6 2 12 36 4
Z 5 3 15 25 9
AA 4 3 12 16 9
AB 4 3 12 16 9
AC 4 3 12 16 9
AD 4 1 4 16 1
AE 2 2 4 4 4
Σ 197 197 1479 1505 1589
Lampiran 10
Perhitungan Derajat Kesukaran
Untuk menghitung derajat kesukaran digunakan rumus berikut ini.
W WH
DK L 100 %
nL nH
Maksud dari setiap simbol pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut.
DK = derajat kesukaran (degrees of difficulty)
WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas
K 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0
L 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0
M 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1
N 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
O 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0
P 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1
R 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
S 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0
T 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0
U 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0
V 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
W 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0
X 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0
Y 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Z 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
AA 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
AB 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
AC 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
AD 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
AE 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Σ 13 14 13 17 17 20 14 13 18 13 11 12 18 15 13 19 5 13 18 10 10 9
TK 0.38 0.41 0.38 0.50 0.50 0.59 0.41 0.38 0.53 0.38 0.32 0.35 0.53 0.44 0.38 0.56 0.15 0.38 0.53 0.29 0.29 0.26
Keputus
Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Skr Skr Skr
an
116
Z 0 1 0 0 0 1 0 0 8
AA 1 0 1 1 0 0 0 0 7
AB 0 1 0 0 0 1 1 0 7
AC 0 0 0 0 1 0 0 0 7
AD 1 0 0 0 0 0 0 0 5
AE 0 0 0 0 0 0 0 0 4
Σ 19 13 11 12 6 13 11 4 394
Lampiran 11
Daya Beda
Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini.
W WH
DB L
n
Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut.
DB = Daya Beda (discriminating power, DP)
WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
n = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
6 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
7 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
8 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0
9 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1
10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
11 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
12 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0
13 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0
14 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0
119
15 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1
16 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
17 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1
18 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0
19 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0
20 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0
21 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1
22 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
23 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0
24 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
25 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0
26 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
28 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1
29 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
WH 9 8 11 11 7 9 11 9 12 10 6 9 13 9 10 11 3 9 13 8
WL 4 6 2 6 10 11 3 4 6 3 5 3 5 6 3 8 2 4 5 2
-0.33
-0.22
0.56
0.22
1.00
0.56
0.89
0.56
0.67
0.78
0.11
0.67
0.89
0.33
0.78
0.33
0.11
0.56
0.89
0.67
Daya Beda
120
baik sekali
baik sekali
baik sekali
baik sekali
baik sekali
baik sekali
Keputusan
cukup
cukup
cukup
buruk
buruk
drop
drop
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
Tabel Perhitungan Daya Pembeda (lanjutan)
2 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 23
3 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 23
4 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 20
5 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 19
6 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 18
7 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 18
8 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 17
9 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 16
10 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 16
11 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 15
12 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 15
13 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 14
Kelompok Bawah 16-20
14 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 14
15 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 13
16 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 13
17 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 13
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
19 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10
20 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 10
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
121
22 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 9
23 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 9
24 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 8
25 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8
26 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 7
27 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7
28 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 7
29 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5
30 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
31 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 9
32 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 9
33 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 8
34 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8
WH 6 7 11 10 8 9 5 10 7 4
WL 4 2 8 3 3 3 1 3 4 0
0.22
0.56
0.33
0.78
0.56
0.67
0.44
0.78
0.33
0.44
Daya Beda
baik sekali
baik sekali
Keputusan
cukup
cukup
cukup
baik
baik
baik
baik
baik
Lampiran 12
Lampiran 13
DATA HASIL PENELITIAN
Kelompok Eksperimen
Nilai
No Nama
Pretes Postes
1 Adi Joyo Negoro 40 45
2 Agrishinta Dewi A 50 70
3 Anas Surya Permana 30 65
4 Anggreina 45 75
5 David Hamonangan 30 75
6 Dea Aprilia 45 50
7 Desy Murdiah 35 55
8 Erlando Bandawesa 35 55
9 Febri Apriansyah 50 75
10 Feri Alfa Prasetia 35 85
11 Gusnaelly Fitriyati A 40 75
12 Ilham Sampurna 40 70
13 Innez Nadia. D 35 55
14 Intan Ratna K 45 65
15 Laras Otaviani 45 50
16 M. Ahya Rosada 35 55
17 M. Iqbal Wiguna 45 80
18 M. Rahma 40 75
19 M. Rifaldi Septian 35 55
20 M. Suprada H 30 60
21 Neneng Soleka 40 45
22 Nissa Rachmani 35 60
23 Pracikal Giya P 40 60
24 Rasmanah 45 75
25 Regita Ardia G 45 80
26 Resy Anissa 35 75
27 Reza Pratama 40 80
28 Rosma Allyka 40 70
29 Salman Farish 50 75
30 Septiani Rachmawati 45 75
31 Utami Insani 35 70
32 Yukie Nugraha 30 80
Jumlah 1265 2135
125
Kelompok Kontrol
Nilai
No Nama
Pretes Postes
1 Aditya Permana 30 40
2 Ahmad Firtiadi 25 65
3 Agi Septiani 25 40
4 Ajeng Ayu Sandra 20 65
5 Aji Susanto 20 70
6 Alek Mardiana 40 55
7 Arif Sanjaya 20 65
8 Debi Darma MN 35 65
9 Dodi Haripin 25 70
10 Fia Oktapiani 30 65
11 Fikri Ari 25 70
12 Fitria 30 55
13 Gema Ramadhan 30 70
14 Irma Rosita 25 55
15 Irnanda 30 40
16 Ismayanti 20 55
17 Makhdoh 25 60
18 Maulana Cahyadi 30 65
19 Maya S 40 70
20 M. Rizal 40 80
21 M. Daru 40 50
22 Neneng Yulianti 25 75
23 Neng Febriyanti 30 75
24 Oki Aditian 15 65
25 Regiana Rolita 20 65
26 Riska Manasari 15 50
27 Riyan Firdana 20 60
28 Rizal Gunawan 15 60
29 Toni Ratir 30 65
30 Via kursita 30 75
31 Yudhi Mulya 30 50
Jumlah 835 1910
126
Lampiran 14
PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI
PRETEST KELOMPOK EKSPERIMEN
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 50 dan nilai minimum (Xmin)
adalah 30. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih
dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai
ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R X mx X min
50 30
20
b. Banyaknya Kelas (K)
K 1 3,3 log n
1 3,3 log 32
1 3,3 1,50
1 4,97
5,97
6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
127
R
P
K
20
6
3,33
4
Sehingga panjang kelasnya adalah 4.
d. Frekuensi Relatif
Frekuensi
Kelas Frekuensi Relatif
Absolut
30 - 33 4 12.50 %
34 - 37 9 28.13 %
38 - 41 8 25.00 %
42 - 45 8 25.00 %
46 - 49 0 0.00 %
50 - 53 3 9.38 %
Jumlah (∑) 32 100
128
Lampiran 15
ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA PRETES
(kelompok eksperimen)
Nilai Tengah Frekuensi
Kelas Batas Kelas fi . xi fi . xi2
(xi) (fi)
30 - 33 29.5 31.5 4 126 3969
34 - 37 33.5 35.5 9 319.5 11342.3
38 - 41 37.5 39.5 8 316 12482
42 - 45 41.5 43.5 8 348 15138
46 - 49 45.5 47.5 0 0 0
50 - 53 49.5 51.5 3 154.5 7956.75
Jumlah (∑) 237 249 32 1264 50888
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ),
median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah
perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X
f x
i i
f i
1264
32
39,5
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
1
nF
Me b P 2
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 33,5
P = panjang kelas = 4
n = banyaknya data = 32
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4
f = nilai frekuensi kelas median = 9
129
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini
adalah sebagai berikut.
1
.32 4
Me 33,5 4 2
9
33,5 4 1,33
33,5 5,33
38,83
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
b1
Mo b P
b1 b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 33,5
P = panjang kelas = 4
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9–4=5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 9–8=1
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini
adalah sebagai berikut.
5
Mo 33,5 4
5 1
33,5 4 0,83
33,5 3,33
36,83
130
f .x
f .x f
2
2 i i
i ii
S i
f 1 i
50888
1264
2
32
32 1
1597696
50888
32
31
50888 49928
31
960
31
30,97
5,56
131
Lampiran 16
PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI PRETES
KELOMPOK KONTROL
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 40 dan nilai minimum (Xmin)
adalah 15. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih
dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai
ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R X mx X min
40 15
25
b. Banyaknya Kelas (K)
K 1 3,3 log n
1 3,3 log 31
1 3,3 1,49
1 4,92
5,92
6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P
K
25
6
4,16
5
132
Lampiran 17
ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA PRETES
(kelompok kontrol)
Batas Nilai Frekuensi
Kelas fi . xi fi . xi2
Kelas Tengah (xi) (fi)
15 - 19 14.5 17 3 51 867
20 - 24 19.5 22 6 132 2904
25 - 29 24.5 27 7 189 5103
30 - 34 29.5 32 10 320 10240
35 - 39 34.5 37 1 37 1369
40 - 44 39.5 42 4 168 7056
Jumlah (∑) 162 177 31 897 27539
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ),
median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah
perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X
f x
i i
f i
897
31
28,93
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
1
nF
Me b P 2
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 29,5
P = panjang kelas = 5
n = banyaknya data = 31
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 3 + 6 + 7 = 16
f = nilai frekuensi kelas median = 10
134
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini
adalah sebagai berikut.
1
.31 16
Me 29,5 5 2
10
29,5 5 (0,05)
29,5 0,25
29,25
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
b1
Mo b P
b1 b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 29,5
P = panjang kelas = 5
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 10 – 7 = 3
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 10 – 1 = 9
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini
adalah sebagai berikut.
3
Mo 29,5 5
39
29,5 5 0,25
29,5 1,25
30,75
135
f .x
f .x f
2
2 i i
i ii
S i
f 1 i
27539
897
2
31
31 1
804609
27539
31
30
27539 25955,13
30
1583,87
30
52,79
7,27
136
Lampiran 18
PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI
POSTTES KELOMPOK EKSPERIMEN
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 85 dan nilai minimum (Xmin)
adalah 45. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih
dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai
ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R X mx X min
85 45
40
b. Banyaknya Kelas (K)
K 1 3,3 log n
1 3,3 log 32
1 3,3 1,50
1 4,97
5,97
6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P
K
40
6
6,67
7
137
Lampiran 19
ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA POSTTEST
(kelompok eksperimen)
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ),
median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah
perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X
f x
i i
f i
2187
32
68,34
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
1
nF
Me b P 2
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 65,5
P = panjang kelas = 7
n = banyaknya data = 32
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 3 + 7 = 13
139
f .x 2
f .x 2 i i
f
i ii
i
S
f 1 i
153423
2187
2
32
32 1
4782969
153423
32
31
153423 149467,78
31
3955,22
31
127,59
11,29
141
Lampiran 20
PENGHITUNGAN DAFTAR TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI
POSTTEST KELOMPOK KONTROL
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 80 dan nilai minimum (Xmin)
adalah 40. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih
dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai
ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R X mx X min
80 40
40
b. Banyaknya Kelas (K)
K 1 3,3 log n
1 3,3 log 31
1 3,3 1,49
1 4,92
5,92
6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P
K
40
6
6,67
7
142
Lampiran 21
ANALISIS DATA PENGUASAAN KONSEP FISIKA POSTTEST
(kelompok kontrol)
Batas Nilai Frekuensi
Kelas fi . xi fi . xi2
Kelas Tengah (xi) (fi)
40 - 46 39.5 43.00 2 86.00 3698.00
47 - 53 46.5 50.00 3 150.00 7500.00
54 - 60 53.5 57.00 8 456.00 25992.00
61 - 67 60.5 64.00 9 576.00 36864.00
68 - 74 67.5 71.00 5 355.00 25205.00
75 - 81 74.5 78.00 4 312.00 24336.00
Jumlah (∑) 342 363.00 31 1935.00 123595
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( X ),
median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah
perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X
f x
i i
f i
1935
31
62,42
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
1
nF
Me b P 2
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 60,5
P = panjang kelas = 7
n = banyaknya data = 31
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 8 + 3 + 2 = 13
f = nilai frekuensi kelas median = 9
144
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil posttest ini
adalah sebagai berikut.
1
.31 13
Me 60,5 7 2
9
60,5 7 0,28
60,5 1,96
62,46
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
b1
Mo b P
b1 b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 60,5
P = panjang kelas = 7
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9–8=1
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 9–5=4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil posttest ini
adalah sebagai berikut.
1
Mo 70,5 7
1 4
60,5 7 0,2
60,5 1,4
61,9
145
f .x 2
f .x 2 i i
f
i ii
i
S
f 1 i
123595
19352
31
31 1
3744225
123595
31
30
123595 120781,45
30
2813,55
30
93,785
9,68
146
Lampiran 24
PENGHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK EKSPERIMEN
Karena Xhitung < Xtabel = 4,0505 < 7.81 pada taraf signifikansi α 0,05 maka data
dinyatakan berdistribusi normal
147
Lampiran 25
PENGHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROL
Karena Xhitung < Xtabel = 2,0848 < 7.81 pada taraf signifikansi α 0,05 maka data
dinyatakan berdistribusi normal
148
Lampiran 26
PENGHITUNGAN HOMOGENITAS DATA POSTTEST
Eksperimen Kontrol
S2 127,59 93,785
N 32 31
Lampiran 27
PENGHITUNGAN UJI HIPOTESIS
A. Posttest
Untuk pengujian hipotesis penelitian ini langkah-langkah yang dapat diambil
adalah sebagai berikut
1. Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan model
H1 : Ada pengaruh yang signifikan model
Ho : µX1 < µX2
H1 : µX1 > µX2
X2 = 62,42
V1 = SD12 = (11,3)2 = 127,69
V2 = SD22 = (9,68)2 = 93,70
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
150
32 1127,69 31 193,70
32 31 2
3958,39 2904,7
61
6863,09
61
112,51
10,61
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh.
X1 X 2
t hitung
1 1
dsg
n1 n 2
68,34 62,42
1 1
10,61
32 31
5,92
10,61 0,03125 0,03226
5,92
10,61 0,252
5,92
2,67
2,22
4. Menentukan nilai ttabel
Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah:
dk = n1 + n2 – 2 = 32 + 31 – 2 = 61
pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi.
t(0,95)(60) = 2,000
t(0,95)(120) = 1,980
dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk=61 sebagai berikut.
151
1
t 0,95 61 2,000 (2,00 1,980)
60
2,000 0,00032
1,99968
Dengan cara interpolasi yang sama, maka nilai ttabel pada taraf signifikansi 1% adalah:
t(0,99)(60) = 2,660
t(0,99)(120) = 2,617
jadi nilai ttabel dengan dk = 61 diperoleh
1
t 0,99 61 2,660 (2,660 2,617)
60
2,660 0,0007
2,659
5. Menguji Hipotesis
Pada taraf signifikansi 1% nilai thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak. Namun
pada taraf signifikansi 5% nilai thitung > ttabel , maka Ha diterima dan Ho ditolak
6. Memberikan interpretasi
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 95% terdapat
perbedaan penguasaan konsep siswa yang menggunakan model sains teknologi
masyarakat dengan yang menggunakan metode konvensional. Namun pada taraf
kepercayaan 99%, tidak terdapat perbedaan penguasan konsep fisika siswa yang
menggunakan model sains teknologi masyarakat dengan yang menggunakan metode
konvensional. Sehingga dapat dikatakan bahwa model sains teknologi masyarakat
dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa hanya pada taraf kepercayaan 95%
saja, tidak pada taraf kepercayan 99%.