2
A. RUMUSAN MASALAH
3
B. TUJUAN
4
Asam (BTA). Selain itu bakteri ini tidak mempunyai kapsul dan tumbuh lambat pada
perbenihan sehingga membutuhkan waktu 4-6 minggu. Bakteri ini tidak bergerak dan
merupakan obligat aerob. Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
5
A. Cara Penularan dan Riwayat Terjadinya TBC
TBC menular melalui udara apabila orang yang membawa TBC dalam
paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin, atau berbicara, lalu kuman
dilepaskan ke udara. Apabila orang lain menghirup kuman ini mereka
mungkin terinfeksi. TBC dapat menular ke semua orang dan yang menularkan
adalah mereka yang di dalam dahaknya terdapat kuman TBC. Kebanyakan
orang mendapat kuman TBC dari orang yang sering berada dekat dengan
mereka, seperti anggota keluarga, teman, atau rekan sekerja. Pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. TBC tidak
menular melalui barang dan peralatan rumah, misalnya sendok garpu, periuk,
gelas, seprai, pakaian atau telepon, jadi tidak diperlukan barang dan peralatan
baru untuk kegunaan sendiri.
6
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh
sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan
tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
7
2. Riwayat Terjadinya TBC
Infeksi Primer :
8
pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
1) Gejala sistemik/umum
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul
• Batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih, batuk berdahak yang bisa dikuti oleh
gejala dahak yang berdarah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan turun, berat
badan turun, depresi, berkeringat malam hari meski tidak melakukan kegiatan fisik
dan demam meriang lebih dari 1 bulan,perasaan tidak enak.
2) Gejala khusus
• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar
getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas
melemah yang disertai sesak.
9
• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
• Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
10
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,
menunjukkan bahwa Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua
penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab
kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC
baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per
100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan
menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
11
penyebaran TBC. Diperkirakan sebanyak 50 persen dari pengungsi di dunia
berpeluang terinfeksi TBC.
12
1) Pemeriksaan fisik.
5) Uji tuberkulin.
1) Minum obat dengan teratur dan benar sesuai dengan anjuran dokter selama 6
bulan berturut-turut tanpa terputus. Jenis, jumlah, dan dosis obat yang cukup serta
teratur dalam menjalankan proses pengobatan.Bila minum obat tidak teratur maka
dapat berakibat kuman TBC tidak mati, tumbuh resistensi obat, kuman menjadi kebal
sehingga penyakit TBC sulit sembuh.
Aktivitas obat
13
Terdapat dua macam sifat/aktifitas obat terhadap tuberkolosis yaitu
1. Aktifitas bakteritis
2. Aktivitas seterrilisasi
Panduan Obat
I. Obat Primer
1. Isoniazid
2. Rifampisin
3. Pirazinamid
14
4. Streptomisin
5. Etabutol
1. Kanamisin
3. Tiasetazon
4. Etionamid
5. Protionamid
6. Sikloserin
7. Viomisiun
8. Kapreomisin
9. Amikasin
10. Ofloksasin
11. Siprofloksasin
12. Klofazimin
a) INH :
15
- hepatotoksik
b) Rifampisin :
- sindrom flu
- hepatotoksik
c) Streptomisin :
- nofrotoksik
d) Etabutol :
- neoritis optika,
- nefrotoksik
e) Etionomid :
- hepatotosik
- gangguan pencernaan
f) PAS :
- hepetotoksik
- gangguan pencernaan
16
2) Menutup mulut waktu bersin atau batuk
4) Meludah di tempat yang kena sinar matahari atau di tempat yang diisi sabun
atau karbol/lisol
Untuk keluarga:
2) Buka jendela lebar-lebar agar udara segar & sinar matahari dapat masuk sebab
kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari
17
1) TERAPI
18
selama 6 bulan. Efek negatif yang muncul jika kita berhenti minum
obat adalah munculnya kuman TBC yang resisten terhadap obat. Jika
ini terjadi, dan kuman tersebut menyebar, pengendalian TBC akan
semakin sulit dilaksanakan.
2) IMUNISASI
19
Imunisasi TBC ini tidak sepenuhnya melindungi kita dari
serangan TBC. Tingkat efektivitas vaksin ini berkisar antara 70-80
persen. Karena itu, walaupun telah menerima vaksin, kita masih harus
waspada terhadap serangan TBC ini. Karena efektivitas vaksin ini
tidak sempurna, secara global ada dua pendapat tentang imunisasi
TBC ini. Pendapat pertama adalah tidak perlu imunisasi. Amerika
Serikat adalah salah satu di antaranya. Amerika Serikat tidak
melakukan vaksinasi BCG, tetapi mereka menjaga ketat terhadap
orang atau kelompok yang berisiko tinggi serta melakukan diagnosa
terhadap mereka. Pasien yang terdeteksi akan langsung diobati. Sistem
deteksi dan diagnosa yang rapi inilah yang menjadi kunci
pengontorlan TBC di AS.
20
terdeteksi. Kedua pendekatan, yaitu vaksinasi dan terapi perlu
dilakukan untuk memberantas TBC dari bumi Indonesia.
21
• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
22
- Anggota keluarga ikut aktif dalam memperhatikan si penderita dalam
meminum obatnya secara teratur dan benar
23