Anda di halaman 1dari 2

Aspek Pajak Internasional Dalam UU No.

22 Tahun 2001 (Undang - Undang Migas)

Pada bulan November tahun 2001 undang-undang baru di bidang minyak bumi dan
gas alam yaitu Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 telah dinyatakan berlaku,
dan Undang -Undang ini menggantikan Undang -Undang Nomor 8 Tahun 1971.
Undang- Undang baru tersebut pada dasarnya menata kembali pengusahaan
industri minyak bumi dan gas alam, yang berdasarkan undang -undang lama
diserahkan kepada Pertamina selaku pemegang hak tunggal untuk melakukan
pengelolannya.

Perusahaan swasta asing hanya boleh melakukan usaha di industri hulu, yang
meliputi eksplorasi, dan eksploitasi. Kegiatan ini pada dasarnya sama seperti yang
berlangsung selama ini dalam rangka Kontrak Bagi Hasil. Jadi apabila dibahas aspek
perpajakan internasional dari undang-undang migas yang baru maka harus
difokuskan kepada kegiatan usaha di indutri hulu. Di industri hilir juga terdapat
kemungkinan terdapat aspek Pajak internasional mengingat kegiatan tersebut
hanya boleh dilakukan oleh perusahaan BUMN/BUMD dan perusahaan swasta
lainnya, dan perlakuan Pajak Penghasilan dari kegiatan usaha di bidang hilir sama
dengan kegiatan usaha lainnya maka aspek Pajak internasionalnya sangat terbatas.

Tulisan ini membahas aspek Pajak internasional dari kegiatan usaha industri hulu
dikaitkan dengan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2001. Yang dimaksud dengan Pajak internasional dalam konteks ini adalah implikasi
Pajak penghasilan atas semua transaksi yang melibatkan wajib Pajak yang
berdomisili di Negara-Negara yang mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak

Berganda (P3B) dengan Indonesia. Pembahasan dari aspek internasional dari


perlakuan Pajak dibatasi pada Pajak Penghasilan yang menyangkut masalah ring
fence policy, biaya yang boleh dibebankan oleh BUT termasuk pembebanan biaya
bunga, capital gain, branch profit tax, dan pengenaan Pajak Penghasilan atas
expatriate.

Masalah yang disoroti adalah transaksi-transaksi yang sifatnya lintas batas dan
yang lazim terjadinya di industri migas. Unsur lain yang juga relevan adalah
ketentuan- ketentuan yang menyangkut perpajakan di dalam Undang -Undang
Nomor 22 tahun 2001. Salah satu masalah yang penting yang diatur dalam Undang
-Undang migas yang baru adalah bahwa ring fence policy tetap dipertahankan.
Disamping itu juga dibahas beberapa issue yang erat hubungannya dengan
kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan multinasional, dalam kaitannya
dengan ketentuan yang diatur oleh P3B.

Anda mungkin juga menyukai